Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
,
Perang Saudara
Ketika kapal perang China mengevakuasi warga China dari Libya, outlet media dunia memahami rezim China sedang mengirimkan sebuah pesan. Mereka hanya tidak mengerti semua pesan yang sedang dikirim itu. Associated Press, Reuters, dan media Barat lainnya melaporkan bahwa ekspedisi itu menunjukkan rezim komunis China bertekad untuk melindungi warganya sendiri dan juga memamerkan kemampuan angkatan laut dan udara China untuk melakukan operasi jangka panjang.
Polisi China meringkus seorang demonstran di Kota Shanghai (AP Photo/Eugene Hoshiko) |
Tentu saja tujuan ini disajikan untuk evakuasi, tapi di bawah permukaan, kemunculan kapal-kapal perang China di Mediterania menyembunyikan maksud lain. Rezim komunis China sedang mencari peluang untuk terlibat dalam konflik Timur Tengah dan Afrika Utara dan menolak demokratisasi di daerah ini. Dengan kemunculan kapal-kapal frigate dan transportasi di Tripoli, Partai Komunis China (PKC) membiarkan dunia tahu bahwa mereka telah memutuskan untuk menyerang dalam rangka melawan gerakan-gerakan demokrasi di luar negeri di seluruh dunia.
Revolusi Melati di Timur Tengah dan Afrika Utara sudah seperti badai raksasa, menakutkan PKC. Di masa lalu, bela diri PKC terhadap gerakan-gerakan demokratisasi telah pasif, biasanya dilakukan setelah peristiwa telah terjadi, dan dilarang untuk melakukan aksi-aksi di China. Dihadapkan dengan Revolusi Melati, rezim komunis China merasa perlu mengambil tindakan segera dan mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah badai ini mencapai daratan China.
Dari perspektif militer, kekuatan anti-pemerintah adalah lemah dibandingkan dengan pasukan yang setia kepada Gadhafi, jadi jika kekuatan-kekuatan luar tidak mengganggu, maka gerakan demokratisasi di Libya kemungkinan akan kalah. Tujuan PKC adalah mencegah Amerika Serikat mengirimkan pasukan ke Libya.
Ketika Gadhafi mengumumkan bahwa ia akan mentransfer semua kepentingan negara-negara Barat di Libya ke China dan Rusia, pada 3 Maret, Juru bicara Departemen Luar Negeri China memberikan respon luar biasa baik. Ia menekankan bahwa masalah-masalah mengenai Libya harus diselesaikan melalui dialog dan konsultasi dan dengan menghormati kedaulatan Libya, sementara sedikit mengutarakan oposisi terhadap pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Libya.
Pada 4 Maret, Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Shanghai mengeluarkan pernyataan yang mengambil sikap yang sama seperti Kementerian Luar Negeri mengenai sitausi di Timur Tengah. Dengan menegaskan prinsip kedaulatan nasional, rezim China berusaha melindungi Libya dari intervensi Barat. Di sekitar waktu yang sama, kejadian di Asia itu diatur untuk mengalihkan perhatian negara-negara Barat dari situasi di Libya.
Pada 2 Maret, radar Pertahanan Angkatan Udara Jepang mendeteksi dua pesawat militer China di Laut China Selatan, dan pesawat itu berulang kali mendekati Kepulauan Diaoyun, yang diklaim milik China dan Jepang.
Media Jepang mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya pesawat militer China telah menyeberangi perbatasan dan mendekati Kepulauan Diaoyun.
Pada 4 Maret, badan intelijen Korea Selatan mengumumkan bahwa kunjungan Kim Jong-un, penerus tirani Korea Utara Kim Jong-il, ke China telah dikonfirmasi. Dengan aksi-aksi ini di Jepang dan Korea Utara, rezim China mengancam masyarakat internasional: Jika masyarakat internasional memberikan dukungan militer kepada pasukan anti-pemerintah di Libya, PKC siap untuk menciptakan masalah di Asia.
PKC selalu memandang negara-negara Afrika sebagai sekutunya dan Timur Tengah sebagai zona penyangga melawan dunia Barat. Untuk melindungi kekuasaan totaliternya sendiri dan menghentikan gerakan demokratisasi di Timur Tengah dan Afrika Utara, seseorang dapat mengharapkan PKC akan memperkuat hubungan strategis di bagian dunia ini dan mengalihkan kekuatan militernya ke sana.
Acara publik terbesar PKC sepanjang tahun, rapat Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, dimulai pada 1 Maret. Pada pertemuan ini, pengeluaran militer PKC diumumkan meningkat 12,7 persen. Dan peningkatan ini hanya untuk porsi anggaran militer yang dibuat bagi publik. Anggaran sebenarnya tidak diketahui.
Juga, gaji militer meningkat sebesar 40 persen. Jika loyalitas militer PKC bisa dibeli, dan jika perangkat keras militer bisa mengalahkan gagasan demokrasi, maka PKC akan berusaha semaksimal mungkin, di dalam dan di luar China, untuk memutarbalikkan Revolusi Melati.
Dr. Sun Yanjun adalah seorang analis politik China. Dahulu ia adalah seorang profesor di Departemen Psikologi di Capital Normal University di Beijing, pada tahun 2009 ia secara terbuka meninggalkan Partai Komunis China dan sekarang tinggal di Amerika Serikat. (EpochTimes/khl)
Sumber: http://erabaru.net/
Artikel Lainnya:
No Response to "Revolusi Melati: Rezim China Sesuaikan Strategi"
Posting Komentar