Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

MASALAH JERMAN SEMPAT bertahan 184 tahun. Hari jadinya tanggal 6 Agustus 1806, ketika kaisar terakhir Kerajaan Romawi Suci Bernasion Jerman, Franz II, tunduk pada ultimatum Napoleon dan meletakkan mahkota kerajaan, sehingga bubarlah “Reich Lama”. Pemecahannya terjadi tanggal 3 Oktober 1990, saat Republik Demokrasi Jerman (RDJ/Jerman Timur) dengan persetujuan keempat negara yang pernah menduduki Jerman seusai Perang Dunia II menyatakan dirinya bergabung dengan Republik Federal Jerman. Dalam upacara kenegaraan di Gedung Filharmoni Berlin waktu itu, Presiden Federal Richard von Weizsäcker mengungkapkan makna historis reunifikasi itu dalam kalimat yang patut dicatat dalam buku sejarah: “Tibalah sudah harinya, seluruh Jerman untuk pertama kali dalam sejarah memperoleh tempatnya yang lestari di dalam lingkungan negara-negara Barat yang berasaskan demokrasi”.

Namun masalah Jerman tidak senantiasa timbul antara tahun 1806 dan 1990. Pada era Kekaisaran Jerman yang berlangsung dari tahun 1871 sampai 1918, tak seorang pun akan sampai berbicara mengenai masalah Jerman yang perlu dipecahkan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masalah Jerman kembali muncul di permukaan paling lambat pada tanggal 8 dan 9 Mei 1945, ketika Reich Jerman menyerah tanpa syarat kepada negara-negara pemenang Perang Dunia II. Pembelahan Jerman merupakan solusi sementara untuk masalah itu. Pemecahannya yang final ialah penggabungan kedua negara Jerman yang disertai pengakuan perbatasan negara menurut letaknya pada tahun 1945. Dengan pengakuan menurut kaidah hukum antarbangsa pada tanggal 3 Oktober 1990 itu, letak Jerman dan cakupan wilayahnya telah ditetapkan secara pasti.

Sumber: http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Baru pada bulan Oktober 1918, ketika tidak dapat disangsikan lagi Jerman akan kalah dalam Perang Dunia Pertama, dilakukan perubahan konstitusi yang bersifat menentukan dan yang membuat kanselir Reich tergantung dari kepercayaan Reichstag. Penguatan kedudukan parlemen itu bertujuan mempengaruhi negara-negara demokrasi Barat yang bakal menjadi pemenang agar setuju dengan perdamaian yang lunak, serta mencegah revolusi dari bawah. Kedua tujuan tersebut tidak tercapai, tetapi para lawan demokrasi kemudian dengan mudah memfitnah sistem parlementer sebagai “kebaratan” dan “bukan Jerman”.

Revolusi dari bawah pecah pada bulan November 1918, karena reformasi yang diputuskan pada bulan Oktober tinggal di atas kertas saja. Sebagian besar angkatan bersenjata tidak bersedia tunduk kepada kepemimpinan politik oleh pimpinan Reich yang bertanggung jawab kepada parlemen. Namun revolusi Jerman pada tahun 1918/19 tidak pantas terhitung di antara revolusi besar atau klasik dalam sejarah dunia.

Untuk mengalami perombakan politik dan kemasyarakatan yang radikal menurut contoh Revolusi Perancis pada tahun 1789 atau Revolusi Oktober di Rusia pada tahun 1917, Jerman telah terlalu “modern” di sekitar tahun 1918 itu. Di negara yang sejak setengah abad telah mengenal hak pilih umum dan sama untuk laki-laki pada tingkat nasional, tidak pada tempatnya kalau dicoba menegakkan diktatur revolusioner.

Yang diupayakan hanyalah pengembangan demokrasi. Secara konkret hal itu berarti: pemberlakuan hak pilih untuk perempuan, demokratisasi hak pilih di negara bagian, distrik dan kota, serta perwujudan sepenuhnya prinsip pemerintahan yang bertanggung jawab kepada parlemen.

Sumber: http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Pada bulan Jumada Al-Ula tahun ke delapan Hijriyah, Rasulullah SAW mengirim pasukannya ke wilayah Syam. Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan yg membawahi 3.000 prajurit. Rasulullah SAW bersabda "jika Zaid gugur, yang menggantikan posisinya sebagai komandan pasukan adalah Ja'far bin Abu Thalib, jika Ja'far bin Abu Thalib gugur, yang menggantikan posisinya sebagai komandan pasukan adalah Abdullah bin Rawahah".




Kekuatan militer yang dikirimkan Rasulullah SAW ke Mu'tah adalah pasukan khusus, sama sekali tidak melibatkan dan memobilisasi kaum muslim di M adinah, seperti yang Beliau biasa lakukan dalam peperangan lainnya. Prajurit-prajurit yang diberangkatkan adalah orang-orang yang bertakwa, berani, dan taat kepada para komandannya.

Pasukan kaum muslim berjalan dan singgah di Mu'an, kawasan Syam. Disana mereka mendapat informasi bahwa pasukan Hiraklius telah tiba di Ma'ab, kawasan Balqa, dengan membawa serta 100.000 prajurit gabungan dari Lakhm, Judzam, Al-Yaqin, Bahra, dan Baly. Pasukan kedua ini dipimpin salah seorang dari Baly dan dari Irasyah yang bernama Malik bin Zafilah. Mendengar informasi tersebut kaum muslim berkemah di Mu'an selama dua malam untuk merundingkan langkah-langkah selanjutnya. Sebagian di antara mereka berkata "Kita kirim saja surat kepada Rasulullah saw dan kita jelaskan jumlah musuh agar beliau mengirimkan bantuan, lalu memerintahkan kita pulang."

Namun, Abdullah bin Rawahah membarikan support kepada mereka seraya berkata,"Wahai kaum Muslim, demi Allah, sesuatu yang kalian takuti sebenarnya adalah parkara yang kalian cari selama ini, yaitu mati syahid. Kita tidak memerangi musuh atas dasar jumlah yang besar dan kekuatan yang besar, tetapi atas dasar agama Islam ini, yang dengan itu Allah memuliakan kita. Berangkatlah kalian, niscaya kalian akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, kemenangan atau mati syahid."
Kaum Muslim pun bereaksi dengan berkata,"Abdulah bin Rawahah berkata benar."

Pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah lalu melanjutkan perjalanannya hingga tiba di perbatasan Al-Balqa, di Desa Masyarif. Mereka bertamu dengan pasukan Romawi dan pasukan gabungan orang-orang Arab. Kedua belah pihak saling mendekat, tetapi kaum muslim menggeser posisinya ke Desa Mu'tah. Ditempat itu kedua belah pihak bertemu.

Kedua pasukan bertemu dan terjadilah pertempuran dahsyat; pasukan kaum muslim yg berjumlah 3.000 prajurit melawan pasukan gabungan musuh yg berjumlah 200.000 prajurit. Zaid bin Haritsah bertempur sambil memegang bendera perang Rasullullah SAW sampai ia gugur terkena lemparan tombak musuh. Bendera diambil alih oleh Ja'far bin Abu Thalib. Peperanganpun semakin sengit Ja'far terus menyerang musuh hingga gugur.

Sesaat sebelum syahidnya Ja'far bin Abu Thalib, ia memegang bendera perang dangan tangan kanannya, namun sabetan pedang musuh memutuskan tangan kirinya. Lalu ia mendekap bendera perang dengan sisa kedua lengannya hingga ia pun gugur. Usianya saat itu baru 33 tahun, Allah SWT memberinya ganjaran dalam bentuk dua sayap. Di surga ia dapat terbang kemana pun yang dikehendakinya, ada yg mengatakan bahwa salah seorang prajurit Romawi berhasil membunuhnya dengan membelah dua badannya.

Begitu Ja'far gugur, Abdullah bin Rawahah mengambil-alih bendera perang. Ia maju denga mengendarai kudanya, sejenak ia bimbang seraya berkata,"wahai diriku, aku bersumpah, engkau harus terjun kemedan perang, atau aku yg memaksamu terjun....wahai diriku, apabila engkau tidak terbunuh, maka engkau tetap akan mati. Itulah kendali kematian yg telah mengenaimu. Apa yg engkau idam-idamkan telah diberikan kepadamu. Apabila engkau menjalankan perbuatan dua orang sahabatmu, maka engkau memperoleh petunjuk.

Kemudian Abdullah bin Rawahah terjun ke medan perang. Saat itu ia didatangi oleh saudara sepupunya yang membawa sekerat daging. Abdullah bin Rawahah mengambil daging tersebut lalu menggigitnya. Namun ia tertegun mendengar teriakan perang dari kedua kubu, lalu ia membuang daging itu, mengambil pedangnya, kemudian bertempur hingga gugur sebagai syahid.

Setelah Abdullah bin Rawahah gugur, kaum muslim kemudian mengangkat Khalid bin Walid sebagai komandan perang dan melanjutkan peperangan melawan musuh hingga menjelang malam.

Malam harinya kaum muslim berunding dengan Khalid bin Walid sampai ia memutuskan untuk menggunakan taktik guna menggentarkan pasukan musuh. Khalid bin walid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum muslimin pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang dengan menarik pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat seperti pasukan bantuan yang datang dengan membuat debu-debu berterbangan. Pasukan musuh yang menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan kaum muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, bahwa kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa kewalahan menghadapi pasukan kaum muslim, apalagi jika datang pasukan bala bantuan. Karena itu, pasukan musuh akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran, kembali ke daerah perkotaan di Syam.


Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2003491&page=2
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Wina, ibukota Republik Austria, saat ini adalah kota yang indah, bersih nan cantik di jantung Eropa. Wina yang kini berpenduduk sekitar 1,7 juta jiwa, dan diapit oleh sungai Donau (Danube) dan pegunungan dengan hutan "Wienerwald"-nya, sejak zaman Romawi sudah merupakan tempat strategis dalam lalu lintas Eropa. Di zaman pertengahan, kekuasaan Kekaisaran Habsburg Austria yang direstui oleh Sri Paus meliputi hampir separuh Eropa (termasuk Jerman, Polandia, Cekia, Slowakia, Hungaria, Balkan, dsb).






Wina tercatat sebagai wilayah terakhir eropa yang menjadi saksi ekspansi kekhilafahan islam, adalah sultan sulaiman yang diangkat menjadi khalifah islam pada 20 september 1520 di ibukota turki utsmani islambul / konstantinopel yang memprakarsai untuk menaklukan wilayah eropa.

Diapun memobilisasi para mujahidin dari seluruh dunia islam untuk ikut dalam ekspedisi ini...tercatat banyak mujahidin datang dari maroko,mesir,arabia,persia hingga india, lantaran banyaknya mujahidin dari luar turki praktis mujahidin dari turki menjadi minoritas dibanding mujahidin dari daerah lain. pada tahun pertama ekspedisi dia sudah menaklukan beograd dan seluruh balkan.

pada era 1520-an eropa sedang terpecah akibat pembaharuan agama oleh marthin luther, pembaharuan ini berlangsung sampai ketataran politik. kaisar austria yang katolik bersikap represif terhadap rakyatnya yang tertarik pada ajaran pembaharuan ini. karena sikap yang represif pangeran John Zapolya dari Hungaria meminta bantuan Sultan Sulaiman karena takut penindasan kekaisaran Austria.

kepungan atas wina pertama (1529)

Pada awal musim panas (Mei 1529) 120.000 mujahidin berangkat dari Konstantinopel menuju Wina, dipimpin langsung Sultan Sulaiman. Berita ini menyebabkan pengungsian massal penduduk Wina. Seruan bertahan dari Raja Ferdinand-I hampir tidak mendapat sambutan. Cuma 12.000 tentara dan 5000 penduduk sipil yang siap mempertahankan kota, sebagian akhirnya desersi.

22 september 1529 (19 Muharram 936 H) pasukan islam sudah mengepung Wina. Yang disebut Wina saat itu baru cuma distrik-1 sekarang, yakni yang ada di dalam benteng. Sekarang ini, jejak benteng itu adalah "Ring-strassen", suatu boulevard cantik yang mengelilingi pusat kota.

Sultan Sulaiman mengirim utusan untuk mengabarkan bahwa pasukan Islam tidak akan memasuki Wina jika Wina menyerah. Bila tidak, maka Wina terpaksa akan dibumihanguskan. Sultan Sulaiman ingin merebut Wina dengan sedikit mungkin korban di kedua belah pihak. Dari laporan agen maya-mata, Sultan mengetahui, bahwa peluang Wina untuk bertahan amat sangat kecil. Bangunan benteng kota Wina relatif ringkih. Selain itu rakyat Austria sedang terpecah karena agama dan raja-raja Eropa lainnya banyak yang menyangkal adanya "ancaman" dari kekhilafahan islam.

Selama masa pengepungan yang berlangsung tiga minggu, cuma sekali-sekali terjadi bentrokan senjata. Pasukan muslimin mencoba membobol benteng kota dengan bahan peledak. Serangan umum baru dijadwalkan pada 14 Oktober. Pada hari itu, sebuah ledakan mengikis pintu gerbang "Kaertner" selebar 80 meter. Mulailah perang orang per orang. Namun siangnya, Sultan Sulaiman menghentikan pengepungan dan menarik diri. Alasan sesungguhnya tidak diketahui. Para ahli sejarah hanya bisa berspekulasi. Mungkin Sultan cuma ingin berhenti sementara, dan toh secara umum, expedisi jihad ini sudah cukup berhasil (Hungaria dan sebagian besar wilayah timur dan selatan Austria sudah direbut). Kebetulan musim dingin datang agak lebih awal, dan Sultan cemas, bahwa pasukannya bisa kurang disiplin bila mereka kedinginan. Ada memang legenda yang menceritakan bahwa sebenarnya kathedral St. Stephan sudah direbut tentara islam, tapi mereka lalu mulai tidak disiplin dan sibuk mengumpulkan ghanimah ( harta sitaan perang ). Di saat itulah, suatu peleton pasukan Wina menggempur mereka. Dan Sultan cemas, bila korban pihak kaum muslimin di Wina terlalu besar dibanding di tempat lain.

Namun secara prinsip Sultan Sulaiman bisa dianggap menang. Raja Ferdinand sudah mau membayar "upeti" 30.000 Gulden per tahun. Namun upeti ini belum bisa dianggap jizyah. Jizyah adalah pajak atas non muslim, yang hidup dalam Daarul Islam, karena mereka dilindungi, mendapat jaminan sosial, serta tidak terkena kewajiban zakat dan jihad. Hanya non muslim lelaki dewasa yang mampu yang terkena kewajiban jizyah. Jadi sistem Islam belum bisa diterapkan di Austria. Austria belum masuk wilayah Daarul Islam.

Kepungan atas Wina kedua (1683)

Lebih dari 150 tahun kemudian, Sultan Muhammad-IV, berniat menyempurnakan pekerjaan pendahulunya, dengan slogan: "Tempat yang pernah diinjak oleh telapak kuda Sultan, adalah bumi Islam" serta "Makam para syuhada tak boleh dibiarkan ada di Daarul Kufr". Kesalahan yang terjadi 150 tahun yang lalu juga telah dianalisa, dan dicoba untuk dihindarkan. Maka mereka berangkat jauh-jauh hari sebelum musim dingin tiba. Dengan demikian senjata berat mereka bisa dibawa semua dan tak ada yang perlu ditinggal di perjalanan.

Pada 13 juli 1683 (18 Rajab 1094 H), Wazir Akbar Kara Mustafa ditugaskan ke Wina memimpin 300.000 mujahidin. Kembali terjadi pengungsian massal, dan sedikit yang bersedia ikut mempertahankan kota. Kara Mustafa masih memberi Wina tempo sampai menyerah. Daerah-daerah sekitar Wina mulai mengirim duta untuk memulai negosiasi perdamaian. Bahkan pada 29 juli 1529, Bratislava (ibu kota Slovakia sekarang) memohon agar dijaga. Daerah-daerah itu merasa bebas dibawah kekhilafahan Islam dibanding di bawah Kaisar Habsburg Austria (ingat !! , kekhilafahan islam tidak pernah mengusik agama pribadi seseorang entah dia katolik atau protestan namun pada masa itu hal ini tidak berlaku bagi kaisaran Austria).

Kara Mustafa masih menunda perintah serbuan umum, karena khawatir, bahwa pasukan muslim akan kurang disiplin dan merampas apa saja yang ditemuinya untuk diri sendiri. Apalagi banyak pedagang yang ikut dalam expedisi jihad ini yang siap-siap menjadi tukang tadah. Dengan jumlah prajurit yang besar serta persenjataan yang canggih, mereka merasa pasti menang. Namun penundaan ini ternyata tidak berakibat positif. Jumlah manusia dan kuda yang sangat banyak, setiap hari membutuhkan logistik yang besar pula. Orang yang tidak sabar mulai jalan sendiri untuk mendapat "hasil" dari keikutsertaan mereka dalam ekspedisi ini. Beberapa oknum pasukan Islam lalu menukar bahan makanan atau senjata dengan perhiasan atau bahkan minuman keras (!!) dengan tentara dari dalam kota (tentara wina). Dan mereka yang sudah merasa mendapat "hasil" biasa pergi diam-diam (desersi). Secara umum kedisiplinan mulai turun.

Sementara itu Graf Ernst Ruediger von Starhemberg, panglima Wina, masih sempat mengirim kurir untuk meminta pasukan bantuan dari negeri-negeri sekutunya seperti Spanyol, Jerman, Polandia, dan Italia. Bahkan Paus pun mengirim sejumlah besar uang dan senjata. Pada 11 september 1683 sekitar 40.000 pasukan Polandia dan 70.000 pasukan Jerman, di antaranya 40.000 pasukan berkuda sampai ke Wina. Pada waktu itu sebenarnya situasi Wina sudah sangat kritis. Namun Kara Mustafa melakukan kesalahan taktis yang fatal: ia salah hitung jumlah sebenarnya dari pasukan bantuan musuh itu. Akibatnya ia tak memusatkan perhatian menghadapi pasukan bantuan musuh, melainkan sambil lalu tetap melakukan serangan atas benteng kota Wina.

Akhirnya di suatu tempat yang kini dijuluki Taman Persembunyian orang-orang Turki (Tuerkenschanzpark), terjadi pertempuran sengit. Pasukan bantuan negara eropa berhasil menembus garis pertahanan pasukan islam, dan beberapa komandan kekhilafahan turki utsmani yang tidak sabar mulai menyerukan untuk menarik diri. Akibatnya barisan justru jadi panik porak poranda, kepungan atas Wina pecah, dan tentara islam lari tunggang langgang. Puluhan ribu akhirnya gugur. Sejumlah besar meriam dan persenjataan canggih lainnya jatuh ke tangan pasukan wina dan sekutunya.


kekalahan di Wina mengguncang dunia islam, hal ini karena mereka terbiasa mendengar kemenangan tentara islam dalam setiap pertempuran...hal ini bisa dimaklumi karena selain jumlah yang masif, juga kemampuan persenjataan yang kuat pada zamannya. Namun yang paling penting adalah disiplin prajurit yang tinggi serta kesediaannya untuk menyetor nyawanya / mati syahid menjadi faktor penting kemenangan tentara islam....namun pelanggaran pada banyak faktor pada pengepungan di Wina seperti kedisiplinan dan tamak harta sitaan perang serta kesalahan taktik menjadi faktor kekalahan telak di Wina. padahal diatas kertas tentara islam bisa menang.

catatan sedikit:
Kekhilafahan Turki utsmani sebenarnya sudah memiliki tentara reguler yang menerima bayaran secara teratur..namun penduduk sipil juga ikut dalam ekspedisi ini karenanya bila ada kata2 mujahiddin / tentara islam kemungkin adalah gabungan antara tentara reguler dengan para penduduk sipil. mujahiddin adalah sebutan umum untuk para pejuang islam entah dia penduduk sipil / tentara reguler.

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2003491
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Gaung penaklukan Konstantinopel telah bergema di kalangan kaum muslimin semenjak Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya, dari Abu Qubail, ia berkata: “Kami pernah berada di sisi Abdullah bin Amr bin al-Ash, ia ditanya: “Yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” , kemudian Abdullah meminta peti kitabnya yang masih tertutup. Abu Qubail berkata: “Kemudian ia mengeluarkan sebuah kitab dari padanya. Lalu Abdullah berkata: ‘Ketika kami sedang menulis di sekeliling Rasulullah SAW tiba-tiba beliau ditanya: ‘Yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” Kemudian Rasulullah menjawab: “Kota Heraklius akan ditaklukkan terlebih dahulu, yakni Konstantinopel.”

Menurut Husain hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad dan terdapat di dalam Al-Mustadrak di beberapa tempat. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, juga disepakati oleh Al-Bani di dalam Silsilah Al-haditsish Shahihah 1/8.

Penaklukan Konstantinopel seperti yang diprediksikan Rasulullah di atas, terjadi setelah melewati masa yang amat panjang, yakni 8 abad sejak Rasulullah menyampaikan sabdanya. Berikut kami sajikan kepada para pembaca penaklukan Konstantinopel yang mudah-mudahan semakin mengokohkan keimanan kepada Rasulullah SAW; memunculkan sifat optimisme memandang masa depan walaupun saat berada dalam kesulitan; dan menjadi inspirasi bagi gerakan Islam untuk mematangkan perencanaan dan konsisten pada sebuah program.

627 M:

Rasulullah SAW melayangkan surat dakwah pada kaisar Romawi, Heraklius.

629 M:

Terjadi perang Mu’tah yang dilatarbelakangi pembunuhan da’i-da’i Islam oleh orang-orang Ghasasanah (negara satelit Romawi). Dalam perang ini Romawi mengirim bantuan 100.000 orang pasukan dan dibantu oleh sekutunya orang-orang Qadha’ah sebanyak 100.000 orang, sehingga total pasukan berjumlah 200.000 orang, sedangkan jumlah pasukan kaum muslimin adalah 3.000 orang. Pertempuran dalam perang ini berlangsung imbang selama 7 hari. Pasukan muslim yang dipimpin Khalid bin Walid kemudian mundur teratur, langkah ini dipuji Rasulullah SAW.

630 M:

Terjadi perang Tabuk, karena terdengar kabar bahwa Romawi telah memobilisasi pasukannya untuk menyerang Madinah. Jumlah pasukan kaum muslimin saat itu antara 30.000 sampai 50.000 orang, mereka keluar dari Madinah menuju Tabuk yang berjarak 600 KM dari Madinah. Namun ketika pasukan sampai di Tabuk, pasukan Romawi telah mundur.

648 M:

Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, atas usulan Mu’awwiyah kaum muslimin membangun armada angkatan laut sebanyak 1600 kapal. Hal ini dibutuhkan untuk pengamanan wilayah Afrika Utara yang telah dikuasai kaum muslimin, dan juga dibutuhkan untuk penaklukan Romawi. Karena tidak seperti Persia yang terkonsentrasi dalam suatu wilayah daratan, Romawi wilayahnya terletak di tiga benua yang dibatasi oleh Laut Tengah dan ibukotanya, Konstantinopel, terletak di selat yang mengantarai Laut Tengah dengan Laut Mati. Dari manapun arahnya, penyerangan ke arah Konstantinopel lewat Asia atau Afrika harus melewati laut. Oleh karena itu selain diperlukan angkatan darat yang kuat, angkatan laut akan sangat menentukan.

650 M:

Armada Islam yang dipimpin Abdullah bin Abu Sarah bertemu Armada Romawi di Mount Phoenix yang dipimpin Kaisar Konstantin II. Armada Romawi hancur lebur, konon 20.000 orang pasukannya tewas. Pertempuran ini sangat menentukan. Selangkah lgi kaum muslimin akan menghampiri ibukota Romawi. Namun sayang, kemelut yang terjadi di Madinah akibat timbulnya fitnah terhadap Khalifah Utsman bin Affan membuat Mu’awiyah lebih tertarik mengurus persoalan dalam negeri.

668 M:

Pada masa kekhalifahan Mu’awiyah, kaum muslimin menyerang Romawi dengan menggunakan dua jalur, laut dan darat. Dari laut armada Islam dikerahkan ke Hellespont menuju Laut marmara sampai ke Selat Bosporus. Dari darat, mereka menerobos Asia kecil menuju kota Chalcedon yang berada di selat Bosporus. Pasukan darat kemudian dijemput armada laut dan diseberangkan ke pantai kota benteng Konstantinopel. Namun sayang, kekuatan benteng Konstantinopel diluar perhitungan Muawiyah. Benteng itu sukar ditembus. Kesulitan lebih besar lagi ketika pasukan Romawi menggunakan senjata terbarunya yang disebut Greek Fire atau Wet Fire. Senjata ini berupa bola-bola berisi cairan naftha yang dilontarkan dan pecah sehingga bertebaran di permukaan laut. Kemudian dari atas benteng pasukan Romawi menembakkan panah api ke laut, sehingga laut pun terbakar. Pasukan muslim hancur dalam penyerbuan ini. Salah seorang sahabat yang rumahnya pertama kali dikunjungi Rasulullah ketika hijrah, Abu Ayyub Al-Anshary, syahid dan dikubur di balik dinding Konstantinopel yang kokoh itu. Berikutnya kaum muslimin menghindari pengepungan langsung terhadap ibu kota Romawi, pertempuran-pertempuran darat selanjutnya selama berabad-abad diarahkan untuk menyempitkan wilayah Romawi.

717 M:

Maslamah bin Abdul Malik meninggal pada saat melakukan pengepungan Konstantinpel. Peristiwa ini terjadi pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik (Bani Umayyah).

717 – 719 M:

Ini adalah masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, pada masanya pengepungan Konstantinopel terhenti, pasukan Islam ditarik mundur.

1389 M:

Sultan Murad I bin Urkhan menyerang semenanjung Balkan. Menaklukan Adrianapole dan menjadikannya sebagai ibukota . Dia memperluas wilayah dan menguasai Shopia ibukota Bulgaria dan salanika ibukota Yunani. Juga mengalahkan Serbia.

1396 M:

Atas dorongan Paus, orang-orang Eropa bergerak ke Konstantinopel untuk menyerang Beyzid I bin Murad yang sedang melakukan pengepungan Konstantinopel. Namun pasukan besar tersebut dapat dikalahkan oleh Beyzid. Tapi Timurlank dengan pasukan Tartarnya menyerbu tempat ini. Mereka memasuki Ankara dan menghancurkan sejumlah besar pasukan Utsmaniyah. Lalu menahan Sultan Beyzid yang kemudian meninggal dalam tahannannya. Timurlank mengembalikan pemerintahan-pemerintahan Anatolia kepada pemiliknya. Pemerintahan-pemerintahan Eropa ini lalu memisahkan diri seperti Bulgaria, Serbia, dan valacie.

1420 – 1451 M:

Ini adalah masa pemerintahan Murad II bin Muhammad, ia mengepung Konstantinopel dan mengembalikan seluruh pemerintahan yang memisahkan diri ke dalam perlindungan pemerintahannya. Juga berusaha mengembalikan pemerintahan-pemerintahan Eropa (Bulgaria, Serbia, dan valachie) serta menguasai Albania.

1452 M:

Sultan Muhammad II memerintahkan pasukannya mendirikan benteng di pantai selat Bosporus. Benteng itu dikerjakan selama 3 bulan, lalu mereka bertahan mengepung Konstantinopel.

1453 M:

Pada suatu malam armada Turki Utsmani menyusur selat Bosporus menuju Konstantinopel. Sebanyak 70 buah kapal terpaksa diseret ke darat sejauh 5 km untuk kemudian dilayarkan lagi di laut. Romawi memang memasang rantai-rantai besar yang menghalangi perjalanan laut. Pada malam itu meriam-meriam Turki menyalak dengan dahsyatnya. Seiring kegoncangan dalam benteng, masuklah tentara Islam menyerbu. Pertempuran pecah di laut dan juga di benteng. Pagi subuh, 29 Mei 1453 M jatuhlah Konstantinopel ke tangan kaum muslimin. Pekik takbir menggema dimana-mana. Terealisir sudah janji Rasulullah SAW, melalui perjalanan panjang perjuangan kaum muslimin.

Sumber: http://mahesakujenar.blogspot.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Malammu disinari shalat munajat Siangmu dihias lonjakan jihad Pembela insan yang miskin dan lara Kemelut yang menyelubungi Dalam sirah ummah Kau ungkai dengan fatwa nubuwwah Kaulah satria, kaulah perwira Fisabilillah (lirik mestika Salahudin Al-Ayubi)

Setelah 88 tahun dikuasai serdadu Perang Salib, kota Yerusalem, Palestina akhirnya kembali jatuh kepangkuan umat Islam. Tepat pada 2 Oktober 1187 atau setelah tiga bulan berjibaku dalam pertempuran Hattin, pasukan tentara Islam yang dipimpin Salahudin Al-Ayubi berhasil menaklukan dan membebaskan kota suci itu dari kedzaliman dan kebiadaban.

Penaklukan Yerusalem yang dilakukan pasukan Islam di bawah komando Salahudin sungguh amat berbeda, ketika tentara Perang Salib menduduki Yerusalem pada 1099. Salahudin menetapi janjinya. Jenderal dan panglima perang tentara Islam itu menaklukan Yerusalem menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Tak ada balas dendam dan pembantaian, penaklukan berlangsung 'mulus' seperti yang diajarkan Alquran.

Padahal, ketika 40 ribu tentara Perang Salib yang dipimpin Peter The Hermit menyerbu tanah suci Palestina, mereka datang dengan dirasuki fanatisme agama yang membabi buta. Guna membangkitkan rasa fanatisme itu, menurut Hallam penulis Barat, `setiap cara dan jalan ditempuh'. Tak peduli biadab atau tidak, semua ditebas remuk redam. Yerusalem banjir darah dan bangkai manusia.

Suasana penuh dendam dan amarah, terjadi pula ketika pasukan Perang Salib tiba di Malleville. Kota itu pun dibumihanguskan. Tak kurang dari tujuh ribu penduduk tak berdosa di kota itu dibantai. Fanatisme buta itupun kemudian mengubah tanah Hongaria dan Bulgaria menjadi daerah-daerah yang tandus. Serangan dahsyat itu akhirnya membuat Syria dan Palestina termasuk kota suci Yerusalem jatuh ke tangan tentara Salib. Kemenangan tentara Salib itu dikotori dengan pembantaian terhadap kaum Muslimin yang sama sekali tak bersalah. Kekejaman tentara Salib itu digambarkan melebihi Jengis Khan dan Hulagu Khan ketika melibas kekhalifahan Abassiyah dan meruntuhkan Baghdad.

''Keluruhan usia lanjut, ketidakberdayaan anak-anak, dan kelemahan kaum perempuan tidak dihiraukan sama sekali oleh tentara Latin yang fanatik itu. Rumah kediaman tidak diakui sebagai tempat berlindung dan pandangan sebuah masjid merupakan pembangkit nafsu angkara untuk melakukan kekejaman,'' ungkap ahli sejarah Inggris, Jhon Stuart Mill mengakui adanya pembataian massal penduduk Muslim ketika Kota Antioch jatuh ke tengan tentara Salib.

Tak hanya itu, mereka pun menghancurleburkan kota-kota Syria, membunuh penduduknya dengan tangan dingin, dan membakar habis perbendaharaan kesenian dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga, termasuk "Kutub Khanah" (Perpustakaan) Tripolis yang termasyhur itu. ''Jalan raya penuh aliran darah, sehingga keganasan itu kehabisan tenaga,"''kata Stuart Mill.

Ketika Raja Richard I dari Inggris merampas Kastil Acre, umat Islam juga dibantai. Begitu sadisnya, mayat-mayat mereka dan kepala-kepala terpenggal ditumpuk di bawah panggung. Pada tahun 1194, Richard Si Hati Singa - pahlawan dalam sejarah Inggris juga memerintahkan untuk menghukum mati 3.000 umat Islam, yang kebanyakan di antaranya wanita-wanita dan anak-anak, secara tak berkeadilan di Kastil Acre.

Semua itu sungguh jauh berbeda dengan ketika Salahudin datang menaklukan Yerusalem. Karen Amstrong dalam bukunya Perang Suci menggambarkan, saat Salahudin dan pasukan Islam membebaskan Palestina, tak ada satu orang Kristen pun yang dibunuh. Tak apa pula perampasan harta benda. ''Jumlah tebusan pun disengaja sangat rendah. Salahuddin menangis tersedu-sedu karena keadaan mengenaskan akibat keluarga-keluarga yang hancur terpecah-belah. Dan ia pun membebaskan banyak dari mereka, sesuai imbauan Al-Qur'an,'' papar Amstrong.

Keadilan dan kenegarawanan Salahudin pun membuat umat Nasrani yang tinggal di Yerusalem saat itu berdecak kagum. Seorang tua penganut Kristen pun bertanya kepada Salahudin. ''Kenapa tuan tidak bertindak balas terhadap musuh-musuhmu?''

Salahudin menjawab, ''Islam bukanlah agama pendendam bahkan sangat mencegah dari melakukan perkara diluar perikemanusiaan, Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf dan melupakan kekejaman musuh ketika berkuasa walaupun ketika musuh berkuasa, umat Islam ditindas.''

Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati orang tua itu. Ia pun kemudian berkata, ''Sungguh indah agama tuan! Maka diakhir hayatku ini, bagaimana untuk aku memeluk agamamu?'' Salahudin pun berkata, ''Ucapkanlah dua kalimah syahadah.'' Kemuliaan akhlak Salahudin juga tergambar dalam film Kingdom of Heaven besutan sutradara Ridley Scott, ketika dia mengangkat salib yang jatuh tergeletak di tanah dan menempatkan kembali pada tempatnya.

Hingga kini, kemuliaan hati dan keberanian Salahudin masih tetap dikenang umat Islam dan orang-orang Barat. Menurut Dr Jonathan Phillips, pengajar di University of London dan penulis beberapa buku tentang Perang Salib, Salahudin merupakan pahlawan utama bagi umat Islam.

Lalu seperti apakah perjalanan hidup panglima perang Muslim yang gagah berani dan berhati mulia itu? Salahuddin Al-Ayyubi dikenal di Barat dengan sebutan Saladin. Dia juga biasa dipanggil Salah ad-Din. Salahudin yang terlahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Makkah Hejaz, dan Diyar Bakr.

Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.

Pendidikan pertama diterima Salahudin dari sang ayah yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Sang paman yang juga dikenal sebagai sosok yang gagah berani, Asaduddin Sherkoh - Panglima Angkatan Perang Mesir -- juga turut pula membentuk keperibadian Salahudin. Kedua orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya itu merupakan pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.

Sepeninggal Sherkoh, Salahuddin diangkat menjadi Perdana Menteri Mesir. Salahudin begitu disenangi rakyat Mesir, karena sifatnya yang pemurah, adil dan bijaksana itu. Tak lama kemudian, kabar duka datang dari Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 M dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh yang diperalat pejabat tinggi.

Salahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya, namun ditolak. Suasana ketidakpastian itu memberi angin kepada tentara Salib. Ibukota kerajaan pun jatuh ke tangan tentara Salib. Peristiwa itu membuat Salahudin terpanggil, dia segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu.

Sultan Salahudin dan tentara Prancis mengadakan gencatan senjata di Palestina. Menurut ahli sejarah Prancis, Michaud, kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya. Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.

Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Salahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin. Saladin tak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah meraih kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat, sejumlah kota yang diduduki tentara Salib seperti Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa, Beirut dan Ascalon dapat diduduki Salahuddin. Setelah itu, Yerusalem pun berhasil dibebaskan Saladin dan pasukannya. Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin membuat kalangan dunia Nasrani kebakaran jenggot.

Mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Prancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung kota Akkra yang tidak dapat direbut selama berapa bulan. Dalam sejumlah pertempuran terbuka, tentara Salib mengalami kekalahan dengan meninggalkan korban yang cukup besar. Akhirnya Raja Inggris yang berhati singa itu mengajukan permintaan damai yang diterima oleh Sultan. Pada September 1192 M dibuatlah perjanjian perdamaian. Tentara Salib imeninggalkan tanah suci kembali menuju Eropa.

Salahuddin mengakhiri sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya. Saladin berpulang ke rahmatullah pada 4 Maret 1193. Sebagai penguasa, dia tak meningalkan harta berlimpah. Yang ditinggalkannya hanyalah baju perang, kuda, dan uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham. N heri ruslan/berbagai sumber

Salahuddin Pahlawan Islam yang Dikagumi Lawan

Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush, sempat berkoar-koar bahwa perang melawan terorisme yang digulirkan pemerintahan sekutu sebagai crusade (perang salib). Pernyataan Bush itu tentu saja memicu kontroversi. Yang menarik, editor senior The Guardian, Ewen MacAskill mengingatkan agar Bush mencontoh dan meneladani panglima Islam, Salahudin Al Ayubi.

MacAskill pun menyarakankan agar Bush tak mencontoh kekejaman tentara Kristen semasa Perang Salib. Pada 1099, ketika tentara Perang Salib menaklukan Yerusalem, setiap umat Islam dan Yahudi - laki-laki, wanita, orang tua, anak-anak dibantai dari pagi hingga tengah malam.

Menurut MacAskill, Bush perlu mencontoh Salahudin saat menakluk kembali Yerusalem pada 1187. Tak seorang pun penduduk non-Muslim yang dibunuh. Malah pada keesokan harinya, Salahudin telah mengizinkan penganut agama lainnya untuk beribadah di tempat-tempat suci agama masing-masing di Yerusalem. Tulisan MacAskill itu menunjukkan betapa sosok Saladin atau Salahudin begitu berkesan di hati sebagain orang Barat. Sosok panglima perang Muslim dari Tirkit telah menyebarkan semangat perdamaian, keadilan dan cinta terhadap sesama manusia. Tak heran, bila penulis Barat Philip K Hitti juga menyanjung kebaikan hati seorang Saladin.

''Di Eropa, Salahudin Al Ayubi atau Saladin telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis novel zaman sekarang, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria,'' ungkap Hitti. Sifat penyayang dan belas kasihan Salahuddin ketika peperangan sangat jauh berbeda dibanding kekejaman tentara Perang Salib. Ahli sejarah Kristian pun mengakui mengenai hal itu. Penulis Barat, Lane-Poole mengagumi kebaikan hati Salahuddin yang mampu mencegah dan meredam amarah umat Islam dari upaya balas dendam. Lane-Poole juga melukiskan Salahuddin telahmenunjukkan ketinggian akhlaknya ketika orang Kristian menyerah kalah. ''Tenteranya sangat bertanggungjawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan sehingga tidak ada kedengaran orang Kristian dianiaya.''

Lane-Poole juga menuliskan kekejaman dan tindak-tanduk tentara Perang Salib ketika berhasil menaklukan Baitul Maqdis kali pertama pada 1099. Menurut dia, tercatat dalam sejarah bahwa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan Yerusalem, jalan itu dipenuhi mayat, orang Islam yang tidak bersenjata disiksa, dibakar, dipanah dari jarak dekat di atas bumbung dan menara rumah ibadat.

Karen Amstrong dalam bukunya Perang Suci juga menilai sosok Salahuddin sebagai panglima perang yang jujur. ''Salahudin menepati janjinya, dan menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi,'' tutur Amstrong. Salahudin juga dinilainya sebagai seorang pemimpin yang anti permusuhan dan tak pendendam. ''Dia tidak berdendam untuk membalas pembantaian tahun 1099, seperti yang Al-Qur'an anjurkan (16:127), dan sekarang, karena permusuhan dihentikan, ia menghentikan pembunuhan (2:193-194),'' imbuh Amstrong.

Sir Walter Scott dalam novel yang ditulisnya Ivanhoe dan The Talisman menggambarkan sosok Saladin sebagai seorang pemimpin dan panglima Muslim yang mulia lagi murah hati. Begitulah Salahudin. Meski dia telah meninggal beberapa abad dilam, namun nama besarnya masih tetap dikenang sepanjang masa. Dia tak hanya pahlawan bagi umat Islam. Saladin adalah pahlawan kemanusiaan bagi dunia. Jasamu Salahuddin bagai kasturi mewangi. Harumannya melewati Baitul Maqdis. Walaupun jasadmu tiada semangatmu tetap menyala. Kekal menjadi aspirasi Mujahid kini dan selamanya.

Jejak Perjalanan Hidup Sang Penakluk:

1138 M: Salahudin Al Ayubi lahir di Tirkit Irak.
1152 M: Salahudin mulai bekerja di bawah penguasa Syiria, Nuruddin.
1164 M: Mulai menunjukan kekmapuannya dalam strategi militer melawan tentara Perang Salib di        Palestina.1169 M: Saladin menjadi wakil komandan militer Syiria.
1171 M: Salahudin menekan penguasa Fatimiyah Mesir dan menjadi pemimpin Mesir.Kemudian dia menggabungkan Mesir dengan Khalifah Abbasiyah.
1174 M: Penguasa Syria, Nuruddin meninggal. Saladin mengembangkan basis
1183 M: Penaklukan kota di utara Suriah, Aleppo.
1186 M: Penaklukan Mosul di utara Irak.
1187 M: Dengan kekuatan baru, menyerang Kerajaan Latin Jerusalem dengan pertempuran sengit selama 3 bulan. 1189 M: Perang Salib III meluas di Palestina setelah Jerusalem di bawah kontrol Saladin.
1192 M: Menandatangani perjanjian dengan King Richard I dari Inggris yang membagi wilayah pesisir untuk Kaum Kristen dan Jerusalem untuk Kaum Muslim.
1193 M: Meninggal di Damaskus tidak lama setelah jatuh sakit.

Sumber: hri/wikipedia
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Banyak serangan yang dilancarkan para khalifah islam dalam rangka penaklukan konstantinopel dalam rentang waktu 800 tahun lamanya. Namun semuanya mengalami kegagalan sampai penyerangan terakhir yang dilakukan oleh sultan muhammad II yang bergelar muhammad Al-Fatih. Usaha pertama untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H. / 654 M. pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Dia mengirimkan Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung dan menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan oleh kokohnya pertahanan Konstantinopel.


Pada masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang dilancarkan :

Pertama; yang dilakukan pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. Dalam usaha penaklukan itu Abu Ayub Al-Anshari syahid, sebelum wafat Abu Ayyub sempat berwasiat jika wafat ia meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn.

Kedua; adalah yang dilakukan pada masa Sulthan Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H . Pada saat itu dia mengirimkan pasukan tentara sejumlah 20.000 orang dan sekitar seratus perahu untuk mengepung dan menaklukkan Konstantinopel. Pengepungan Konstantinopel berlangsung berbulan bulan dengan pasukan yang dalam kondisi kritis karena keinginan kuat sang khalifah dalam menaklukkan Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga berhasil akibat suhu udara yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian ditarik mundur oleh Umar bin Abdul Aziz setelah dirinya menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik yang mangkat pada saat tentara masih berada di medan pertempuran.

Di masa khilafahan Abbasiyah berlangsung serangan yang demikian intensif ke Byzantium, namun demikian usaha ini belum sampai menyentuh Konstantinopel walaupun serangan itu telah menimbulkan gejolak di dalam negeri Byzantium, khususnya serangan yang dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid pada tahun 190 H. Setelah itu upaya penaklukan Konstantinopel dilanjutkan oleh Kesultanan Islam Saljuk di Asia Kecil; seperti Sulthan Alib Arsalan yang telah berhasil mengalahkan tentara Kaisar Rumanos dari Romawi dengan pasukannya yang berjumlah kurang lebih 200.000 personil hanya dengan tentara Islam sejumlah 15.000 personil dalam Perang Manzikart pada tahun 464 H/1070 M. Kemenangan Spektakuler ini merupakan titik perubahan penting dalam sejarah Islam. Sebab peristiwa ini telah melemahkan pengaruh Romawi di Asia Kecil yang tak lain adalah wilayah-wilayah strategis kekaisaran Byzantium.

Ketika kekhilafahan Abbasiyah yang beribukota di Baghdad dihancurkan oleh serbuan pasukan Mongolia, muncullah Utsman peletak dasar Kekhilafahan Utsmaniyah. Dengan kekuasaan yang baru lahir dia telah berhasil menembus laut Marmarah, dengan bala tentaranya dia berhasil membayangi dua kota utama Byzantium kala itu yakni Azniq dan Burshah. Setelah wafatnya Utsman, Khalifah penggantinya Orkhan melanjutkan misi pendahulunya. Tahun 727 H/1327M Nicomedia sebuah kota yang berada di barat laut Asia kecil dekat kota Konstantinopel berhasil ditaklukan.

Sulthan Orkhan sangat peduli untuk merealisasikan apa yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah SAW tentang akan ditaklukkannya Konstantinopel. Dia telah melakukan langkah-langkah strategis untuk melakukan pengepungan terhadap ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur pada saat yang bersamaan, agar bisa merealisasikannya, dia mengirim anaknya yg bernama Sulaiman untuk melintasi selat Dardanela dan memerintahkannya agar menguasai beberapa wilayah di sebelah barat. Tahun 758 H Sulaiman berhasil menyeberangi selat Dardanil pada malam hari bersama pasukan kavaleri, tatkala sampai di tepi barat, mereka berhasil mengambil alih beberapa kapal milik tentara Romawi yang sedang berada ditempat itu, lalu mereka membawa kapal–kapal ke tepi timur, mengingat tentara Utsmani belum memiliki armada laut sebab kekuasaan mereka baru saja berdiri. Di tepi timur inilah, Sulaiman memerintahkan pasukannya untuk menaiki kapal-kapal itu yang membawa mereka ke pantai Eropa. Mereka mampu menaklukkan benteng Tarnab, dilanjutkan ke Ghalmabuli yang di dalamnya ada benteng Jana dan Apsala serta Rodestu, semuanya berada di selat Dardanela yang berada diutara dan selatan.

Dengan begitu Sulthan Orkhan telah melakukan sebuah langkah penting dan membuka jalan bagi pemimpin yang datang setelahnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Di Eropa, tentara Utsmani melakukan penaklukan di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Byzantium, Pada tahun 762 H./1360 M., Sulthan Murad I mengusai Adrianopel ( Edirne ), sebuah kota yang sangat strategis di Balkan dan dianggap sebagai kota kedua setelah Konstantinopel oleh Byzantium. Dia menjadikan kota ini sebagai ibukota pemerintahannya sejak tahun 768H./1366M. Pada masa kepemimpinan Sulthan Bayazid I terjadi pengepungan Konstantinopel dgn pasukan yang dipimpinnya sendiri hingga membuat Konstantinopel hampir menemui keruntuhannya. Namun karena munculnya sebuah bahaya baru (Timur Lenk) yang mengancam pemerintahan Utsmani akhirnya Sulthan Bayazid menarik mundur pengepungan tersebut.

Pada masa pemerintahan Sulthan Murad II beberapakali usaha penaklukkan Kota Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masanya pasukan Islam beberapakali mengepung kota ini. Adalah Sulthan Muhammad II putera Sulthan Murad II yang melanjutkan penaklukkan Konstantinopel baik dari ayahnya maupun pendahulunya, dalam rangka penaklukan konstantinopel dia berusaha untuk memperkuat kekuatan militer Utsmani dari segi kwantitas hingga mencapai 250.000 personil. Selain membekali pasukan dengan kemampuan tempur dia juga menanamkan semangat Jihad, Sulthan selalu mengingatkan mereka akan pujian Rasulullah pada pasukan yang mampu membuka Kota Konstantinopel. Dia selalu berharap, tentara yang dimaksud Rasulullah adalah tentaranya. Hal ini memberikan dorongan moral serta ruhiyyah yang sangat kuat di benak pasukannya. Selain itu ia juga memperkuat infrastruktur angkatan bersenjata dan modernisasi peralatan tempur, dengan membangun benteng Romali Hisyar di wilayah selatan Eropa di selat Bosphorus pada sebuah titik yang paling strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun pendahulunya yaitu Sulthan Bayazid di daratan Asia, beliau juga menyiapkan meriam2 yang berukuran sangat besar dalam penaklukan kali ini.

Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II telah mengadakan perjanjian dengan kerajaan yang berbatasan langsung dengan konstantinopel diantaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan Galata yang bersebelahan dengan Byzantine. Ini merupakan strategi yang penting supaya seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.

Selain itu, dalam mempersiapkan penaklukan kota Konstantinopel, Sulthan juga memperkuat armada laut Utsmani mengingat Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan armada laut. Disebutkan bahwa kapal perang yang telah dipersiapkan berjumlah 400 unit. Meriam-meriam besar telah digerakkan dari Adrianopel menuju Konstantinopel dalam jangka waktu dua bulan.

Keseriusan Sultan Muhammad II telah mendorong Kaisar Byzantium berusaha mendapatkan pertolongan dari negara-negara Eropa. Beliau memohon pertolongan dari gereja Katholik roma , sedangkan ketika itu semua gereja di Costantinopel menjadi beraliran Orthodoks. Demi mendapatkan bantuan Constantine XI Paleologus setuju untuk menukar aliran di Costantinople demi menyatukan kedua aliran yang saling bermusuh itu. Perwakilan dari Eropa telah tiba di konstantinopel untuk tujuan tersebut. Constantine XI berpidato di Gereja Aya Sofya menyatakan ketundukan Byzantium kepada Katholik Roma. Hal ini telah menimbulkan kemarahan penduduk Costantinopel yang beraliran Orthodoks. Sehingga ada di antara pemimpin Orthodoks berkata, "sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi Byzantine ini sorban orang Turki (muslim) daripada aku melihat topi Latin!" Situasi ini telah mencetuskan pemberontakan rakyat terhadap keputusan Constantine XI yang dianggap telah berkhianat.

Akhirnya pasukan yang dipimpin langsung sultan Muhammad II sampai didekat Konstantinople pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H.(6 April 1453 M). bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, dan tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha mereka merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru kota dengan berbekal 150.000 ribu pasukan , meriam dan 400 kapal perang. Sulthan Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam, menyerahkan penguasaan kota secara damai atau memilih perang. Constantine Paleologus bertahan untuk tetap mempertahankan kota. Ia dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.

Kota dengan benteng tinggi 10-an meter tersebut memang sulit ditembus, selain itu di sisi luar benteng dilindungi oleh parit-parit dalam. Dari sebelah barat pasukan altileri harus membobol benteng setebal dua lapis sedangkan dari arah selatan laut Marmara, armada laut turki utsmani harus berhadapan dengan kapal perang Genoa pimpinan Giustiniani dan di arah timur selat sempit tanduk emas sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa melewatinya.

Constantine XI Paleologus telah melakukan negosiasi dengan berbagai tawaran demi untuk menyelamatkan kedudukannya. Akan tetapi Sulthan muhammad II menolak semua tawaran itu justru sebaliknya ia memberi saran supaya Costantinople diserahkan kepada Daulah utsmani secara aman. Sultan muhammad II berjanji, jika Costantinople diserahkan secara aman, tiada seorang pun yang akan diapa-apakan bahkan tidak ada gereja dan harta benda penduduk Costantinople yang akan dimusnahkan.

Antara isi kandungan ucapannya, "... serahkan kekaisaranmu, kota Costantinople. Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam nyawa, harta dan kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal dan hidup dengan amat sejahtera di Costantinople, bebas berbuat demikian. Dan siapa yang ingin meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga dipersilakan".

Keesokan harinya, Sultan Muhammad II telah menyusun dan membagi tentaranya menjadi tiga bagian. Pertama adalah gugus utama yang bertugas mengepung benteng yang mengelilingi Costantinopel. Di belakang kumpulan utama itu adalah tentara cadangan yang bertugas menyokong tentera utama. Meriam telah diarahkan ke pintu Topkopi. Pasukan pengawal juga diletakkan di beberapa kawasan strategis seperti kawasan-kawasan bukit di sekitar Kota Byzantine. Armada laut utsmani juga diletakkan di sekitar perairan yang mengelilingi Costantinople. Akan tetapi kapal-kapal tidak bisa memasuki perairan Tanduk Emas disebabkan rantai raksasa yang menghalanginya.

Semenjak hari pertama serangan, tentera Byzantine telah berusaha keras menghalangi tentara islam merapat ke pintu-pintu masuk kota mereka. Tetapi serangan tentera Islam telah berhasil mematahkan halangan itu, ditambah dengan serangan meriam dari berbagai sudut. Bunyi meriam saja telah menimbulkan rasa takut yang amat sangat kepada penduduk Costantinople sehingga menghilangkan semangat mereka untuk melawan.

Armada laut utsmani telah mencoba beberapa kali untuk melepas rantai besi di Tanduk Emas. Dan pada saat yang sama, mengarahkan serangan ke kapal-kapal Byzantine dan Eropa yang tiba untuk menyerang. Namun usaha ini tidak berhasil, kegagalan armada turki memberikan semangat kepada tentara Costantinople untuk terus bertempur. Pada saat yang sama para pendeta berjalan di lorong-lorong kota, mengingatkan penduduk supaya banyak bersabar serta terus berdoa kepada Tuhan supaya menyelamatkan Costantinopel. Constantine XI Paleologus juga sering bolak-balik ke Gereja Aya Sofya untuk tujuan yang sama.

Walaupun begitu, kepungan armada laut sultan muhammad II masih belum berhasil menerobos masuk disebabkan oleh rantai besi yang melindungi Tanduk Emas. Pada saat yang sama, para mujahidin tetap terus melancarkan serangan sehingga pada 18 April 1453M, pasukan penyerang berhasil meruntuhkan tembok konstantinopel di Lembah Lycos yang terletak di sebelah barat kota namun dengan cepat tentara constantine berhasil menumpuk reruntuhan sehingga benteng kembali tertutup.

Pada hari yang sama, beberapa buah kapal perang utsmani mencoba melewati rantai besi di Tanjung Emas. Akan tetapi, gabungan armada laut Byzantine dan Eropa berhasil menghalanginya bahkan banyak kapal perang utsmani yang karam oleh serangan armada laut eropa dan Byzantium.

Dua hari setelah serangan itu, terjadi sekali lagi perang laut antara kedua belah pihak. Sultan Muhammad II sendiri mengawasi pertempuran dari tepi pantai. Saat itu juga, Sultan menunggang kudanya sehingga ke tepi laut sambil berteriak dengan sekuat tenaga untuk memberikan semangat. Kesungguhan Sultan Muhammad II berhasil menaikkan semangat tentaranya. Namun, gabungan armada eropa dan konstantinopel berhasil mematahkan serangan mujahidin walaupun mereka bersungguh-sungguh melancarkan serangan demi serangan. Kegagalan tersebut menyebabkan Sultan mengganti Palta Oglu dengan Hamzah Pasha.

Kegagalan serangan tersebut telah memberikan kekhawatiran kepada tentara utsmani. Khalil Pasha yang merupakan wazir/menteri ketika itu mencoba membujuk Sultan supaya membatalkan serangan serta menerima saja perjanjian penduduk Costantinople untuk tunduk kepada Daulah utsmani tanpa menaklukannya. Saran itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan. Kini tinggal memikirkan cara supaya armada laut turki utsmani bisa melewati tanduk emas.

Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Sampai akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dikemukakan namun akhirnya dilakukan. Ide tersebut adalah memindahkan kapal-kapal perang yang berada di perairan selat bosporus ditarik melalui darat untuk menghindari rantai penghalang. Hanya dalam semalam 70-an kapal bisa memasuki wilayah perairan Golden Horn ( Tanduk Emas ) melalui jalur darat yang memiliki perbukitan yang tinggi dan terjal. (dari yang saya pernah baca teknisi menggunakan 2 buah gelondongan kayu yang diapit menjadi satu sehingga bagian bawah kapal yang lebih lancip bisa melewati celah antara gelondongan untuk mempermudahnya kayu2 diolesi minyak sehingga licin, susunan kayu2 itu membentuk jalur yang menghubungkan 2 laut yang berbeda).

Pada subuh pagi tanggal 22 April, penduduk kota yang lelap itu terbangun dengan suara pekik takbir tentara Islam yang menggema di perairan Tanduk Emas. Orang-orang di konstantinopel gempar, tak seorangpun yang percaya atas apa yang telah terjadi. Tidak ada yang dapat membayangkan bagaimana semua itu bisa terjadi hanya dalam semalam. Bahkan ada yang menyangka bahwa tentara sultan mendapat bantuan jin dan setan !!??.... Yilmaz Oztuna di dalam bukunya Osmanli Tarihi menceritakan salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium mengatakan:

“kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung,”

Dengan posisi tentara islam yang semakin kuat, Sultan Muhammad II melancarkan serangan besar-besaran ke benteng terakhir konstantinopel. Tembakan meriam yang telah mengkaramkan sebuah kapal dagang di Tanjung Emas, menyebabkan tentara Eropa yang lain lari ketakutan. Mereka telah meninggalkan pertempuran melalui kota Galata. Semenjak keberhasilan kapal mujahidin memasuki perairan Tanjung Emas, serangan dilancarkan siang dan malam tanpa henti.

Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" yang menggema di segala penjuru Costantinople telah memberikan serangan psikologis kepada penduduk kota itu. Semangat mereka terus luntur dengan ancaman demi ancaman dari pekikan takbir mujahiddin. Ketika ribut yang belum juga reda, penduduk Costantinople menyadari bahwa tentara Islam telah membuat terowongan untuk masuk ke dalam pusat kota. Ketakutan melanda penduduk sehingga mereka curiga dengan bunyi tapak kaki sendiri. Kalau-kalau tentara 'turki' keluar dari dalam bumi !!

Sultan Muhammad II yakin bahwa kemenangan semakin tiba, mendorong beliau untuk terus berusaha agar Constantine XI Paleologus menyerah kalah tanpa terus membiarkan kota itu musnah akibat gempuran meriam. Sekali lagi Sultan mengirim utusan meminta Constantine XI Paleologus agar menyerahkan Costantinople secara aman. Costantine telah berunding dengan para menterinya. Ada yang menyarankan supaya mereka menyerah kalah dan ada pula yang ingin bertahan sampai akhir. Costantine akhirnya setuju dengan pandangan kedua lantas mengirimkan balasan ,

"... syukur kepada Tuhan karena Sultan memberikan keamanan dan bersedia menerima pembayaran jizyah. Akan tetapi Costantine bersumpah untuk terus bertahan hingga ke akhir hayatnya demi takhta... atau mati dan dikuburkan di kota ini!".

Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya meluruskan niat dan membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka membanyakkan solat, doa dan zikir dengan harapan Allah SWT akan memudahkan kemenangan. Para ulama pula memeriksa barisan tentara sambil memberi semangat kepada para mujahidin. Mereka diingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta kemuliaan para syuhada' terdahulu khususnya Abu Ayyub Al-Ansari RA.

"...sesungguhnya apabila Rasulullah SAW tiba di Madinah ketika kemenangan hijrah, baginda telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari. Sesungguhnya Abu Ayyub telah pun datang (ke Costantinople) dan berada di sini!" Kata-kata inilah yang membakar semangat tentara islam hingga ke puncaknya.

Pada saat yang sama, penduduk Costantinopel berdoa dirumah dan gereja-gereja mereka dengan khidmat berharap Tuhan menolong mereka.........

Tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jamadil Awal 857H / 29 Mei 1453 M, serangan umum dilancarkan. Sulthan Muhammad Al-Fatih sebelum penyerangan umum sulthan memberikan pidato kepada tentara Islam :

“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”


Diiringi hujan panah, tentara turki islam maju dalam tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan khusus Yanissari. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Penduduk Costantinople telah berada di puncak ketakutan mereka pagi itu. Mujahidin yang memang menginginkan mati syahid, begitu berani maju menyerbu tentara konstantinopel.

Tentara islam akhirnya berhasil menembus kota Costantinople melalui Pintu Edirne dan mereka telah berhasil mengibarkan bendera Daulah utsmani di puncak kota. Constantine XI Paleologus yang melihat kejadian itu melepas baju perang kerajaannya dan maju bertempur bersama pasukannya hingga menjadi martir dan tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri melarikan diri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.

Berita kematian Costantine telah menaikkan lagi semangat tentara Islam untuk terus menyerang. Namun sebaliknya, bagaikan pohon tercabut akar, tentara konstantinopel menjadi tercerai berai mendengar berita kematian Rajanya.

Tepat pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan tanggal 29 Mei 1453 M, Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukan oleh para mujahiddin, Sulthan Muhammad II kemudian dia turun dari kudanya dan memberi penghargaan pada pasukan dengan ucapannya “MasyaAllah, kalian telah menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan konstantinopel yang telah Rasulullah kabarkan” baru kemudian beliau sujud kepada Allah SWT di atas tanah, sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan diri dihadapan-Nya.

Pada hari itu, mayoritas penduduk Costantinople bersembunyi di gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad Al-Fatih berpesan kepada tentaranya supaya berbuat baik kepada penduduk Costantinople. Beliau kemudian menuju ke Gereja Aya Sofya yang ketika itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk kota. Ketakutan jelas terbayang di wajah masing-masing penduduk ketika beliau menghampiri pintu gereja. Salah seorang pendeta telah membuka pintu gereja, dan Sultan meminta beliau supaya menenangkan penduduk.

Selepas itu, Sultan Muhammad II meminta supaya gereja berkenaan ditukar menjadi masjid supaya Jumat pertama nanti bisa dikerjakan sholat jumat. Sementara gereja lainnya tetap seperti biasa. Para pekerja bertugas menanggalkan salib, patung dan menutupi gambar-gambar untuk tujuan sholat. Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama para muslimin telah mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama di Aya Sofya itu disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak Semsettin. Nama Costantinople kemudiannya diganti "Islam Bol / Islambul", yang berarti "Kota Islam" dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota ketiga Khilafah Othmaniyyah setelah Bursa dan Edirne.

Atas jasanya Sultan Muhammad II diberi gelar Al-Fatih ( penakluk ), sehingga beliau sering dipanggil Sultan Muhammad Al-Fatih. Pertempuran merebutkan kota konstantinopel berlangsung dari tanggal 6 april s/d 29 mei 1453, atau hampir 2 bulan lamanya. 

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2003491
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments