Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Pada abad pertama SM, terjadi pemberontakan sipil di kota Roma. Para jenderal Romawi (yang sekalgus merupakan gubernur) saling memperebutkan kekuasaan. Pada 49 SM, terjadi lagi perang sipil antara Julius Caesar dan Pompey Magus. Caesar berhasil mengalahkan Pompey dan kembali ke Roma untuk membuat beberapa perubahan pada sistem politik Romawi. Namun dia dibunuh pada 44 SM. Persekutuan sementara didirikan oleh Oktavianus (keponakan Caesar), dan Markus Antonius (Mark Antony), salah satu anak buah Caesar. 

Mereka berbagi kekuasaan, Oktavianus memerintah wilayah barat, sedangkan Antonius mengurusi wilayah timur, seperti Yunani dan Suriah. Suatu hari, Antonius jatuh cinta pada Cleopatra, ratu Mesir dan mantan kekasih Caesar. Antonius lalu menceraikan saudari Oktavanianus dan menikahi Cleopatra, akibatnya terjadi perang antara keduanya. Oktavianus berhasil mengalahkan Antonius pada pertempuran laut di Aktium pada 31 SM. Antonius dan Cleopatra lalu bunuh diri.

Sebagai satu-satunya pemegang kekuasaan, Oktavianus pun menjadi kaisar pertama Romawi pada 30 SM. Pada 27 SM, Oktavianus kembali ke Roma dan mulai melakukan reformasi pemerintahan. Namanya diganti menjadi Augustus Caesar. Romawi akhirnya kembali pulih setelah perang sipil yang panjang. Karya-karya Virgilus dan Ovidius bermunculan pada periode ini.

Selama perang sipil, Romawi memberikan kewarganegaraan Romawi pada para sekutunya, setelah Perang Sosial (91-89 SM). Pada masa Julius Caesar, kewarganegaraan boleh diberikan pada orang non-Italia, misalnya orang Galia, dan pada orang yang ingin tinggal di Kekaisaran Romawi. Salah satu warga Romawi yang terkenal adalah Saulus yang Yahudi, yang kelak dikenal sebagai Rasul Paulus.

Banyak di antara kaisar Romawi yang tak dilahirkan di kota Roma. Mungkin satu-satunya syarat untuk menjadi kaisar Romawi adalah harus warga Romawi. Kadanag, Senat memilih orang sebagai kaisar, namun di lain waktu, kandidat kaisar dicalonkan oleh pasukan Romawi di berbagai provinsi.

Kekaisaran Romawi ketika mencapai wilayah terluasnya di bawah pemerintahan kaisar Trajanus
Augustus meninggalkan dinasti di Romawi setelah dia meninggal pada 41 M. Dia diteruskan oleh pemerintahan Tiberius (14-37 M), Kaligula (37-41 M), Klaudius (41-54 M) dan Nero (54-68 M). Dinasti itu berakhir setelah kaisar Nero wafat pada 68 M. Dia bunuh diri setelah rakyatnya memberontak padanya. Setelah Nero, Romawi dipimpin oleh tiga kaisar dan masa pemerintahan mereka berlangsung pendek.

Pada 69 M, gubernur Romawi, Vespasianus (69-79 M), menjadi kaisar dan mendirikan dinasti yang baru. Di digantikan oleh putranya Titus (79-81 M) dan Domitianus (81-96 M).

Kekaisaran Romawi mencapai level dan stabilitas yang baru ketika dipimpin oleh kaisar Trajanus (98-117 M), Hadrianus (117-138 M) dan Antoninus Pius (138-161 M). Markus Aurelius (161-180 M) harus menjalani serangkaian pertempuran melawan kaum barbar di perbatasan Romawi. Dia digantikan oleh Kommodius, yang dibunuh pada 192 M. Pada abad ketiga M, terjadi gejolak dan pemberontakan di Romawi yang menyebabkan keterpurukan ekonomi.

Kaisar Diokletianus (284-305 M) dan koleganya Maximianus berusaha membangun kembali kekaisaran. Pengganti Diokletianus adalah Konstantius, yang merupakan ayah Konstantinus Agung (312-337 M). Adalah Konstantinus yang memindahkan ibukota ke Bizantium, yang namanya diganti menjadi Konstantinopel. Konstantinus juga menjadikan Nasrani sebagai agama negara, walaupun dia sendiri baru dibaptis menjelang saat-saat kematiannya.

Kaisar terakhir Romawi, Romulus Augustus, melepaskan mahkotanya di depan Odoacer
Pada abad keempat Masehi, perbatasan Romawi mendapat tekanan hebat dari kaum barbar, terutama oleh kaum Jerman. Kekaisaran Romawi lalu dibagi menjadi dua (394), dan masing-masing dipimpin oleh putra-putra kaisar Theodosius: Honorius memerintah di Romawi Barat, dan Arkadius berkuasa di Romawi Timur. Ada dua kelompok kaum Goth yang paling merusak Romawi, yaitu Visigoth dan Ostrogoth. Kaum Visigoth, dipimpin oleh Alarik, menyerang kota Roma pada 410 M. Karena hal ini, Honorius memanggil pulang legionnya yang sedang bertugas di Britania dan menyuruh mereka untuk mengabaikan daerah tersebut. Romawi Barat lalu diserang oleh Attila orang Hun, yang pasukannya berasal dari Asia Tengah. Attila dikalahkan pada Pertempuran Chalons di Perancis pada 451 M. Attila meninggal pada 453 M, namun setahun sebelumnya Atilla sempat menghancurkan daerah Aquileia di Italia Utara.

Adalah kaum Ostrogoth yang berhasil menaklukan Kekaisaran Romawi Barat. Pemimpin Ostrogoth, Odoaker, mengangkat dirinya sebagai Raja Italia. Dia juga mengasingkan kaisar terakhir Romawi, Romulus Augustus, ke Campagnia pada 76. Kaum Ostrogoth lainnya, dipimpin oleh Theodorik Agung, menginvasi Italia pada 489 M dan mendirikan kerajaan di Italia utara pada 493 M. Masa pemerintahan Theodorik berakhir pada 526 M, namun legendanya tetap abadi. Theodorik menjadi pahlawan dalam mitologi Norwegia, dan dia dikenal sebagai Dietrich dari Verona (atau Theodorik dari Bern).
Tamat

Sumber: http://id.wikibooks.org
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Bangsa Romawi adalah penduduk kota Roma. Kota Roma dimulai dari perkampungan kecil di bukit-bukit Palatine dan Aventine. Diceritakan bahwa Romulus adalah raja pertama Roma, dan pendirian Roma secara tradisional terjadi pada 753 SM. Menurut legenda, Romulus merupakan keturunan pahlawan Troya, Aineias, yang bermigrasi ke Latium (Italia) setelah kejatuhan Troya.

Kerajaan Romawi dipimpin oleh tujuh raja. Raja ketujuhnya dikudeta dan rakyat Romawi menggantikannya dengan sistem pemerintahan republik pada 510 SM, sehingga Kerajaan Romawi berubah menjadi Republik Romawi. Pada masa kerajaan, tiga raja terakhir Romawi berasal dari bangsa Etruria (Toscana modern). Pada waku itu, bangsa Etruria adalah orang-orang yang paling kuat dan berpengaruh. Bangsa Etruria juga mengajari bangsa Romawi mengembangkan tulisan, ilmu pasti, arsitektur, seni, dan agama.

Romawi memenangkan serangkaian perang melawan musuh maupun sekutunya sendiri di daerah Latium. Pada abad ketiga SM, Romawi sukses menaklukan sebagian besar semenanjung Italia. Taras (kelak Tartentum) meminta Pirrhos dari Epiros untuk membebaskan kota-kota Yunani di Italia yang dikuasai oleh Romawi. Pirrhos memenangkan beberapa pertempuran (281-275 SM), namun kehilangan banyak sekali pasukan. Karenanya, Pirrhos pernah berkata, "jika sekali lagi kita menang, kita tetap akan dihancurkan oleh Romawi". Hingga kini, ungkapan "Kejayaan Pirrhos" diucapkan untuk menyatakan suatu kemenangan dengan pengorbanan yang besar.

Pada akhirnya, Romawi mengalahkan Yunani pada Pertempuran Beneventum (275 SM), dan Pirrhos harus angkat kaki dari Italia.

Pada saat kampanye militer Pirrhos di Italia dan Sisilia, Kartaghe merupakan sekutu Romawi, karena Pirrhos juga menyerang kota Kartaghe di Sisilia. Tetapi, di kemudian hari Romawi tertarik untuk menguasai Spanyol dan kepulauan Sardinia dan Korsika, yang saat itu dikendalikan oleh Kartaghe. Maka Kartaghe pun berkonfrontasi melawan Romawi dan terjadilan Perang Punik Pertama (264-241 SM). Pada akhirnya Kartaghe terpaksa harus menyetujui perjanjian dari Romawi.

Yang paling terkenal adalah Perang Punik Kedua (218-201 SM) ketika Kartaghe dipimpin oleh jenderal Hannibal Barca. Dengan membawa pasukan besar dari Kartaghe, Hannibal menginvasi Italia dan mengalahkan banyak legion Romawi. Hannibal menggunakan strategi serangan kejutan dan memenangkan pertempuran di Sungai Trebia (218 SM) dan di Danau Trasimene (217 SM). 

Pada Pertempuran Cannae, Hannibal kembali menunjukkan kehebatannya. Sementara Hannibal memimpin pasukan utamanya untuk menahan pasukan Romawi, sisa pasukannya mengelilingi pasukan Romawi dan memotong jalan keluar mereka. Pasukan Romawi lalu dihantam baik dari belakang maupun dari kedua sayap. Semua konsul dan dua mantan konsul Romawi terbunuh dalam pertempuran itu.

Romawi mengalami kerugian yang hebat namun mereka tidak menyerah pada Hannibal. Romawi lalu menunjuk salah satu jenderalnya, Quintus Fabius Maximus Kunktator, sebagai diktator. Strategi Fabius cukup sederhana: ikuti dan ganggu pasukan Hannibal, namun jangan lakukan pertempuran terbuka. Ini adalah jenis perang gerilya. Pada saat yang sama, Romawi mengirim pasukan yang dipimpin oleh Skipio bersaudara untuk menyerang basis Kartaghe di Spanyol, namun mereka terbunuh pada 211 SM. 

Skipio lain (anak dari salah satu Skipio yang terbunuh, kelak dikenal sebagai Skipio Afrikanus) memimpin serangan susulan dan berhasil menguasai Karthage Nova (Karthage baru) di Spanyol. Dia juga berhasil mengalahkan dan mengusir Hasdrubal Barca (adik Hannibal) dari Spanyol. Hasdrubal berusaha bergabung dengan kakaknya di Italia, namun usahanya digagalkan. Hasdrubal dikalahkan pada Pertempuran Metaurus (207 SM). Dengan perginya Kartaghe dari Spanyol, Skipio mengalihkan perhatiannya ke pusat pemerintahan Kartagahe, yaitu di Afrika. Hannibal tak punya pilihan selain meninggalkan Italia dan kembali ke Kartaghe.

Sebuah pertempuran besar terjadi di Zama pada 202 SM. Hannibal dan Skipio belum pernah bertempur sebelumnya, namun Skipio telah mempelajari taktik dan strategi Hannibal. Kali ini, pasukan kavaleri Romawi jumlahnya lebih banyak, dan Skipio menggunakan metode pengepungan milik Hannibal. Skipio mengirimkan pasukan kavalerinya untuk menyerang pasukan Hannibal dari belakang. Pada akhirnya, Kartaghe lagi-lagi harus menyetujui perjanjian damai hasil bikinan Romawi.

Tetapi, perdamaian dengan Kartaghe tidak menghentikan Romawi untuk mencari daerah jajahan baru di luar Italia. Pada saat kampanye militer Kartaghe di Italia, Filipos V (Philip V) dari Makedonia ikut membantu Kartaghe. Akibatnya Romawi pun menyerang Makedonia. Filipos V dikalahkan pada pertempuran di Kinosefalai (197 SM). Sekutu Filipos, Antioklos dari Suriah dan Asia Minor, juga ikut diserang dan dikalahkan. Di kemudian hari, Romawi kembali berperang melawan Makedonia, kali ini Makedonia dipimpin oleh putra Filipos V, yaitu Perseus. Makedonia dikalahkan pada pertempuran di Pidna (168 SM) dan Makedonia pun menjadi daerah jajahan Romawi.

Sementara itu Kartaghe di Afrika dan Korintus di Yunani bangkit melawan Romawi. Namun Romawi mampu mengalahkan mereka. Pada 146 SM, Romawi membakar habis kota Kartaghe dan Korintus. Romawi juga menjual semua penduduk Korinthos sebagai budak dan mengambil semua benda seni mereka. Dengan demikian, Afrika dan Yunani pun menjadi daerah kekuasaan Romawi.
Bersambung...

Sumber: http://id.wikibooks.org
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Serdadu Afrika diandalkan dalam Perang Padri hingga Perang Aceh.

SEKIRA tahun 1910, Oerip Soemohardjo, kelak menjadi kepala staf pertama Tentara Keamanan Rakyat pada 1945 –menjadi Tentara Nasional Indonesia pada 1947 – mendapat cemoohan dari para pemuda Afrika yang tinggal di Purworejo, kalau bahasa Belanda Oerip jelek. Sementara para pemuda Afrika hampir semuanya bicara bahasa Belanda dengan benar dan tanpa aksen.

Tak terima, Oerip yang berusia 17 tahun memanggil pasukan ciliknya dari Sindurejan (permukiman pribumi di Purworejo) untuk menyerang para pemuda Afrika saat senja sembari berteriak: “Londo ireng toenteng, iroenge mentol, soearane bindeng!” (Belanda hitam keling, hidungnya besar, suaranya bindeng). Beberapa kali ayah Oerip dipanggil kepala desa. Dia berjanji akan memarahi anaknya dengan syarat para pemuda Afrika tak lagi mengejek cara bicara anaknya.

Para veteran Afrika yang selesai bertugas, awalnya tinggal di sejumlah kampung bersama orang-orang Jawa. Ketika jumlahnya bertambah, residen daerah memutuskan membentuk kawasan tersendiri bagi mereka, demi menghindari “perselisihan dengan penduduk pribumi”. Selain itu, Belanda akan mudah mengawasi dan memanggil mereka ketika keadaan tidak tenang. Untuk membangun kampung Afrika, sesuai Keputusan Gubernemen tanggal 30 Agustus 1859 No. 25, Gubernemen Belanda membeli sebidang tanah di Desa Pangenjurutengah. Setiap penghuni memperoleh sebidang tanah sekitar 1.150 m2 untuk rumah atau lahan garapan.

Pada 20 Juni 1939, Letnan Doris Land, seorang pensiunan Afrika, menorehkan tandatangannya di bawah baris terakhir naskah berjudul Het ontstaan van de Afrikaansch kampong te Poerworedjo (Munculnya Kampung Afrika di Purworejo). Kelak, dia mencoret beberapa huruf di akhir kata “kampung” sehingga membentuk kata “kamp”, karena “kampung” mungkin dianggapnya “kampungan”.

Dokumen empat halaman itu merupakan satu-satunya peninggalan seorang Indo-Afrika. Isinya memuat sejarah serdadu Afrika dan keturunannya. Menariknya, semasa hidupnya Doris tak membagikan sejarah dengan siapa pun, termasuk kepada tujuh anaknya. Baru setelah dia meninggal dunia pada 1986, dokumen itu ditemukan dalam koper tua yang hampir dibuang ke tempat sampah. Terkuaklah petualangan serdadu Afrika di Hindia Belanda.

Selain dokumen tersebut, sejarawan, wartawan, dan peneliti senior di Africa Studies Centre Leiden Belanda, Ineke van Kessel, mendapat limpahan setumpuk berkas penelitian tentang serdadu Afrika di Jawa dari sejarawan Universitas Amsterdam Dr Silvia de Groot. Van Kessel juga melakukan wawancara dengan keturunan-keturunan serdadu Afrika di Jawa yang biasa reunian setiap dua tahun sekali di Belanda. Pada 2005, van Kessel menerbitkan bukunya: Zwarte Hollanders: Afrikaanse Soldaten in Nederlands-Indië (Belanda Hitam: Serdadu Afrika di Hindia Belanda).

Penggunaan serdadu Afrika sudah dilakukan dalam rentang waktu lama, dan bukan hanya di Hindia Belanda. Seperti disebutkan Van Kessel, di Kerajaan Romawi terdapat seorang serdadu yang dijuluki St. Mauricius, pemimpin legiun Theban. Sejak abad ke-9, dinasti-dinasti Islam di Afrika Utara dan Spanyol menggunakan serdadu Afrika, seperti Dinasti Alawi di Maroko –bahkan Sultan Alawai kedua Mulay Ismail adalah putra dari seorang gundik berkulit hitam.

Portugis menempatkan serdadu Afrika dari Mozambik dan Ethiopia di Timor Timur dan Sri Lanka. Pada 1640, sekitar seratus pemanah berkulit hitam bertempur bersama Portugis melawan Belanda. Pada tahun yang sama Gubernur Belanda di Sri Lanka Rijkloff van Goens membutuhkan 4.000 orang kulit hitam untuk bekerja kepada VOC, bahkan VOC mendatangkan para budak hitam baru dari Madagaskar dan bagian selatan Afrika.

Pada 1875, Prancis membentuk Serdadu Senegal Bersenjata (De Tiraileurs Sénégalais), dan Inggris membetuk Gold Coast Corps pada 1851 dan West India Regiments, yang ditempatkan di Hindia Barat dan Afrika Barat. Pada dua Perang Dunia, ratusan ribu serdadu Afrika bertempur dengan tentara Prancis dan Inggris. Prancis juga mengerahkan pasukan Afrika di Indocina dan dalam perang kemerdekaan Aljazair.

“Perang Jawa menuntut dilakukannya perekrutan intensif,” tulis Van Kessel.

Semula, konsul-konsul Belanda di Hamburg, Bremen, dan Frankfurt mengumpulkan ribuan relawan Jerman. Pada 1827, korps elite berkekuatan 3.000 orang berangkat dari Belanda ke Jawa. Mereka harus menyelesaikan perang yang berlarut-larut. Setelah dua tahun berperang, yang tersisa kurang dari 1.000 orang. Tak mengherankan jika saran menggunakan orang Afrika mendapat tanggapan simpatik di Den Haag. Serdadu Afrika dianggap tahan banting dan tahan penyakit di iklim tropis, juga cenderung lambat berbaur dengan penduduk sehingga menjadikan kesatuan tentara sebagai pengganti keluarga.

Usulan datang dari kalangan swasta: seorang mayor Inggris, seorang bangsawan Jerman, dan ketua Nederlansche Handelmaatschappij. Usul tersebut diterima Kementerian Urusan Perang dan Kementerian Daerah Jajahan. Pada 1831-1872, Belanda merekrut sekitar 3.085 laki-laki di Afrika Barat, sebagian besar berasal dari Elmina (sekarang Ghana) dan Burkina Faso.

Tapi para serdadu Afrika tak ikut dalam Perang Jawa. Mereka tiba di Jawa sekitar tahun 1831, setelah Perang Jawa usai. Pengalaman perang pertama diperoleh 44 serdadu Afrika untuk memadamkan pemberontakan di Distrik Lampung yang dipimpin oleh Raja Gepe. Di Padang, serdadu Afrika yang membentuk kompi ke-6 Batalyon Infanteri 1 menduduki Bonjol setelah perang selama lima tahun. Serdadu Afrika juga ikut dalam ekspedisi di Bali untuk menundukkan raja-raja Bali, berjaga di garis belakang dan dari serangan dengan senjata bayonet di Timor, serta ekspedisi ke Banjarmasin, sebelah tenggara Borneo (Kalimantan).

Pada 1859, kompi Afrika Batalyon Infanteri 2 ikut dalam ekspedisi ke Bone, Celebes (Sulawesi), menggantikan serdadu-serdadu Eropa yang dievakuasi karena kerap jatuh sakit. Hingga Juni 1859, meski diserang penyakit disentri, kolera, tifus, dan malaria, kompi Afrika hanya kehilangan empat orang. Di Aceh sebaliknya. Dua kompi serdadu Afrika yang dilibatkan dalam ekspedisi besar-besaran kedua ikut berkontribusi atas keberhasilan menundukkan Sultan Aceh tanpa perlawanan. Bahkan tak seorang pun serdadu Afrika mati di medan perang –hanya satu yang mati karena terluka saat diungsikan. Tapi, 78 serdadu atau sepertiga dari seluruh serdadu Afrika tewas karena kolera.

Pemilihan Purworejo (disebut Kedong Kebo) sebagai tempat menampung para veteran Afrika bukanlah kebetulan. Bagelan pernah menjadi pusat perlawanan Perang Jawa. Mendirikan sebuah koloni para veteran Afrika merupakan strategi Belanda untuk menjinakkan pemberontakan yang dikhawatirkan terjadi lagi.

Usai Perang Jawa pada 1830 pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah tangsi besar di Purworejo. Di sana ditempatkan tiga kompi pasukan Afrika, yang ironisnya pada 1840 membuat panik pemerintah lantaran melakukan pemberontakan bersenjata. Beberapa kali serdadu Afrika melakukan pemberontakan karena masalah adaptasi, kesetaraan dengan serdadu Eropa, dan komunikasi di kalangan prajurit Afrika sendiri, yang terdiri dari berbagai suku dengan bahasa berbeda. Selain itu, para serdadu Afrika suka bersikap negatif: jorok, lamban dalam mempelajari senjata, malas, brutal, cepat naik darah, sulit diperintah, cenderung memberontak, padahal mereka prajurit yang tak kenal lelah dan berani.

Banyak keturunan para serdadu Afrika mengikuti jejak ayahnya. Generasi kedua dan ketiga Indo-Afrika terlibat dalam perang melawan Jepang. Mereka merasakan nasib buruk di dalam kamp tawanan dan proyek-proyek Jepang. Setelah Indonesia merdeka, beberapa serdadu Afrika menetap di Indonesia.

Tak mudah bagi mereka menjalin hubungan dengan penduduk pribumi. Mereka kerap merasa lebih tinggi statusnya ketimbang warga pribumi. Pintu gerbang kamp Afrika di Purworejo ditutup pukul 06.00 pagi hingga 06.00 sore. Orang Afrika hidup terasing dan hanya berkomunikasi dengan orang Indonesia saat merasa butuh. Keturunan-keturunan Afrika di Belanda membantah bahwa tak ada pagar dan gapura dalam kamp Afrika. Cerita mengenai pagar barangkali menjadi ungkapan simbolis jarak sosial dengan orang Indonesia saat berkomunikasi dengan orang Afrika.

Orang Indonesia memiliki rasa segan terhadap “Belanda Hitam”. Di sisi lain, mereka juga merendahkan. Rambut orang Afrika yang kriwil diejek “rambut setan”. Karena penghuninya berkulit hitam, kamp Afrika kerap disebut “gudang arang.”

Karena inilah mungkin sebagian besar serdadu Afrika memilih kembali ke Belanda. “Saya orang Belanda, saya tak mau menjadi orang Indonesia,” kata mereka. Sayangnya, orang Belanda –juga orang Indonesia– tak mau mengakuinya. Mereka pun harus puas dengan sebutan Belanda Hitam. [HENDRI F. ISNAENI]

Sumber: http://www.majalah-historia.com
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments