Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Hidup Kacau

Semua pengikut iblis yang aktif pasti memiliki kehidupan yang kacau balau, Marx juga tidak luput.

Arnold Kunzli dalam buku ‘Cita-Cita Karl Marx’ menulis: dua putri dan seorang menantu Marx bunuh diri, sementara 3 orang anak lainnya mati karena kurang gizi. Putri Marx yang bernama Laura menikahi seorang paham sosialis bernama Paul Lafargue, ia mengubur sendiri 3 anak darah dagingnya, lalu bunuh diri bersama dengan suaminya. Putri Marx lainnya, Eleanor, memutuskan melakukan hal yang sama bersama suami, putrinya tewas, namun sang suami Edward menciut nyalinya di saat-saat terakhir.

Marx dan pembantu rumah tangganya, Helen Demuth, memiliki seorang anak haram, kemudian Marx melimpahkan tuduhan itu adalah anak Engels, dan Engels pun menerima hal itu. Marx juga kecanduan alkohol - Dekan Ria-zanov dari Institut Marx-Engels di Moskow dalam buku berjudul ‘Karl Marx, Mai, pemikir dan revolusioner’ mengakui fakta ini.

Marx, sang revolusioner yang agung, masih memiliki banyak cacat yang lebih parah lagi.

Pada 9 Januari 1960, koran Jerman Reichsruf pernah memberitakan suatu fakta: PM Austria Raabe pernah memberikan surat tulisan tangan Karl Marx kepada pemimpin Uni Soviet Nikita Krushchev. Krushchev sangat tidak suka, karena surat itu membuktikan bahwa Marx pernah menjadi informan rahasia bagi polisi Austria dengan diberi imbalan, Marx adalah mata-mata yang menjadi musuh dalam selimut dalam kelompok revolusioner.

Surat ini ditemukan secara tidak sengaja di Gedung Arsip Rahasia. Surat itu membuktikan bahwa Marx adalah pembocor rahasia, dan ia pernah mengadukan rekan-rekannya saat di pengasingan di London. Tiap kali Marx memberikan suatu informasi, ia mendapatkan imbalan sebesar 24 Pounsterling.

Informasi yang diberikannya berkaitan dengan para revolusioner yang diasingkan di London, Paris, dan juga Swiss. Salah seorang yang dikhianatinya adalah Ruge, ia sendiri mengaku sebagai teman baik Marx. Hubungan surat menyurat yang hangat antara keduanya hingga saat ini masih tersimpan baik sebagai bukti.

Marx sama sekali tidak merasa ia berkewajiban menghidupi keluarganya, meski dengan kemampuannya menguasai banyak bahasa, Marx dengan mudah dapat melakukan hal ini. Sebaliknya ia terus mengemis pada Engels untuk bertahan hidup. Menurut data dari Institut Marx, selama hidupnya Marx telah menguras sekitar 6 juta Franc dari Engels.

Meskipun demikian, Marx tetap menerima warisan dari keluarganya. Saat salah seorang pamannya sedang sekarat, Marx menulis: “Seandainya anjing itu mati, maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi saya.”

Sementara terhadap orang yang lebih dekat dibanding pamannya, Marx sama sekali tidak memiliki belas kasih. Bahkan saat membicarakan ibunya juga demikian. Dalam suratnya kepada Engels pada Desember 1863, Marx menulis:

“Dua jam lalu aku menerima teleks, mengenai kematian ibuku. Takdir harus membawa pergi seorang anggota keluarga. Satu kakiku sudah di dalam kuburan, dalam banyak situasi, yang aku butuhkan bukan seorang perempuan tua, tapi juga yang lainnya. Aku harus pergi ke Trier untuk mendapatkan warisan.”

Hanya itu yang ingin dikatakan Marx atas kematian ibunya. Selain itu, ada bukti kuat yang membuktikan betapa buruknya hubungan Marx dengan istrinya. Sang istri dua kali meninggalkannya, namun kemudian kembali lagi. Setelah istrinya meninggal, Marx bahkan tidak menghadiri pemakamannya.

Marx yang selalu butuh uang, mengalami kerugian besar dalam transaksi saham. Sebagai ekonom yang agung, ironisnya Marx hanya tahu cara kehilangan uang.

Hanya San Tui Dapat Ubah Nasib 'Temani Aku Di Bawah'

Seorang pria tua yang mempelajari ilmu ilmiah dan merupakan seorang anggota partai, dimutasi ke kampung halaman di Sichuan, Tiongkok. Setelah setengah hayat menjabat sebagai ketua kelompok riset paham Marxisme, ia merekomendasikan situs internet www.marxists.org dan juga buku berjudul ‘Marx and Satan’ kepada teman saya.

Pak tua itu berkata, “Saya ketakutan sampai berkeringat dingin! Ternyata selama ini saya telah bergabung dengan aliran iblis!”

Data diunduh dari situs, lalu seluruh anggota keluarganya melakukan San Tui (Tiga pengunduran diri dari Partai Komunis dan segala organisasi yang terkait).

Pak tua menganjurkan teman saya itu, “Jika tidak ingin menjadi ‘teman’ Marx, mengundurkan diri dari partai komunis secara otomatis setelah tidak membayar iuran saja tidak cukup, jika hendak mengubah nasib ‘menemaniku di bawah’, harus paham dulu Karl Marx itu, dan secara total putus hubungan dengannya.”

Sejumlah staf tua sepertinya telah menyangkal Marx, maka arwahnya akan terbuang, menganggap menemui Marx setelah mati sebagai suatu kehormatan, mereka tidak tahu bahwa Marx menganggap kaum proletariat sebagai orang bodoh, dan menyebut karyanya sendiri sebagai kotoran.

Sebelum Engels terpengaruh oleh Marx, dalam bukunya ‘The Magyar Struggle’ menuliskan: “Karl Marx yang berpura-pura berjuang demi kaum proletariat, telah menyebut kaum tersebut sebagai ‘orang bodoh, begundal, dan bokong’.” Filsof Tiongkok kuno Zhuang Zi berkata: “Lama di dalam cangkang kerang, tidak akan tercium amisnya.” Maka betapa bodoh dan tercemarnya jika orang memuja buku ‘kotoran’ tersebut sebagai kitab berharga!

Sepengetahuan saya, di antara para penulis terkenal, hanya Karl Marx satu-satunya penulis yang mengatakan bahwa karyanya itu adalah ‘kotoran’ dan ‘buku yang jorok.’ Ia sendiri merasa dan memang berniat memberikan karya yang kotor kepada pembacanya. Tidak heran para pengikutnya, seperti partai komunis di Rumania dan Mozambique, memaksa tahanannya memakan kotorannya sendiri. (EpochTimes/lie)
End

Sumber: http://erabaru.net/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Jalan Karl Marx Menjadi Iblis (End)"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments