Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Stasiun televisi ABC pada bulan Maret 2003 menyiarkan program bertajuk "American Dreamers" yang isinya membongkar agenda jaringan neokon (neo-konservatif) dan kalangan Republikan garis keras yang sebenarnya menjadi "dalang" invasi AS ke Irak. Dari agenda mereka diketahui, bahwa invasi AS ke Irak bukan semata-mata demi minyak tapi untuk kepentingan yang lebih besar yaitu untuk mewujudkan sebuah imperium dunia di bawah kekuasaan AS yang tentu saja akan dikendalikan kaum neokon ini. Di AS, kelompok neokon sudah membentuk jaringan yang sangat sistematis dan ketat, di mana anggota-anggotanya menyusup ke Kongres, lembaga-lembaga think-tank, media massa bahkan menguasai acara-acara talk-show di televisi.

Kelompok neokon di AS kebanyakan--atau mereka sendiri--adalah imigran Yahudi dari Eropa Timur yang sangat anti-komunis dan pro-Israel. Tak heran kalau AS tak pernah bisa melepaskan diri dari dukungan butanya terhadap Israel, salah satunya karena pengaruh kelompok neokon yang demikian kuat. Kelompok ini pula yang mendorong AS menjadi negara yang ambisius untuk menguasai Timur Tengah dan Asia Tengah. Mereka menginginkan kawasan itu menjadi bagian dari imperium AS. Namun ternyata tidak mudah bagi AS untuk mewujudkan ambisi itu, terutama setelah munculnya kekuatan-kekuatan baru, seperti Turki, Rusia dan Iran. Alih-alih menguasai, AS malah harus menghadapi perlawanan yang kuat misalnya dalam konflik Palestina, perang di Irak maupun di Afghanistan.

Sejak Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AKP) yang berbasis Islam berkuasa, Turki muncul menjadi kekuatan yang tak terduga dan mengingatkan kembali masa-masa kejayaan Dinasti Ustmaniyah yang memerintah hampir seluruh wilayah Timur Tengah dengan damai. Turki dibawah kepemimpinan Presiden Abdullah Gul dan Perdana Menteri Recep Tayyib Erdogan menjadi negara yang dinamis dan mampu mengambil hati negara-negara yang cukup berpengaruh di Timur Tengah, lewat strategi diplomasi dengan cara membuka kembali hubungan kerjasama bebas visa antara lain dengan Lebanon, Yordania, Libya dan Suriah dan Mesir. Turki ingin menciptakan Persatuan Timur Tengah yang sama kuatnya dengan Uni Eropa.

Yang mengejutkan, Turki lebih cenderung membangun kerjasama strategis dengan Rusia dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya atau AS. Turki mengaktifkan kembali hubungan perdagangan, investasi, pembangunan jaringan pipa-pipa gas dan pembangunan fasilitas energi nuklir. Jika Turki mewarisi kejayaan Dinasti Utsmaniyah, Rusia merupakan warisan kejayaan Bizantium yang sama-sama pernah menguasai Timur Tengah. Di masa sekarang, hubungan Turki-Rusia yang kembali mesra ibarat "poros" yang bakal mengulang kembali "hegemoni" mereka di Timur Tengah, bahkan lebih berpengaruh dibandingkan hegemoni negara-negara "perampok" Inggris-Amerika di abad 20 ini.

Invasi keji AS ( di Irak dan Afghanistan) dan Israel ( di Palestina) tidak membuat negara-negara yang terkena dampak invasi itu takut, tapi malah membuat mereka berani dan mendorong mereka untuk membentuk sebuah aliansi kekuatan baru, seperti yang dilakukan Turki, Rusia, Iran dan Suriah. Aliansi antara Suriah, Turki dan Iran bukan hanya atas dasar tradisi, agama dan resistensi mereka pada sepak terjang AS-Israel, tapi karena atas dasar kepentingan yang sama dalam menghadapi kelompok separatis Kurdi yang menerima dukungan dari AS dan Israel. Masuknya Rusia, menambah aliansi Turki, Iran dan Suriah itu menjadi tambah kuat di kawasan.

Kekuatan aliansi itu secara geopolitis regional lebih alami dan logis, tidak semu seperti kekuatan yang dibangun oleh imperium Inggris dan AS sejak 150 tahun yang lalu hingga sekarang. Imperium Inggris-AS lebih mirip para prajurit Perang Salib yang menimbulkan bencana, mereka memaksa penduduk setempat untuk mengusir penjajah, tapi akhirnya tindakan itu yang mematikan gerak para prajurit Perang Salib sehingga mereka harus menelan kekalahan. Keberanian Turki melawan arogansi Barat, seperti halnya Iran, serta keberanian Turki mengecam Israel setelah peristiwa serangan ke kapal Fredom Flotilla, membuat dunia tercengang, termasuk negara-negara Arab. Rusia, sebagai bagian dari aliansi ini, memang tidak seberani Turki, terutama dalam isu-isu konflik di Timur Tengah.

Harus diakui bahwa perekonomian Rusia yang sedang terpuruk dan lemahnya angkatan bersenjata Rusia telah memicu perbedaan pandangan di kalangan elit Rusia terkait seberapa jauh Rusia harus mengakomodasi kerjasama dengan AS. Selain itu, catatan sejarah Rusia di Afghanistan dan Chechnya menjadi penghalang bagi hubungan Rusia dengan kaum Muslimin di Timur Tengah. Sejak pasukan Rusia angkat kaki dari Mesir pada tahun 1972, pengaruh Rusia di Timur Tengah makin melemah. Rusia juga harus menghadapi kenyataan emigrasi jutaan warganya ke Israel di era tahun 1980-an.

Saat ini, tak bisa dipungkiri bahwa Rusia sudah dibawah pengaruh lobi-lobi Israel, banyak warga negara Rusia yang memiliki dua kewarganegaraan, yaitu kewarganegaraan Israel dan Rusia juga menerapkan kerjasama bebas visa dengan Israel. Persoalan lainnya yang dihadapi Rusia adalah hubungan dekatnya dengan Iran, terutama dalam kerjasama energi nuklir yang membuat Rusia menjadi target "serangan" dan kecaman Barat. Namun Rusia berhasil menunjukkan dirinya sebagai negara yang tidak mudah ditekan. Rusia telah melanjutkan kerjasama pembangunan fasilitas nuklir untuk kebutuhan energi dengan Iran, Turki, Suriah dan Mesir. Belum lama ini, Rusia bahkan menandatangani kesepakatan penjualan misil jelajah terbaru jenis P-800 ke Suriah, yang membuat AS dan sekutunya, Israel bertambah berang.

Ada alasan lain bagi Rusia sehingga negara ini dianggap bisa menjadi "penengah" di Timur Tengah, seperti halnya Turki adalah fakta bahwa Yahudi Rusia yang dulu pindah ke Israel, merasa tidak nyaman dibawah rezim Israel dan akhirnya kembali ke Rusia. Kondisi ini berpengaruh pada hubungan Rusia-Israel, karena Israel justru sedang berusaha untuk memulangkan sebanyak mungkin orang-orang Yahudi diaspora agar mau menetap di Israel. Di Rusia sendiri, terdapat kawasan kaya bahan mentah yang menjadi "negara kecil" orang-orang Yahudi dan keberadaannya diakui oleh Rusia, yaitu Birobidjan Rusia yang menganut konsep sekular nasionalis.

Tidak ada "tangan-tangan ajaib" yang mengarahkan terbentuknya poros Turki-Rusia sebagai formasi politik baru di tengah panggung politik internasional. Tapi keberadaan poros itu direngarai akan memberi ketahanan bagi dunia Islam untuk menghadapi arogansi Barat. Turki yang dulu dipandang sebelah mata sebagai "orang sakit di Eropa" kini menjadi "satu-satunya orang sehat di Eropa". Dalam pertemuan tingkat tinggi "Millenium Goals" PBB pekan kemarin, Presiden Turki Abdullah Gul menegaskan posisi Turki bersama Rusia serta sahabat-sahabat Turki lainnya seperti Iran dan Suriah, untuk membersihkan "kotoran-kotoran" akibat kekacauan yang dilakukan oleh imperium Inggris dan persekutuan AS-Israel yang mengklaim sebagai negara demokratis.

Di tengah ambisi AS dan Israel untuk melakukan serangan militer ke Iran, pemimpin negara Turki dan Rusia terus meningkatkan kerjasamanya di berbagai bidang dengan Timur Tengah, termasuk Iran. Timur Tengah berpandangan, keinginan Rusia untuk membangun sumber-sumber energi di Iran, Turki, Suriah dan Mesir bertujuan untuk membuka akselerasi bagi pembangunan ekonomi di Timur Tengah yang selama ini selalu dihalang-halangi Barat yang cenderung lebih mementingkan kemajuan ekonomi Israel.

Rusia bersama aliansinya, Turki terus berusaha menjadi penengah dalam konflik Timur Tengah, khususnya konflik di Palestina dan konflik antara Iran dan Barat. "Perdamaian di Timur Tengah menjadi kunci perdamaian dan stabilitas dunia di masa depan," tukas Abdullah Gul dalam pidatonya di pertemuan tingkat tinggi PBB. Sampai sejauh mana aliansi Turki-Rusia bisa bertahan dari gempuran Barat dan mampukah aliansi ini menyatukan Timur Tengah untuk membendung ambisi kaum neokon? Waktu yang akan menjawabnya. (Eric Walberg-wb/ln)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Nilai strategis Mesir telah melegenda sejak dulu hingga era modern. Ditakdirkan Tuhan menjadi salah satu cradle of civilization yang tertua di dunia dengan lembah sungai Nil yang subur dan monumen-monumen megah seperti Pyramid dan Sphinx, Mesir juga adalah saksi bagi kejayaan Alexander The Great dan Ratu Cleopatra. Dalam sejarah misi profetik Tuhan, Mesir juga saksi pembebasan Nabi Musa terhadap umat Yahudi dari perbudakan Fir’aun, tempat eksodusnya Maryam dan Nabi Isa dari penindasan Herodus dari Roma, dan daerah asal Maria Qibtiya, budak perempuan hadiah dari Muqauqis Kepala Gereja Koptik abad 6 M yang diperistri Nabi Muhammad.

Di era modern, pasca Perang Dunia II, sejak diproklamirkan Negara Israel tahun 1948 hingga kini, Mesir sebagai tulang punggung kekuatan Arab telah menggelar perang dengan Negara Zionis itu empat kali pada tahun 1948, 1956, 1967, dan 1973. AS sebagai adi daya baru pengganti Inggris pasca PD II amat sadar dengan kekuatan geopolitik Mesir di kawasan Timteng sebagai pusat stabilitas politik.

Segera saja Jimmy Carter, Presiden AS ke-39, yang resmi menjabat per 20 Januari 1977, intensif mendekati Presiden Mesir Anwar Sadat agar bersedia berdamai dengan Israel, musuh bebuyutannya sepanjang 29 tahun.

Upaya Carter sukses dengan penandatanganan Camp David Accords antara Menachem Begin PM Israel dan Anwar Sadat pada tanggal 26 Maret 1979. Kesepakatan damai ini ditentang keras rakyat Mesir dan Negara-negara Arab. Sejak itu Mesir dikucilkan dari Liga Arab, dan puncaknya adalah tragedi pembunuhan Anwar Sadat saat parade militer pada 6 Oktober 1981 oleh perwira tentara ekstrimis.

Status Quo Timur Tengah

Pilihan Sadat diteruskan oleh Mubarak hingga kini. Sejak itulah peta politik Timteng beralih total dari status quo perang menjadi status quo damai antara Arab-Israel. Dengan Camp David Accords 1979, Israel tidak lagi dihantuiresiko perang dengan Mesir dalam masa 3 dekade sebelumnya. Keuntungan politik itu berangkat dari kesadaran bahwa ‘tak akan ada perang dan damai di Timteng tanpa keterlibatan Mesir’. Dalam hal ini, Mesir memerankan jembatan Israel satu-satunya untuk berdialog dengan dunia Arab.

Meski hanya Cairo dan Amman yang bersedia membuka hubungan diplomatik penuh dengan Israel, namun perlu dicatat sepanjang 3 dekade telah dibuka beberapa kantor perwakilan dagang di Negara-negara Arab dan Teluk, akibat pengaruh langsung dari Mesir.Selain itu, Mesir di bawah rezim Mubarak adalah kompas keamanan asasi dalam hal menjaga keamanan dan kelangsungan Israel, pemimpin proyek normalisasi Arab dengan Israel, dan pemerang setiap jenis ekstrimis politik Islam di Timteng.

Peran terbaru Mesir dalam pergolakan internal Palestina sejak kemenangan Hamas dalam pemilu Palestina tahun 2006 yang ditolak oleh Barat dan Israel, adalah menjadi mediator perundingan Israel dan Palestina, serta dialog rekonsiliasi faksi-faksi politik Palestina dengan membatasi ruang gerak Hamas yang radikal.

Dengan segala ‘prestasi’ Mesir tadi untuk kepentingan AS dan Israel, maka terancamnya posisi Mubarak dan instabilitas politik di Mesir dalam aksi Revolusi Nil lebih dari 2 pekan di seantero Mesir, sangat merisaukan AS dan Israel terkait status quo damai. Dengan asumsi tumbangnya rezim Mesir yang pro Barat dan situasi arah politik yang lepas dari kendali AS, tentu akan mengubah seluruh perimbangan kekuatan geopolitik di Timteng.

Di antaranya membuka peluang bagi bangkitnya kelompok-kelompok anti-Israel dan AS di Mesir dan dunia Arab. Resiko yang paling mengerikan dan tak diharapkan oleh Barat adalah jika terusan Suez sebagai urat nadi perekonomian dunia ditutup oleh pemerintah baru yang anti Barat. Belum lagi resiko guncangan ekonomi dunia yang dipicu oleh kenaikan harga minyak akibat ketegangan dan perubahan peta politik di Timteng pasca Mubarak ini.

Sehingga amat beralasan jika Gedung Putih sangat sibuk memainkanstrategi dan rapat lembur untuk mengatur sebuah proses transisi politik yang tertib dan damai (orderly transition) di Mesir. Secara khusus Presiden Obama telah mengutus Frank Wisner untuk berdialog dengan Mubarak dan ‘mengatur’ bagaimana seharusnya transisi politik di Mesir agar tak terjadi turbulensi politik yang membahayakan kepentingan AS di kawasan.

Sebab AS tak ingin mengulangi kesalahan fatal Presiden Carter pada 1979, saat AS kehilangan sekutu utamanya Syah Iran yang digusur oleh Revolusi "Islam" pimpinan Ayatollah Khomeini. Bagi Gedung Putih tidak lah penting siapa figur pengganti Mubarak lebih dari mengamankan kepentingan jangka panjangnya sendiri.

Tiga Skenario

Dalam pengamatan saya setidaknya tersedia 3 kemungkinan skenario orientasi politik Mesir pasca Mubarak. Pertama, orientasi politik yang sepenuhnya persis Iran ala rezim Mullah dengan doktrin Revolusi Islam-nya yang menekankan ‘perlawanan’ terhadap hegemoni AS. Meski ada imbauan dari Ali Khamenei agar rakyat Mesir meniru Revolusi "Islam" Iran ’79, namun skenario ini paling kecil kemungkinannya. Selain akan ditentang keras AS, internal Mesir sendiri, seperti ditegaskan Jubir kelompok oposisi utama Ikhwan Muslimun menolaknya dan meyakinkan bahwa ini adalah revolusi rakyat bukan replika dari revolusi "Islam" di Iran (Kompas, 6 Februari 2011)

Kedua, muncul juga kemungkinan bahwa orientasi politik Mesir tetap status quo pro-Barat dengan simbol Omar Sulaiman yang digadang AS akan meneruskan kebijakan Mubarak. Menjadi sekutu kuat Israel secara politik dan menganut sistem pasar liberal dalam ekonomi. Skenario ini meski terbuka lebar, namun tidak realistis karena dua hal. Obama yang berasal dari Partai Demokrat ingin melihat Mesir sepenuhnya demokratis, dan tentu saja bakal melibatkan peran kelompok oposisi berhaluan Islam sepopulerIkhwan Muslimun di ruang pengambilan keputusan. Konsekuensinya jelas bahwa kebijakan-kebijakan AS dan agenda Israel di kawasan tak akan sepenuhnya diterima ‘yes man’, meski IM juga bisa akomodatif dan pragmatis dalam hal yang bukan prinsip.

Ketiga, Mesir yang demokratis pasca Mubarak akan memilih orientasi politik yang independen dan seimbang dalam menjaga jarak dengan semua kekuatan dunia yang berkepentingan di Timteng. Persis seperti yang telah diperankan oleh Turki di bawah kendali Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Tidak terkooptasi AS dan Israel, bisa bekerja sama dengan Iran, namun juga tidak memusuhi Barat secara umum. Pilihan orientasi politik yang moderat dan independen inilah kiranya yang paling mungkin diwujudkan di Mesir.

Selain pengalaman Turki bisa berulang di Mesir dengan naiknya kelompok Islam ke panggung kekuasaan, secara psikologis juga amat memungkinkan. Mengingat rakyat Arab pada umumnya dan Mesir khususnya telah muak selama 30 tahun dengan status quo pro-Barat, namun juga tak mungkin mengcopy paste Revolusi "Islam" Iran yang anti-Barat sebab perbedaan doktrin Sunni dan Syiah. Maka prospek orientasi ketiga ini hemat saya amat menjanjikan. Demi kelangsungan perdamaian dunia yang berangkat dari independensi sikap politik pilar stabilitas Timteng sestrategis Mesir.

*(Direktur LemKIA UIA Jakarta dan Sekjen The Center for Islam and Midle East
Studies –CIMES-)
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Rakyat Indonesia hari ini sedang dirudung keprihatinan karena belasan pelautnya tengah disandera pembajak Somalia. Dalam sebuah berita online tentang perompak Somalia, ada seorang komentator yang bertanya, "Mengapa negara-negara Barat mau bersepakat menyerbu Libya, tetapi tidak ada tindakan yang mereka ambil untuk mengamankan Teluk Aden?

Sungguh sebuah pertanyaan yang kritis. Ya, mengapa perompak Somalia ‘dibiarkan' sedemikian merajalela? Masa sih AS dan NATO dengan persenjataan mereka yang sangat canggih tak mampu menumpas pembajak laut dari sebuah negara sangat-sangat miskin, Somalia?

Mengenai indikasi ‘pembiaran' perompak Somalia itu, dengan mengutip analisis William Engdahl dari Global Research. Singkatnya begini, AS yang melancarkan serangan ke Yaman dengan alasan ‘mengejar Al Qaeda', sesungguhnya menghendaki perubahan rezim di sana. Yaman berbatasan dengan Arab Saudi di utara, Laut Merah di Barat, Teluk Aden dan Laut Arab di selatan, di seberang Teluk Aden ada Somalia, Jibouti. Di sebelah Jibouti berderet Eritrea, Sudan, dan Mesir. Dengan demikian, semua negara itu (Arab Saudi, Mesir, Somalia, Jibouti, Eritrea, Sudan, dan Yaman saling berhadapan dengan Selat Mandab (Bab el Mandab) yang super-strategis.Tanker-tanker minyak dari Teluk Persia harus lewat ke Selat Mandab, baru kemudian melewati Kanal Suez, dan menuju Mediterania.

Menurut Engdahl, jika AS punya alasan yang diterima opini publik internasional untuk memiliterisasi Selat Mandab, AS akan punya kartu truf di hadapan Uni Eropa dan China bila mereka ‘berani' di hadapan AS. Suplai energi China dan Eropa sangat bergantung dari Selat Mandab. Bahkan Selat Mandab bisa dipakai AS untuk menekan Arab Saudi agar tetap melakukan transaksi dalam dollar Amerika (sebagaimana pernah diberitakan media, Arab Saudi dan beberapa negara -termasuk Iran-pernah melontarkan keinginan untuk melakukan transaksi tidak dengan dollar). Engdahl juga menyebutkan adanya informasi dari Washington bahwa ada sumber minyak yang luar biasa besar di Yaman, yang sama sekali belum dieksplorasi.

Engdahl kemudian menyoroti kasus bajak laut Somalia yang membuat kacau di Selat Mandab selama dua tahun terakhir. Pertanyaannya: bagaimana mungkin bajak laut dari Somalia, sebuah negara yang berada di nomor teratas dalam list ‘negara gagal' (failed state) sampai punya senjata dan logistik yang canggih, sampai-sampai dalam dua tahun terakhir mampu membajak 80 kapal dari berbagai negara? Bahkan pembajak Somalia itu memakai gaya-gaya penjahat di negara maju: menelpon langsung kantor koran Times di Inggris, memberitahukan bahwa mereka sudah membajak. Saat ini, tercatat ada 56 kapal asing yang masih berada dalam ‘tawanan' pembajak Somalia beserta 800-an awak kapalnya. Selain kapal Indonesia "Sinar Kudus", ada kapal FV NN Iran yang ditawan sejak 2 Maret 2009 bersama 29 krunya.

Merajalelanya perompak Somalia di Selat Mandab memberi alasan kepada AS untuk menaruh kapal perangnya di sana. Pemerintah Mesir, Sudan, Jibouti, Eritrea, Somalia, Arab Saudi, sudah terkooptasi oleh AS sehingga diperkirakan tidak akan memberikan reaksi negatif bagi militerisasi AS di Selat Mandab. Kini, masih ada satu negara di sekeliling Selat Mandab yang masih perlu ditaklukkan: Yaman.
Pemerintah Yaman memang pro-AS, tapi masalahnya, Presiden Ali Abdullah Saleh tidak cukup kuat untuk mengontrol negaranya, karena itulah dia harus ‘digulingkan'. Aksi-aksi protes di Yaman saat ini, karenanya, sangat bersesuaian dengan keinginan AS.

Analisis Engdahl ini terasa klop dengan laporan dari AFP yang merilis pernyataan dari pejabat Interpol. Menurut mereka, aksi-aksi pembajakan di lepas laut Somalia dikontrol oleh sindikat kriminal, termasuk orang-orang asing (non-Somalia) yang tergiur oleh kesempatan untuk mendapatkan uang tebusan multi-juta dollar. Para pembajak itu memiliki senjata-senjata dan alat pendeteksi yang sangat canggih sehingga mereka mampu melakukan pembajakan di perairan dengan jarak yang sangat jauh, bahkan mencapai 1.200 nautical mil (=1380,935 mil) di lepas pantai Somalia. Mick Palmer, pejabat Interpol dari Australia, menyatakan bahwa ada bukti yang jelas, yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecanggihan perlengkapan yang dimiliki para pembajak. "Jadi mereka mendapatkan bantuan yang sangat canggih dalam mendeteksi keberadaan kapal-kapal perdagangan besar," kata Palmer.

Tak heran bila Jean-Michel Louboutin, direktur eksekutif kepolisian di Interpol yang berbasis di Prancis menegaskan, "Ini adalah kejahatan yang terorganisasi."

Lebih jauh lagi, pejabat Interpol itu menjelaskan bahwa pembajak laut Somalia sebenarnya hanya mendapatkan sebagian kecil dari uang tebusan. Rata-rata, setiap dua juta dollar yang mereka dapatkan sebagai uang tebusan, hanya 10.000 dollar yang masuk ke kantong mereka. Sisanya, masuk ke kantong sindikat kriminal. Setengah juta dollar akan diambil oleh orang yang menghantarkan tebusan (biasanya diantarkan dengan helikopter yang mendarat di atas kapal yang dibajak), dan setengah juta dollar lagi diambil oleh negosiator.

Dengan tegas Palmer menyatakan, "Ini adalah sebuah industri besar. Besar sekali uang yang bisa dihasilkan dari pembajakan. Tetapi, para pembajak itu sendiri, banyak di antara mereka adalah remaja miskin, hanya mendapat sebagian kecil saja dari uang itu."

Jadi, bila kita kembali ke pertanyaan yang diajukan komentator di atas, setelah membaca uraian artikel ini, menurut Anda, apa jawabannya?. (irib)
Oleh: Dina Y. Sulaeman

Sumber: http://konspirasi.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Sekitar pulahan ribu perwira dan puluhan tentara Garda Republik Yaman membelot dan bergabung dengan para pengunjuk rasa penentang pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh. Anggota Garda Republik, Pusat Keamanan dan Angkatan Udara kemarin (Rabu,13/4) memihak kepada demonstran anti-rezim yang telah menuntut pengusiran segera Saleh dan pengalihan kekuasaan kepada wakilnya.

Ratusan orang sorak sorai menyambut bergabungnya perwira dalam kerumunan orang di Sana'a, pusat pemrotes menggelar demonstrasi. Sejumlah komandan senior militer juga bergabung dengan demonstran anti-pemerintah. Mereka bersumpah untuk mendukung dan melindungi "revolusi damai pemuda."

Sementara itu, bentrokan antara pasukan pemerintah dan kubu yang memihak protes anti-pemerintah menyebabkan sedikitnya lima orang tewas di ibukota Yaman. Sebelumnya, empat pengunjuk rasa anti-pemerintah Yaman terluka di selatan kota Aden, setelah polisi melepaskan tembakan terhadap para demonstran.

Ratusan ribu pengunjuk rasa anti-rezim Yaman menggelar aksi protes di berbagai kota termasuk ibukota Sana'a, Aden dan Taiz, menyerukan penumpasan korupsi dan pengangguran, sekaligus menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh.

Sebagian besar demonstran terluka akibat terjangan peluru tajam, peluru karet maupun pentungan. Sekitar 1.200 pemprotes juga menderita sesak nafas akibat tembakan gas air mata.

Ali Abdullah Saleh telah berkuasa di Yaman selama 32 tahun, dan menyebabkan negara itu menjadi salah satu negeri termiskin di kawasan Timur Tengah. Sekitar 4o persen warga Yaman hidup dengan pendapatan 2 dolar perhari atau bahkan kurang, dan sepertiga warga negara ini menghadapi kekurangan pangan.

Sumber-sumber setempat mengatakan jumlah korban tewas telah melampaui 300 orang sejak protes anti-pemerintah dimulai pada akhir Januari lalu. Relawan telah mengubah masjid menjadi rumah sakit darurat untuk membantu mengobati para korban.

Negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) menyerukan supaya Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mundur dari jabatannya. Menlu anggota PGCC dalam pertemuan Ahad (10/4) di Riyadh mendesak presiden Yaman menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya untuk membuka jalan bagi transisi kekuasaan di negara Arab itu.(ir)

Sumber: http://konspirasi.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad kembali menyinggung Iranphobia yang gencar dilancarkan kekuatan arogan dunia. Menurutnya strategi ini sudah usang dan tidak efektif. Ahmadinejad mengingatkan bahwa bangsa-bangsa dunia saat ini telah sadar dan telah menemukan jati dirinya. Mereka tidak lagi tunduk pada kezaliman dan lebih memilih bangkit menentang setiap sikap hegemoni kekuatan besar dunia yang dipaksakan.

Ahmadinejad juga menyinggung arogansi musuh terhadap Republik Islam Iran dan menandaskan, strategi musuh tidak akan mampu membendung laju kemajuan yang dicapai bangsa Iran. Hal ini dinyatakan Ahmadinejad dalam sebuah acara televisi saat berada di Zahedan, Provinsi Sistan Baluchistan di Iran tenggara. Dalam pernyataannya, Ahmadinejad juga mengingatkan intervensi Amerika Serikat di kawasan dan dunia. Amerika bukan sahabat negara manapun, Washington hanya bersedia menunjukkan sikap persahabatannya saat kepentingannya menuntut.

Pernyataan Ahmadinejad ini menunjukkan bahwa revolusi yang tengah berlangsung di wilayah Afrika Utara dan dunia Arab merupakan transformasi besar bagi nasib bangsa di kawasan. Di sisi lain, fenomena ini mengkhawatirkan Amerika Serikat dan sekutunya. Dalam hal ini, AS menuding Iran sebagai kambing hitam dan bersama kroninya gencar mempropagandakan Tehran di balik semua kejadian di negara Arab, Mereka berusaha menarik opini publik ke Iran dan meredam aksi revolusi rakyat di kawasan. Iranphobia yang dilancarkan AS berubah menjadi isu perang Sunni-Syiah di kawasan. Dengan demikian Washington berusaha mencitrakan bahwa yang tengah terjadi di kawasan khususnya di Bahrain adalah perang antar mazhab.

Padahal apa yang terjadi di kawasan adalah murni kebangkitan rakyat yang telah lelah dari penindasan penguasa despotik serta intervensi bertahun-tahun Amerika Serikat. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa kebangkitan rakyat ini sulit untuk dipadamkan sebelum tuntutan mereka dipenuhi, mengingat arus revolusi ini berbasis massa yang marah terhadap pemerintah. Kekerasan pun jika diterapkan tidak akan membawa hasil. Satu-satunya jalan adalah pemerintah setempat bersedia memenuhi tuntutan rakyat.

Lawatan terbaru Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Robert Gates ke kawasan dan pesannya kepada sejumlah pemimpin negara Arab dalam menyikapi krisis di Bahrain dan Yaman serta lampu hijau yang diberikannya kepada Arab Saudi untuk mengagresi Manama menunjukkan kekhawatiran besar Washington. Di sisi lain, AS juga berusaha memanfaatkan krisis di kawasan untuk melanggengkan posisinya di negara-negara Arab.

Kebijakan ini mengindikasikan kekalutan AS akan berakhirnya hegemoninya di negara kaya minyak Arab. Sepanjang sejarah AS terkenal sebagai negara arogan yang tak segan-segan mengintervensi negara lain demi kepentingan ilegalnya. Washington pun siap mencabik-cabik perekonomian dunia demi mempertahankan kepentingannya. Namun demikian yang pasti adalah kebangkitan rakyat di kawasan menjadi batu sandungan bagi kepentingan AS. (ir)

Sumber: http://konspirasi.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Oposisi Yaman menolak tawaran berunding yang ditengahi oleh Saudi untuk melakukan pengalihan kekuasaan, pada hari Kamis kemarin (14/4), dan menetapkan batas waktu dua minggu untuk Saleh menyingkir.


Menteri Luar Negeri Negara-Negara Teluk (GCC) mengatakan mereka akan mengundang Saleh, yang telah menghadapi aksi protes selama dua bulan menuntut pengunduran dirinya, dan lawan-lawannya untuk melakukan pembicaraan mediasi pada transfer kekuasaan. Namun, oposisi telah menolak tawaran berunding.

"Kami telah memperbaharui tekanan kami kepada Saleh untuk mempercepat proses (Saleh) mengunduran diri selama dua minggu. Oleh karena itu, kami tidak akan pergi ke Riyadh," kata Mohammed al-Mutawakkil, seorang pemimpin oposisi terkemuka.

Oposisi Yaman menolak pernyataan para menteri luar negeri (GCC) atas kerangka perundingan, yang sedianya berlangsung di Riyadh, dab dengan tegas menawarkan Saleh untuk menyerahkan kekuasaannya segera.

Sebelumnya, mereka bertemu para duta besar Arab Saudi, Oman dan Kuwait pada Selasa lalu meminta penjelasan sikap GCC tentang "pengalihan kekuasaan", yang tidak menentukan batas waktu pengunduran diri Presiden Abdullah Saleh.

Beberapa pemimpin oposisi telah mengisyaratkan bahwa perundingan dapat di mulai pada awal Sabtu, Mutawakkil mengatakan, menjelaskan apa yang ditawarkan oleh duta besar negara-negara Teluk dianggap belum memadai.

"Kami tidak menemukan adanya kata-kata yang tegas dari draft yang disampaikan oleh para duta besar dalam memenuhi tuntutan kami untuk pengunduran diri Saleh " kata Mutawakkil. "Tidak ada yang baru dari apa yang ditawarkan para duta besar negara GCC", tegas Muawakil.

Saleh telah menerima kerangka pembicaraan, sementara pemain kunci yang lain, Jenderal Ali Mohsen, keluarga dari Saleh yang unit militernya melindungi pengunjuk rasa di Sanaa, telah menyambut baik rencana GCC.

Sebuah transfer kekuasaan di Yaman secara teknis bisa dilakukan sampai pemilihan presiden berikutnya yang dijadwalkan untuk tahun 2013.(mh/wb)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Dalam pernyataan bersama para pemimpin Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, Jum'at ini, menegaskan bahwa mereka berpendapat masa depan Libya tidak lagi menyertakan pemimpin Moammar Gaddafi. Artinya pernyataan para pemimpin Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis, mereka bersepakat Presiden Libya Muammar Gaddafi harus pergi dari kekuasaannya.


"Ini tidak terpikirkan bahwa seseorang yang telah melakukan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri dapat berperan kembali dalam pemerintahan di masa depan," kata Presiden Barack Obama. Pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Presiden Barack Obma, Perdana Menteri David Cameron, dan Presiden Nicolas Sarkozy, menegaskan : "Ini akan menjadi pengkhianatan terhadap moral", ujar mereka.

Pernyataan para pemimpin Barat telah dilansir oleh International Herald Tribune, Le Figaro, dan Times of London, yang dikirim kepada wartawan oleh Gedung Putih.

"Gaddafi telah kehilangan dukungan rakyatnya, ", ujar mereka. "Rakyat telah meninggalkan dirinya dalam kekuasaan yang akan menyebabkan kekacauan lebih lanjut dan pelanggaran hukum," tambah mereka. "Kita tahu dari pengalaman pahit apa artinya yang baik di kawasan itu", tambahnya. Negara-negara Barat tidak menginginkan Libya menjadi tempat suburnya kaum ekstrimis, dan itu Muammar Gaddafi yang menjadi sumbernya, bila terus berkuasa.

Para pemimpin Barat menyerukan kepada pemimpin Libya untuk mengakhiri kekerasan dan memaksa rezim Gaddafi untuk menarik kembali pasukannya dari kota Ajdabiya, Misurata dan Zintan, yang telah dikepung oleh pasukan pemerintah Libya.

"Namun, selama Gaddafi berkuasa, NATO harus mempertahankan operasi militernya, sehingga warga sipil tetap dilindungi dan tekanan pada rezim Gaddafi yang terus melancarkan serangan ke arah kota-kota yang sekarang dikuasai oleh oposisi," ujar para pemimpin Eropa. "Proses transisi dari rezim diktator ke proses pemerintahan baru yang mencakup semua kekautan oposisi secara konstitusional benar-benar dapat dimulai, dipimpin oleh generasi baru agar transisi berhasil, dan Gaddafi harus pergi dan pergi untuk selamanya.", ujar para pemimpin Barat itu.

"Tidak ada lagi yang dapat dirundingkan, kecuali Gaddafi harus meninggalkan kekuasaannya", ujar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton. (mh/cnn)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pihak berwenang Mesir pada hari Kamis kemarin (14/4) menunjuk 18 gubernur baru, yang sebagian besar berasal dari militer dan polisi, mengikuti metode yang pernah dilakukan oleh presiden terguling Mesir Hosni Mubarak pada waktu masih berkuasa.

Di antara yang diangkat dari militer adalah Mayor Jenderal Ahmad Abdullah sebagai Gubernur Port Said, dan Mayor Jenderal Ahmad Ibrahim sebagai Gubernur Ismailia.


Guberner lain yang ditunjuk berasal dari polisi adalah Mayor Jenderal Muhammad Hifzy untuk provinsi Daqahliya, Mayor Jenderal Ibrahim Hammad untuk provinsi Assiut dan Mayor Jenderal Abdul Samir Mun'im Sallam untuk gubernuran Minya.

Selama 30 tahun berkuasa, Mubarak telah memilih dan menunjuk gubernur dari kalangan militer untuk wilayah provinsi utara Mesir, dan dari kalangan jenderal polisi untuk Mesir Atas. (fq/almasryalyoum)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Bentrokan pecah pada hari Kamis kemarin (14/4) di luar markas besar Liga Arab di Kairo antara para pendukung pemimpin Libya Kolonel Muammar Gaddafi dengan para penentangnya.

Empat orang dilaporkan terluka saat kedua belah pihak saling melemparkan batu satu sama lain, sementara pada saat yang bersamaan pertemuan internasional Liga Arab diadakan untuk membahas situasi di Libya.


Massa anti Gaddafi membawa spanduk yang berisi tuntutan agar Gaddafi diadili sebagai penjahat perang, sedangkan massa pendukungnya menuntut agar "masyarakat internasional menghentikan intervensi di Libya" dan segera mengakhiri operasi militer yang dipimpin NATO.

Massa pendukung Gaddafi mulai menarik diri ketika lawan mereka mulai semakian banyak jumlahnya, membuat mereka kalah dalam bentrokan tersebut.

Suasana tenang akhirnya terjadi di luar markas besar Liga Arab pada saat massa anti Gaddafi terus meningkatkan aksi mereka dengan mengibarkan spanduk dan bendera lama Libya. (fq/almasryalyoum)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Dari kompleks ayahnya, yang pernah dihancurkan oleh bom AS persis 25 tahun yang lalu, putri Muammar Gaddafi mengirimkan pesan menantang Jumat pagi ini (15/4): "Libya tidak akan dikalahkan oleh serangan udara dan tidak akan kalah sekarang," dia mengatakan kepada kerumunan massa pendukung Gaddafi yang sedang bersorak-sorai.

Putri Gaddafi, Aisya, berdiri sambil mengepalkan tangan kanannya ketika dia memimpin massa pro Gaddafi dari balkon lantai dua kompleks Bab Aziziyah yang rusak parah, yang pernah menjadi target serangan oleh pesawat-pesawat tempur AS pada tahun 1986. "Tinggalkan langit kami dengan bom anda," katanya, merujuk pada serangan udara NATO yang melanda Tripoli hanya beberapa jam terjadi sebelumnya.


Gaddafi, berkuasa selama 42 tahun, telah menguji masyarakat internasional dengan penyelesaian masalah di medan perang. Pada hari Kamis kemarin (14/4), pasukannya mengepung kota Libya barat Misrata, di mana pemberontak di sana berada di posisi yang dekat dengan kawasan pelabuhan, satu-satunya link bagi mereka ke dunia luar.

Pemimpin Libya Gaddafi memiliki sejarah panjang dan bermasalah dengan Barat. Pada era 1980-an, ia dituduh sebagai sponsor kelompok militan, dan dinas rahasia Libya dituduh bertanggung jawab atas serangan bom 5 April 1986 terhadap sebuah tempat disko di Berlin yang menewaskan dua prajurit Amerika. Sepuluh hari kemudian, pesawat-pesawat tempur AS menyerang sasaran di Benghazi dan Tripoli, termasuk kompleks Gaddafi di Bab Aziziyah. Puluhan tewas dalam serangan itu. Gaddafi sendiri tidak pernah memperbaiki Bab Aziziyah, bahkan mengubahnya menjadi museum.

Ratusan orang turun ke jalan Kamis malam kemarin dan Jumat pagi ini, meneriakkan slogan-slogan pro-Gaddafi, seperti "Hanya Allah, Libya dan Muammar," dan "Rakyat ingin Muammar sebagai pemimpin mereka." Massa semakin bergembira ketika putri Gaddafi, Aisya muncul di balkon kompleks Bab Aziziyah memberi semangat.

"Biarkan saya kembali ke masa lalu ketika saya masih kecil, ketika saya berusia sembilan tahun, di rumah ini," katanya. "Sebuah hujan rudal dan bom ditembakkan. Mereka mencoba membunuhku. Mereka menewaskan puluhan anak-anak Libya." kata Aisyah dengan penuh semangat.

"Sekarang, setelah 25 tahun, rudal yang sama, bom yang sama, menghujani di kepala anak-anak kita," katanya. "Kami adalah orang yang tidak dapat dikalahkan," tambahnya.(fq/ap)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Perang Dunia I telah menyisakan berbagai luka dan derita. Perjuangan untuk memperebutkan kepentingan telah meletuskan tragedi kemanusiaan yang menewaskan berjuta-juta jiwa. Darah-darah rakyat sipil yang tak berdosa membasahi panggung sejarah bercampur dengan aroma mesiu. Asap hitam menyelimuti matahari yang turut menyaksikan anak-anak manusia yang menemui ajalnya dalam suasana yang mencekam. Berikut beberapa catatan tentang Perang Dunia yang terjadi dari tahun 1914 sampai tahun 1918 itu:

1. Perang Dunia I terjadi pada abad ke-20 saat terjadi pembunuhan terhadap Pangeran Franz Ferdinand, pewaris kekaisaran Austria-Hongaria tahun 1914 oleh tentara Nasionalis Serbia yang berusaha menekan pengaruh kekaisaran di daerah Balkan.

2. Serbia, Rusia, Perancis dan Inggris berada di satu kutub melawan Austria-Hungaria yang bersekutu dengan Jerman.

3. Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia I. Selama beberapa tahun berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup dalam parit-parit ini. Kehidupan di sana benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman terus-menerus, dibom, dan mereka tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan ketegangan yang luar biasa.

4. Tanggal 21 Februari 1916 pasukan Jerman memulai penyerangan untuk mendobrak dinding kota Verdun yang dianggap sebagai kebanggaan Perancis. Namun Jerman tidak berhasil menjalankan rencananya. Serdadu dari kedua belah pihak yang menemui ajalnya sekitar satu juta nyawa.

5. Tanggal 1 Juni 1916 pasukan Inggris ingin membalas serangan. Pertempuran ini dikenal dengan Pertempuran Somme. Pasukan meriam Inggris menggempur pertahanan Jerman selama seminggu tanpa henti. Sejumlah total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa jam pertama perang tersebut. Diakhir pertempuran kedua belah pihak secara keseluruhan telah kehilangan 900.000 prajuritnya

6. Dampak Perang Dunia
  1. Pengeboman pertama yang ditujukan kepada penduduk sipil adalah serangan pada tahun 1915 ke Inggris oleh pesawat Zeppelin Jerman.
  2. Pada tanggal 7 Mei 1915, kapal Lintas-Atlantik terbesar di dunia, Lusitania, tenggelam tepat di dekat pantai Irlandia karena serangan kapal U-boat. Dari 2.000 orang penumpang Lusitania, sejumlah 1.195 orang tenggelam atau tewas dalam serangan tersebut.
  3. Gas beracun, senjata yang pertama kali digunakan oleh Perancis dan kemudian juga oleh Jerman, menyebabkan kematian menyedihkan ribuan serdadu.
  4. Trauma dan Gangguan Psikologis. Bentuk trauma yang dikenal sebagai “Shell Shock” atau “Kejutan Bom” sangat umum diantara para veteran perang, dan hal ini menyebabkan penderitanya mengalami serangan ketakutan dan goncangan yang berat.
  5. Hasil karya sesudah perang menggambarkan kesakitan dan penyakit jiwa. Karya-karya ini tidak hanya mencerminkan keadaan jiwa sang seniman, namun juga keadaan jiwa seluruh generasi tersebut.
7. Perdamaian Perang Dunia I dinyatakan pada jam 11 pagi, tanggal 11 bulan 11 tahun 1918.
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Senat AS mendesak PBB untuk mencabut laporan terkait tentang Perang Gaza, yang menuduh Israel melakukan kejahatan perang selama 22 hari serangan mereka terhadap Jalur Gaza. Para senator AS telah menyusun sebuah resolusi yang menyerukan anggota Dewan HAM PBB untuk membatalkan laporan dan mempertimbangkan kembali tindakan lebih lanjut Dewan HAM PBB sehubungan dengan temuan-temuan dalam laporan perang Gaza tersebut.


Resolusi itu juga mendesak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk membantu terwujudnya "reformasi" Dewan HAM PBB "sehingga tidak lagi bersikap tidak adil, tidak proporsional, dan secara teratur salah dalam mengkritik Israel," lapor AFP. Resolusi ini juga menyerukan kepada Sekjen PBB untuk melakukan semua hal yanga ada dalam kekuasaannya untuk memperbaiki rusaknya reputasi Israel di mata dunia internasional yang disebabkan oleh laporan itu.

Resolusi itu muncul setelah Kepala penyelidikan PBB atas serangan Gaza Richard Goldstone mengatakan awal bulan ini bahwa ia telah salah menyimpulkan serangan Israel terhadap sasaran sipil. Pada bulan April 2009 lalu, Goldstone menyelidiki laporan adanya pelanggaran HAM internasional dan pelanggaran hukum humaniter selama serangan Israel ke Gaza pada akhir Desember 2008- dan awal 2009, yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak.

Laporan itu mengatakan bahwa operasi Israel secara hati-hati direncanakan dalam semua fase mereka pada saat serangan yang tidak proporsional sengaja dirancang untuk menghukum, menghina dan meneror penduduk sipil. Namun, di bawah tekanan intensif dari Israel, Goldstone pada tanggal 3 April lalu mengumumkan bahwa ia telah salah untuk mengatakan Israel telah menargetkan warga sipil secara sengaja.

Goldstone kemudian mengumumkan bahwa dia tidak memiliki alasan untuk percaya terhadap setiap bagian dari laporan, dan laporan perlu dipertimbangkan saat ini. Pada hari Kamis, tiga dari penulis laporan, menolak seruan untuk menarik laporan yang telah mereka susun. Laporan ini bisa membuka jalan untuk menyeret Israel ke pengadilan di Den Haag untuk kejahatan perang. (fq/prtv)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Dalam sebuah video yang direkam sebelum serangan udara internasional dimulai di Libya, wakil pemimpin al-Qaidah menyerukan kepada negara-negara Muslim untuk melawan Amerika Serikat dan NATO jika pasukan mereka memasuki negara itu.

Wakil pimpinan Al-Qaidah, Ayman al-Zawahri juga menyerukan negara-negara Islam untuk melawan kekuatan Muammar Gaddafi.


Al-Qaidah dan cabang mereka di Afrika Utara telah menyerukan pemimpin Libya Muammar Gaddafi untuk digulingkan dan segera membentuk pemerintahan Islam di negara itu.

Dalam rekaman yang diposting di forum internet Jihadis Kamis kemarin (14/4), al-Zawahri mengatakan negara tetangga Libya seperti Mesir, Aljazair dan Tunisia, khususnya, harus "bangkit dan melawan tentara bayaran Gaddafi dan pasukan NATO."

Ringkasan dari video disediakan oleh SITE Intelligence Group, sebuah organisasi yang berbasis di AS yang melacak situs kelompok jihadis.(fq/ap)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

"The first lesson a revolutionary must learn is that he is a doomed man."
— Huey P. Newton


"In preparing for battle I have always found that plans are useless, but planning is indispensable."
— Dwight D. Eisenhower

"No one is so foolish as to prefer war to peace, in which, instead of sons burying their fathers, fathers bury their sons."
— Herodotus (The Histories)

"There are betrayals in war that are childlike compared with our human betrayals during peace. The new lovers enter the habits of the other. Things are smashed, revealed in a new light. This is done with nervous or tender sentences, although the heart is an organ of fire."
— Michael Ondaatje (The English Patient)

"In Peace, Sons bury their Fathers. In War, Fathers bury their Sons."
— Herodotus


"Supreme excellence consists of breaking the enemy's resistance without fighting."
— Sun Tzu (The Art of War)


"The law of evolution is that the strongest survives!' 'Yes, and the strongest, in the existence of any social species, are those who are most social. In human terms, most ethical...There is no strength to be gained from hurting one another. Only weakness."
— Ursula K. Le Guin

"War." Gorgon spits the word. "That is what they call it to give the illusion of honor and law. It is chaos. Madness and blood and the hunger to win. It has always been thus and shall always be so."
— Libba Bray (The Sweet Far Thing)

"I would rather live a short life of glory than a long one of obscurity"
— Alexander The Great

"It is only those who have neither fired a shot nor heard the shrieks and groans of the wounded who cry aloud for blood, more vengeance, more desolation. War is hell."
— William Tecumseh Sherman

"It is not seen as insane when a fighter, under an attack that will inevitable lead to his death, chooses to take his own life first. In fact, this act has been encouraged for centuries, and is accepted even now as an honorable reason to do the deed. How is it any different when you are under attack by your own mind?"
— Emilie Autumn (The Asylum for Wayward Victorian Girls)

"It was my view then, and still is, that you don't make war without knowing why. Knowledge of course, is always imperfect, but it seemed to me that when a nation goes to war it must have reasonable confidence in the justice and imperative of its cause. You can't fix your mistakes. Once people are dead, you can't make them undead."
— Tim O'Brien (The Things They Carried)

"I am young, I am twenty years old; yet I know nothing of life but despair, death, fear, and fatuous superficiality cast over an abyss of sorrow. I see how peoples are set against one another, and in silence, unknowingly, foolishly, obediently, innocently slay one another."
-All Quiet On The Western Front, Ch. 10"
— Erich Maria Remarque

"You can have peace. Or you can have freedom. Don't ever count n having both at once."
— Robert A. Heinlein

"War does not decide who is right but who is left."
— George Bernard Shaw


"He always considered death an unavoidable professional hazard."
— Gabriel García Márquez (Chronicle of a Death Foretold)


"To live is to war with trolls."
— Henrik Ibsen


"We cannot defend freedom abroad by deserting it at home."
— Edward R. Murrow


"Morale was deteriorating and it was all Yossarian's fault. The country was in peril; he was jeopardizing his traditional rights of freedom and independence by daring to exercise them."
— Joseph Heller (Catch-22) 

Sumber: http://www.goodreads.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

"A thing may happen and be a total lie; another thing may not happen and be truer than the truth."
— Tim O'Brien (The Things They Carried)

"There is nothing that war has ever achieved that we could not better achieve without it."
— Havelock Ellis

"Men make war to get attention. All killing is an expression of self-hate."
— Alice Walker


"Battles are lost in the same spirit in which they are won."
— Walt Whitman (Leaves of Grass)


"I'm ruined beyond repair, is what I fear...And if so, in time we'd both be wretched and bitter."
"I know people can be mended. Not all, and some more immediately than others. But some can be. I don't see why not you."
"Why not me?"
— Charles Frazier (Cold Mountain)

"One of the hardest parts of my job is to connect Iraq to the war on terror. "
— George W. Bush


"The nuclear arms race is like two sworn enemies standing waist deep in gasoline, one with three matches, the other with five."
— Carl Sagan

"A love for tradition has never weakened a nation, indeed it has strengthened nations in their hour of peril. "
— Winston S. Churchill

"War was always here. Before man was, war waited for him. The ultimate trade awaiting its ultimate practitioner."
— Cormac McCarthy (Blood Meridian: Or the Evening Redness in the West)

"Pacifism is objectively pro-fascist. This is elementary common sense. If you hamper the war effort of one side, you automatically help out that of the other. Nor is there any real way of remaining outside such a war as the present one. In practice, 'he that is not with me is against me'."
— George Orwell

"The first time it was reported that our friends were being butchered there was a cry of horror. Then a hundred were butchered. But when a thousand were butchered and there was no end to the butchery, a blanket of silence spread.
When evil-doing comes like falling rain, nobody calls out "stop!"

When crimes begin to pile up they become invisible. When sufferings become unendurable the cries are no longer heard. The cries, too, fall like rain in summer."
— Bertolt Brecht (Selected Poems)

"If tyranny and oppression come to this land it will be in the guise of fighting a foreign enemy."
— James Madison

"May god have mercy for my enemies because I won't."
— George S. Patton Jr.


"That shay was in possesion of handgranades was a comforting thought showed what kind of night this had become."
— Scott Westerfeld (Specials)

"How can you have a war on terrorism when war itself is terrorism?"
— Howard Zinn


"Thomas Jefferson once said: 'Of course the people don't want war. But the people can be brought to the bidding of their leader. All you have to do is tell them they're being attacked and denounce the pacifists for somehow a lack of patriotism and exposing the country to danger. It works the same in any country.' I think that was Jefferson. Oh wait. That was Hermann Goering. Shoot."
— Jon Stewart

"I no longer feel allegiance to these monsters called human beings, despise being one myself. I think that Peeta was onto something about us destroying one another and letting some decent species take over. Because something is significantly wrong with a creature that sacrifices its children’s lives to settle its differences. You can spin it any way you like…but in the end, who does it benefit? No one. The truth is, it benefits no one to live in a world where these things happen."
— Suzanne Collins (Mockingjay)

"Laws are silent in times of war."
— Marcus Tullius Cicero


"Anyone in any walk of life who is content with mediocrity is untrue to himself and to American tradition."
— George S. Patton Jr.

"When someone has been mean to you, why would you want to be good to them?' 'You wouldn't want to. That's what makes it hard. You do it anyway. Being good is hard. Much harder than being bad.' --People of sparks--"
— Jeanne DuPrau

Sumber: http://www.goodreads.com
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments