Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Wakil Walikota Auckland, Penny Hulse mengatakan
kesannya pada Falun Gong adalah sebuah komunitas
yang lembut, cinta damai dan terhormat.
(Dewan Kota Auckland)
Auckland - Sebuah e-mail yang dikirim kepada para pejabat Selandia Baru berisikan propaganda dan fitnahan. Propaganda bertujuan menentang latihan kultivasi (tekhnik menempa jiwa dan raga) Falun Gong (juga dikenal sebagai Falun Dafa). Surat elektronik tersebut dilaporkan membuat jengkel para pejabat dan menganggap email tersebut sebagai tipuan bohong dan fitnah.

E-mail yang mengaku seorang praktisi Falun Gong itu membahas secara ofensif gempa Christchurch, di mana 159 orang diketahui telah meninggal. Antara lain, e-mail tersebut mengatakan bahwa mereka yang meninggal mendapatkan apa yang layak mereka dapatkan. Email ini dikirim pada 25 Februari untuk anggota dewan dari beberapa kota.

Dr. Cathy Casey, salah satu anggota dewan Auckland, menyebut e-mail tersebut 'mengejutkan' dan 'tercela'.

Sam Fang, presiden dari Asosiasi Falun Dafa, mengatakan, 'penulis e-mail tersebut menggunakan tragedi gempa bumi Christchurch sebagai kesempatan untuk mengubah Selandia Baru menentang komunitas Falun Gong'. Falun Gong adalah latihan Qigong tradisional Tiongkok yang mencakup latihan meditasi dan latihan menempa mental dan moralitas manusia sesuai dengan prinsip-prinsip Sejati, Baik dan Sabar. Fang mengaitkan e-mail tersebut dengan kampanye fitnah dan propaganda yang dilancarkan oleh rezim komunis China terhadap Falun Gong.

"E-mail ini jelas dirancang untuk mendiskreditkan Falun Gong, sesuatu yang oleh Partai Komunis China terus diburu untuk dilakukan sebagai bagian dari penganiayaan dua belas tahun dari praktisi Falun Gong di China," katanya. Pada bulan Juli 1999, pemimpin tertinggi rezim komunis China saat itu, Jiang Zemin, takut pada popularitas Falun Gong di China, memerintahkan untuk "membasmi" latihan tersebut dalam 3 bulan.

E-mail Bumerang

Ini adalah e-mail kedua yang dikirimkan kepada para pejabat tahun ini yang memfitnah Falun Gong. E-mail pertama dikirim pada bulan Januari kepada anggota parlemen dan anggota dewan dan membawa kop surat dari Konsulat China. Ini memfitnah Falun Gong dan menyarankan bahwa orang seharusnya tidak menghadiri pertunjukan Shen Yun Performing Arts, yang dijadwalkan tampil di Auckland pada bulan Februari.

Shen Yun yang berbasis di New York mempertunjukan tarian dan musik Tiongkok klasik untuk menghidupkan kembali semangat kebudayaan tradisional Tiongkok, menurut situs Shen Yun. Asosiasi Falun Dafa di Selandia Baru adalah sponsor dari pertunjukan tersebut. Email Januari menjadi bumerang, karena para pejabat mengutuk perbuatan Konsulat China tersebut. Email kedua ini juga tampaknya telah menjadi bumerang, karena beberapa anggota dewan Auckland sangat bingung mereka telah menyadari bahwa email itu tidak otentik.

"Orang-orang yang berlatih Falun Gong, sejauh pengetahuan saya, adalah orang-orang yang cinta damai," kata Dr. Casey. "Tujuan [dari email] adalah untuk membawa Falun Gong ke dalam reputasi buruk, dan saya dapat meyakinkan anda bahwa hal itu tidak akan terjadi sejauh anggota dewan Auckland dilibatkan," katanya. Wakil Walikota Auckland, Penny Hulse memiliki kesan yang sama seperti Dr. Casey. Hulse mengatakan bahwa setiap orang yang ia telah ajak berbicara "segera menyadari bahwa [email] itu adalah sesuatu yang tidak sah."

Hulse mengatakan kesannya terhadap Falun Gong adalah sebuah komunitas yang lembut, cinta damai dan terhormat. "Saya tidak bisa membayangkan salah seorang dari mereka bisa mengirim e-mail seperti itu," sambungnya. Dewan di kota-kota lainnya juga menyatakan ketidakpercayaan dan keprihatinan mereka ketika mereka menerima email tersebut. "Saya tidak percaya hal itu benar," kata anggota Dewan Distrik Rotorua, Charles Sturt.

Julie Calnan, Dewan Distrik Rotorua mengatakan, "Saya memang terkejut dan sangat terganggu dengan isi email tersebut, tetapi meyakinkan kembali dengan membacanya bahwa hal ini bukan prinsip-prinsip Falun Gong." Fang telah mengirimkan email kepada para dewan dan anggota parlemen. Dia menyatakan dengan tegas bahwa orang yang menulis email itu bukan praktisi Falun Gong. Hal ini benar-benar tercela dan memalukan bahwa orang ini telah berupaya untuk mengeksploitasi tragedi itu dan penderitaan rakyat Christchurch kata Fang. "Praktisi Falun Gong sama-sama sedih atas penderitaan yang dialami orang-orang Christchurch," ujar Fang.

Campur Tangan dalam Urusan Selandia Baru

Semua data yang berhubungan dengan pengirim email kedua, yang bermarga, Yuang, kebangsaan China, telah menghilang atau telah dihapus dari Web. Dr. Casey mengangkat pertanyaan apakah rezim komunis China berada di balik email tersebut.

Anggota Dewan Auckland, Dr. Cathy Casey
menyebut e-mail tersebut mengejutkan dan tercela.
(Dewan Kota Auckland)
"Jika ini adalah pekerjaan dari pemerintah China di Selandia Baru, saya katakan lagi ini harus dihentikan," kata Dr. Casey. Ia juga menerima email sebelumnya dari Konsulat China.

Dr. Casey prihatin dengan campur tangan Konsulat China dengan urusan dalam negeri Selandia Baru.

"Saya katakan kepada orang-orang seperti ini, keluar dari negara kami dan jangan berurusan dengan warga negara kami. Anda tidak memiliki hak untuk berperilaku seperti ini," kata Dr. Casey.

Seorang mantan pejabat konsuler China telah bersaksi tentang pengalamannya dalam melakukan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengganggu Falun Gong di tetangga dekatnya Australia.

Chen Yonglin, mantan sekretaris pertama urusan politik untuk Konsulat China, Sydney bersaksi di depan Senat AS pada tahun 2005, "Perang melawan Falun Gong salah satu tugas utama dari misi warga China perantauan."

Menurut Chen, "Kebijakan terhadap Falun Gong dari Partai Komunis China (PKC) pusat untuk misi luar negeri adalah, Untuk melawan orang per orang, untuk menyerang secara sukarela dan agresif.” Dalam kesaksiannya, Chen merinci metode khusus yang digunakan untuk melakukan ‘pertempuran’ ini.

Praktisi Falun Gong di seluruh dunia telah melaporkan upaya oleh staf konsuler China sejak penganiayaan dimulai untuk mengganggu aktivitas mereka dan merusak reputasi mereka. Hulse mengatakan bahwa sebagai masyarakat Selandia Baru, "harus toleran terhadap siapapun yang menimbulkan kebencian."

Pola Sebelumnya

Taktik Pengiriman e-mail yang tidak rasional yang mengklaim berasal dari seorang praktisi Falun Gong untuk mencemarkan nama baik Falun Gong telah digunakan beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan Januari, Erping Zhang, juru bicara Pusat Informasi Falun Dafa, dihubungi oleh staf dari senator AS. Bahwa senator itu telah menerima e-mail atas nama Zhang yang membuat tuntutan irasional pada senator atas nama Falun Gong. Zhang mampu meyakinkan kantor senator bahwa ia tidak mengirimkan email tersebut. Dia kemudian mempekerjakan ahli I.T. yang mampu menunjukkan bahwa email itu berasal dari komputer di China daratan.

Selama tur Shen Yun 2009-2010, beberapa pengelola bioskop yang telah setuju menjadi tuan rumah Shen Yun dilaporkan menerima email tidak rasional yang diklaim dari praktisi Falun Gong. Perkara dari email yang dikirim ke para pejabat telah ditangani Intelijen Keamanan Selandia Baru, yang kini sedang melakukan penyelidikan. (Epochtimes/dia)

Sumber: http://erabaru.net/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Hidup Kacau

Semua pengikut iblis yang aktif pasti memiliki kehidupan yang kacau balau, Marx juga tidak luput.

Arnold Kunzli dalam buku ‘Cita-Cita Karl Marx’ menulis: dua putri dan seorang menantu Marx bunuh diri, sementara 3 orang anak lainnya mati karena kurang gizi. Putri Marx yang bernama Laura menikahi seorang paham sosialis bernama Paul Lafargue, ia mengubur sendiri 3 anak darah dagingnya, lalu bunuh diri bersama dengan suaminya. Putri Marx lainnya, Eleanor, memutuskan melakukan hal yang sama bersama suami, putrinya tewas, namun sang suami Edward menciut nyalinya di saat-saat terakhir.

Marx dan pembantu rumah tangganya, Helen Demuth, memiliki seorang anak haram, kemudian Marx melimpahkan tuduhan itu adalah anak Engels, dan Engels pun menerima hal itu. Marx juga kecanduan alkohol - Dekan Ria-zanov dari Institut Marx-Engels di Moskow dalam buku berjudul ‘Karl Marx, Mai, pemikir dan revolusioner’ mengakui fakta ini.

Marx, sang revolusioner yang agung, masih memiliki banyak cacat yang lebih parah lagi.

Pada 9 Januari 1960, koran Jerman Reichsruf pernah memberitakan suatu fakta: PM Austria Raabe pernah memberikan surat tulisan tangan Karl Marx kepada pemimpin Uni Soviet Nikita Krushchev. Krushchev sangat tidak suka, karena surat itu membuktikan bahwa Marx pernah menjadi informan rahasia bagi polisi Austria dengan diberi imbalan, Marx adalah mata-mata yang menjadi musuh dalam selimut dalam kelompok revolusioner.

Surat ini ditemukan secara tidak sengaja di Gedung Arsip Rahasia. Surat itu membuktikan bahwa Marx adalah pembocor rahasia, dan ia pernah mengadukan rekan-rekannya saat di pengasingan di London. Tiap kali Marx memberikan suatu informasi, ia mendapatkan imbalan sebesar 24 Pounsterling.

Informasi yang diberikannya berkaitan dengan para revolusioner yang diasingkan di London, Paris, dan juga Swiss. Salah seorang yang dikhianatinya adalah Ruge, ia sendiri mengaku sebagai teman baik Marx. Hubungan surat menyurat yang hangat antara keduanya hingga saat ini masih tersimpan baik sebagai bukti.

Marx sama sekali tidak merasa ia berkewajiban menghidupi keluarganya, meski dengan kemampuannya menguasai banyak bahasa, Marx dengan mudah dapat melakukan hal ini. Sebaliknya ia terus mengemis pada Engels untuk bertahan hidup. Menurut data dari Institut Marx, selama hidupnya Marx telah menguras sekitar 6 juta Franc dari Engels.

Meskipun demikian, Marx tetap menerima warisan dari keluarganya. Saat salah seorang pamannya sedang sekarat, Marx menulis: “Seandainya anjing itu mati, maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi saya.”

Sementara terhadap orang yang lebih dekat dibanding pamannya, Marx sama sekali tidak memiliki belas kasih. Bahkan saat membicarakan ibunya juga demikian. Dalam suratnya kepada Engels pada Desember 1863, Marx menulis:

“Dua jam lalu aku menerima teleks, mengenai kematian ibuku. Takdir harus membawa pergi seorang anggota keluarga. Satu kakiku sudah di dalam kuburan, dalam banyak situasi, yang aku butuhkan bukan seorang perempuan tua, tapi juga yang lainnya. Aku harus pergi ke Trier untuk mendapatkan warisan.”

Hanya itu yang ingin dikatakan Marx atas kematian ibunya. Selain itu, ada bukti kuat yang membuktikan betapa buruknya hubungan Marx dengan istrinya. Sang istri dua kali meninggalkannya, namun kemudian kembali lagi. Setelah istrinya meninggal, Marx bahkan tidak menghadiri pemakamannya.

Marx yang selalu butuh uang, mengalami kerugian besar dalam transaksi saham. Sebagai ekonom yang agung, ironisnya Marx hanya tahu cara kehilangan uang.

Hanya San Tui Dapat Ubah Nasib 'Temani Aku Di Bawah'

Seorang pria tua yang mempelajari ilmu ilmiah dan merupakan seorang anggota partai, dimutasi ke kampung halaman di Sichuan, Tiongkok. Setelah setengah hayat menjabat sebagai ketua kelompok riset paham Marxisme, ia merekomendasikan situs internet www.marxists.org dan juga buku berjudul ‘Marx and Satan’ kepada teman saya.

Pak tua itu berkata, “Saya ketakutan sampai berkeringat dingin! Ternyata selama ini saya telah bergabung dengan aliran iblis!”

Data diunduh dari situs, lalu seluruh anggota keluarganya melakukan San Tui (Tiga pengunduran diri dari Partai Komunis dan segala organisasi yang terkait).

Pak tua menganjurkan teman saya itu, “Jika tidak ingin menjadi ‘teman’ Marx, mengundurkan diri dari partai komunis secara otomatis setelah tidak membayar iuran saja tidak cukup, jika hendak mengubah nasib ‘menemaniku di bawah’, harus paham dulu Karl Marx itu, dan secara total putus hubungan dengannya.”

Sejumlah staf tua sepertinya telah menyangkal Marx, maka arwahnya akan terbuang, menganggap menemui Marx setelah mati sebagai suatu kehormatan, mereka tidak tahu bahwa Marx menganggap kaum proletariat sebagai orang bodoh, dan menyebut karyanya sendiri sebagai kotoran.

Sebelum Engels terpengaruh oleh Marx, dalam bukunya ‘The Magyar Struggle’ menuliskan: “Karl Marx yang berpura-pura berjuang demi kaum proletariat, telah menyebut kaum tersebut sebagai ‘orang bodoh, begundal, dan bokong’.” Filsof Tiongkok kuno Zhuang Zi berkata: “Lama di dalam cangkang kerang, tidak akan tercium amisnya.” Maka betapa bodoh dan tercemarnya jika orang memuja buku ‘kotoran’ tersebut sebagai kitab berharga!

Sepengetahuan saya, di antara para penulis terkenal, hanya Karl Marx satu-satunya penulis yang mengatakan bahwa karyanya itu adalah ‘kotoran’ dan ‘buku yang jorok.’ Ia sendiri merasa dan memang berniat memberikan karya yang kotor kepada pembacanya. Tidak heran para pengikutnya, seperti partai komunis di Rumania dan Mozambique, memaksa tahanannya memakan kotorannya sendiri. (EpochTimes/lie)
End

Sumber: http://erabaru.net/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

KIRI: Sketsa Heinrich Heine saat sakit, pada 1851.
KANAN: Lukisan Pierre-Joseph Proudhon, karya
Gustave Courbet. (WIKIPEDIA)
Semua Teman Dekatnya Pengikut Setan

Proudhon, seorang pemikir paham sosialis penting lainnya, di saat yang sama juga merupakan teman Marx, yang sama-sama memuja iblis. Model rambut dan jenggot Proudhon mirip dengan Marx, dan Proudhon juga menulis karya yang menghujat Tuhan dan memuja iblis.

Sastrawan terkenal Jerman, Heinrich Heine, adalah seorang teman dekat Marx lainnya. ia juga seorang pemuja iblis. Ia menulis: “Aku memanggil iblis, maka iblis pun datang, dengan terheran-heran, aku perhatikan wajahnya; si iblis tidak jelek, juga tidak ada yang cacat, ia seorang pria yang manis dan menarik.”

Marx sangat mengagumi Heinrich Heine. Hubungan mereka sangat erat. Mengapa Marx begitu memuja Heine? Mungkin juga karena pemikiran setannya sebagai berikut:

“Aku mempunyai suatu angan. Di depan rumahku ada sebuah pohon yang indah, jika Tuhan tercinta membuatku bahagia, maka Ia seharusnya memberiku kebahagiaan seperti ini: membuat saya dapat melihat beberapa musuh saya digantung mati di pohon itu. Dengan hati penuh belas kasihan, setelah mereka mati, aku akan mengampuni semua kesalahan yang pernah mereka perbuat padaku. Ya, kita memang harus mengampuni semua musuh kita, namun bukan sebelum mereka digantung mati.”

Seseorang yang baik dan lurus, akankan memilih orang seperti ini sebagai teman dekatnya? Namun semua orang yang ada di sekitar Marx adalah orang yang demikian. Lunatcharski, seorang filsuf Kementrian Pendidikan Uni Soviet, dalam tulisannya, ‘Paham Sosialis dan Kepercayaan’ pernah menuliskan: Marx telah membuang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan Tuhan, dan telah menempatkan iblis di depan barisan proletariat yang sedang berjalan maju.”

Ingin Disejajarkan dengan Tuhan

Putri kesayangan Marx, Eleanor, atas persetujuan Marx menikahi Edward Eveling. Padahal Eveling pernah menulis naskah pidato berjudul “Kejahatan Tuhan”. (Tepatnya inilah yang dilakukan para pengikut iblis. Berbeda dengan penganut ateis, mereka tidak menyangkal keberadaan Tuhan. Selain menipu orang, mereka sendiri tahu persis bahwa Tuhan itu ada, hanya saja mereka mengatakan Tuhan itu jahat. Berikut kalimat dalam puisi mereka yang mengungkapkan niat mereka memuja iblis:

Kepadamu, kuberanikan diri mempersembahkan puisi ini. Oh, iblis, raja pesta yang akan segera naik tahta!

Oh, pendeta, kuhindari jauh percikan air dan ceramahmu, karena iblis selamanya tidak berada di belakangmu.

Ibarat angin yang bersayap, ia merampas para umat, oh, iblis yang agung!

Pujalah, demi sang pembela yang agung ini!

Bakar dupa, bersumpah, persembahkan padamu, kau seret turun Tuhan si pendeta dari tahta kerajaannya!

Informasi lainnya terdapat dalam surat yang ditulis putra Marx bernama Edgar pada 21 Maret 1854. Pembukaan surat itu saja sudah sangat mengejutkan: “Iblisku tercinta.” Bagaimana mungkin seorang putra menyebut ayahnya dengan panggilan kurang ajar seperti itu? Akan tetapi, begitulah para pengikut setan memanggil orang-orang yang mereka cintai. Apakah putranya sudah menjadi pengikut setan?

Fakta penting lainnya adalah, istri Marx pada Agustus 1844 pernah menulis padanya dengan mengatakan: “Surat terakhir pendetamu, pendeta tertinggi sekaligus pemilik arwah, berikanlah damai dan ketenangan pada gerombolan dombamu yang mengenaskan ini.”

Di dalam “Deklarasi Paham Komunis”, Marx secara jelas menyatakan bahwa dirinya hendak membasmi semua agama, namun istrinya justru menyebutnya sebagai pendeta tertinggi dan pemimpin aliran, pendeta dan pemimpin aliran yang mana yang dimaksud di sini? Mengapa harus menulis surat pendeta kepada seorang penganut paham ateis seperti ini? Dimana surat-surat itu? Kehidupan Marx dalam periode ini belum dieksplorasi.

Dalam puisinya berjudul Human Pride, Marx mengakui bahwa tujuannya bukanlah memperbaiki, memperbaiki kumpulan, atau memperbaharui dunia, akan tetapi adalah menghancurkan dunia, dan bergembira karenanya:

Dengan membawa cemooh, wajahku di dunia, melemparkan tangan besi ke segala penjuru, sambil melihat keruntuhan benda besar yang seperti orang kerdil itu, namun keruntuhan mereka tidak akan memadamkan emosi di dalam diriku.

Waktu itu, aku akan berlalu di tengah puing-puing reruntuhan dunia ibarat Tuhan yang berjalan dengan kemenangan.

Saat perkataanku mendapat kekuatan yang sangat besar, aku akan merasakan aku sederajat dengan Sang Pencipta.

Apakah hanya puisi ini yang menampakkan pikiran iblis Marx? Kita tidak tahu, karena para pelindung naskah karya-karya Marx masih menjaga rahasia dengan ketat terhadap semua karya Marx yang berjumlah besar.

Albert Camus dalam bukunya Revolusioner mengatakan:

Marx dan Friedrich Engles memiliki 30 jilid karya tulis yang belum diterbitkan, ungkapan pemikiran kelancangan di dalam karya tersebut, tidak seperti paham Marx yang diketahui khalayak ramai. Membaca karya tersebut, saya meminta agar sekretaris saya mengirim surat ke Institut Marx di Moskow, untuk mencari tahu kebenaran atas perkataan penulis Prancis ini. Saya pun mendapat balasan. Dalam surat tersebut wakil dekan Institut Marx bernama Profesor M. Mtchedlov berkata bahwa Camus salah. Karya Marx mencapai lebih dari 100 jilid, hanya 13 jilid di antaranya yang dicetak untuk umum. Ia mencari suatu alasan yang tidak masuk akal atas hal ini, yakni: PD II telah menghambat terbitnya buku-buku lain. Surat itu ditulis pada 1980, yakni 25 tahun setelah berakhirnya PD II, waktu itu di Uni Soviet bahkan bar dan pengalengan ikan milik negara pun memiliki uang berlimpah. (EpochTimes/lie)
Bersambung ...

Sumber: http://erabaru.net/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

VII. Masa Reformasi Ekonomi - Kekerasan Tidak Pernah Berubah

Revolusi Kebudayaan merupakan masa yang penuh dengan pertumpahan darah, pembunuhan, kesedihan, tidak jelas mana yang benar dan mana yang salah, hitam dan putih bertukar posisi. Setelah revolusi kebudayaan, kedudukan para pejabat atas bagaikan sebuah pintu putaran, di mana PKC dan pemerintahannya telah mengganti enam pemimpin dalam waktu 20 tahun. Hak kepemilikan swasta kembali lagi ke Tiongkok, perbedaan standar kehidupan di desa dan kota makin jauh, padang-padang pasir semakin banyak, banyak sungai lenyap, obat-obat terlarang dan prostitusi meningkat. Segala "kejahatan" yang tadinya dilarang PKC , kini diperbolehkan kembali.

Kekejaman PKC , sifat-sifat dasar yang licik, aksi-aksi kejahatan, dan kemampuan meruntuhkan negara semakin meningkat. Ketika terjadi pembunuhan massal di Tiananmen pada tahun 1989, komunis menggerakkan tentara-tentara dan mobil-mobil tank untuk membunuh para mahasiswa yang berdemo di Lapangan Tiananmen. Penganiayaan yang keji terhadap para praktisi Falun Gong bahkan lebih buruk. Bulan Oktober tahun 2000, untuk mengambil alih tanah rakyat, pemerintah kota Yulin, propinsi Shaanxi mengerahkan pasukan anti huru hara untuk menembak dan menangkap lebih dari 50 petani. Kekuatan politik pemerintah Tiongkok masih didasarkan pada filsafat komunis tentang perjuangan dan meningkatkan kekerasan. Satu hal yang berbeda adalah menjadi semakin memperdaya rakyat.

Hukum: PKC tidak pernah berhenti menciptakan konflik di antara masyarakat. Mereka telah menjatuhi hukuman kepada sejumlah besar warga negara karena tuduhan sebagai kaum pembangkang, anti-sosialis, anggota unsur-unsur jahat, dan anggota aliran sesat. Sifat dasar totaliter dari PKC terus berlanjut dengan menentang semua kelompok-kelompok masyarakat dan organisasi-organisasi lainnya. Dengan alasan untuk menjaga "stabilitas sosial", komunis secara terus menerus mengganti konstitusi, hukum dan peraturan, dan menganiaya siapa saja yang tidak setuju dengan pemerintah.

Pada bulan Juli 1999, Jiang Zemin telah membuat keputusan sendiri yang bertentangan dengan keinginan dari partai biro yang lain, untuk memusnahkan Falun Gong dalam waktu tiga bulan. Fitnah dan kebohongan kembali menyelimuti negara itu. Setelah wawancara Jiang Zemin dengan sebuah media Perancis "Le Monde" yang mengumumkan Falun Gong sebagai aliran sesat, alat-alat propaganda Tiongkok mengikuti dengan secara cepat menerbitkan artikel yang menekan setiap warga untuk berbalik melawan Falun Gong. Akhirnya, Kongres Rakyat Nasional dipaksa untuk menyetujui suatu "keputusan" yang tanpa suatu kejelasan untuk menangani "aliran sesat"; segera setelah itu Pengadilan Tertinggi Masyarakat dan Pengawas Tertinggi Masyarakat bersama-sama mengeluarkan suatu penjelasan tentang "keputusan" itu.

Pada 22 Juli 1999, Agen Surat kabar Xinhua mengumumkan pidato oleh pimpinan Departemen Organisasi dan departemen Propaganda PKC yang secara umum mendukung penindasan Jiang terhadap Falun Gong. Menyebabkan khalayak ramai ikut terseret ke dalam penganiayaan yang membangkitkan amarah dewa dan manusia biasa, karena putusan sudah ditetapkan oleh pimpinan pusat partai, mereka hanya bisa mendukung dan melaksanakan, tanpa berani mengutarakan perbedaan pendapat.

Dalam lima tahun terakhir, pemerintah telah memakai seperempat dari sumber keuangan nasional untuk menindas Falun Gong. Setiap orang di negara itu harus melewati ujian: siapa saja yang mengaku berlatih Falun Gong dan menolak untuk melepaskannya akan dipecat dan dihukum untuk ikut kerja paksa. Para praktisi Falun Gong sama sekali tidak melanggar hukum, juga tidak mengkhianati negara menentang pemerintah; hanya karena mereka percaya pada "Sejati, Baik, Sabar", akhirnya puluhan ribu orang dipenjara. Meskipun berita itu ditutup rapat, tetapi melalui konfirmasi dari sanak keluarga dapat diketahui bahwa yang dianiaya sampai meninggal lebih dari 1.100 orang, yang belum diketahui jumlahnya lebih banyak.

Informasi : Pada tanggal 15 Oktober 2004, surat kabar Wenwei di Hongkong memberitakan bahwa satelit Tiongkok ke-20 telah jatuh ke bumi, telah menghancurkan rumah dari Huo Jiyu di desa Penglai, provinsi Sichuan, kabupaten Dayin. Berita ini mengutip pembicaraan Ai Yuqing, direktur kantor pemerintahan kabupaten Dayin yang berkata bahwa "bongkahan hitam" dikonfirmasikan sebagai satelit yang jatuh. Ai sendiri juga adalah wakil direktur dari pusat pengendali satelit yang kembali. Namun, internet Xinhua hanya melaporkan waktu kembalinya satelit ini, dan menekankan bahwa ini merupakan proses kembalinya satelit percobaan ke-20 dari lembaga ilmu pengetahuan dan teknik Tiongkok. Kenyataan bahwa satelit telah menghancurkan rumah warga sama sekali tidak disinggung. Melaporkan berita baik, dan tidak melaporkan berita buruk adalah cara yang dipakai media massa Tiongkok untuk menulis berita berdasarkan instruksi dari partai.

Kebohongan dan fitnahan yang dipublikasikan oleh surat-surat kabar, dan ditayangkan di televisi telah banyak membantu siasat PKC dalam pergerakan-pergerakan politik masa lalu. Di bawah perintah partai, semua media massa dalam negeri harus melaporkan apa pun yang partai minta untuk dilaporkan. Bila partai ingin memulai suatu gerakan anti sayap kanan, maka seluruh media dalam negeri akan melaporkan kejahatan-kejahatan sayap kanan. Ketika partai ingin membentuk suatu komunitas masyarakat, seluruh negara akan memuji kebaikan dari komunitas tersebut. Selama satu bulan pertama penganiayaan terhadap Falun Gong, seluruh media dikerahkan untuk menghujat Falun Gong secara berulang-ulang selama jam-jam utama dengan tujuan mencuci otak masyarakat. Sejak saat itu, Jiang menggunakan seluruh media massa untuk membuat dan menyebarkan secara berulang kebohongan dan hujatan terhadap Falun Gong. Suatu upaya untuk membangkitkan kebencian nasional terhadap Falun Gong dengan menyiarkan berita-berita palsu tentang peristiwa pembunuhan dan bunuh diri oleh praktisi Falun Gong. Penyiaran insiden "bakar diri di Lapangan Tiananmen", mendapat kritikan dari komisi Pembangunan Pendidikan Internasional PBB di Jenewa sebagai sandiwara yang disutradarai pemerintah untuk menipu masyarakat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini, tidak ada surat kabar atau stasiun TV di Tiongkok yang menyiarkan suatu berita yang benar terhadap Falun Gong.

Masyarakat Tiongkok terbiasa oleh laporan berita-berita palsu. Seorang reporter dari surat kabar Xinhua pernah berkata, "Bagaimana Anda bisa mempercayai laporan dari Xinhua?" Masyarakat bahkan beranggapan bahwa Xinhua adalah anjing milik komunis. Ada sebuah lagu rakyat: "Itu adalah anjing yang dipelihara oleh partai, menjaga pintu partai. Ia akan menggigit setiap orang yang ingin digigit oleh partai, dan menggigit seberapa banyak sesuai yang dikehendaki oleh partai."

Pendidikan : Di Tiongkok, pendidikan menjadi sarana lain yang dimanfaatkan untuk menguasai masyarakat. Tujuan sebenarnya dari pendidikan adalah untuk membina para cendekiawan yang memiliki pengetahuan dan pendapat yang benar. Pengetahuan mengacu pada pemahaman informasi, materi dan kejadian-kejadian sejarah; pendapat adalah menunjuk pada proses penelitian dan kemampuan untuk menganalisis dan menyusun kembali pengetahuan ini, dalam proses perkembangan spiritual. Mereka yang memiliki pengetahuan tanpa didukung pendapat adalah kutu buku. Dalam sejarah Tiongkok, para cendekiawan dengan pendapat yang benar selalu dipandang sebagai suara hati masyarakat. Tetapi di bawah pengawasan komunis, banyak sekali ditemukan cendekiawan Tiongkok yang berpengetahuan tapi tanpa memiliki pendapat atau berpengetahuan namun tidak berani mengemukakan pendapat mereka sendiri.

Pendidikan di sekolah difokuskan pada pengajaran kepada siswa untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh partai. Dalam tahun-tahun terakhir ini, sekolah-sekolah mulai mengajarkan tentang politik dan sejarah komunis Tiongkok dengan penyeragaman buku pelajaran. Para pengajar tidak mempercayai isi materi, namun demikian mereka harus mengajarkannya di luar kehendak mereka sendiri. Para murid tidak mempercayai buku maupun guru mereka, namun mereka harus menghafalnya untuk dapat lulus ujian. Akhir-akhir ini, pertanyaan-pertanyaan tentang Falun Gong juga muncul dalam soal-soal untuk ujian masuk ke SMU dan perguruan tinggi. Siswa yang tidak mengetahui dengan tepat jawabannya tidak akan mendapat nilai tinggi untuk dapat masuk ke perguruan tinggi atau SMU yang baik. Bila si anak mengatakan jawaban yang sesuai kenyataan, maka ia akan langsung dikeluarkan dari sekolah, dan kehilangan haknya untuk memperoleh pendidikan.

Dalam lingkup pendidikan negeri, oleh karena pengaruh surat kabar dan dokumen, banyak sekali pepatah-pepatah ternama misalnya "Kita memeluk apa yang ditolak oleh musuh, dan menolak apa yang dipeluk musuh", dimana hal ini dianggap sebagai kebenaran. Pengaruh jeleknya telah menyebar: Hal ini telah meracuni hati manusia, kebajikan tersisihkan, dan menghancurkan kehidupan dalam keharmonisan dan kedamaian.

Pada tahun 2004, Pusat Informasi Tiongkok menganalisis hasil sebuah survei yang dilakukan oleh China Sina Net dengan statistik yang menunjukkan bahwa 82,6% remaja Tiongkok setuju bahwa seseorang boleh-boleh saja berlaku kasar terhadap kaum wanita, anak-anak dan para tawanan semasa perang. Hasil ini sungguh mengejutkan. Tetapi hal ini merefleksikan pikiran masyarakat Tiongkok yang sudah terbentuk, khususnya pada kaum muda, yang telah kehilangan pengertian dasar tentang tuntunan kebajikan dan kemanusiaan.

Pada tanggal 11 Septemberr 2004, seorang pria di kota Suzhou secara membabi buta telah menyerang 28 anak-anak dengan pisau, seorang pria di provinsi Shandong telah melukai 25 murid-murid sekolah dasar dengan pisau. Beberapa guru sekolah dasar telah memaksa murid-muridnya untuk membuat petasan dengan tangan untuk mencari dana bagi sekolah, yang berakibat suatu ledakan sehingga menimbulkan korban.

Politik : Pimpinan PKC telah sering menggunakan ancaman dan paksaan untuk memastikan pelaksanaan dari kebijakan mereka. Salah satu alat yang mereka pakai adalah slogan politik. Selama ini, banyaknya jumlah slogan yang ditempel dipakai oleh PKC sebagai penilaian terhadap seseorang atas kontribusi politik mereka. Selama Revolusi Kebudayaan, Beijing menjadi "laut merah" yang penuh dengan spanduk-spanduk sepanjang malam. Spanduk bertuliskan "Pemimpin partai yang mengambil jalan kapitalisme akan dirobohkan" ada di mana-mana. Anehnya sampai di pedesaan, sudah disingkat menjadi "Runtuhkan penguasa"

Akhir-akhir ini, untuk mempromosikan Hukum Perlindungan Hutan, Biro Kehutanan dan pangkalan-pangkalannya serta kantor-kantor pengawas kehutanan secara ketat menginstruksikan agar sejumlah slogan dipasang. Bila jumlah yang sudah ditentukan tidak tercapai, maka akan dianggap tidak memenuhi tugas. Akibatnya, banyak kantor-kantor pemerintahan tingkat bawah banyak yang memasang slogan-slogan seperti "Siapa pun yang membakar gunung akan dipenjarakan." Pada proyek pengaturan jumlah kelahiran yang paling baru, bahkan ada slogan yang lebih mengerikan, seperti, "Bila satu orang melanggar hukum, seluruh warga desa akan disterilkan." "Lebih baik menambah satu kubur daripada menambah seorang bayi", atau "Bila seorang pria tidak divasektomi seperti yang seharusnya dilakukan, maka kita akan merobohkan rumahnya", "Bila seorang wanita tidak melaksanakan aborsi seperti yang seharusnya dilakukannya, maka kami akan menyita ternak dan sawahnya." Bahkan ada slogan yang berlawanan dengan undang-undang dan hak asasi manusia seperti, "Bila Anda tidak membayar pajak hari ini, besok Anda akan masuk ke penjara"

Pada dasarnya slogan adalah suatu cara penyebaran, mempunyai efek lebih langsung dan berulang. Oleh karena itu, hal ini sering dipakai oleh pemerintah Tiongkok untuk menyatakan arah politik, tekad dan himbauan. Slogan politik juga bisa dipandang sebagai perkataan pemerintah yang ditujukan kepada rakyatnya. Dan, dari slogan-slogan politik yang mengumumkan peraturan-peraturan pemerintah, tidaklah sulit untuk melihat adanya kekerasan dan kekejaman mereka (komunis).

VIII. Mencuci Otak Seluruh Bangsa dan Menggantinya dengan Sebuah "Penjara Pikiran"

Senjata paling ampuh yang digunakan PKC untuk mempertahankan peraturan tiraninya adalah jaringan yang mengontrol dirinya sendiri. Dengan cara yang rapi dan terorganisasi, PKC memaksakan sebuah mental kepatuhan terhadap seluruh rakyatnya. Tidak masalah jika peraturan itu bersifat kontradiktif atau tak henti-henti mengubah kebijakan selama peraturan tersebut secara sistematis mengatur sebuah cara untuk mencabut hak asasi rakyatnya. Kaki tangan pemerintah ada di mana-mana. Apakah itu di pedesaan atau daerah perkotaan, rakyat diperintah oleh suatu komite kota atau daerah. Menikah atau bercerai, dan memiliki anak semuanya butuh persetujuan dari komite-komite ini. Ideologi Partai, cara berpikir, organisasi, infrastruktur sosial, mekanisme propaganda dan sistem administrasi hanya melayani maksud kediktatorannya. Partai, melalui sistem pemerintahan, berjuang untuk mengontrol setiap pemikiran dan kelakuan individu.

Manifestasi mengenai betapa brutalnya PKC mengontrol masyarakat tidak hanya terbatas pada penyiksaan fisik saja. Namun juga membuat masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara bebas dan membuat masyarakat takut menyatakan pendapat. Tujuan peraturan PKC adalah untuk mencuci otak warganya dan membentuk karakter dan cara berpikir mereka seperti PKC serta melakukan apa yang disuruh. Ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa, "Peraturan partai bagaikan bulan, berubah setiap 15 hari."

Tidak perduli betapa sering Partai mengubah peraturannya, seluruh masyarakat harus mengikuti apa yang mereka kehendaki. Jika anda merasa menyakiti orang lain, harus berterima kasih kepada Partai karena menghargai perbuatan anda; ketika anda disakiti, anda harus berterima kasih kepada PKC karena "mengajarkan anda sebuah pelajaran"; ketika anda merasa didiskriminasi dan PKC membantu anda, anda harus berterima kasih kepada PKC atas kebaikan, keterbukaannya dan kesempatan memperbaiki kesalahannya. PKC menjalankan tirani melalui siklus kontrol bantuan yang berkelanjutan.

Setelah tirani tersebut berjalan selama 55 tahun, PKC benar-benar telah memenjarakan dan menutup pikiran masyarakat dan mengatur jalan pikiran mereka sampai batas yang diijinkan oleh PKC. Seseorang yang berpikir di luar jalan pikiran PKC dianggap sebagai penjahat. Setelah berbagai kritikan dan interogasi, maka kebodohan akan dipuji sebagai pengertian; menjadi seorang pengecut adalah jalan untuk bertahan hidup. Pada kehidupan modern dengan internet sebagai jalan utama pertukaran informasi, PKC bahkan menuntut masyarakat untuk menerapkan disiplin diri dengan tidak membaca berita-berita dari luar atau masuk ke berbagai website yang berlabel seperti "hak asasi" dan "demokrasi."

Pergerakan PKC untuk mencuci otak masyarakatnya adalah bodoh, brutal, dan memalukan. PKC telah memperburuk nilai moral dan prinsip-prinsip kehidupan masyarakat Tiongkok dan benar-benar telah merombak total sikap dan gaya hidup masyarakatnya. Untuk memperkuat kediktatoran selalu menggunakan metode penyiksaan fisik dan mental dan hal ini berlaku di semua "agama PKC."

Kesimpulan

Mengapa PKC terus mempertahankan kekuasaannya? Mengapa PKC percaya bahwa selama ada kehidupan, masalah tidak pernah berakhir? Untuk mencapai tujuannya, PKC tidak ragu-ragu untuk melakukan pembunuhan atau menghancurkan ekosistem, bahkan PKC juga tidak perduli bahwa mayoritas petani dan banyak penduduk desanya hidup dalam kemiskinan.

Apakah demi ideologi komunisnya PKC melewati masalah yang terus-menerus timbul? Jawabannya, "Tidak." Salah satu prinsip dari Partai Komunis adalah menyingkirkan kepemilikan pribadi, di mana hal itu dilakukan ketika kekuasaan berbicara. PKC percaya bahwa kepemilikan pribadi merupakan sumber penyebab kejahatan. Bagaimanapun, setelah reformasi ekonomi pada tahun 1980-an, kepemilikan pribadi diijinkan kembali di Tiongkok dan dilindungi oleh konstitusi. Dengan melewati kepalsuan-kepalsuan PKC, masyarakat akan secara jelas melihat bahwa selama 55 tahun berkuasa, PKC hanya melakukan sebuah drama yang mengendalikan distribusi daerah tinggal masyarakat. Setelah melalui beberapa siklus distribusi, PKC dengan mudah mengambil daerah-daerah tersebut dan mengklaimnya sebagai bagian mereka.

PKC bahkan memandang dirinya sebagai "tumpuan dari kelas pekerja." Tugasnya adalah melenyapkan kelas kapitalis. Bagaimanapun, peraturan PKC sekarang jelas-jelas mengijinkan kapitalis untuk bergabung dengan Partai mereka. Anggota PKC tidak percaya lagi pada Partai dan Komunisme. Apa yang ditinggalkan Partai Komunis hanyalah kulit luar dari isi peraturan yang dinyatakannya.

Apakah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan sistem PKC selama ini bersih dari korupsi? Tidak. Setelah 55 tahun PKC berkuasa, korupsi, penggelapan, perbuatan yang melanggar hukum, dan perbuatan lainnya yang merusak bangsa dan masyarakat tersebar di seluruh daerah bagian yang dikuasai PKC. Pada tahun-tahun belakangan ini, di antara sekitar 20 juta anggota partai yang ada di Tiongkok, 8 juta diantaranya telah dinyatakan tersangkut kasus korupsi. Tiap tahun, sebanyak 1 juta orang berunjuk rasa memprotes pejabat-pejabat partai yang belum diselidiki. Sejak Januari sampai September 2004, Biro Valuta Asing Tiongkok telah menginvestigasi kasus-kasus penggelapan valas yang tidak mendapat ijin di 35 bank dan 41 perusahaan, dan menemukan US$120 juta transaksi ilegal. Berdasarkan data statistik pada tahun belakangan ini, banyak pejabat pemerintah yang telah menggelapkan dan mencuri dana dengan total kerugian mencapai ratusan juta US dolar.

Apakah usaha yang dilakukan ini bertujuan untuk memperbaiki pendidikan masyarakat dan kesadaran untuk membuat masyarakat tetap mengikuti peristiwa yang terjadi di negaranya? Jawabannya tidak. Keadaan di Tiongkok sekarang, pengejaran atas harta benda semakin merajalela dan masyarakat telah jauh dari budaya lamanya yaitu nilai kebaikan, kejujuran. Telah merupakan hal yang biasa bagi masyarakat untuk menipu rekannya bahkan teman dekat sekali pun. Banyak pernyataan-pernyataan penting mengenai hak asasi manusia atau penganiayaan terhadap Falun Gong, masyarakat Tiongkok sepertinya sudah tidak perduli lagi atau menolak untuk bersuara terhadap hal-hal ini. Menyimpan pemikiran sendiri dan memilih untuk tidak menyuarakan kebenaran telah menjadi dasar pemikiran agar dapat tetap hidup di Tiongkok. Sementara itu, PKC telah berulang-ulang menghidupkan sentimen nasionalisme publik dengan mengambil kesempatan yang menguntungkan ini. Sebagai contoh, PKC dapat mengorganisir sekelompok orang untuk melemparkan batu di kedutaan Amerika dan membakar bendera Amerika. Masyarakat Tiongkok telah diperlakukan layaknya massa yang patuh atau gerombolan keras, namun tidak menjanjikan adanya hak asasi bagi penduduknya. Menurut Kang Youwei (1858-1927), seorang pengamat reformasi pada periode Late Qing, prinsip moral yang dianut Konfusius dan Mencius, selama ribuan tahun, menetapkan landasan bagi peraturan sosial dan menetapkan kekuasaan. "Jika semua prinsip ini diabaikan, maka masyarakat tidak akan memiliki hukum yang mengatur dan tidak dapat membedakan mana yang baik dan jahat. Mereka akan kehilangan tujuan mereka...Tao akan dihancurkan."

Filosofi kontradiksi yang dianut oleh PKC ini adalah untuk menciptakan kekacauan besar yang berkelanjutan, yang mana ini akan membuat PKC semakin kuat dan menjadi satu-satunya partai yang berkuasa di Tiongkok, menggunakan ideologi partai untuk mengontrol masyarakat Tiongkok. Institusi pemerintahan, golongan militer, dan media berita semuanya merupakan alat yang digunakan PKC untuk mempertahankan kediktatorannya. PKC telah membawa penyakit yang tidak dapat disembuhkan di Tiongkok, dirinya sendiri sudah tidak dapat diselamatkan, dan keruntuhannya sudah tak terelakkan lagi.

Sejumlah orang khawatir bahwa negara akan kacau apabila PKC runtuh. Siapa yang akan menggantikan peran PKC untuk memerintah Tiongkok? Di dalam 5000 tahun sejarah Tiongkok, kekuasaan PKC yang hanya 55 tahun saja bagaikan awan yang berlalu dengan cepat. Sayangnya, bagaimanapun, selama waktu yang singkat itu, PKC telah menghancurkan kepercayaan budaya lama Tiongkok dan nilai-nilainya; menghancurkan prinsip moral terdahulu dan struktur sosial; mengubah keperdulian dan cinta di antara manusia menjadi kritik dan kebencian; menggantikan penghormatan pada surga dan bumi menjadi kesombongan dengan prinsip "manusia menaklukkan alam." Perusakan ini telah menghancurkan sistem tatanan sosial, moral dan ekologi, membuat Tiongkok dalam krisis yang parah.

Dalam sejarah di Tiongkok, setiap pemimpin yang baik menunjukkan keperdulian, memelihara dan mendidik masyarakatnya yang juga merupakan tugas pemerintah. Manusia menginginkan kebaikan, dan peran pemerintah adalah menghasilkan manusia yang baik ini. Mencius berkata, "Ini adalah jalan bagi orang-orang; seseorang dengan pikiran yang lurus akan memiliki hati yang tulus, sebaliknya tanpa pikiran lurus tidak akan memiliki hati yang tulus." Pendidikan tanpa kemakmuran sudah tidak efektif lagi; para pemimpin yang tidak memiliki keperdulian terhadap masyarakatnya namun membunuh yang tidak bersalah akan dipandang rendah oleh masyarakat Tiongkok.

Dalam sejarah 5000 tahun di Tiongkok, telah banyak muncul pemimpin yang baik, seperti Kaisar Yao dan Kaisar Shun pada jaman kuno, Kaisar Wen dan Kaisar Wu dari dinasti Zhou, Kaisar Wen dan Kaisar Jing dari dinasti Han, Kaisar Tang Taizong pada masa dinasti Tang, dan Kaisar Kangxi dan Kaisar Qianlong dari dinasti Qing. Kemakmuran yang dirasakan pada masa dinasti-dinasti tersebut merupakan hasil dari pemerintahan yang berprinsip pada maha Tao, mengikuti ajarannya, dan berjuang demi perdamaian dan keharmonisan. Karakteristik dari pemimpin jenis ini adalah memakai orang-orang yang bajik dan mampu memimpin rakyatnya, terbuka terhadap pendapat yang berbeda, menegakkan keadilan dan perdamaian, dan memberikan masyarakat apa yang memang haknya. Dengan cara ini, penduduk akan mematuhi hukum, mempertahankan suatu tradisi yang layak, hidup bahagia dan bekerja dengan efisien.

Mengamati peristiwa dunia, kita seringkali bertanya siapa yang berperan dominan dalam menentukan apakah suatu negara akan makmur atau hancur, bahkan walau kita mengetahui bahwa jatuh bangunnya suatu bangsa mempunyai alasannya sendiri. Ketika PKC tidak lagi berkuasa, kita dapat memperkirakan bahwa perdamaian dan keharmonisan akan kembali ke Tiongkok. Masyarakat akan kembali menjadi baik, jujur, rendah hati dan toleran, dan negara akan kembali memperdulikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dan seluruhnya akan hidup makmur.
End

Sumber: http://erabaru.net/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

V. Lompatan Jauh ke Depan - Menciptakan Kepalsuan untuk Menguji Kesetiaan

Setelah melancarkan Gerakan Anti Sayap Kanan, Tiongkok mulai takut pada fakta yang sesungguhnya. Setiap orang dilibatkan untuk mendengarkan kebohongan, menceritakan kebohongan, membuat cerita palsu, menghindari dan menutupi kebenaran dengan kebohongan dan rumor. Lompatan Jauh ke Depan adalah sebuah contoh menceritakan kebohongan skala nasional. Seluruh masyarakat berada dalam arahan setan jahat PKC, telah melakukan banyak hal yang tidak masuk akal. Di antara yang berbohong dan yang dibohongi saling mengkhianati. Dalam kebohongan dan kebodohan ini, PKC dengan paksa menanamkan sifat kejamnya dan energi jahat ke dalam pikiran para intelektual. Pada saat itu, banyak orang menyanyikan lagu yang mempropagandakan Lompatan Jauh ke Depan, "Saya adalah Raja Langit, saya adalah Raja Naga, saya dapat memindahkan gunung dan sungai, saya telah datang." Kebijakan seperti "menaikkan produksi beras melampaui 75.000 kg per hektar", "melipatgandakan produksi baja", dan "melampaui Inggris 10 tahun dan Amerika 15 tahun" digembar-gemborkan setiap tahunnya. Hingga bencana kelaparan besar melanda Tiongkok, yang mati kelaparan berserakan di mana-mana, rakyat hidup dalam kesusahan hebat.

Selama pertemuan Lushan pada tahun 1959, seluruh peserta merasa pendapat Jendral Peng Dehuai adalah benar dan Lompatan Jauh ke Depan yang diprakarsai Mao Zedong adalah tidak masuk akal. Namun bagaimanapun juga tidak ada seorang pun berani berbicara. Keputusan untuk mendukung rencana Mao atau tidak, membuat garis bawah antara menjadi seorang yang setia atau pengkhianat, dengan kata lain, garis antara hidup dan mati. Dalam sejarah kuno, saat Zhao Gao [6] mengatakan seekor rusa besar adalah kuda, sebenarnya dia tahu perbedaan rusa dan kuda, dia bermaksud untuk menguji dan mengendalikan opini publik. Hasil dari pertemuan Lushan adalah Peng Dehuai dipaksa menandatangani sebuah pernyataan bersalah dan mengundurkan diri dari pemerintahan pusat. Sama halnya saat tahun-tahun terakhir Revolusi Kebudayaan, Deng Xiaoping dipaksa untuk memberikan jaminan bahwa dia tidak akan menyerang atau pun melawan keputusan pemerintah untuk menggeser dia dari kedudukannya.

Biasanya orang mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu. Namun PKC mensensor media, tidak mengijinkan orang untuk mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan pemerintah Tiongkok. Hal ini mempengaruhi cara berpikir rakyat, menghilangkan kemampuannya untuk berpikir kritis. Selama pergerakan masa lalu, setiap generasi hanya mengetahui pokok pikiran partai dan sama sekali tidak mengetahui pemikiran para oposan. Sebagai hasilnya, banyak gerakan baru yang dihasilkan dengan berdasarkan pengetahuan sejarah masa lalu yang amat terbatas. PKC sampai saat ini mengandalkan badan sensor untuk tetap membodohi masyarakat agar tetap membawa paham kekerasan.

VI. Revolusi Kebudayaan - Memutarbalikkan Dunia

Tak seorang pun dapat membahas tentang setan jahat PKC tanpa menyebut Revolusi Kebudayaan. Pada tahun 1966, sebuah gelombang baru kekerasan terjadi di Tiongkok, teror Pengawal Merah meliputi setiap sudut negara. Penulis Qin Mu menggambarkan Revolusi Kebudayaan sebagai : "Benar-benar sebuah musibah yang tiada taranya. Berapa juta orang yang bahkan dudukpun sulit, jutaan orang yang membawa perasaan dendam sampai mati, jutaan rumah tangga tercerai berai, mengajarkan anak-anak menjadi jahat, buku-buku dibakar, peninggalan kuno dirobohkan, makam pemikir-pemikir kuno dihancurkan, beragam kejahatan dilakukan dengan mengatas namakan revolusi". Menurut hitungan konservatif para ahli, jumlah orang yang meninggal secara tidak wajar selama Revolusi Kebudayaan mencapai jumlah 7,73 juta jiwa.

Orang mempunyai salah pengertian tentang kekerasan dan pembunuhan secara besar-besaran selama masa Revolusi Kebudayaan, mengira bahwa semua ini terjadi karena tidak berfungsinya sistim pemerintahan akibat pemberontakan, dan pelakunya adalah "Pengawal Merah" dan "kelompok pemberontak". Bagaimanapun juga, ribuan laporan resmi tahunan pemerintah Tiongkok mengindikasikan puncak kematian tidak wajar tidak terjadi pada tahun 1966 masa Revolusi Kebudayaan, saat Pengawal Merah menguasai sebagian besar organisasi-organisasi pemerintahan, atau pada tahun 1967 ketika antar pemberontak yang berbeda aliran berperang dengan menggunakan senjata, akan tetapi terjadi di tahun 1968, pada saat Mao berhasil menguasai seluruh negara dan lapisan masyarakat melalui "Komite Revolusioner." Pembunuhnya kebanyakan adalah petugas administratif angkatan dan tentara, pasukan militan dan anggota PKC di berbagai tingkat pemerintah.

Contoh-contoh di bawah menggambarkan kekejaman yang terjadi selama Revolusi Kebudayaan bukanlah merupakan perbuatan Pengawal Merah atau pun kelompok pemberontak, melainkan suatu kebijakan yang diputuskan oleh PKC dan pemerintah Tiongkok. Pemimpin PKC pada masa itu dan seluruh jajaran pemerintahnya selalu menutupi keterlibatan secara langsung dalam melakukan kampanye dan perintah-perintah yang diberikan; semuanya ditutupi untuk mengelabui rakyat.

Pada bulan Agustus 1996, Pengawal Merah dengan mengatas namakan "mengembalikan ke tempatnya", memaksa penduduk Beijing yang termasuk golongan "tuan tanah, petani kaya, pemberontak, elemen-elemen buruk, dan sayap kanan" untuk pindah dari Beijing ke daerah pedesaan. Berdasarkan data statistik yang kurang lengkap menunjukkan 33.695 rumah di geledah dan 85.196 penduduk Beijing diusir keluar dari kota ke pedesaan di mana nenek moyangnya berasal. Pengawal Merah di seluruh negeri melaksanakan perintah ini, mengusir lebih dari 400.000 penduduk kota ke pedesaan. Bahkan pejabat tinggi pemerintahan yang memiliki orang tua seorang tuan tanah juga diusir ke luar.

Sebenarnya, PKC telah merencanakan kampanye pengusiran sebelum Revolusi Kebudayaan dimulai. Walikota Beijing, Peng Zhen mengatakan penduduk kota Beijing harus memiliki ideologi semurni "panel kaca dan kristal", yang bermaksud seluruh penduduk yang termasuk klasifikasi musuh politik (termasuk mereka atau yang mempunyai orang tua sebagai tuan tanah, petani kaya, pemberontak, elemen buruk dan sayap kanan) akan diusir dari kota. Pada bulan Mei 1966, Mao memerintahkan orang bawahannya untuk "melindungi ibukota" dan membentuk sebuah tim kerja yang diketuai oleh Ye Jianying, Yang Chengwu dan Xie Fuzhi. Salah satu tugas dari tim ini adalah menggunakan polisi untuk mengusir keluar penduduk Beijing yang memiliki klasifikasi politik buruk.

Inilah latar belakang mengapa pemerintah dan departemen kepolisian tidak mencegah tetapi malahan mendukung Pengawal Merah menggeledah rumah-rumah dan mengusir lebih dari 2% penduduk Beijing. Menteri Keamanan Umum, Xie Fuzhi, meminta polisi tidak mencegah Pengawal Merah melakukan aksinya sebaliknya malahan diminta memberikan saran dan informasi kepada mereka. Pengawal Merah dengan mudah diperalat oleh partai untuk mengerjakan rencana yang sudah dibuat. Pada akhir tahun 1966, Pengawal merah ini dicampakkan oleh PKC, sebagian besar anggotanya dicap sebagai kontra revolusioner dan dipenjarakan, sebagian lagi bersama rombongan yang disebut sebagai "Intelektual Muda" dikirim ke pedesaan untuk mengikuti program kerja dan merubah pola pikiran. Organisasi Pengawal Merah Wilayah Kota Barat yang bertanggung jawab terhadap operasi pengusiran penduduk didirikan dibawah "curahan perhatian pribadi" pemimpin PKC, perintah yang diberikan adalah ditinjau dan dikeluarkan oleh Sekretaris Dewan Negara saat itu.

Sejalan dengan pembersihan penduduk Beijing yang diklasifikasikan sebagai musuh politik ke daerah pedesaan, mereka menemukan meningkatnya penganiayaan yang ada di pedesaan. Pada tanggal 26 Agustus 1966, sebuah perintah dari Xie Fuzhi turun ke kantor polisi Daxing. Xie memerintahkan polisi untuk membantu Pengawal Merah dengan memberi informasi dan saran dalam menggeledah rumah-rumah yang penghuninya dikategorikan dalam "lima kelas hitam - tuan tanah, kaya, anti, jahat, kanan." Pembunuhan Daxing [7] dilakukan di bawah petunjuk langsung dari departemen kepolisian; organisatornya adalah direktur dan sekretaris partai departemen kepolisian, dan pembunuhnya kebanyakkan kalangan militan yang tidak pernah menyisakan anak-anak.

Banyak di antaranya diterima bergabung dalam PKC atas "perilaku baiknya" selama pembunuhan masal. Menurut data statistik untuk propinsi Guangxi, sekitar 50.000 anggota PKC terlibat dalam pembunuhan massal. Lebih dari 9.000 diantaranya diterima bergabung dengan partai dalam jangka waktu singkat setelah membunuh seseorang. Lebih dari 20.000 orang yang melakukan pembunuhan setelah diterima bergabung dengan partai, dan lebih dari 19.000 anggota partai lainnya berhubungan dengan pembunuhan.

Selama masa Revolusi Kebudayaan, teori kelas juga dilakukan untuk "menyerang orang." Orang jahat selayaknya dipukul orang baik. Merupakan kehormatan bagi orang jahat untuk memukul orang baik. Adalah kesalahpahaman jika seorang yang baik memukul orang baik lainnya. Demikian kata-kata yang diucapkan oleh Mao saat itu, menyebar luas pada saat mencetusnya pemberontakan. Tindak kekerasan terhadap musuh-musuh kelas adalah "pantas dirasakan" mereka, hasilnya adalah kekerasan dan pembunuhan massal yang merajalela.

Dari tanggal 13 Agustus sampai 7 Oktober 1967, pasukan militan di daerah Dao propinsi Hunan melakukan pembunuhan massal terhadap anggota organisasi "Angin dan Petir Xiangjiang" dan "lima kelas hitam." Pembunuhan ini berlangsung selama 66 hari; lebih dari 4.519 orang terbunuh, meliputi 2.778 rumah tangga yang termasuk 468 divisi dari 36 komunitas masyarakat yang berada di 10 distrik. Total seluruhnya adalah 9.093 orang dibunuh di daerah tersebut, dimana 38% termasuk "lima kelas hitam" dan 44% adalah anak-anak "lima kelas hitam." Dan usia korban yang paling tua 78 tahun dan yang paling muda berusia 10 hari. Ini hanyalah salah satu kasus yang terjadi diarea yang kecil selama masa Revolusi Kebudayaan. Di Mongolia dalam, setelah pembentukan "Komite Revolusioner" pada awal tahun1968, sebuah gerakan penghapusan kelas yang melawan "orang dalam" partai telah membunuh lebih dari 350.000 orang. Pada tahun 1968, puluhan ribu orang di propinsi Guangxi berpartisipasi dalam pembunuhan massal terhadap "422 organisasi", dengan korban 110.000 jiwa.

Dalam kasus ini menunjukkan tindakan utama dari pembunuhan selama masa Revolusi Kebudayaan adalah seluruhnya di bawah pengendalian langsung dan instruksi dari pemimpin PKC yang menggunakan dan memperbolehkan kekerasan untuk menganiaya dan membunuh warga negara.

Jika selama landreform, PKC memperalat para petani untuk menggulingkan tuan tanah untuk mendapatkan lahan, pada masa pembaruan Industri dan Perdagangan, PKC memperalat kelas pekerja untuk menggulingkan kelompok pemilik modal untuk merebut seluruh asetnya, dan selama Gerakan Anti Sayap Kanan telah memusnahkan seluruh intelektual-intelektual yang memiliki pandangan oposisi, dan kemudian jenis perkelahian antar rakyat yang terjadi di masa Revolusi Kebudayaan ini menunjukkan bahwa orang tidak bisa menyandarkan nasibnya pada suatu kelas. Bahkan seandainya anda berasal dari kelas buruh atau seorang petani penggarap lahan yang dipakai oleh partai, jika pandangan anda berbeda dari partai, berarti hidup anda berada dalam bahaya. Jadi pada akhirnya, untuk siapakah semuanya ini?

Tujuannya adalah menjadikan komunisme sebagai satu-satunya kekuatan yang meliputi keseluruhan, mengontrol penuh atas seluruh wilayah, tidak hanya tubuh akan tetapi juga pikiran. Revolusi Kebudayaan memaksa pemujaan sepenuhnya terhadap PKC dan Mao Zedong. Teori Mao digunakan untuk mendominasi segala bidang dan pandangan satu orang harus ditanamkan disetiap pikiran puluhan juta orang. Yang unik dari Revolusi Kebudayaan yaitu dengan sengaja tidak menjelaskan apa yang tidak boleh dikerjakan, malah menegaskan "Apa yang dapat dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Segala sesuatu di luar batasan ini tidak boleh dilakukan atau bahkan dipertimbangkan pun tidak boleh."

Selama masa Revolusi Kebudayaan, setiap penduduk melakukan hal-hal ritual seperti "menanyakan perintah-perintah di pagi hari dan membuat laporan pada malam hari." Setiap hari mengirim salam hormat kepada Pemimpin Mao beberapa kali, "mendoakannya" berumur panjang. Hampir setiap orang terpelajar pernah menulis pernyataan mengritik diri sendiri. Pernyataan Mao seperti "berperang dengan buas melawan setiap pikiran egois" dan "melaksanakan perintah meskipun paham atau tidak memahaminya, paham setelah proses pelaksanaan berlangsung" seringkali diulang-ulang. Hanya ada satu "Tuhan" (Mao) yang boleh disembah ; hanya ada satu kitab (ajaran Mao) yang boleh dipelajari. Segera setelah itu timbul keadaan di mana orang tidak dapat membeli makanan di kantin jika mereka tidak mengutip perkataan Mao atau memberi salam pada Mao. Ketika berbelanja, mengendarai bus, atau bahkan menelepon seseorang harus mengutip salah satu perkataan Mao, meski tidak ada kaitannya. Dalam melakukan hal ini, rakyat menjadi fanatik atau sinis, dan setiap orang sudah di bawah kontrol setan jahat komunis. Berbohong, bertoleransi dan bersandar pada kebohongan telah menjadi bagian hidup rakyat Tiongkok.
Bersambung...
Sumber: http://erabaru.net/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Di zaman Marx, kaum pria umumnya memelihara
kumis, namun bentuk kumis mereka berbeda dengan
Marx, dan tidak berambut gondrong. Penampilan
Marx waktu itu adalah simbol pengikut setia
Joanna Southcott, pemimpin perempuan dalam
organisasi pengikut ajaran setan. Meskipun partai
komunis mengklaim sebagai ateis, namun sejak awal
hingga akhir Karl Marx sendiri adalah umat
Kristiani yang taat. Sampai usia 17 tahun ia
adalah seorang umat Kristiani dan dalam karya
tulis kelulusan SMA ia menulis: 'Jika tidak ada
kepercayaan terhadap Tuhan, dan tidak sejalan
dengan Kristus, maka umat manusia tidak akan
memiliki moralitas sempurna, dan tidak akan
merasa puas dalam mengejar kebenaran dan
pencerahan. Hanya Tuhanlah yang dapat
menyelamatkan kita.'  (WIKIPEDIA)
Marx Hendak Musnahkan Manusia

Berikut ini kutipan naskah Oulanem :

“Kedua lengan muda saya telah dipenuhi dengan kekuatan, dengan terjangan dahsyat akan menggenggam dan menghancurkanmu - wahai manusia. Di tengah kegelapan, pintu neraka tanpa dasar terbuka bagi kau dan aku, kau akan jatuh ke dalamnya, aku akan tertawa terbahak dan mengikutimu, dan berbisik di telingamu: turunlah dan temani aku, kawan!”

Dalam Alkitab yang dipelajari Marx di sekolah menengah dikatakan, iblis dijebloskan ke dalam neraka tanpa dasar oleh seorang malaikat (Alkitab – Wahyu 20:3). Neraka tanpa dasar ini dipersiapkan bagi iblis dan para malaikat yang berubah jahat, dan Marx justru hendak menjerumuskan seluruh umat manusia ke dalam neraka ini.

Dari perkataan pemuda ini kita memiliki dalih untuk berpikir demikian: ia memimpikan umat manusia akan terjerumus ke dalam neraka tanpa dasar, sementara ia sendiri, akan tertawa terbahak dan mengikuti para manusia tak ber-Tuhan yang tertipu oleh paham ateis itu. Selain sang penghubung dalam Gereja Setan, di dunia ini tidak ada tempat yang memiliki pemikiran seperti ini.

Setelah Oulanem mati, Marx menulis: “Hancur, hancur. Waktuku telah tiba. Jam berhenti berdetak, bangunan kecil itu telah runtuh. Aku akan segera merangkul keabadian, dan seiring dengan suatu auman liar, akan terucap kutukan kepada seluruh umat manusia.”

Saat menulis Oulanem, Marx masih berusia 18 tahun. Waktu itu rencana hidupnya yang telah digariskannya sudah sangat jelas. Ia tidak berangan-angan untuk bekerja melayani umat manusia, kaum proletariat, ataupun sosialisme, ia hanya ingin bekerja bagi iblis; mengutuk manusia agar terjerumus ke dalam neraka. Ia hendak menghancurkan dunia ini, membangun singgasana kerajaannya dengan berlandaskan kegocangan, penderitaan, dan bergejolaknya dunia.

Marx sangat menyukai kata-kata iblis jahat Mephistopheles dalam The Fused dari Goethe:

“Segala sesuatu yang eksis seharusnya dimusnahkan.” Segala sesuatu - termasuk para buruh dan orang-orang yang berjuang demi paham komunisme itu sendiri. Marx sangat suka mengutip perkataan itu, sementara Stalin justru menjalankannya dengan setia, bahkan rela menghancurkan keluarganya sendiri.

Kita mulai memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada pemuda bernama Karl Marx ini. Dulunya ia pernah mempunyai idealisme dalam agama Kristen, namun sama sekali tidak melaksanakannya. Dalam korespondensi dengan sang ayah membuktikan, ia telah menghamburkan banyak uang untuk berfoya-foya, yang menyebabkan keretakan hubungan dengan kedua orang tuanya serta bentrok dan konflik tiada akhir.

Dalam keadaan seperti ini, ia telah terjerumus ke dalam jerat organisasi pengikut organisasi ajaran setan, dan sudah pernah menjalani ritual persembahan. Setan dapat menampakkan diri di dalam halusinasi para pengikutnya saat mereka sedang melampiaskan nafsu dan kegilaan mereka, dan dapat berbicara melalui mulut mereka. Saat Marx mengatakan: “Saya akan membalas dendam pada Tuhan”, nyata sekali bahwa ia telah menjadi juru bicara setan.

Paham Sosialisme Hanyalah Perangkap Setan

Setelah Marx merampungkan Oulanem dan sejumlah puisinya di masa awal (di dalam puisinya Marx sendiri mengaku telah menandatangani kontrak dengan iblis), bukan saja ia tak memiliki konsep sosialisme, bahkan ia menentang keras paham tersebut.

Waktu itu ia adalah redaktur utama Rheinische Zeitung dalam bahasa Jerman, media cetak ini “sama sekali tidak menolerir paham komunis dalam bentuk apa pun bahkan hanya sekedar teori sekalipun, apalagi menerapkannya? Bagaimana pun juga hal ini sama sekali tidak mungkin…”

Tapi setelah itu, Marx bertemu dengan Moses Hess. Orang ini memainkan peran paling penting dalam kehidupan Marx, dialah yang membawa Marx pada konsep pemikiran paham sosialisme. Dalam sepucuk suratnya kepada B. Auerbach (1841), Hess menyebutkan bahwa Marx adalah “paling agung bahkan mungkin satu-satunya, tokoh filosofi muda (24) yang akan memberikan pukulan telak terhadap agama dan ilmu filsafat.”

Bisa dilihat, tujuan utamanya adalah menyerang agama dan bukan mewujudkan paham sosialisme. Kenyataannya, Marx sangat membenci segala sesuatu yang bersifat Ketuhanan, dan tidak ingin mendengar kata-kata Tuhan. Paham sosialisme hanyalah suatu perangkap untuk memancing para kaum proletariat dan kaum cendekia untuk mewujudkan idealisme setan saja.

Seorang teman Marx lainnya yakni Georg Jung pada 1841 secara lebih jelas lagi menuliskan, Marx pasti akan mengusir Tuhan dari surga, dan bahkan akan menggugat Tuhan. Pada akhirnya Marx secara konsekwen tidak mengakui keberadaan Sang Pencipta. Dan jika Sang Pencipta tidak eksis, maka tidak akan ada lagi orang yang akan membuat larangan terhadap kita, sehingga tidak perlu bertanggung jawab kepada siapa pun. Manifesto Marx “pengikut komunisme sama sekali tidak mempropagandakan moral” memastikan hal ini.

Di zaman Marx, kaum pria umumnya memelihara kumis, namun bentuk kumis mereka berbeda dengan Marx, dan tidak berambut gondrong. Penampilan Marx waktu itu adalah simbol pengikut setia Joanna Southcott, pemimpin perempuan dalam organisasi pengikut ajaran setan. Ia mengaku bisa berkomunikasi dengan Shiloh si iblis jahat. Ia meninggal pada 1814, dan 60 tahun kemudian, seorang aktivis bernama James White, mengembangkan doktrin Joanna, dengan memberikan bumbu-bumbu paham komunisme di dalamnya.

Marx agak jarang membicarakan masalah metafisika secara terbuka, tapi dari orang-orang yang berhubungan dengannya dapat kita kumpulkan informasi mengenai pandangannya. Marx dan seorang pengikut anarkisme dari Rusia yang bernama Mikhail Bakunin bersama-sama membentuk “Internasional Pertama”. Bakunin menulis:

“Pemimpin iblis itu adalah setan pemberontak terhadap Tuhan. Di dalam pemberontakan itu, kebebasan umat manusia akan terjadi di mana-mana, itulah revolusi. Para pengikut paham sosialisme bersemboyan: ‘atas nama pemimpin yang diperlakukan salah’. Setan, sebagai pemberontak sejati, adalah penyelamat dunia dan pemikir paham kebebasan pertama, setan membuat manusia merasa malu dengan ketidak tahuan dan kepatuhan mereka; setan membebaskan manusia, memberi tanda kebebasan dan kemanusiaan di kening setiap manusia, membuat manusia memberontak dan memakan buah pengetahuan.”

Bakunin tidak hanya memuja Lucifer, ia juga memiliki rencana revolusi yang konkrit, akan tetapi rencana ini tidak akan bisa membebaskan rakyat miskin yang terus diperas. Ia menulis: “Di tengah revolusi ini, kita harus membangunkan iblis jahat di dalam diri setiap manusia, agar dapat membangkitkan emosi yang paling bengis dalam diri mereka. Misi kita adalah menghancurkan, dan bukan membimbing mereka. Gairah akan kehancuran adalah gairah yang inovatif.” (TheEpoch Times/lie)
Bersambung …

Sumber: http://erabaru.net/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Tirani diabadikan dalam jepretan kamera : Polisi berseragam
dan berpakaian preman menangkap kurang lebih 10 praktisi
Falun Gong, yang datang ke Lapangan Tiananmen untuk
memohon secara damai supaya penganiayaan terhadap Falun
Gong diakhiri, pada tanggal 9 November 2000.
(Global Photos/Liaison)
Saat membicarakan tentang tirani, orang Tiongkok akan selalu menghubungkannya dengan Qin Shi Huang (259-210 Sebelum Masehi), Kaisar pertama dari Dinasti Qin, yang memerintah dengan tangan besi, membakar buku-buku filsafat dan mengubur hidup-hidup murid-murid Konghucu. Kebijakan yang dikeluarkan Qin Shi Huang yaitu "mendukung pemerintahannya dengan seluruh sumber daya yang ada dibawah langit" diberlakukan sangat keras pada rakyatnya.

Kebijakan ini mempunyai empat aspek utama yaitu membebankan pajak tinggi, memeras tenaga rakyat untuk proyek yang mengagungkan dirinya, memberlakukan hukuman yang kejam, dan menguasai pikiran rakyat dengan memblokade segala bentuk kebebasan berpikir dan berekspresi, membakar buku-buku dan bahkan mengubur hidup-hidup para intelektual. Di saat pemerintahan Qin Shi Huang, Tiongkok memiliki populasi sebesar 10 juta jiwa, kurang lebih 2 juta darinya dikirim dalam kerja paksa atau 1/3 dari jumlah penduduk usia dewasa. Qin Shi Huang juga memberlakukan hukumnya kepada kalangan intelektual, melarang kebebasan berpikir dalam skala besar. Selama masa pemerintahannya, ribuan murid Konghucu dan pejabat yang mengritik pemerintahannya mati dibunuh.

Dibandingkan dengan kekejaman tirani Dinasti Qin, kekerasan dan kekejaman yang dilakukan Partai Komunis China (PKC) bahkan melebihi beberapa kali lipat. Seperti diketahui umum, filosofi PKC menganut filosofi kontradiksi. Kekuasaan Komunis dibangun dari serangkaian "konflik antar tingkat", "konflik dalam jalur politik", "konflik antar intelektual" terhadap berbagai kalangan dalam dan luar partai. Mao Zedong sendiri pernah berterus terang, "Apa yang Qin Shi Huang perbuat bukanlah sesuatu yang besar. Dia telah mengubur hidup-hidup 460 intelektual, sedangkan kita telah mengubur 46,000 intelektual. Orang memaki kita diktator, adalah Qin Shi Huang, kita mengakuinya karena itu sebuah kenyataan. Sayangnya, yang kalian ceritakan masih tidak cukup, jadi perlu kami tambahkan."

Mari kita melihat kesengsaraan yang dialami Tiongkok selama 55 tahun di bawah kekuasaan PKC, bagaimana setelah PKC merebut kekuasaan, bagaimana mereka menggunakan instansi pemerintah berdasarkan teori konflik antar kelas sosial untuk menjalankan pemusnahan kelas sosial, dan memerintah dengan teror yang merupakan manifestasi dari filosofi revolusi dengan kekerasan. "Membunuh orang" dan "menumpas hati" digunakan untuk menindas segala kepercayaan di luar Partai Komunis. Setelah itu membuat satu gerakan yang menggambarkan Partai Komunis sebagai Kesempurnaan dan Tuhan. Berdasarkan filosofi kontradiksi antar kelas dan revolusi kekerasan, Partai Komunis berusaha menghapus orang-orang yang tidak sepaham dan menentang persamaan kelas sosial, menggunakan kekerasan dan taktik untuk memaksa seluruh rakyat Tiongkok menjadi abdi yang patuh terhadap peraturan tirani.

I. Landreform - Penghapusan Kelas Tuan Tanah

Saat baru tiga bulan berkuasa, Partai Komunis langsung mengadakan landreform secara menyeluruh, dengan slogan "Tanah untuk penggarap" telah membangkitkan sisi keserakahan para petani yang tidak memiliki sawah, mendorong mereka untuk merampas dengan kekerasan dan tanpa mempertimbangkan dampak moral yang diakibatkan oleh tindakan mereka, bahkan juga telah menghasut para petani yang tidak mempunyai lahan untuk menyerang para petani yang memiliki lahan pertanian. Kampanye ini telah menghapuskan secara tegas kelas tuan tanah, dimulai dari pengelompokan populasi penduduk pedesaan ke dalam perbedaan kategori sosial. Lebih dari 20 juta penduduk desa di seluruh Tiongkok dikategorikan sebagai "tuan tanah, petani kaya, kaum pembangkang atau elemen buruk", telah menjadi kelas terendah dalam masyarakat Tiongkok. Orang-orang buangan ini mengalami diskriminasi, penghinaan dan kehilangan hak-hak sipil mereka. Seiring dengan meluasnya program landreform ini sampai ke daerah terpencil dan ke pedesaan suku minoritas, organisasi Partai Komunis juga menyebar dengan pesat. Komite Partai beserta cabangnya tersebar di seluruh pelosok Tiongkok dan didirikan di tingkat pedesaan dan kota praja. Cabang-cabang lokal adalah perpanjangan mulut dari instruksi-instruksi Komite Pusat PKC dan juga sebagai garis depan pertentangan antar kelas, menghasut petani untuk melawan tuan tanah. Hampir 100.000 orang tuan tanah tewas selama gerakan ini. Di beberapa daerah tertentu, PKC dan petani membunuh tuan tanah beserta seluruh keluarganya, tanpa memperdulikan gender atau usia, sebagai jalan untuk memusnahkan secara total kelas tuan tanah.

Pada masa itu, PKC mulai mengeluarkan propaganda pertamanya, yang mendeklarasikan "Pemimpin Mao adalah penolong rakyat" dan "Hanya PKC yang bisa menyelamatkan Tiongkok." Selama masa reformasi ini, para petani yang tidak mempunyai lahan mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan sedikit usaha. Para petani miskin memuji PKC yang telah merubah hidup mereka dan menerima propaganda PKC; begitulah cara mereka mengambil hati rakyat.

Bagi para pemilik baru lahan pertanian, hari-hari keberuntungan "Tanah untuk penggarap" tidak bertahan lama. Dalam jangka dua tahun, PKC mulai mengadakan serentetan gerakan yang dipaksakan di kalangan petani seperti membentuk kelompok-kelompok kolektif, komunitas tingkat dasar, komunitas tingkat tinggi, dan perkumpulan rakyat. Dengan menggunakan kritikan "wanita berkaki kecil" - ditujukan kepada siapa yang lamban langkahnya - PKC mulai menyetir dan menekan, tahun berganti tahun, para petani dihancurkan ke dalam sistem sosialis. Menggunakan satu wadah bagi pembelian dan penjualan beras, kapas dan minyak goreng di seluruh negeri, hasil-hasil pertanian utama dilarang masuk ke pasar perdagangan. Sebagai tambahan, PKC mendirikan sebuah tempat sistem registrasi, tidak mengijinkan para petani pergi ke kota untuk tinggal atau bekerja. Orang yang mempunyai kartu penduduk desa tidak diperbolehkan membeli beras di toko beras negara, dan anak-anak mereka dilarang menerima pendidikan di kota. Anak petani hanya diperbolehkan menjadi petani, merubah 360 juta penduduk desa menjadi warga negara kelas dua diawal tahun 1950-an.

Permulaan tahun 1978, dicanangkan periode "biarkan sebagian orang mulai hidup makmur", tetapi hanya pada lima tahun pertama setelah berpindah dari sistem kolektivisme ke sistem rumah tangga kontrak, pendapatan petani mengalami sedikit kenaikan dan status sosial mereka sedikit lebih baik. Namun, keuntungan kecil ini segera hilang bersamaan maraknya korupsi oleh aparat pedesaan dan akibat dari ketidakseimbangan antar komoditi hasil pertanian dan industri. Sebagai hasilnya, 900 juta petani saat ini sekali lagi terpuruk dalam kemiskinan yang memprihatinkan di saat seluruh penduduk Tiongkok memperoleh peningkatan standar hidup yang lebih baik melalui pembaruan ekonomi nasional. Ketimpangan penghasilan antara penduduk kota dengan desa meningkat drastis dan terus melebar. Tuan-tuan tanah baru dan petani kaya bermunculan untuk menggantikan mereka yang telah dimusnahkan oleh propaganda landreform. Menurut data yang diberikan kantor berita Xinhua, alat propaganda pemerintah, mengindikasikan bahwa sejak tahun 1997, "Pendapatan petani di daerah produksi beras utama dan banyak rumah tangga di pedesaan tetap dan bahkan di beberapa tempat mengalami penurunan." Perbandingan rasio pendapatan penduduk kota dengan desa mengalami kenaikan dari 1.8 dibanding 1 di pertengahan 1980 an menjadi 3.1 dibanding 1 pada saat sekarang ini.

II. Pembaharuan dalam Bidang Industri dan Perdagangan - Menghapus Kelas Kapitalis

Kelas kapitalis yaitu kelompok orang yang menguasai modal yang berada di kota-kota besar dan kecil, juga tidak luput menghadapi kehancuran selama pemerintahan PKC. Ketika mereformasi industri dan perdagangan, PKC mengatakan bahwa kelas kapitalis dan kelas pekerja pada dasarnya tidak sama; yang satu adalah kelas pemeras, satunya lagi adalah kelas non-pemeras atau buruh. Berdasarkan logika ini, kelas kapitalis memang dilahirkan untuk memeras dan tidak akan bisa berhenti sampai mereka dibinasakan; hanya bisa dibinasakan, tidak bisa direformasi. Atas dasar pemahaman ini, PKC menggunakan cara membunuh dan mencuci otak untuk mengubah kaum kapitalis dan pedagang. Kaum kapitalis akan mujur jika mereka sejalan dengan pemerintah, tetapi akan binasa jika mereka menolaknya. Jika kamu menyerahkan semua aset kepada negara dan mendukung PKC, maka akan dianggap sebagai masalah kecil dalam masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya, kamu tidak setuju atau tidak terima dengan kebijakan PKC, kamu akan dianggap sebagai pemberontak dan menjadi target kediktatoran PKC.

Teror yang dilakukan pemerintah selama reformasi ini, membuat kaum kapitalis dan pedagang menyerahkan seluruh asetnya. Banyak di antara mereka tidak tahan menghadapi kenyataan ini dan melakukan bunuh diri. Chen Yi, walikota Shanghai saat itu, selalu bertanya setiap hari, "Berapa banyak pasukan terjun payung yang kita dapatkan hari ini?" yang berkaitan dengan jumlah kaum kapitalis yang melakukan bunuh diri dengan melompat dari atap gedung setiap harinya. Hal ini menunjukkan bagaimana PKC dengan cepat memusnahkan kepemilikan swasta di Tiongkok.

Pada saat melancarkan program landreform dan pembaruan perdagangan, PKC menggerakkan banyak massa untuk melakukan penganiayaan terhadap rakyat Tiongkok. Gerakan ini termasuk: penindasan terhadap "anti revolusi", memasang papan-papan kampanye ideologi komunis, pembersihan kelompok anti PKC yang dipimpin oleh Gao Gang dan Rao Shushi serta menyelidiki kelompok anti revolusi Hu Feng. Dari tahun 1951 sampai tahun 1952, PKC mulai melakukan gerakan yang dinamai "Kampanye Tiga Anti" dan "Kampanye Lima Anti" dengan menyatakan penghapusan korupsi, membuang birokrasi dalam partai, pemerintahan, tentara dan organisasi massa. Bagaimanapun juga yang terjadi sesungguhnya adalah PKC menggunakan gerakan ini untuk menganiaya secara kejam kepada sejumlah besar rakyat yang tidak berdosa.

Dengan memiliki kontrol penuh terhadap sumber-sumber pemerintahan, PKC menggunakan mereka secara maksimal sebagai penghubung Komite Partai, cabang-cabang dan sub-sub cabang disetiap gerakan politik. Berawal dari tiga anggota partai yang membentuk sebuah perjuangan kecil merembet ke seluruh tetangga dan pedesaan. Kekuatan perjuangan ini ada di mana-mana, tidak melewatkan sebutir batu pun untuk tidak menggelinding. Jaringan kontrol yang berurat akar ini merupakan warisan dari perjuangan PKC melawan Jepang dan Kuomintang (Partai Nasionalis, KMT), yang dari dulu telah memainkan peranannya sebagai kunci utama dalam melakukan gerakan-gerakan politik, juga dikemudian hari, termasuk penganiayaan yang terjadi di masyarakat saat ini.

III. Mengambil Tindakan yang Keras Terhadap Kelompok-kelompok Terkenal dan Menindas Agama

Kekejaman lain yang dilakukan oleh PKC yaitu memberikan tekanan keji terhadap kelompok agama (aliran kepercayaan) dan melarang sepenuhnya kelompok-kelompok non pemerintah semenjak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Pada tahun 1950, PKC memerintahkan setiap pemerintah daerah untuk melarang semua aliran kepercayaan yang tidak diakui dan organisasi-organisasi yang dianggap ilegal. Dikatakan bahwa kelompok-kelompok "feodal" bawah tanah merupakan alat perpanjangan tangan dari tuan tanah, petani kaya, kaum pembangkang dan agen khusus KMT, merupakan musuh besar PKC. Dalam melancarkan aksinya, pemerintah menggerakkan kelompok yang mereka percayai untuk mengindentifikasi dan menganiaya anggota kelompok religius. Pemerintah di berbagai tingkat secara langsung terlibat membubarkan "kelompok-kelompok takhayul" seperti komunitas Kristen, Katholik, Tao (khusus aliran Kwan Tao) dan Buddha. Mereka menyuruh semua anggota gereja, kuil dan kelompok religius mendaftarkan diri ke agen-agen pemerintah dan mengaku salah atas aktivitas tidak resmi mereka. Jika tidak maka akan mendapat hukuman yang kejam. Pada tahun 1951, pemerintah secara resmi mengumumkan peraturan ancaman yang mengatakan barang siapa yang melanjutkan aktivitas-aktivitas dalam kelompok yang tidak diakui pemerintah akan menghadapi penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Gerakan ini telah menganiaya sejumlah besar rakyat biasa yang percaya dan taat kepada Tuhan. Berdasarkan data yang kurang lengkap, tahun 1950 PKC telah menganiaya, termasuk menghukum mati sedikitnya tiga juta penganut kepercayaan dan kelompok-kelompok yang dianggap ilegal, satu juta di antaranya adalah orang Kristen. PKC juga melakukan pemeriksaan di hampir setiap rumah tangga seluruh negeri dan menginterograsi anggotanya, bahkan patung Dewa Dapur yang disembah oleh petani tradisional Tiongkok pun dihancurkan. Eksekusi ini menguatkan pesan yang disampaikan PKC yaitu ideologi komunis sebagai satu-satunya ideologi dan kepercayaan yang diakui. Konsep semangat "patriotisme" (cinta negara) segera dimunculkan. Konstitusi negara hanya melindungi penganut patriotisme. Sebenarnya tak perduli rakyat percaya agama apa, patokannya hanya ada satu: harus patuh pada pengaturan pemerintah dan mengakui bahwa PKC di atas segala agama dan kepercayaan. Jika anda seorang Kristiani, maka PKC adalah tuhannya Tuhan agama Kristen. Jika anda seorang Budhis, PKC adalah Master Buddha-nya Master Buddha. Sampai di kalangan muslim pun, PKC adalah Allah-nya Allah. Bicara tentang Buddha Hidup (Living Buddha) di agama Buddha Tibet, PKC yang akan menentukan orangnya. Garis dasarnya ialah PKC tidak akan membuat anda mempunyai pilihan, selain berkata dan mengerjakan apa yang PKC suruh katakan dan kerjakan. Para pengikut harus mendasarkan kepercayaan terhadap diri sendiri menjalankan perintah partai, jika tidak demikian, akan menjadi sasaran penghancuran.

Sejumlah 20.000 umat Kristiani telah melakukan penyelidikan di antara 560.000 umat yang berada di rumah-rumah ibadah di 207 kota dan di 22 propinsi. Hasilnya ditemukan bahwa di antara 130.000 jemaat gereja berada dalam pengawasan negara. Pada tahun 1957, PKC telah membunuh lebih dari 11.000 penganut agama, dan yang mengalami penangkapan serta pemerasan uang lebih banyak lagi. Dengan membinasakan kelas tuan tanah, kelas kapitalis, menyiksa sejumlah besar pemuja Tuhan dan mentaatkan rakyat terhadap hukum, telah membersihkan jalan bagi Komunisme menjadi satu-satunya penguasa yang meliputi seluruh wilayah di Tiongkok.

IV. Anti Sayap Kanan - Pencucian Otak Nasional

Pada tahun 1956, sekelompok intelektual Hongaria membentuk Lingkaran Petofi (Petofi Circle) sebagai kritikan terhadap pemerintahan Hongaria dan mereka aktif berpartisipasi di berbagai forum dan perdebatan. Kelompok ini mencetuskan gerakan revolusi nasional Hongaria, yang akhirnya berhasil ditumpas oleh tentara Soviet. Mao Zedong segera mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Pada tahun 1957, Mao mengajak para intelektual Tiongkok dan kelompok non komunis untuk "Membantu PKC membenahi kinerja yang tidak baik." Gerakan ini terkenal dengan slogan "Gerakan Ratusan Bunga" yang merupakan kependekan dari slogan "Biarkan seratus bunga bermekaran dan seratus aliran bersaing suara." Tujuannya adalah membujuk "elemen-elemen anti komunis dalam masyarakat." Dalam suratnya kepada pemimpin-pemimpin Partai Daerah pada tahun 1957, Mao Zedong mengutarakan maksudnya "membujuk ular keluar dari liangnya" dengan memberikan mereka kebebasan mengungkapkan pandangannya untuk membantu Partai Komunis memperbaiki diri.

Slogan-slogan yang ada saat itu sangat mendorong masyarakat untuk berbicara terbuka dan berjanji tidak akan ada pembalasan dendam - Partai Komunis " tidak akan memotong kuncir rambut, tidak akan memukul dengan tongkat, tidak akan memberikan cap predikat negatif dan tidak akan pernah membuat perhitungan setelahnya." Namun pada akhirnya PKC melancarkan gerakan "Anti Sayap Kanan", menyatakan 540,000 orang yang berani berbicara terbuka sebagai "sayap kanan." Di antaranya 270.000 orang kehilangan jabatan di pemerintahan dan 230.000 digolongkan sebagai "sayap kanan tengah" atau "elemen anti sosialis." Taktik yang digunakan Mao Zedong untuk memperdaya orang ada empat cara : (1) membujuk ular keluar dari liangnya ( mengelabui mereka yang beda pendapat untuk berbicara), (2) mengumpulkan kesalahan, serangan mendadak, satu kata menentukan Bumi Langit (menghukum orang tanpa prosedur yang sah), (3) Di depan umum berkata menyelamatkan orang, padahal sebenarnya menyerang orang tanpa ampun, (4) memaksa orang mengritik diri sendiri, hingga terperangkap.

Lalu "kata-kata reaksioner" apa yang menyebabkan begitu banyak sayap kanan dan anti komunis menjadi orang buangan selama 30 tahun di daerah-daerah pinggiran yang miskin? Sejak semula, ada tiga teori pokok anti revolusi yang menjadi sasaran serangan, secara umum dan intensif, dibuat berdasarkan pidato dari Luo Longji, Zhang Bojun dan Chu Anping.

Dilihat secara cermat tujuan dan saran-saran mereka sebenarnya adalah harapan yang cukup ramah.

Luo menyarankan agar membentuk komisi gabungan antara PKC dengan berbagai partai "demokrasi" untuk melakukan pemeriksaan terhadap penyimpangan dalam "Kampanye Tiga Anti" dan "Kampanye Lima Anti", serta gerakan untuk membasmi pemberontakan. Dewan Negara seringkali menyerahkan laporan kepada Komite Konsultasi Politik dan Anggota Kongres untuk memeriksa dan memberikan komentarnya, sedangkan Zhang sendiri menyarankan Komite Konsultasi Politik dan anggota Kongres harus diikut sertakan dalam membuat keputusan.

Sedangkan pendapat Chu yaitu seseorang yang bukan anggota PKC akan tetapi mempunyai ide-ide cemerlang, menjunjung tinggi martabat dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, tidak perlu mendaftar menjadi anggota PKC untuk mengepalai setiap unit kerja, besar atau kecil, atau bahkan kelompok-kelompok yang berada di bawah unit kerja. Juga tidak perlu segala sesuatunya, baik mayor atau minor harus dikerjakan sesuai saran anggota PKC. Ketiga pendapat tersebut menggambarkan kesediaan mereka untuk mengikuti PKC dan tidak satu pun pendapat mereka melampaui garis batas, seperti perkataan seorang penulis dan kritikus terkenal Lu Xun (1881-1936), "Tuanku, jubah anda telah kotor. Mohon dilepas dan hamba akan mencucinya untuk Tuan." Seperti halnya Lu Xun, perkataan mereka sepenuhnya menggambarkan kepatuhan, ketundukan dan penghormatan.

Tidak satu pun pendapat "sayap kanan" mengatakan PKC harus digulingkan, semua yang mereka sarankan adalah kritik yang membangun. Namun dengan arena pendapat-pendapat inilah, maka puluhan ribu masyarakat kehilangan kebebasannya. Selanjutnya ada beberapa gerakan tambahan yang dibuat oleh PKC seperti "menceritakan rahasia pribadi kepada PKC", menggali keluar garis keras, gerakan "Tiga Anti Baru", mengirim para intelektual ke pedalaman untuk kerja paksa, dan menangkap sayap kanan yang lolos di putaran pertama. Siapa pun yang tidak sepaham dengan pemimpin di tempat kerja akan diberi cap sebagai anti PKC . Mereka seringkali menjadi sasaran kritik bulan-bulanan PKC atau mengirim mereka ke kamp kerja paksa untuk mendidik ulang. Kadang kala partai memindahkan seluruh keluarga mereka ke daerah pedesaan, atau melarang anak-anak mereka sekolah di universitas atau bergabung dengan angkatan bersenjata. Mereka tidak boleh melamar pekerjaan di daerah mereka tinggal. Seluruh keluarga akan kehilangan jaminan pekerjaan dan tunjangan kesehatan. Mereka telah dimasukkan kedalam barisan petani dan menjadi orang buangan di antara warga negara kelas dua.

Setelah penganiayaan terhadap para intelektual, beberapa pelajar mempunyai dua kepribadian seperti menjadi rumput di atas tembok, bergerak mengikuti angin. Mereka mengikuti "Matahari Merah" dan menjadi "intelektual-intelektual kontrakan", mengerjakan atau mengatakan apa pun yang diminta PKC. Beberapa diantaranya membuat jarak dari hal-hal yang politis. Intelektual-intelektual Tiongkok yang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap negara, menjadi diam tak bersuara.
 Bersambung...
Sumber: http://erabaru.net/
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments