Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

HAARP mengoperasikan fasilitas penelitian utama yaitu penelitian ionosfir di Gakona, Alaska. Ada hubungan yang kuat antara penelitian ionosfer yang dilakukan di fasilitas HAARP dan isu-isu praktis yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.


Semua sistem komunikasi frekuensi tinggi jarak jauh , seperti komunikasi antar kapal, pesawat yang melintasi samudra, dan semua sistem portabel yang sering digunakan di Alaska hingga daerah terpencil lainnya, beroperasi dengan memantulkan sinyal dari ionosfer.


Ini adalah pertanyaan umum dan sering diajukan seputar HAARP.

Siapa yang membangun HAARP?

Program HAARP secara bersama-sama dikelola oleh Air Force Research Laboratory dan Office of Naval Research. Dan dimulai pada tahun 1990.


Mengapa Alaska dipilih sebagai tempat fasilitas HAARP?


Alaska adalah satu-satunya situs yang dijadikan pembangunan project HAARP karena Alaska adalah satu-satunya negara yang ada di wilayah aurora. Bahkan, situs tersebut dipilih sebagai  lokasi HAARPdengan dua alasan : 

  1. Ionosfer Alaska selama pantauan HAARP dikategorikan sebagai suatu tempat dimana lintang pertengahan (mid-latitude) berada, dan pengamatan aurora atau kutub yang  dipengaruhi pada aktifitas matahari .Hal ini memberikan berbagai kondisi yang sangat memungkinkan untuk mempelajari lebih lanjut tentang ionosfer.
  2. Fasilitas penelitian HAARP terdiri dari dua subsistem utama: (1) pemancar HF, dan (2) penelitian lmiah lainnya, sebagai instrumen observasi yang telah dirancang dan dibangun. Dua subsistem ini sama pentingnya. 
Inilah juga salah satu alasan sederhana: sebuah teleskop optik dibangun di atas puncak gunung terpencil, untuk menghindari kebisingan kota-kota besar sehingga penelitian lebih mudah untuk dilakukan.


Apakah HAARP mampu mempengaruhi cuaca?

Fasilitas HAARP tidak akan mempengaruhi cuaca. Transmitted energi dalam rentang frekuensi yang akan digunakan oleh HAARP tidak diserap baik dalam troposfer atau stratosfir yang mempengaruhi cuaca bumi. interaksi elektromagnetik hanya terjadi di dekat daerah di sekitar 70 km dikenal sebagai ionosfer.


ionosfer ini dibuat dan terus menerus diisi ulang sebagai radiasi matahari berinteraksi dengan tingkat tertinggi dari atmosfer bumi. Tekanan ke bawah dari ionosfer ke stratosfer / troposfer sangat lemah, dan tidak ada hubungan antara variabilitas ionosfir permukaan alam dan cuaca serta iklim yang telah ditemukan, bahkan pada tingkat yang sangat tinggi turbulensi ionosfir matahari dapat menghasilkan badai geomagnetik. Jika badai ionosfer yang disebabkan oleh matahari itu sendiri tidak mempengaruhi cuaca permukaan, maka tidak ada kesempatan bagi HAARP untuk dapat melakukannya baik.

Dapatkah HAARP menciptakan aurora buatan?

Aurora alam dibuat ketika partikel energi yang sangat tinggi dipancarkan oleh matahari mencapai sekitar bumi, dan menyapu ke arah kutub magnet Bumi, kemudian bertabrakan dengan molekul gas yang ada di bagian atas atmosfer. Energi yang terlibat dalam proses ini sangat besar tetapi seluruhnya alami dan telah menjadi peristiwa biasa sepanjang sejarah Bumi.

HAARP begitu lebih lemah dalam menciptakan proses alami ini, bahkan tak mampu menghasilkan jenis seperti layar optik yang dapat diamati selama aurora muncul. Namun, emisi optik lemah dan berulang telah diamati menggunakan HAARP (dan dilaporkan dalam literatur ilmiah) menggunakan kamera sangat sensitif.

Setidaknya kutipan tanya jawab diatas bersumber pada homepage HAARP : www.haarp.alaska.edu/

Sepertinya dari kutipan pernyataan-pernyataan singkat diatas, HAARP mencoba meyakinkan kita bahwa basis dari fasilitas ini adalah murni dari proyek riset ilmiah. Akan tetapi muncul kontroversi yang mengklaim bahwa sebenarnya project super canggih dan rahasia ini memiliki maksud lain dengan tujuan untuk menguasai dunia. Waw... Benarkah demikian ? begitu hebatnya Amerika untuk menciptakan 'senjata super canggih' tersebut ?

Konspirasi Dibalik HAARP

HAARP telah menjadi kesayangan teori konspirasi sejak pertama kali diusulkan di awal 1990-an. Fasilitas ini didanai terutama oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan diyakini ada untuk tujuan kontrol pikiran, perubahan cuaca, menyebabkan gempa bumi, depopulasi dan tujuan lain dalam kejahatan. Sekarang sedang dikaitkan dengan "chemtrails".


Ternyata HAARP ini bukan satu-satunya fasilitas super rahasia dan canggih yang diketahui. 

Beberapa fasilitas yang diketahui berkaitan dengan project HAARP


EISCAT di Eropa adalah fasilitas yang sama dan terletak di Rusia.


HIPAS terletak di Fairbanks, Alaska


MU radar di Jepang


Arecibo Observatory, AS


Sura , Rusia


Gempa di China apakah juga akibat dari HAARP?


Ini adalah foto di langit Sichuan China pada 2008, 10 menit sebelum gempa terjadi.


Bagi yang ingin melihat videonya klik : 10 mins before the 2008 Sichuan earthquake in China
Bersambung...

Sumber: http://xnews-hawkson-blogmisteri.blogspot.com/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) adalah sebuah project gabungan yang didanai bersama oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (US Air Force), Angkatan Laut Amerika Serikat , University Alaska dan DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency).Ada apakah sebenarnya di balik fasilitas super "canggih " ini?

Apa itu HAARP

High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) adalah suatu upaya ilmiah yang ditujukan untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer, juga untuk meningkatkan komunikasi dan sistem surveilans dengan tujuan sebagai pengembangan fasilitas pertahanan keamanan.

Foto-foto dari High Frequency Antenna Array


Program HAARP berkomitmen untuk mengembangkan fasilitas kelas dunia tentang penelitian ionosfer yang terdiri dari:
  1. The Ionospheric Research Instrument (IRI) , sebuah fasilitas tentang jangkauan operasi High Frequency (HF). IRI akan sementara digunakan untuk merangsang study area jangkauan ionosfer yang terbatas.
  2. Sebuah rangkaian peralatan mutakhir (Diagnostik), yang akan digunakan untuk mengamati proses fisik yang terjadi di wilayah penelitian.
Lokasi Fasilitas HAARP

Terletak di Milepost 11,3 di Highway Tok, sekitar 62,39 derajat lintang Utara dan 145,15 derajat bujur barat di utara Gakona , wilayah Alaska .

Foto-foto dari Peralatan Diagnostik

 
 

Modular Radar UHF yang berkaitan dengan Ionosfir


Rangkaian Diagnostik Pad 3


Antenna High Frequency Ionosonde


Pemantau Fasilitas Diagnostik (Ruang Controller)


Optical Shelter dan Dome


Aircraft Alert Radar Antenna


Ruang Konferensi


Pembangkit Listrik


Proses pengamatan yang dihasilkan dari penggunaan IRI dengan cara yang terkendali akan memungkinkan para ilmuwan untuk lebih memahami proses yang terjadi terus menerus di bawah stimulasi alami matahari. Instrumen ilmiah yang dipasang di Observatorium HAARP akan berguna untuk berbagai upaya  dalam melanjutkan penelitian yang tidak melibatkan penggunaan IRI secara ketat .

Diantara studi-studi ini mencakup karakterisasi ionosfer menggunakan beacon satelit, pengamatan teleskop dari struktur halus dalam aurora, dan dokumentasi variasi jangka panjang di lapisan ozon.
Ada apa lagi kira -kira dibalik fasillitas HAARP ?
Bersambung...

Sumber: http://xnews-hawkson-blogmisteri.blogspot.com/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Inilah Kekuatan Raksasa Militer Indonesia 1960 - Era Presiden Sukarno. kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Soviet. 1960, Belanda masih bercokol di Papua. Melihat kekuatan Republik Indonesia yang makin hebat, Belanda yang didukung Barat merancang muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda.


Presiden Sukarno segera mengambil tindakan ekstrim, tujuannya, merebut kembali Papua. Sukarno segera mengeluarkan maklumat "Trikora" di Yogyakarta, dan isinya adalah:
  1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
  2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
  3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.
Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat itu, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan. Kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah salah satu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Soviet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. perlu yang anda catat adalah saat itu Soviet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia. kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton artinya KRI Irian lebih besar 10 kali dari pada KRI terbesar sekarang yang dimiliki TNI.


Angkatan udara Indonesia juga menjadi salah satu armada udara paling mematikan di dunia, yang terdiri dari lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Armada ini terdiri dari:
1. 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed.
2. 30 pesawat MiG-15.
3. 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17.
4. 10 pesawat supersonic MiG-19

Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salah satu pesawat supersonic tercanggih di dunia, yang telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2/kira-kira 2000 km/jam (1 mach= 1000km/jam). Pesawat ini bahkan lebih hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sementara Belanda masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang Dunia II seperti P-51 Mustang.

Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.

Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). DiDunia saat itu hanya 4 negara yang memeliki Pesawat semacam ini adalah AMERIKA, UNI SOVIET, dan INGGRIS Ini membuat Indonesia menjadi salah satu dari hanya 4 bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Surabaya.


Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat. Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, Puluhan kapal tempur kelas Corvette.


9 helikopter terbesar di dunia MI-6




41 helikopter MI-4


Berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B.



Total, Indonesia mempunyai 104 unit kapal tempur. Belum lagi ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47. Ini semua membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan militer laut dan udara terkuat di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima tanpa perlu melakukan kontak/perang terbuka dengan Indonesia karena John F. Kennedy sudah dapat melihat Belanda pasti kalah dan akan memakan banyak korban dari pihak belanda. 

Sumber: http://athots.blogspot.com/ 
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pendahuluan

Kerajaan Koryo yang berdiri sejak tahun 900an di semenanjung Korea telah mengalami peperangan melawan berbagai ancaman baik dari dalam wilayahnya sendiri maupun dari bangsa dari luar Korea. Seperti halnya ketika penyerbuan bangsa Mongol pada abad ke-13 yang telah mengakibatkan kehancuran kota-kota dan menyebabkan konflik internal di dalam tubuh Koryo. Walaupun target utama dari invasi Mongol bukanlah Koryo, namun penyerangan dan pendudukan wilayah menjadi penting untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Dikarenakan letak geografis Korea yang berdekatan dengan Jepang dan Cina hal ini dapat dijadikan pertimbangan utama Mongol untuk mewujudkan rencana invasi besar-besaran ke daratan di selatan dan juga di timur laut.



Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Gengis Khan pada awal abad ke-13 mulai bangkit untuk berkelana mencari sumber kehidupan ke segala penjuru yang lebih baik untuk bangsa mereka. Gerombolan Mongolia terkenal sangat kejam ketika berhadapan dengan setiap orang yang menghalangi tujuan mereka, maka tidak heran apabila Koryo sangat kesulitan menghadapi mereka sehingga terus menerus dirampok dan dipaksa untuk menyerahkan tahta kerajaan kepada Mongol.


Sebagian besar Koryo memang pernah diambil alih oleh Mongol namun juga terdapat segelintir kelompok yang melakukan perlawanan. Kelompok perlawanan ini bernama Sambyŏlch’o (patroli Tiga Elit) bersikeras tidak mau tunduk seperti saudara mereka dan kedudukannya terus terdesak hingga ke selatan pulau terluar Korea.

Sementara orang Koryo yang bersedia berdamai dengan Mongol diwajibkan mengikuti pemerintahan utusan mereka dan diharuskan memberi upeti sebagai bukti loyalitas. Pemerintahan Koryo di bawah pengaruh Mongol pun mengalami perubahan sebagai dampak dari invasi tersebut.

Latar Belakang Invasi Mongol

Dahulu kala bangsa Mongol merupakan bangsa yang suka berpindah-pindah atau disebut orang nomaden. Mereka mampu menempuh jarak perjalanan yang sangat jauh dengan sedikit mengkonsumsi makanan namun kekuatan mereka sangat besar sekali. Sehingga kondisi fisik mereka mampu mengungguli orang-orang lainnya. Orang Mongol zaman dahulu mempunyai ketahanan fisik yang sangat baik. Hal tersebut terbentuk bersamaan dengan kondisi alam Mongolia yang ekstrim jauh dari laut manapun, sedikit hujan dan salju serta udaranya kering.

Modal yang dimiliki Mongol ini dimanfaatkan oleh mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mencari tempat tinggal yang baru. Biasanya mereka terpikat dengan kota-kota yang memiliki banyak makanan, orang kaya, dan wanita. Pencarian akan kebutuhan ini membawa mereka sampai ke selatan yakni Cina serta Korea. Salah satu contohnya pada awal abad ke-13, salah satu dinasti Cina yaitu Jin berhasil dikuasai oleh Mongol. Penyerbuan mereka pun berlanjut ke arah Semenanjung Korea yang terdapat kerajaan Koryo pada sekitar tahun 1230-an. Selain berupaya merampas harta serta memperluas wilayah nampaknya invasi ke Koryo memiliki tujuan yang lain.

Penjajahan Mongol terhadap kerajaan atau kota-kota di Asia maupun Eropa dengan pimpinannya Gengis Khan tidak selalu dilakukan dengan penyerbuan. Pengambilalihan kekuasaan oleh Mongol juga dilakukan dengan cara yang lebih halus. Cara yang dimaksud adalah beradaptasi dengan kebudayaan setempat. Orang Mongol cepat mempelajari kondisi setempat, dengan alasan untuk menguasai wilayah tersebut. Hingga dalam 20 tahun ke depan, bangsa Mongol dapat memperoleh upeti dari pemimpin setempat yang dijajah.

Sebetulnya tujuan awal Mongol adalah menguasai dinasti-dinasti di Cina. Hubungan mereka dengan bangsa-bangsa lain pun dinilai tidak begitu buruk. Contohnya, dengan bangsa Koryo pun mereka pernah bekerja sama dalam satu misi. Kesamaan visi inilah yang membuat keduanya (Mongol dan Koryo) terlibat kontak untuk pertama kalinya. Mongol dan Koryo berusaha untuk mengusir tentara campuran Khitan yang melarikan diri dari Manchuria menyeberangi Sungai Yalu menghindari Mongol. Gabungan serangan dari Mongol-Koryo pada tahun 1219 berhasil memukul mundur Khitan yang bertahan hingga Perbatasan Kangdong, di sebelah timur Pyongyang.

Invasi Mongol Terhadap Korea

Mongol menganggap kemenangan atas Khitan tersebut merupakan berkat bantuan mereka dan Koryo berhak untuk memberi seserahan sebagai tanda balas budi. Bentuk seserahan ini berupa upeti yang harus diberikan tiap tahunnya. Koryo dengan tegas menolak pemberian upeti kepada Mongol karena permintaan upeti dianggap memberatkan. Situasi ini mengawali perselisihan di antara kedua bangsa tersebut, terlebih lagi dengan terbunuhnya utusan Mongol bernama Chu-ku-yü saat pulang dari Koryo di tahun 1225. Insiden tersebut merupakan alasan Mongol untuk menyerang Koryo untuk pertama kalinya pada tahun 1231.

Hubungan baik di antara Koryo dan Mongol akhirnya retak akibat ketamakan dari Mongol dan juga insiden pembunuhan utusan Mongol yang tidak diketahui pelakunya. Hanya karena utusan tersebut diduga baru kembali dari Koryo maka Mongol menuduh bahwa orang Koryo sebagai pelakunya. Padahal bisa saja ini merupakan jebakan untuk memperkeruh konflik di antara keduanya. Namun keduanya sudah merasa kesal satu sama lain dan tidak rela harga diri mereka diremehkan.

Penyerangan pertama dilakukan oleh Mongol yang dipimpin Sartaq pada tahun 1231 di wilayah Kuju (Kusŏng), tetapi tidak dikuasai sepenuhnya karena mereka bergerak ke wilayah pusat di Kaesŏng. Mongol berusaha untuk menguasai pemerintahan Koryo di Kaesŏng dengan meningglkan pemerintahan militer (daruhaci) atas permintaan damai Koryo. Koryo memiliki inisiatif untuk menghadapi Mongol, yaitu dengan cara berdamai. Namun, diam-diam pemerintahan Koryo dipindahkan ke Pulau Kanghwa di tahun 1232 untuk menghindari serangan Mongol. Sebagian besar penduduk lainnya juga ada yang pindah ke bagian pegunungan atau pulau di daerah lepas pantai. Strategi menghindari Mongol ini nampaknya tidak berhasil dan bahkan memperburuk keadaan setelah terbunuhnya Sartaq oleh Kim biarawan Yun-hu di Ch’ŏin-sŏng (Yongin). Hal ini pun menimbulkan penyerangan kedua Mongol terhadap Koryo.

Alasan pemindahan ibu kota Koryo ke Kanghwa merupakan keputusan yang tepat pada awalnya. Dikarenakan letaknya yang jauh serta wilayahnya yang terpisah dari laut merupakan kelemahan terbesar dari Mongol. Bangsa Mongol takut akan laut, dan ini merupakan akibat adaptasi mereka yang terlalu lama di daerah gurun yang tidak memiliki lautan. Usaha Mongol tidaklah berhenti sampai di sini, mereka merencanakan mengeluarkan para pemimpin Koryo dari Pulau Kanghwa dengan cara yang halus.

Orang Mongol hanya bisa menyuruh orang Koryo untuk keluar dari pengasingan mereka namun harus disertai dengan satu syarat. Mongol harus menarik mundur tentaranya dari perbatasan, dengan itu Koryo berkenan keluar. Mongol pun mengajukan tawaran agar Koryo yang harus keluar terlebih dahulu, setelah itu baru tentara Mongol boleh ditarik mundur. Kedua tawaran ini nampaknya tidak ada yang menunjukkan kesediaannya untuk menyerah. Pihak Koryo yang didesak menegaskan pernyataan yang tetap tidak ingin keluar dari Kanghwa dengan kata lain mereka tetap melawan.

Perlawanan terhadap Mongol juga dilakukan tidak hanya dari para pemimpin sipil dan raja Koryo tetapi juga muncul dari pihak tentara. Chi Kwang-su merupakan pemimpin militer Koryo yang sangat didukung rakyat kecil. Pemindahan rakyat Koryo ke wilayah pegunungan dan pulau lepas pantai merupakan inisiatif dari pihak militer. Selain terdapat persediaan pangan yang cukup, daerah tersebut menjadi basis dari perlawanan Koryo terhadap Mongol. Wilayah pengungsian rakyat kecil Koryo tidak mampu bertahan dari serangan Mongol yang dipimpin Jalairtai pada tahun 1254. Akhirnya jatuh banyak korban sebagian rakyat kecil dan hancurnya bangunan kebudayaan yang bersejarah di sana.

Penderitaan rakyat ini membawa dampak yang sangat merugikan bagi Koryo. Selain hancurnya lahan pertanian untuk memasok keperluan pangan dan hancurnya kehidupan petani, rakyat kecil juga enggan untuk mendukung pihak kerajaan. Tekanan pemerintahan Kanghwa yang melakukan pemerasan semakin membangkitkan rasa permusuhan di antara rakyat kecil dan pemerintah. Atas alasan inilah muncul dua kelompok yang memiliki pandangan tersendiri dalam menghadapi Mongol. Terdapat kelompok yang mendukung perdamaian dengan Mongol terutama dari pihak pemerintah Koryo dan yang satu lagi dari pihak rakyat kecil dan Sambyŏlch’o (Three Elite Patrols).

Perselisihan internal dalam kerajaan Koryo yang melibatkan pemerintahan sipil dan pihak oposisi dari militer mempersulit upaya perdamaian yang ingin dicapai. Pemerintah sipil menganggap militer menghambat proses tersebut, untuk itu pihak militer harus dijatuhkan. Pada tahun 1258 pemimpin oposisi terhadap pemerintah dan perlawanan terhadap Mongol yaitu Ch’oe Ui dibunuh oleh Yu Kyŏng dan Kim Chun. Kekuasaan pun beralih kepada Kim Chun yang juga tidak bertahan lama karena Im Yŏn segera mengambil alih kekuasaan dengan membunuh Kim Chun. Pada pemerintahan Im Yŏn, ia menggunakan kekuasaannya untuk menggulingkan Wonjong dan melakukan perlawanan terhadap Mongol. Namun, kebijakannya untuk melawan Mongol tidak didukung oleh masyarakat pada saat itu, ia pun segera dipukul mundur dan tahta pun kembali kepada Wonjong.

Sementara itu perlawanan dari pihak Sambyŏlch’o terus dilakukan untuk mempertahankan harga diri Koryo dari invasi Mongol dan pemerintahan di Kaesong. Sambyŏlch’o terus melakukan upaya pemberontakan dalam bentuk memblokade semua wilayah transit antara Kanghwa dengan wilayah daratan. Mereka juga membuat pemerintahan tandingan dengan raja yang bernama Wang On (masih merupakan keturunan bangsawan).

Kerajaan tandingan ini memperluas pertahanannya ke beberapa pulau terdekat seperti Pulau Chindo apabila dalam keadaan terdesak. Namun, kekuatan Kaesong jauh lebih besar karena bergabung dengan Mongol menyebabkan pemerintahan oposisi di Chindo mengalami kekalahan pada pertengahan 1271dan harus melarikan diri ke Pulau Cheju. Di Pulau Cheju inilah akhir dari Sambyŏlch’o mengakhiri perlawanannya pada tahun 1273. Meskipun kekuatan pemerintah resmi Koryo di Kaesong lebih kuat berkat dukungan Mongol namun semangat perlawanan pasukan militer Sambyŏlch’o tetap membara.

Dampak Invasi Mongol Terhadap Pemerintahan Koryo

Setelah pihak oposisi yang terdiri dari kalangan militer mengalami kekalahan, pemerintahan sipil Koryo semakin berada di bawah kekuasaan Mongol. Segala sesuatunya dikendalikan oleh orang-orang Mongol yang juga ditempatkan di Koryo. Alhasil terdapat perubahan dalam sistem pemerintahan Koryo selama masa pendudukan Mongol. Perubahan ini tidak selalu membawa dampak yang buruk, terdapat juga dampak yang positif.

Di bawah kekuasaan Mongol yang sah, Koryo mengalami perubahan dalam pengadopsian institusi Mongol dan adat istiadat termasuk segala macam dari struktur pemerintahan dan gelar bangsawan sampai pakaian serta gaya rambut kepang ala Mongol. Perubahan yang diberikan Mongol memberi pengaruh kepada hubungan Koryo dengan bangsa lainnya. Hubungan Koryo dengan bangsa lainnya seperti dengan orang Mongol, Muslim, maupun lainnya telah meningkatkan kemampuan dari para penerjemah kerajaan untuk mempelajari bahasa asing.

Perubahan lainnya dalam sistem politik adalah dibentuknya Biro Penaklukan Wilayah Timur yang dikendalikan oleh wakil dari Dinasti Yuan sementara pihak kerajaan Koryo hanya memegang gelar semata. Biro ini memiliki tujuan untuk mengatur strategi dalam rangka penaklukan Jepang setelah gagal dalam invasi sebelumnya. Namun, biro ini gagal dalam pelaksanaannya karena kebangkrutan yang dialami Mongol akibat biaya perang yang berlebihan. Dalam menjalin hubungan kebangsawanan antara Koryo dengan Mongol, diadakan pernikahan pangeran Koryo dengan putri Mongol. Pernikahan ini membuahkan keturunan yang akan memegang tahta Koryo. Dalam hal ini Mongol dianggap mempunyai kesempatan untuk menggulingkan kekuasaan Koryo lewat keturunannya. Selain itu beberapa bangsawan Koryo lainnya dijadikan sandera Mongol serta diasingkan dari keluarga maupun pemerintahan. Maka jalan Mongol untuk menguasai Koryo semakin terbuka lebar.

Sumber:

Henthorn, William E., A History of Korea. Collier Macmillan Publisher, London, 1971

Lee, Ki-Baik. A New History of Korea. Harvard University Press, Massachusets, 1984

Lukman, Cecilia. Ed. Oxford Ensiklopedia Pelajar, terj. dr. Mary Worrall. Jakarta:
PT Intermasa, 1995.

Traditional Korea : A Cultural History

http://koreanhistory.info/Koryo.htm
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Invasi Mongol ke Korea (1231 – 1273) adalah seri dari serangan Kekaisaran Mongol terhadap Dinasti Goryeo. Terjadi 6 kali invasi besar yang mengakibatkan kerugian material dan jiwa yang cukup besar terhadap kehidupan rakyat Goryeo. Selama 80 tahun Goryeo menjadi negeri jajahan dan pembayar upeti Dinasti Yuan.

Invasi Awal

Raja Gojong (bertahta 1213 – 1259) adalah raja Goryeo ke-23 saat tahun 1225, Kekaisaran Mongol meminta Goryeo menyerahkan upeti, namun Goryeo menolak dan utusan Mongol Chu-ku-yu terbunuh. Akibat peristiwa itu, pada tahun 1231, Ögedei Khan memimpin invasi ke Korea dan pasukan mereka mencapai sejauh Chungju di selatan.

Kavaleri Mongol (newworldencyclopedia.org)
Pada tahun 1232, keluarga istana Goryeo pindah dari Songdo ke pulau Ganghwa secara diam-diam untuk berlindung. Tempat itu diperketat dengan konstruksi benteng-benteng untuk mengantisipasi ancaman Mongol. Pemimpin pasukan Mongol memprotes kepindahan itu dan melancarkan invasi yang kedua ke Goryeo. Walau mereka mencapai bagian selatan semenanjung, mereka tetap tidak bisa merebut Ganghwa dan bahkan dikalahkan di Gwangju. Di Yongin perlawanan rakyat cukup kuat. Seorang jenderal pasukan Mongol, Salietai, tewas terbunuh oleh biksu Kim Yun-hu. Akibat peristiwa itu pasukan Mongol menarik diri untuk sementara.

Invasi Ketiga

Pada tahun 1235, tentara Mongol menginvasi wilayah Jeolla dan Gyeongsang. Militer dan rakyat Goryeo cukup berhasil dalam memenangkan beberapa pertempuran, namun tidak mampu menahan gelombang-gelombang serangan. Pada tahun 1236, Raja Gojong memerintahkan pembuatan kembali Tripitaka Koreana yang musnah akibat invasi tahun 1232. Proses penciptaan kembali memakan waktu 15 tahun untuk menghasilkan lebih dari 81 ribu buah blok-blok cetak dari kayu.

Pada tahun 1238, pihak Goryeo melunak dan meminta Mongol agar berdamai. Pihak Mongol setuju dan mensyaratkan agar Goryeo mengirimkan salah seorang anggota keluarga kerajaan sebagai sandera. Goryeo mengirimkan seorang yang tidak ada hubungan darah dengan kerajaan. Merasa dipermainkan, pihak Mongol meminta syarat lebih banyak untuk berdamai antara lain perairan semenanjung Korea harus dikosongkan dari aktivitas kapal, lalu meminta pihak kerajaan untuk kembali ke istana di Songdo, pengendalian birokrat anti Mongol dan lagi, anggota keluarga kerajaan sebagai sandera. Goryeo merespon dengan mengirim seorang putri dari kerabat jauh dan 10 orang anak bangsawan dan menolak syarat-syarat lainnya.

Invasi Keempat dan Kelima

Pada tahun 1427, tentara Mongol memulai penyerangan keempat melawan Goryeo, dan kembali meminta pihak penguasanya kembali ke Songdo dan seorang anggota keluarga sebagai sandera. Tapi, dengan kematian Guyuk Khan pada tahun 1248, tentara Mongol kembali menarik serangannya.

Tahun 1251 dengan diangkatnya Mongke Khan, tentara Mongol kembali meminta syarat yang terdahulu. Goryeo menolak mentah-mentah sehingga pada tahun 1253, tentara Mongol melakukan penyerbuan besar. Akhirnya Raja Gojong kembali ke Songdo dan mengirimkan salah seorang putranya, Pangeran Angyeonggong (安慶公) sebagai sandera. Segera setelah itu Mongol menarik diri.

Invasi Keenam dan Perjanjian Damai

Jenderal Mongol mengetahui bahwa para pejabat tinggi Goryeo ternyata masih berdiam di Ganghwa dan mereka masih anti terhadap Mongol. Antara tahun 1253 dan 1258, dibawah Jenderal Jailartai, tentara Mongol melancarkan 4 kali serangan besar yang menjadi invasi final terhadap Goryeo.

Ada 2 kelompok partai dalam tubuh Goryeo: partai literati (kaum intelektual) yang setuju berdamai dengan Mongol dan junta militer yang dipimpin klan Choe yang anti Mongol. Perjanjian damai berhasil dilaksanakan tahun 1270 setelah dikator Choe Chung-heon dibunuh oleh anggota partai literati[1]. Perjanjian menghasilkan diizinkannya pengendalian terhadap kedaulatan militer negara dan budaya, menandakan bahwa Kekaisaran Mongol tidak sanggup memenuhi usaha menjajah Goryeo.

Setelah

Perlawan internal dalam tubuh kerajaan terus berlangsung walaupun telah dilakukan perjanjian damai dengan Mongol tahun 1270. Sejak Choe Chung-heon, Goryeo adalah dinasti kediktatoran militer, yang dipimpin oleh tentara khusus dari klan Choe yang berpengaruh. Para pejabat militer mereka melakukan Pemberontakan Sambyeolcho tahun 1270-1273 dan bertahan di pulau-pulau di selatan semenanjung Korea.

Dimulai dari masa kekuasaan Raja Wonjong, untuk selama 80 tahun, Goryeo adalah negeri jajahan Mongol. Sebagai pemenuhan janji kepada Khan Besar atau Kaisar Mongol (dan untuk meninggikan martabat raja diantara para jenderal dan pejabat Mongol yang menjajah negeri), semua pemimpin Goryeo mulai dari Raja Chungnyeol, putra dan penerus Raja Wonjong sampai Raja Gongmin menikahi anggota keluarga Kekaisaran Mongol. Mereka semua dianggap sebagai bangsawan Mongol dari garis Genghis Khan lewat ibu mereka dan dibesarkan sebagai orang Mongol di Karakorum sampai mereka dewasa. Pengaruh Mongol di Goryeo dihapuskan oleh Raja Gongmin yang memulai pelucutan kekuasaan Mongol mulai tahun 1350-an.

Sumber: http://id.wikipedia.org/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

HINDIA BELANDA - Ribuan prajurit Jepang melompat dari
kapal-kapal pendarat dan kemudian bergerak maju untuk
menguasai ladang minyak di Balikpapan. Sementara itu
setelah menguasai Hindia Belanda,
seperti Pulau Jawa yang subur
Pertaroengan diteloek Banten Menandoeng Sedjarah. Jedjadian ini tidak diloepakan oenteok selam-lamanja. Saat itoelah pada tg. 1 Maret 2602 Balatentara Dai Nippon mendarat dan menamatkan riwajat penindasan Belanda, Jang dimoelai oleh C.v Houtman pada tiga abad jang laloe. Rakjat menjamboet kedatangan Balatentara Nippon dengan gembira. Ternjata pendaratan hingga sekarang pendoedoek Banten-Sju bekerja giat bersama Balatentara.

Kutipan tersebut diambil dari majalah bergambar dua mingguan Djawa Baroe terbitan 1 Maret 2604 Showa atau 1944 Masehi, sebagai awal tulisan berjudul Kissah Pendaratan Balatentara Nippon Ditanah Djawa – Riwajat Belanda moelai dan tammat di Banten. Dalam tulisan ini, dikisahkan tentang daratan pasukan Jepang lainnya di Cretan dan Jawa Timur, hingga .ienyerahnya tentara Belanda. “…Dengan Tergesa-gesa Tjarda dan Ter Poorten lari e Kalidjati, hendak menemoei Panglima Balatentara Nippon. Maksoednja Menjatakan tidak tahan lagi berperang melawan Balatentara Nippon jang gagah berani itoe. Mereka hendak menjerah tidak memakai perdjandjian apa-apa. Balatentara Nippon melihat kedoea pahlawan Belanda ini merasa sangat kasihan dan menerima penjerahan nereka. Dengan perasaan sedih dan menjesal akan kekeliroean sendiri, maka Tjarda dan Ter Poorten keloear dari ,goeboek ketjil—tempat permoesiawaratan di Kalidjati dengan keinsafan, bahwa mereka terdieroemoes oleh Sekoetoenia, Inggeris-Amerika, jaitoe : “Memakloemkan perang pada Dai Nippon dengan tidak tahoe apa maksoednja !”

Sejak itulah Jepang berkuasa di Indonesia, salah satu negeri di Selatan atau Nanyo yang sudah lama diincarnya, baik karena kekayaan cumber alamnya maupun letaknya yang strategic dan menentukan untuk urat nadi perniagaan internasionalnya. Mengingat invasi Jepang terhadap Hindia Belanda dilakukan oleh kekuatan gabungan AL dan AD (Tentara ke-16) yang dipimpin Letjen Hitoshi Imamura, maka begitu seluruh wilayah ini berhasil didudukinya, langsung dibagi dalam dua kekuasaan. AL atau Kaigun menguasai Kalimantan dan semua wilayah Indonesia bagian timur, sementara Jawa Madura Berta Sumatra diserahkan kepada Rikugun atau AD.

Wilayah Indonesia sendiri seluruhnya berada di bawah Komando Selatan yang berpusat di Saigon, Vietnam. Pimpinannya adalah Marsekal (Darat) Hisaichi Terauchi, yang tugasnya mengawasi operasi militer Jepang di seluruh wilayah pendudukannya di Asia Tenggara. Dengan kekuasaan nyata di tangan militer, baik AD maupun AL, maka sistem pemerintahan pendudukan Jepang baik di Indonesia maupun wilayah lain di Asia Tenggara, semuanya bersifat militeristis.

Akhir bulan madu

Karena itu tidak heran apabila dalam waktu singkat “bulan madu” antara balatentara Dai Nippon dengan rakyat Indonesia meredup, lalu berakhir. Selanjutnya yang terjadi adalah bentuk penjajahan barn oleh sesama bangsa Asia. Aspirasi nasionalisme bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan yang telah dirintis sejak mass penjajahan Belanda, tidak lagi memperoleh tempat. Padahal sewaktu Jepang memasuki Indonesia, rakyat pada umumnya menyambut gembira, mengelu-elukan apa yang mereka kira akan menjadi “pembebas”.

Jepang pun pada awalnya dalam usaha memperoleh dukungan rakyat negeri-negeri, Asia Tenggara yang mereka serbu, selalu mengetengahkan slogan “Asia untuk bangsa Asia sendiri”, yang artinya bangsa Barat sebagai penjajah harus enyah dari Asia. Untuk itu jepanglah yang mempelopori pengusiran penjajah Barat dengan meletupkan perang Asia Timur Raya. Namun slogan itu pun dapat diartikan bahwa penjajahan terhadap bangsa Asia sebaiknya dilakukan oleh sesama bangsa Asia. Penjajah itu adalah Jepang sebagai bangsa Asia termaju yang memiliki aspirasi untuk berekspansi.

Pasukan Jepang tetap latihan rutin tempur dengan menggunakan senjata samurai
Cara menjajah yang keras bahkan kejam dalam sistem pemerintahan militer, segera dirasakan oleh rakyat Indonesia, terutama mereka yang di luar Jawa. AL Jepang atau Kaigun yang tidak punya “pengetahuan dan pengalaman teritorial” seperti AD (yang pernah berkuasa atau memerintah di Formosa dan Manchuria), sikapnya lebih keras dalam menguasai rakyat. Karena itu tak mengherankan bila acap terjadi kekejaman dan pembunuhan massal yang dilakukan oleh Kaigun, seperti yang terjadi di Kalimantan dan wilayah lain di Indone¬sia Timur. Siapa pun baik perorangan maupun kelompok yang dicurigai bersikap anti-Jepang, langsung ditangkap oleh polisi militer AL yang disebut Tokkeitai. Dalam coal kekejaman, mereka ini Bering dianggap lebih brutal daripada Kempeitai, polisi militer AD yang amat ditakuti orang. Ketahuan menyembunyikan pesawat radio misalnya, berarti hukuman berat termasuk mati.

KEBAIKAN JEPANG-Selain dikenal sebagai tentara yang brutal dan ganas, tentara Jepang banyak yang bersikap baik. Salah satu kebaikan itu adalah membentuk satuan tentara ayng anggotanya dari pemuda lokal, Heiho, sehingga mereka mampu memiliki kemahiran bertempur
Rakyat kelaparan

Karena Jawa dianggap lebih maju dan potensial daripada daerah-daerah lain ketika itu, maka sikap Jepang di Jawa “lebih modest” sekalipun tetap saja menerapkan kekuasaannya dengan keras. Bangunan ekonomi dan perdagangan tinggalan masa Belanda hancur, balk perkebunan, industri, maupun niaga. Kekurangan sandang dan pangan mewarnai kehidupan sehari-hari rakyat, sehingga tak jarang berbagai jenis tumbuhan atau hewan yang tidak lazim untuk dikonsumsi terpaksa dimakan, seperti bekicot dan daun-daunan. Pemerintah pendudukan Jepang selalu mendorong dan memaksakan peningkatan hasil pertanian makanan di Jawa, karena hasilnya sebagian besar harus disetorkan untuk mendukung upaya perangnya. Tak heran penduduk Jawa yang ketika itu sekitar 50 juta jiwa, banyak yang kelaparan. Tubuh orang-orang yang mati kelaparan, acap ditemukan tergeletak di pinggir jalan.

Dalam waktu senggangnya tentara Jepang juga menunjukan
sifat manusiawinya seperti mengunjungi kebun binatang,
Raden Saleh, Cikini, Jakarta
Sebuah tulisan di Djawa Baroe pads 15 Maret 1944 menyebutkan days upaya untuk melipat gandakan hasil pangan di Jawa yang hasilnya wajib diserahkan kepada Jepang. “….berarti segala ichtiar dan tindakan jang sampai hari ini diambil oleh Goenseikanboe diperkokoh dan diperloeas. faitoe, misalnya tentang pengoempoelanpadi, atas kekoeasaan dan pertanggoengan djawab Sjoetjokan mengandjoerkan setjara koeat serta menggiatkan penjerahan padi. Dengan demikian diatoer perimbangan diantara keboetoehan Balatentara dengan keboetoehan dalam negeri. ” Pengumpulan padi atau bahan pangan ini diawasi dan dilakukan oleh organisasi yang dibentuk di setiap pelosok daerah yang dinamakan “Syokuryo Hanso Tai Shin Tai” atau barisan pelopor untuk pengangkutan bahan pangan. Tentu saja pengangkutan ini mengarah ke gudang pangan Balatentara Nippon.

Penderitaan akibat kurangnya bahan pangan ini tentu berdampak terhadap kondisi kesehatan, sehingga penyakit seperti busung lapar, beri-beri, dan berbagai penyakit lainnya akibat kurang gizi berkembang di tengah rakyat. Angka kematian pun meningkat. Rakyat mulai membenci Jepang karena penderitaan ini, tetapi mereka tidak mampu berbuat apa pun karena ketat dan kerasnya pengawasan serta tindakan dart Jepang dengan Kempeitai-nya. Sekalipun demikian pernah terjadi beberapa protes dan pemberontakan lokal akibat kewajiban menyerahkan hasil panenan kepada penguasa pendudukan Jepang. Misalnya yang terjadi di daerah Pekalongan dan Singaparna, yang lalu dipadamkan oleh tentara Jepang dengan kejam sehingga banyak petani terbunuh.

Banyak hal lain dilakukan pemerintah pendudukan Jepang, namun semua akhirnya tertuju demi kepentingan perangnya sendiri. Mulai dart pembentukan Tonari-gumi atau Rukun Tetangga, usaha meningkatkan produksi pangan, obat¬obatan, ban kendaraan, pengumpulan buah jarak, sekolah pelayaran, sekolah pertukangan, latihan kemiliteran untuk pemuda, pembentukan Heiho, dan tentara Pembela Tanah Air (PETA), hingga pembentukan Djawa Hookoo Kai atau Himpunan Kebaktian Rakyat (Jawa). Himpunan ini tujuannya adalah memobilisasi potensi segala lapisan dan golongan rakyat guna mendukung tercapainya “kemenangan akhir”.

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Hanna Reitsch sedang beraudisi dengan
tokoh idolanya, Hitler
Jerman Nazi semasa Perang Pasifik rupanya juga memiliki unit bunuh diri yang dinamakan Selbstopfereinsatz. Satuan bunuh diri dibentuk untuk menghentikan gerak maju pasukan Soviet, dengan tugas utama menghancurkan akses jalan. Sebanyak 35 pilot meregang nyawa, sebagai wujud kesetiaan mereka. Di luar Jepang dengan kamikaze-nya, di negara lain tak dijumpai taktik serangan bunuh diri dengan pesawat yang terorganisasi seperti kamikaze. Kalau pun ada, maka umumnya merupakan aksi individual para pilotnya sendiri. Dalam Perang Dunia II di Eropa, ketika Jerman Nazi melancarkan invasi terhadap Uni Soviet dengan Operasi Barbarossa-nya, maka berbagai laporan menyebutkan sejumlah pilot Rusia dengan sengaja menabrakkan pesawat mereka terhadap pesawat Luftwaffe yang menyerang dengan kekuatan besar. Namun aksi heroik tersebut tampaknya lebih dipicu oleh rasa putus asa bercampur kebencian terhadap agresor Nazi, dan bukannya karena perintah atau petunjuk resmi atasan atau lembaganya.

Patung pahlawan Yunani,
Leonidas, yang kemudian
menjadi nama Skadron
Bunuh Diri Nazi.
Begitu pula sewaktu Jerman Nazi dipukul mundur dan terdesak di front timur, dilaporkan para pilot Jerman acap menabrakkan pesawatnya ke pesawat pengebom Soviet, sehingga kedua-duanya jatuh. Kejadian seperti ini misalnya terjadi sekitar pertengahan April 1945, tatkala pasukan Soviet berhasil menyeberangi Sungai Oder dan mulai memasuki wilayah Jerman. Apabila laporan ini benar, maka sungguh ironis, sebab merupakan kebalikan dari apa yang terjadi sewaktu Barbarossa pertengahan 1941!

Tetapi selain laporan aksi individu para pilot Rusia maupun Jerman, ternyata di lingkungan AU Jerman atau Luftwaffe pun dilaporkan pernah ada kesatuan serangan bunuh diri yang terorganisasi, meskipun tidak melembaga hingga tingkat tinggi seperti kamikaze Jepang. Sesudah pasukan darat Soviet mendesak pasukan Jerman dari Sungai Oder, mereka pun lalu berusaha memasuki wilayah Jerman dengan menyeberangi sungai ini. Mereka membangun sejumlah jembatan darurat, baik yang di atas permukaan sungai maupun yang di bawah permukaan air.

Skuadron Leonidas

Untuk menghancurkan jembatan Soviet ini, maka salah satu Skadron Luftwaffe yang dikenal dengan nama Skadron Leonidas (Pemimpin Sparta yang pada 460 SM berhasil menahan pasukan Persia yang jauh lebih besar di celah Thermopylae di Yunani Tel gah. Leonidas dan 300 pasukannya bertempur sampai semuanya gugur termasuk dirinya sendiri). Skadron yang berpangkalan di Juterborg ini tampaknya bertindak sendiri dalam usaha menahan majunya Tentara Merah. Skadron pimpinan Letkol Heiner Lange ini menyebut kesatuan khususnya Selbstopfereinsatz, yang kira-kira berarti misi dengan kerelaaan mengorbankan dinsendiri, self-sacrifice mission.

Jenis pesawat Focke Wulf 190 yang menjadi
andalan Leonidas Skadron.
Mereka yang bergabung menandatangani pernyataan yang diakhiri dengan kalimat, “bahwa saya memahami dengan amat jelas, misi saya niscaya berakhir dengan kematian”. Skadron Leonidas pada 16 April 1945 mengadakan “dansa perpisahan”, yang diikuti para pilotnya serta mengundang sejumlah wanita muda anggota Luftwaffe yang bertugas di kesatuan sinyal pangkalan ini. Hadir pula Mayjen Fuchs, panglima pasukan Jerman di wilayah itu yang dikabarkan “menahan air matanya” dalam acara perpisahan tersebut.

Pada 17 April pagi, berbagai jenis pesawat yang tersisa seperti Focke-Wulf 190, Messerschmitt 109, dan Junkers 88 diterbangkan untuk menggempur 32 jembatan atas air dan bawah permukaan yang sedang dibangun pasukan zeni Soviet di Sungai Oder. Mereka yang terbang pagi itu tak ada yang pulang ke pangkalannya Esoknya sejumlah pesawat diterbangkan lagi. Salah satunya, sebuah FockeWulf yang dipiloti Ernst Beichl disarati dengan born 500 kg. Sasarannya adalah jembatan ponton di dekat Zellin.

Jenis pesawat Me-109 yang menjadi
andalan Leonidas Skadron.
Penerbangan intai kemudian melaporkan jembatan tersebut memang hancur. Begitu pula jembatan kereta api di Kustrin. Namun laporan yang menyebutkan 17 jembatan berhasil dihancurkan dalam tiga hari serangan Selbstopfereinsatz, dianggap terlalu dibesar-besarkan. Kritik menyebutkan 35 jiwa pilot dan pesawat yang hilang dalam taktik serangan seperti itu sungguh disayangkan, sebab tidak sebanding dengan keberhasilan serangan yang terbatas dan sifatnya pun cuma sementara. Padahal hari demi hari Luftwaffe semakin kekurangan pesawat maupun pilot, yang tidak mungkin tergantikan dalam situasi semakin keteter.

Sekalipun demikian Mayjen Fuchs tetap menyertakan nama para pilot tersebut dalam ucapan selamat ulang tahun untuk sang pemimpin, Adolf Hitler, yang jatuh pada 20 April. Hitler yang memperingati hari ulang tahunnya yang terakhir di dalam bungkernya itu, disebutkan amat menghargai “hadiah” tersebut, pengorbanan jiwa para pilotnya demi Jerman Nazi. Namun operasi ala kamikaze Jepang itu langsung dihentikan, karena pasukan tank Soviet pimpinan Marsekal Ivan Konev tak terduga menyerbu ke arah Berlin dari tenggara, sehingga pangkalan Luftwaffe di Juterborg terancam terlindas.

Usulan Hanna Reitsch

Sebelum taktik Selbstopfereinsatz itu dilancarkan pertengahan April 1945, maka gagasan serangan bunuh diri pernah diajukan kepada Hitler sendiri oleh perempuan penerbang legendaris Jerman Hanna Reitsch. Dalam pertemuan akhir Februari 1944 di Berghof, tempat peristirahatan Hitler di pegunungan Bavaria, Reitsch menyatakan roket V-1 yang dikembangkan untuk menghancurkan London, kurang akurat untuk mengenai sasarannya. Padahal Hitler menaruh harapan besar terhadap senjata rahasianya ini, yang disebutnya sebagai senjata pamungkas untuk mengalahkan Sekutu.

Roket tanpa awak ini dirancang mampu dimuati satu ton bahan peledak, untuk diluncurkan ke London atau kota-kota sasaran lainnya di Inggris. Roket V-1 yang mencapai kecepatan lebih dari 750 km/jam dengan ketinggian terbang 1,5 km ini, jarak jangkauannya dapat ditentukan dengan menyetel mesinnya terlebih dulu. Pada jarak yang diinginkan, mesinnya akan mati dan roket pun jatuh bersama peledaknya. Dengan muatan peledak yang begitu besar, setiap roket diharapkan dapat menghancurkan satu blok kota.

Hanna Reitsch mengusulkan agar roket secara tepat mengenai sasaran, maka haruslah diawaki. Pilot dapat mengarahkan roketnya ke sasaran strategis tertentu, sehingga tidak asal menjatuhi kota sasaran. Namun cara ini berarti si pilot akan tewas, meledak bersama roketnya. Untuk itu diperlukan relawan yang bersedia mati demi Hitler dan kemenangan Jerman Nazi. Terhadap usulan ini, Hitler semula bersikap skeptis. Tetapi Reitsch meyakinkan hal ini pasti bisa dilakukan. Akhirnya usulan ini disetujui dengan melalui uji coba. Roket diisi pasir sebagai pengganti bahan peledak.

Dalam uji coba terbang dan mendaratkan kembali roket, dua pilot ternyata gagal. Reitsch lalu membuktikan sendiri, dan berhasil. “Persoalannya cuma kedua pilot tadi tidak tahu bagaimana mendaratkan pesawat berkecepatan tinggi,” katanya. Walau Reitsch sudah membuktikan sendiri bagaimana mengendalikan V-1, tetapi proyek serangan bunuh dui dengan roket V-1 ini gagal dan dihentikan. Penyebabnya tak lain adalah tidak ada pilot Jerman yang mau menjadi relawan. Sehingga V-1 mulai menyerang London sejak 13 Juni 1944, atau satu minggu sesudah D-Day, tak pernah ada pilot Kamikaze Jerman yang berada di dalalamnya. (rb)

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments