Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Perdana Menteri pertama Singapura, hasil Pemilu 1955, bernama David Saul Marshall. Dialah pemimpin Partai Buruh yang juga berasal dari keluarga Yahudi Ortodoks Iraq. Kemenangan Marshall tentunya tak lepas dari lobi Yahudi di negeri mini ini.

Selain Marshall, Perdana Menteri yang sangat berpengaruh sehingga dijuluki sebagai ‘Bapak Singapura’ adalah Lee Kuan Yew. Lee sejak lama diketahui telah tertarik dengan Zionis-Israel dan menganggap Singapura memiliki banyak kemiripan dengan Israel.

Secara geopolitik, Singapura dan Israel sama-sama kecil dan sama-sama “dikepung” oleh negara-negara besar yang memiliki perbedaan mencolok. Jika Zionis-Israel dikepung oleh bangsa-bangsa Arab yang selalu memusuhinya, maka Singapura yang mayoritas Cina pun selalu merasa dikepung oleh bangsa-bangsa Melayu. Kebetulan, bangsa Melayu identik dengan Islam, sama seperti Arab. Jadi baik Israel maupun Singapura sama-sama merasa dikepung oleh bangsa-bangsa yang berideologi Islam.

Bukan itu saja, secara pribadi Lee juga sangat terkesan dengan sistem pertahanan dan intelijen Israel yang mampu tetap eksis bahkan menjadi negara kecil yang “super power” di tengah bangsa-bangsa besar yang menjadi musuhnya. Kecil-kecil cabe rawit, demikian pikir Lee terhadap Israel, dan Singapura harus menjadi seperti Israel di Asia Tenggara.

Pemikiran ini sudah dimiliki Lee sebelum Singapura merdeka dari Malaya. Bahkan di tahun 1962, Lee telah menjalin kontak yang erat dengan Duta Besar Israel untuk Bangkok, Mordechai Kidron, guna membangun angkatan bersenjata Singapura. Goh Keng Swee, pada waktu Lee Kuan Yew berkuasa dipercaya merangkap jabatan Menteri Keuangan sekaligus Menteri Pertahanan Singapura, menjadi penghubung antara Lee dengan Kidron.

Atas restu Lee, Goh sering terbang ke Bangkok menemui Mordechai Kidron. Mordechai Kidron menerima Goh dan menyanggupi rencana Singapura untuk menjadikan Israel sebagai “arsitek” sistem pertahanan militer dan jaringan intelijen Singapura. Tak sampai beberapa hari, Kidron segera ganti terbang ke Singapura menemui Lee Kuan Yew. “Sejak saat itu, Kidron mendatangiku beberapa kali antara tahun 1962 hingga 1963 khususnya untuk membahas pembukaan kedutaan besar Israel di Singapura,” ujar Lee (seperti dikutip dalam Lee Kuan Yew: From Third World to First, Singapore, 1963-2000: Building an army from scratch).

Di bawah kepemimpinan Lee, Singapura tumbuh menjadi satu negara kecil yang besar dan kuat. Kecil dipandang dari sudut luas geografis, namun besar dan kuat dalam pengaruhnya atas politik regional maupun perdagangan internasional. Tanggal 21 September 1965, Singapura diakui dan tercatat sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Angkatan Bersenjata Singapura Lahir Dari Rahim Zionis Israel

Harian Ha’aretz terbitan Israel edisi 15 Juli 2004 memaparkan kesaksian sejumlah mantan perwira senior tentara Zionis-Israel tentang hubungan antara negara Zionis ini dengan Singapura. Ha’aretz dengan penuh kebanggaan menceritakan bahwa Israel adalah negara yang membangun dan mencetak sistem pertahanan, intelijen, dan komando tentara Singapura dari awal hingga sekarang.

Dalam sidang parlemen Singapura tahun 1999 dilaporkan data bahwa negeri liliput ini telah menghabiskan 7,27 milyar dolar dalam setahun untuk membangun dan memutakhirkan sistem pertahanannya. Ini berarti sekitar 25% dari anggaran belanja negara itu diperuntukkan bagi anggaran militer.

Sebuah laporan dari Asian Defense Journal (2000) menyebutkan bahwa Singapura memiliki sedikitnya sepuluh jet tempur F-16D, empat pesawat jet tempur F-16B, delapan F-5T fighters, dan tigapuluh enam buah F-5C fighters, yang seluruhnya diperlengkapi dengan sistem persenjataan dan suku cadang yang komplit. Beberapa sumber lain bahkan menyebutkan jika Singapura telah memiliki seratusan pesawat jet tempur lengkap dengan sistem persenjataannya, sederetan Rudal rapier lengkap dengan radar otomatik, empat kapal selam canggih bikinan Swedia, dan aneka peralatan tempur modern lainnya.

Menteri Pertahanan Goh Keng Swee bisa dianggap sebagai salah satu orang Singapura pertama yang meletakkan ide menggunakan jasa Zionis-Israel sebagai arsitek pembangun cetak biru sistem pertahanan dan keamanan Singapura. ”Yang bisa membantu Singapura hanyalah Israel. Sebuah negara kecil yang dikepung oleh negara-negara Muslim tapi mempunyai basis militer yang kuat. Hanya Israel yang mampu membangun militer yang dinamis di sini,” papar Goh Keng Swee.

Setelah itu pemerintah Singapura diam-diam menjalin kontak dengan Israel. Permintaan Singapura disambut hangat negeri zionis tersebut. Berbagai persiapan pun digalang kedua belah pihak dengan amat intensif. Sebuah tim rahasia dengan sandi “Mexicans” pimpinan Kolonel Yaakov Elazari dari Israeli Sayeret (Israel Defence Force, IDF) dibentuk dan diperintahkan untuk segera ke Singapura. Tim ini mempunyai satu misi penting: membangun cetak biru sistem pertahanan keamanan dalam skala nasional. Salah satu hal yang pertama akan dilakukan tim ini adalah menciptakan komandan-komandan lapangan yang tangguh bagi tentara nasional Singapura.

Dari Bandara Ben Gurion, Israel, “Mexicans Team” yang diperlengkapi dengan paspor sekali pakai dengan identitas palsu ini berangkat ke Singapura. Mereka bersama keluarga tidak langsung ke negeri kecil itu, tetapi berpindah pesawat beberapa kali di berbagai negara Eropa, transit satu-dua hari, baru ke Singapura. Ini merupakan prosedur standar intelijen untuk menghindari penciuman dinas rahasia negara musuh atau pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

Sehari sebelum Natal tiba, 24 Desember 1965, enam orang perwira IDF lengkap dengan seluruh anggota keluarga mereka telah mendarat di Bandara Internasional Changi. Bagai turis dari Eropa yang ingin berlibur dengan keluarganya, rombongan itu dijemput sebuah bus travel da menghilang di tengah keramaian lalu lintas negara kota tersebut Kolonel Yaakov Elazari dan Yehuda Golan termasuk di antaranya.

Setibanya di Singapura, mereka segera menempati sebuah gedung yang dijadikan rumah tinggal. Tugas keenam perwira Israel ini adalah merekrut dan melatih para calon tentara Singapura. Latihan yang diberikan pada calon taruna tentara Singapura pun amat berat dan dengan disiplin amat tinggi. Para taruna wajib bangun sebelum pukul 5.30 dan langsung latihan hingga pukul 13.00.

Pernah ada satu kasus di mana para taruna mengajukan protes kepada Kolonel Yehuda Golan atas kerasnya latihan yang mereka terima. “Kolonel Golan, orang-orang Arab tidak sedang menduduki kepala kami. Apakah perlu latihan segila ini?” protes salah satu taruna yang menjadi juru bicara teman-temannya.

Yehuda Golan segera menyampaikan protes itu pada Elazari. Lantas oleh Elazari diteruskan kepada Menteri Pertahanan Singapura, Goh Keng Swee. Keesokan harinya, Goh Keng Swee melakukan kunjungan mendadak di base camp. Pagi-pagi sekali, para taruna itu dibariskan di lapangan apel bendera. Di depan para taruna, dengan nada tinggi sang menteri mengancam mereka, “Lakukan semua yang diperintahkan Kolonel Golan. Jika tidak, kalian akan melakukannya dua kali lebih keras! Ini bukan ancaman tapi janji saya kepada kalian!”

Setelah diancam demikian, para taruna tersebut terdiam. Rasa nasionalismenya kembali membubung tinggi saat para instrukturnya yang dari Israel selalu mengingatkan bahwa setiap saat Singapura selalu dalam keadaan bahaya karena memiliki negara tetangga yang merupakan negara-negara Muslim yang besar. Dan hasilnya sungguh menakjubkan. Kurang dari setahun Israel bisa mencetak ratusan komandan dalam pasukan Singapura.

Di kemudian hari terbukti, kerja The Mexicans Team sungguh luar biasa. Setelah sukses menuntaskan misi di Singapura, Yaakov Elazari naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal. Setelah pensiun dari dinas Israeli Sayeret, Elazari tetap dipertahankan menjadi konsultan ahli angkatan bersenjata Singapura, bolak-balik Israel-Singapura.

Yaakov Elazari dan Yehuda Golan bisa disebut sebagai “Bapak Tentara Singapura” sebenarnya. Beberapa buku pedoman kemiliteran Singapura disusun keduanya. Ada “Buku Coklat” (Brown Book) yang mengulas panjang lebar namun sistematis tentang doktrin pertempuran, ada pula “Buku Biru” (Blue Book) yang berisi aturan dan peran Menteri Pertahanan dan dinas intelijen. Kolonel Yehuda Golan pernah mengakui jika dirinya memegang peranan utama dalam penyusunan konsep tentang pasukan infanteri.

*

Sejarah telah mencatat jika Singapura memang sangat akrab dengan Zionis-Israel dalam banyak hal. Sebab itu, tidaklah mengherankan jika para kolaborator Zionis-Israel yang ada di Indonesia sangat akrab dengan negeri mini tersebut.

Rencana perayaan peringatan HUT Zionis-Israel yang dilontarkan Unggun ‘Samuel’ Dahana pada hari Sabtu, 14 Mei 2011, memang batal. Namun Nur Muhammad ‘Benjamin’ Ketang bersama sejumlah koleganya ‘berhasil’ merayakan di sebuah kamar hotel di daerah Puncak, Jawa Barat. Anehnya, polisi sampai hari ini tidak berbuat apa-apa terhadap kolaborator Zionis ini yang jelas-jelas menistai Konstitusi Negara Indonesia.

Hal ini diyakini merupakan semacam test the water, uji coba, untuk melihat reaksi masyarakat negeri ini terhadap Zionis-Israel. Hal ini tidak akan dilakukan sekali ini saja, namun tak mustahil di masa depan juga akan timbul uji coba-uji coba baru. Dan bagaimana nantinya, sikap umat Muslim Indonesialah yang akan menjadi ukurannya. [rz]
Tamat

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Bukan rahasia umum lagi jika Singapura merupakan surga persembunyian para maling uang rakyat Indonesia. Orang menyebut mereka dengan istilah ‘koruptor’, namun saya lebih suka menggunakan istilah ‘Maling uang rakyat’.

Sekarang ini, media nasional tengah gencar membahas dua pelarian dari Indonesia di Singapura. Pertama, Nunun Nurbaeti. Nunun adalah isteri anggota DPR dari Fraksi PKS Jend. (Pol) Adang Daradjatun, yang telah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus suap cek pelawat terkait proses pemilihan Miranda Goeltom sebagai Gubernur Bank Indonesia. Nunun yang mengaku sakit ingatan sejak lama sudah bersembunyi di Singapura.

Yang kedua, Nazaruddin, Bendahara Partai Demokrat yang tersandung kasus suap Wisma Atlet, juga kabur ke Singapura sebelum imigrasi mengeluarkan pencekalan.

Ikhwal Singapura sebagai surganya para maling Indonesia mulai mencuat bersamaan dengan badai krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997-1998. Sebuah tabloid bisnis Indonesia menurunkan sebuah artikel menarik yang mendeskrisikan bagaimana enaknya kehidupan para konglomerat maling yang bersembunyi di Singapura, hidup dengan uang rakyat Indonesia yang telah dimalingnya, inilah petikannya:

Sudah menjadi pengetahuan umum, untuk memakmurkan negaranya yang tidak memiliki kekayaan alam, Singapura amat agresif menarik orang-orang yang dipandang memiliki kelebihan—terutama asset kekayaan dari bisnis—untuk menjadi waga negaranya. Di Jakarta, sebagian professional perbankan dan financial yang berusia di bawah 50 tahun, khususnya mereka yang berdarah keturunan Cina atau India, selalu disambangi staf kedutaan Singapura guna direkrut menjadi warga negaranya.

Selain itu, Singapura secara terang-terangan juga menawarkan kemudahan bagi para pelaku bisnis untuk mendapatkan status permanent residence. Syaratnya, para pelaku bisnis harus membayar Sing$1,5 juta (sekitar 8 miliar rupiah) dalam Deposit Scheme Foreign Entrepreneur atau menanam uangnya pad abiding bisnis yang disetujui Economic Development Board. Singapura juga memberi kekhususan bagi para nasabah dari Indonesia dan Thailand dan menjamin keamanan uang mereka di negeri kecil tersebut.

Tidak adanya perjanjian ekstradisi antara Singapura dan Indonesia (Singapura selalu menolak menandatangai perjanjian), menjadikan para koruptor dan konglomerat hitam Indonesia bisa hidup dengan tenang. Sebab itulah, mereka banyak menimbun hartanya di sini. Di Indonesia mereka dihujat, di Singapura mereka hidup tenang dan bermewah-mewah. Salah satu contoh yang paling kasat mata bisa dilihat dari kepemilikan sektor properti. Dari data yang ada, nyaris 99% konglomerat hitam punya properti di Singapura.

Distrik 10 dan 15 adalah distrik terpopuler di Singapura sebagai kawasan kaum berpunya asal Indonesia. Jelas, kawasan ini bukan tempat sembarangan. Distrik 10 adalah distrik paling elit di Singapura yang meliputi daerah Orchard Road, Holland Road, dan Bukit Timah Area. Sementara itu, Distrik 15 yang berada di timur biasa dikenal sebagai East Coast Area, meliputi daerah Katong dan Meyer Road.

Di Bukit Timah Area, Martina Sudwikatmono, anak dari konglomerat Sudwikatmono memiliki properti mewah. Pentolan Grup SInar Mas, Eka Tjipta Wijaya, yang memiliki utang segunung di Indonesia, tinggal di daerah Meyer Road, khususnya di Coastarahu. Mereka memiliki enam tower yang masing-masing terdiri dari 8 hingga 24 lantai. Padahal, harga properti di daerah ini bisa mencapai 44 juta rupiah permeter perseginya! Bisa dibayangkan, berapa banyak uang yang dibenamkan Grup Sinar Mas untuk enam towernya itu.

Selain Sinar Mas, ada Syamsul Nursalim di sini. Melalui Tuanshing, perusahaannya di Singapura, pemilik BDNI, Gajah Tunggal Grup, dan Dipasena ini menguasai banyak property di Distrik 10. Lalu keluarga Gondokusumo, yang memusingkan pemerintah RI dengan asset-aset palsunya, juga punya banyak properti mewah di daerah Bukit Timah dan Distrik 15. Ada pula Boyke Gozali dari Grup Ometraco, yang perusahaan holdingnya di Indonesia dalam proses likuidasi, punya apartemen mewah di Steven Road.

Juga keluarga Ongko (pemilik Bank Umum Nasional, BUN), Sudjiono Timan (mantan Dirut Bahana yang memiliki tunggakan perkara di Kejaksaan), Samadikun Hartono (Grup Modern tersangka BLBI), mereka semua punya properti mewah di Singapura.

Gambaran di atas sebenarnya baru sebagian kecil. Ada banyak konglomerat hitam dan maling lainnya asal Indonesia yang berfoya-foya dengan uang rakyat Indonesia, sedang rakyat Indonesia sendiri kini hidup tambah melarat dan kian sekarat.

Sejumlah nama konglomerat hitam yang kabur dan ngumpet di Singapura antara lain adalah :

· Sjamsul Nursalim, kasus BLBI Bank BDNI, merugikan negara Rp 6,9 triliun plus 96,7 juta dolar AS.

· Bambang Sutrisno, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.

· Andrian Kiki Ariawan, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.

· Eko Adi Putranto, kasus BLBI Bank BHS, merugikan negara Rp 2,659 triliun, belum jelas keberadaannya namun diduga kuat ada di Singapura.

· Sherny Konjongiang, kasus BLBI Bank BHS, merugikan negara Rp 2,659 triliun, belum jelas keberadaannya namun diduga kuat ada di Singapura.

· David Nusa Wijaya, kasus BLBI Bank Servitia, merugikan negara Rp 1,29 trilun, belum jelas keberadaannya namun di duga kuat ada di Singapura.

· Agus Anwar, kasus BLBI Bank Pelita, merugikan negara Rp 1.989.832.000.000 plus Rp 700 miliar

· Sujiono Timan BLBI BPUI 126 juta dolar AS Belum jelas keberadaannya

Nama-nama di atas sebenarnya hanya sebagian kecil dari jajaran konglomerat hitam yang bersembunyi di Singapura. Besarnya dana yang dibawa kabur ke negeri Singa itu juga menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Data tahun 2010 menyebutkan sekurangnya ada US$ 87 miliar atau setara dengan Rp. 738 triliun jumlah investasi para maling uang rakyat ini di Singapura. Sebagai perbandingan saja, utang Indonesia sejumlah Rp.1.627 triliun yang berarti lebih kurang setengahnya.

Dan ironisnya, saat krisis itu, Lee Kuan Yew malah membentuk Asian Currency Unit (ACU) sebagai wadah tempat menabung warga keturunan Cina di Singapura, termasuk para maling uang rakyat Indonesia.

Christianto Wibisono, pengamat ekonomi yang sejak Soeharto lengser lebih banyak tinggal di AS, menyatakan bahwa ACU ini sengaja diciptakan Lee Kuan Yeuw untuk menampung uang rakyat Indonesia yang dibawa kabur maling-maling tersebut. Pada Maret 1998, jumlahnya telah mencapai US$513 miliar.

Yang tak kalah seru adalah data yang dinyatakan oleh H.N. Nazar Haroen, Ketua Forum Pengusaha Reformasi. Ia memperkirakan, 110.000 warga keturunan Cina telah melarikan diri ke luar negeri akibat kerusuhan Mei 1998. Kalau saja setiap orang membawa uang rata-rata US$1 juta, maka uang yang dibawa kabur dari negeri ini mencapai US$110 miliar. Itu belum termasuk dana milik 53 konglomerat Indonesia yang memang sudah diparkir di perbankan luar negeri, yang jumlahnya sekitar US$160 miliar.

Menggunakan angka Iman Taufik saja, berarti dana yang dibawa kabur dari Indonesia ini hampir dua kali lipat dari total bantuan IMF (Dana Moneter Internasional) yang dijanjikan kepada Indonesia. Bahkan kalau dikurs dengan Rp 7.000, nilainya dua kali lipat dari APBN 1999. Inilah yang kemudian mengundang kecaman dari pengamat dan politikus dan menganggap warga keturunan tidak nasionalis dan mau enaknya sendiri.

Pada medio 1996, setahun sebelum krisis dimulai, terjadi pemindahan dana secara besar-besaran dengan nominal lebih dari US$100 miliar “milik” swasta dari bank-bank di Indonesia ke bank-bank di Singapura. Dengan demikian, patut dicurigai bahwa sebenarnya para konglomerat Chinese Overseas itu sebenarnya sudah tahu—atau malahan bersekongkol—bahwa pialang Yahudi George Soros akan memborong dollar AS secara besar-besaran di tahun 1997 dari seluruh pasar mata uang Asia.

Juga diketahui jika Liem Sioe Liong, kroni Soeharto, sebelum krisis dikabarkan sudah mengoper saham-saham Bogasari dan Indofood ke PT QAF, yang juga dimiliki Liem Sioe Liong. Tapi karena PT QAF berpusat di Singapura dan berbasis pada dolar, maka PT QAF terbebas dari krisis moneter yang melanda Indonesia. Ini menjadi indikasi jika Liem sudah tahu bahwa krisis akan terjadi, lalu ia memindahkan kekayaannya ke Singapura. [rz]
Bersambung...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Sekalipun Islam dituduh sebagai agama anti semit oleh Yahudi. Sekalipun Islam dituduh sebagi penteror nomor satu bagi Yahudi. Alangkah baiknya, mereka harus kembali membuka lembaran hitam sejarah ketertindasan mereka. Sejarah “hitam” ketika mereka justru diselamatkan oleh kaum muslim saat dikejar-kejar oleh NAZI. Islam lah yang dengan berbesar hati membuka pintu rumahnya untuk dijadikan tempat bersembunyi oleh NAZI.


Kisah ini bukanlah roman picisan belaka, atau rekayasa. Fakta ini benar-benar terjadi di sebuah Negara bernama Albania. Sebuah Negara berbasis muslim yang ditandai ketika Khalifah Usmaniyah menguasai negara itu antara tahun 1385-1912.

Dalam jejak Perang Dunia II, kisah pembantaian orang Yahudi menjadi catatan tersendiri bagi mereka. Mereka dikejar dan dicari oleh bala pasukan NAZI. Dalam keadaan bingung, mereka hampir putus asa, terlebih jalur pelarian menjadi satu hal yang sulit mereka perjuangkan.

Dalam keadaan bimbang, mereka bagai mendapatkan setitik cahaya. Dari informasi yang beredar, ada sebuah negara berpenduduk ramah lagi baik terhadap tamu. Negara itu bernama Albania. Sebuah Negara berbasis muslim yang masuk ke teritori Eropa bagian Tenggara –yang kini- berbatasan dengan Montenegro di sebelah utara, Serbia (Kosovo) di Timur laut, Republik Makedonia di Timur, dan Yunani di Selatan. [1]


Sekitar dua ribu orang Yahudi kemudian melarikan diri ke daerah Albania. Disana, mereka dilindungi oleh keluarga-keluarga muslim Albania di kota Berat. Para muslim Albania mempertaruhkan nyawa guna melindungi pengungsi Yahudi yang meminta pertolongan.

Padahal menyembunyikan Yahudi risikonya sangat tinggi, karena setiap saat patroli NAZI dapat datang ke perkampungan dan menggeledah setiap rumah. Kalau sampai ketahuan menyembunyikan Yahudi, maka kehilangan nyawa adalah ganjarannya.

Namun menurut catatan sejarah, tidak ada satupun pengungsi Yahudi yang diserahkan oleh muslim Albania pada pihak NAZI. Dengan penuh keikhlasan dan kebesaran hati, para muslim Albania melindungi pengungsi Yahudi dengan segenap cara.

Justin Kerber, seorang Rabbi Yahudi sampai-sampai mengatakan, "Komunitas Muslim ada diantara orang-orang yang telah menghadapi resiko besar karena memberikan perlindungan pada kaum Yahudi di rumah-rumah mereka. Dan mereka melakukannya tanpa melihat latar belakang agama para Yahudi,"

Sedangkan, Dr Ghazala Hayat, seorang doktor ahli syaraf di Universitas St. Louis dan juru bicara Islamic Foundation di Greater Saint Louis mengatakan, “Anda mungkin belum pernah mendengar cerita ini, bagaimana komunitas Muslim Albania mempertaruhkan nyawa mereka sendiri untuk mengamalkan keimanan dan menghormati kehidupan yang disebut Besa,"

Besa sendiri adalah tradisi yang berakar dari Al Qur’an yang berarti “memegang janji” atau “menjaga kehormatan”. BESA juga berarti peduli pada yang membutuhkan, melindungi kaum lemah, dan menolong sesama.

Dalam upaya melindungi kaum Yahudi, para muslim Albania menganggap mereka sebagai saudara. Mereka diberikan pakaian yang sama, makanan yang sama, dan tinggal bersama-sama di rumah seperti anggota keluarga. Apabila ada patroli Jerman datang, kaum Yahudi disembunyikan di bawah tanah atau tengah hutan.

Kisah dari keluarga Kasem Kocerri, yang didatangi serombongan patroli NAZI pada awal 1944, menarik disimak. Saat itu, tentara NAZI menanyakan di mana para pengungsi Yahudi bersembunyi. Tapi Kasem menolak untuk memberitahu. Diam-diam, ia menyembunyikan keluarga Yahudi di salah satu gudang di atas bukit.

Keluarga Halil Frasheri menceritakan pengalamannya yang mencekam saat patroli NAZI menggeledah rumah ke rumah. Ia, melalui pintu belakang, mengajak keluarga Yahudi yang bersembunyi di rumahnya, untuk lari ke dalam hutan. [2]

Namun kisah fenomenal diatas itu semua, terjadi ketika Yahudi mengalami berbgai kekejaman di Eropa, kaum Yahudi di wilayah Utsmani mersakan hidup di tanah air. Selama ratusan tahun mereka tinggal disana, menikmati kebebasan beragama dan berbagai perlindungan sebagai kaum minoritas atau ahlud dimah. Selama itu, kaum Yahudi tidak berfikir untuk berpisah dari Ustmani.


Kondisi Yahudi di Ustmani itu begitu bertolak belakang dengan perlakuan yang diterima Yahudi di dataran Eropa sehingga mereka harus mengungsi besar-besaran ke Eropa, dan terutama ke wilayah Utsmani. Padahal ketika Spanyol berada dibawah pemerintahan Islam, kaum Yahudi juga mendapat perlakuan yang baik,

Oleh karenanya, Martin Gilbert, dalam Atlas of Jewish Civilization mencatat bagaimana kebijaksanaan penguasa muslim Spanyol terhadap Yahudi. Dia katakan bahwa penguasa muslim juga memperkejakan sarjana Yahudi sebagai kecintaan mereka terhadap Sains dan ilmu pengetahuan. [3]

Dengan berbagai fakta sejarah yang ada, pelabelan Islam adalah fundamentalis. Islam adalah radikalis, bahkan Islam adalah teroris patut ditinjau ulang. Jika menegakkan Islam secara kaffah adalah teroris, menyatakan bahwa demokrasi adalah sistem kufur adaah teroris, lalu mendelegasikan bahwa sistem buatan manusia adalah bathil, maka dengan senang hati kami bangga disebut teroris. Karena label manusia menjadi tidak penting dibanding ridho Allah Subhana wata’ala. Allahua'lam

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (QS. At Taubah 31-32). (pz)
Tamat

Catatan Kaki

[1] Junanto Herdiawan, BESA: Kisah Islam yang Menyelamatkan Yahudi, Kompas, 29 April 2011

[2] Tradisi Besa Muslim Albania Selamatkan Kaum Yahudi dari Kejaran Nazi, eramuslim.com, 25 Oktober 2010

[3] Adian Husaini, Tinjauan Historis Konflik Yahudi, Kristen, Islam. (Jakarta: GIP, 2004) H. 163

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Walau Judeo Christianity atau Zionis Kristen telah lama ada di Washington, dan sejak pemerintahan Ronald Reagan sering menggelar kebaktian di kantor kepresidenan, namun di masa Presiden George Walker Bush-lah kelompok ini sungguh-sungguh menunjukkan taringnya. Bush sendiri pernah mengatakan jika Amerika merupakan “Land of the Christ”, Tanahnya Mesiah.

Dalam pidato, kampanye, dan banyak buku mengenai George W Bush, sosok presiden AS ini digambarkan sebagai seorang Kristiani yang amat taat. Dalam situs whitehouse.org ada artikel bertajuk The Presidential Prayer Squad atau Skuadron Doa Kepresidenan. Mereka adalah George W Bush, Pastor Deacon Fred, Rev. Jerry Falwell, Jesus (!), Brother Harry Hardwick, dan Rev. Bob Jones Jr. Di halaman sebelah kanan artikel ada sejumlah agama dan ideology yang diberi tanda silang. Dari atas ke bawah adalah: Budhists, Hindus, Shiks, Rastafarians, dan Muslims. Kurang ajarnya, di bagian Muslim itu ada kotak berisi nama Allah dalam bahasa Arab yang diberi tanda silang.

Artikel itu mengisahkan, “Presiden Bush selalu memulai harinya jam sembilan pagi dengan berlutut di atas lantai Oval Office bersama Skuadron Doa Kepresidenannya untuk berdoa dan menghadap tuannya, The Lord Jesus. Ada Rev. Pat Robertson, Dr. Jerry Falwell, Rev. Bob Jones Jr., Pastor Deacon Fred, dan Brother Harry Hardwick…” Presiden Bush dilukiskan sebagai seorang Kristen yang dilahirkan kembali. Dari pemuda yang menyukai minuman keras dan ugal-ugalan menjadi seorang pengikut Yesus yang taat.

Di Masa pemerintahan Bush inilah, kali pertama pidato kenegaraan ditutup dengan doa bersama, hal ini menyiratkan kedekatan antara negara dengan agama, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak Amerika Serikat berdiri.

Seharusnya, ‘kesalehan’ seorang Bush dan pejabat puncak pemerintahan Amerika dengan agama Kristen-nya, mampu menjadikan bumi ini lebih damai, adil, dan indah. Tapi ironisnya, hal yang terjadi adalah sebaliknya. Tidak seperti presiden-presiden Amerika lainnya yang masih memiliki sedikit pertimbangan dan mengedepankan strategi diplomatik, Bush dan lingkaran elitnya malah mengedepankan pemerintahan gaya koboi, tembak duluan, urusan benar atau salah nanti belakangan. Dan gilanya, hal ini mendapat pembenaran atas nama agama yang esensinya selalu mengklaim sebagai agama cinta kasih.

Bagaimana semua ini bisa terjadi? Adakah semua ini bisa ditemukan jawabannya dari apa yang disebut Judeo-Christian atau dalam bahasa yang lebih lugas: Zionis Kristen?

Judeo Christian Lahir Dari Rahim Zionisme

Definisi baku Judeo Christian atau Zionis Kristen mungkin tidak akan bisa kita temukan. Tapi secara hakikat, istilah ini mengacu pada keyakinan dan sikap keagamaan umat Kristen Amerika (dan juga Kristen Eropa serta sebagian besar dunia) yang memandang bahwa Zionisme merupakan hal yang harus didukung secara penuh, tanpa syarat, walau kaum Zionis-Israel membunuhi dan membantai anak-anak tak berdosa. Sebaliknya, mereka akan merasa berdosa apabila tidak mendukung atau mengecam Zionis-Israel, seakan berdosa kepada Tuhannya.

Ayat-ayat Injil yang sering dijadikan dalil utama bagi kelompok ini adalah Perjanjian Tuhan kepada Abraham. Abraham atau Ibrahim merupakan bapak dari Ismail yang kemudian menjadi generasi Nabi Muhammad SAW dan Ishaq yang menurunkan bangsa Yahudi. Bunyi perjanjian itu yang dimuat dalam kitab Genesis (Kejadian) Injil Perjanjian Lama King James version adalah:

“Dan aku akan menjadikan engkau suatu bangsa besar, dan Aku akan memberkati engkau, dan menjadikan nama engkau besar; dan terberkatilah engkau’ (Gen 12:2)

“Dan Aku akan memberkati mereka yang memberkati engkau, dan mengutuk mereka yang mengutuk engkau; dan di dalam diri engkaulah semua keluarga dari dunia akan diberkati” (Gen 12: 3).

Inilah ayat-ayat yang dijadikan dalil utama kelompok Zionis-Kristen di dalam sikapnya membela Israel tanpa syarat. Padahal di dalam sejarah penulisan Injil, kita sudah mengetahui bahwa kaum Yahudi telah merusak kesucian Injil yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Isa a.s.

Sayang sekali, orang-orang Kristen tidak mengetahui atau mungkin tidak mau tahu tentang Talmud. Kitab iblis yang disucikan Zionis Yahudi ini. Padahal, jika saja mereka mau meluangkan waktu sedikit saja untuk membuka lembar demi lembar kitab iblis itu dan mencari ayat-ayat bagaimana sebenarnya sikap kaum Zionis-Yahudi terhadap Yesus dan kekristenan, maka pasti orang-orang Kristen akan berbalik arah dan memusuhi kaum Zionis-Yahudi. Lihatlah apa kata Talmud terhadap Yesus:

“Pada malam kematiannya, Yesus digantung dan empatpuluh hari sebelumnya diumumkan bahwa Yesus akan dirajam (dilempari batu) hingga mati karena ia telah melakukan sihir dan telah membujuk orang untuk melakukan kemusyrikan (pemujaan terhadap berhala)… Dia adalah seorang pemikat, dan oleh karena itu janganlah kalian mengasihaninya atau pun memaafkan kelakuannya” (Sanhedrin 43a)

“Yesus ada di dalam neraka, direbus dalam kotoran (tinja) panas” (Gittin 57a)

“Ummat Kristiani (yang disebut ‘minnim’) dan siapa pun yang menolak Talmud akan dimasukkan ke dalam neraka dan akan dihukum di sana bersama seluruh keturunannya” (Rosh Hashanah 17a).

“Barangsiapa yang membaca Perjanjian Baru tidak akan mendapatkan bagian ‘hari kemudian’ (akhirat), dan Yahudi harus menghancurkan kitab suci umat Kristiani yaitu Perjanjian Baru “ (Shabbath 116a)

Inilah ungkapan hati Talmud yang sesungguhnya tentang Yesus dan umat Kristen. Siapa pun yang mengaku sebagai seorang Kristen, setelah mengetahui ayat-ayat pelecehan dari Talmud kepada Yesus dan agamanya, tetapi masih saja mendukung Zionis-Yahudi, masih saja membantu Israel, maka ia sebenarnya telah ikut-ikutan melecehkan agamanya sendiri. Jika tidak percaya, silakan ambil Talmud dan baca sendiri.

Jews Singapore Connection

Yang ketiga, Unggun ‘Samuel’ Dahana dan para kolaborator Zionis lainnya menyatakan kepada wartawan jika acara yang digagaskan juga akan menghadirkan orang-orang Yahudi dari luar Indonesia, terutama Singapura, dan juga diliput oleh jurnalis Israel. Walau akhirnya kita ketahui hal ini tidak terjadi, namun apa yang telah keluar dari mulut mereka harus kita perhatikan dan kritisi.

Sudah menjadi pengetahuan umum jika Singapura memang merupakan basis Yahudi di Asia Tenggara, bahkan Asia Pasifik. Buku “Singapura Basis Israel di Asia Tengara” (Rizki Ridyasmara, 2005) telah cukup memaparkan bagaimana Zionis Israel turut serta membangun negeri mini tersebut namun memiliki pengaruh dan kekuatan militer kawasan yang maksi. Semua lobi Zionis Israel di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik selalu saja dikendalikan dari Singapura. Sangat mungkin termasuk mengendalikan para kolaborator Zionis di Indonesia. [rz]
Bersambung...

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN yang berakhir pada bulan Mei lalu menghasilkan beberapa kesepakatan penting. Salah satu butir kesepakatan itu adalah tantangan bersama ASEAN untuk ikut andil menghadapi isu terorisme demi menciptakan perdamaian. Hal ini sebelumnya juga sempat ditegaskan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang menilai selepas kematian Usamah bin Ladin, isu kejahatan lintas negara termasuk terorisme bakal menjadi salah satu fokus Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN.

Alangkah naifnya hasil KTT ASEAN itu jika menyatakan ingin memberantas terorisme. Sebab sampai detik ini beberapa Negara pembesar lah yang memiliki rekam jejak menindas umat Islam di negaranya sendiri. Kisah umat muslim sebagai minoritas sangatlah menyedihkan di benua kecil Asia ini. Mereka hidup bagai anak kehilangan induknya yang dipermainkan musuh. Mereka tumbuh dalam bayang-bayang teror dan kematian. Masjid mereka dibakar, Al Qur’an mereka dirampas, bahkan istri mereka diperkosa di depan suami mereka sendiri. Sedangkan para pembesar-pembesar di negaranya berkumpul di Jakarta demi menciptakan perdamaian di ASEAN.


Sungguh amat ironis. Sekalipun menindas, mereka pun juga tidak disebut teroris. Tidak ada pengadilan yang jelas untuk mengusut pembantaian terhadap Umat Muslim di Tenggara Asia ini. Sekalipun berjalan, kasus ini pun akan larut ditiup angin, karena hukum dapat dibeli. Seharusnya mereka dapat berkaca terhadap apa yang dilakukan bangsa mereka terhadap muslim di negara mereka sendiri.


Sebab kita jangan lupa, ditengah peluru yang menyasar bumi Palestina, tidak jauh dari kita: Muslim Thailand, Muslim Myanmar, dan Muslim Filipina masih hidup bergelimang pembantaian. Yang ditindas disebut teroris, tapi sang penindas dianggap mampu mencitapkan perdamaian. Inilah kisah saudaraku yang dibantai "tetanggaku".

Nestapa Muslim Thailand Selatan: Pesantren Dibakar, Ustadz Dibunuh

Luka ini kita mulai ketika menyaksikan kekerasan di wilayah Thailand Selatan. Angka yang dicatat oleh National Reconciliation Council menyatakan, sepanjang tahun 2005 saja, tercatat 607 muslim yang meninggal dunia. Kekerasan di Thailand meningkat tajam saat pemerintahan di bawah Komando Thaksin Sinawatra mulai berkuasa. Beberapa tahun sebelumnya, wilayah selatan relatif aman dan tenang. Tapi hanya dalam dua sampai tiga tahun belakangan, jumlah kekerasana dan tragedi berdarah terjadi beruntun dan meminta kroban dalam skala esar. Peristiwa mesjid grisek pada april 2004 dan tragedi Tak Bai pada 25 oktober 2004 menelan puluhan Korban jiwa.

Ini belum lagi kebijakan tembak di tempat yang dikeluarkan oleh Thaksin untuk para pengedar dadah atau narkoba. Ribuan orang telah menjadi korban pembunuhan ala petrus atau penembak misterius seperti terjadi di Indonesia periode 1970-an.

Sebetulnya tuntutan masyarakat muslim di wilayah selatan ini cukup sederhana, mereka menuntut Thailand yang dulu bernama Siam untuk membebaskan lima provinsi di wilayah Selatan untuk menentukan nasibnya sendiri. Tapi ada daya tuntutan itu berbuah nyawa, ratusan orang meninggal karena terbunuh secara keji oleh pemerintah Thailand. Tidak hanya itu, sejak 4 Januari 2004 sampai dengan 30 April 2007, dalam hanya waktu tiga tahun, sebanyak 166 sekolah sudah musnah dibakar. Ini belum dihitung 40 sekolah di wilayah Yala, 56 sekolah di wilayah patani, 8 sekolah di Narathiwhat dan dua lainnya di Songkhla.

Sementara itu, kasus ini belum ditambah dengan sejumlah guru yang tewas karena pembunuhan. Menjadi guru bukan pekerjaan ringan di Thailand Selatan, karena sepanjang tahun di atas, 71 guru telah meninggal dunia akibat kekerasan dan penculikan yang berakhir dengan kematian. [1]

Seorang guru muslim berumur 30 tahun juga telah dibunuh dengan tembakan di daerah Yarang, Provinsi Pattani pada Kamis 24/7/2009. Guru tersebut ditempak saat dirinya sedang mengendarai sepeda motor dalam perjalanan pulang. Bisa dikatakan guru tersebut adalah guru keseratus yang dibunuh sejak pecah kerusuhan di daerah mayoritas muslim tersebut.

Tidak hanya membunuh umat muslim dan menutup sekolah, tapi pemerintahan Thailand juga memberangus pondok pesantren yang ada di Pattani. Bagi pondok, pondok yang mau menuruti tittah pemerintah mereka akan mendapatkan kucuran dana, subsidi dan bantuan pendidikan. Pemerintah juga akan mengirim guru-guru beragama Budha untuk mengajarkan Bahasa Siam dan Ilmu-ilmu lainnya di Pondok Tersebut. Maka terjadilah asimilasi besar-besaran pada bangsa dan budaya Melayu menjadi bangsa Thai.

Tekanan demi tekanan untuk menghapuskan sistem pendidikan pondok ini tak pernah surut sampai hari ini. Pondok sering dijadikan sebagai sasaran militer Thailand. Mereka menggeledah dan memeriksa dengan paksa pondok-pondok yang dituduh menyembunyikan para pejuang Patani atau melindungi mereka. Masyarakat Patani merasa aksi kekerasan dan tuduhan yang dilakukan oleh Pemerintah Thailand ini sebagai usaha menindas hak pendidikan yang harus didapat oleh Masyarakat Patani.

Selain institusi yang menjadi serangan para pengajar di pondok, para ustadz dan juga dimasukkan sebagai daftar hitam oleh pemerintah Thailand. Mereka dituduh sebagai pejuang pembebasan Patani. Banyak Ustadz yang dikejar-kejar oleh alasan ini. Sejak 2004, banyak pula pondok yang akhirnya ditutup oleh pemerintah Thailand oleh alasan serupa. Kisah pemberangusan pondok di Patani ini bisa ditelusuri dari penutupan paksa Pondok Tuan Guru Haji Sulong al Fatani yang bernama Madrasah Al Ma’arif al Wataniyah tahun 1926. Kemudian secara massal militer Thailand memburu para guru dan Ustadz pasca unjuk rasa besar-besaran tahunn 1975.

Sejak bulan juli 2004, Undang-undang Darurat ditetapkan di Thailand Selatan. Korban akibat dari undang-undang itu dari tahun 2004-2006 sudah melebihi angka 1300 orang. Korban-koran berjatuhan mulai dari pihak Organisasi Pembebasan Patani (PULO), Mujahidin Islam Patani (MIP), Barisan Revolusi Nasional (BRN), Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP), dan Front Persatuan Pembebasan Pattani (FPPP).

Selain data kekerasan tentang guru, rezim Thaksin adalah masa-masa terberat bagi umat Islam. Data yang berhasil dihimpun, sejak januari 2004 sampai dengan November 2006, kasus kekerasan yang terjadi di seluruh provinsi di Thailand Selatan sebanyak 5.769 kasus dan korban tewas sebanyak 1.098. Jumlah yang cedera sebanyak 2920. Pada tahun 2005, tercatat jumlah lonjakan paling tinggi kasus kekerasan dilakukan oleh aparat keamanan Tahuialnd, sebanyak 2.297 kasus dibukukan dan belum terselesaikan secara hukum sampai sekarang.

Selain itu, ribuan kaum Muslimin cedera dan selama periode Januari-Juni 2008. Tercatat 301 orang tewas dan 517 cedera. Kekerasan kali ini tercatat terbesar dan paling berdarah pasca-Kerajaan Siam (Thailand) yang menganut Budha ini menganeksasi kaum Muslimin Pattani di 1902. Mayat-mayat kaum Muslimin ditumpuk hingga mencapai 6 tumpukan.

Di Masjid Al Furqan, yang terletak di Desa Air Tempayan, terjadi pembantaian pada tahun 2009 yang mengakibatkan tewasnya 10 orang kaum Muslimin, dan belasan lainnya luka-luka. Kejadian keji ini dilakukan di dalam Masjid, tepatnya setelah kaum Muslimin melaksanakan sholat Isya berjamaah. Kini, di depan masjid saat ini selalu dijaga oleh penduduk setempat yang dikawal pemerintah Thailand.

Sampai saat ini ratusan bahkan ribuan umat Patani masih dipenjara. Mereka di penjara akibat keikhlasan hati mereka untuk menyatakan hak dan juga kesanggupan mereka untuk perjuangkan sesuatu yang sangat berarti bagi mereka yaitu sebuah Kemerdekaan Islam bagi tegaknya dienullah di Selatan Thailand.

Muslim Myanmar: Kalian Bukan Saudara Kami Orang Rohingya!

Selain itu kisah memilukan –bahkan lebih pilu dari Patani- terjadi di Myanamr. Kaum muslim di Myanmar berjumlah 15 % dari total penduduk yaitu sekitar 7 Juta orang. Kira-kira seperduanya berasal dari Muslim Arakan. Arakan sendiri adalah sebuah provinsi Myamnar bagian barat laut yang memiliki tapal batas dengan Bangladesh.

Kaum Arakan selalu mendapat penindasan yang kejam dari pihak pemeluk agama Budha. Di tengah siskaan itu mereka tetap bertahan, kendati banyak pula umat muslim Myanmar yang tidak kuat atas tekanan itu dan memilih untuk memeluk Budha. Kaum Arakan itulah yang kini bernama Rohingnya. [2]

Muslim Myanmar telah diberi label sebagai salah satu kelompok yang paling teraniaya di dunia. Ditengah hidup dirasa sulit, Pemerintah Myanmar pun menolak untuk mengakui mereka. Mereka mengatakan etnis Rohingya bukanlah penduduk asli Myanmar dan mengklasifikasikan mereka sebagai migran ilegal, padahal mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi. [3]

Pemerintahan Islam pun sempat berlangsung beberapa abad di Arakan dan meluas sampai ke selatan maoulmein yang pada saat itu yang menjabat pada era kegemilanganya adalah sultan Salim Shah Razagri (1593-1612 M). [4]

Selama 49 tahun kemerdekaan Burma (Myanmar), jumlah Etnis Muslim Rohingya terus dikurangi, mulai dari pengusiran hingga pembunuhan. Sampai saat ini hanya tersisa sedikit umat Islam Rohingya di selatan Arakan sedangkan di bagian utara, Muslim Rohingya masih menjadi mayoritas.

Untuk membatasi jumlah populasi umat muslim dan ghirah ketakawaan Umat, Penghancuran Mesjid menjadi hal biasa. Ratusan Masjid dan Madrasah telah dihancurkan oleh pihak junta, bahkan Al Qur’an dalam banyak kasus dibakar dan diinjak-injak oleh tentara sedangkan kitab-kitab tentang Islam disita dan dijadikan sebagai bahan pembungkus. Pihak junta juga melarang kaum Muslim untuk melakukan berbagai ibadah.

Tindak pemerkosaan terhadap Kaum muslimah pun menjadi kenyataan pahit yang harus dihadapi sehari-sehari muslim Rohingnya. Tak jarang, tentara tiba-tiba masuk ke dalam rumah etnis Rohingya pada tengah malam dan memperkosa kaum wanita di depan suami dan anak-anak mereka. Pengaduan terhadap perlakuan ini hanya akan berujung pada penahanan oleh polisi terhadap pelapor bahkan dalam banyak kasus sang pelapor malah disiksa dan dibunuh.

Di sisi lain pihak junta juga mempersulit gadis-gadis Rohingya untuk menikah. Kita jadi ingat bagaimana program depopulasi yang sering menjadi bagian dari proyek zionisme internasional untuk menahan laju umat muslim. Bisa jadi apa yang terjadi di Myanmar juga terkait misi ini.

Masyarakat juga dipekerjakan sebagai porter militer. Mereka mendapat perlakuan kasar lagi pahit hingga sakit dan kematian menjadi hal yang melekat dakam kehidupan sehari-hari muslim Rohingya. Pemerintah juga sering mengumumkan adanya relokasi penduduk minoritas dengan alasan keamanan. Mereka disuruh pergi sedangkan tanah milik kaum muslim diambil oleh pemerintah. Data berikut akan memperpanjang daftar perlakuan diskriminatif pemerintah yang berkuasa terhadap muslim Myanmar. [5]

1. Pada tahun 1998 ada laporan bahwa penduduk di Wuntho berkewajiban membayar uang untuk merenovasi pagoda. Bila tidak membayar dikenakan denda 5 hari kerja membangun Pagoda

2. Di Twantay, Yangoon, umat muslim dibwajibkan untuk menjaga Pagoda Kuno Danoke. Penduduk boleh tidak menjaga, asal membayar uang pengganti

3. Di Bogalay, daerah Irawadi, pemerintah memerintahkan pembangunan jalan sepanjang 32 mil di desa Pechaung dan Kadone, atau mencari penggantinya dengan menyewa orang dengan bayaran $10-$20. Padahal jalan itu tidak ada kaitannya dengan kepentingan umat muslim, karena diperuntukkan bagi peziarah Budha atas perintah rahib mereka di Pe-chaung.

4. Kelompok Islam di daerah Mangundaum di sekitar Arakan diperintahkan membangun pagoda di Dail Fara. Seorang penduduk berkomentar bahwa mereka diharuskan memerlukan 10 orang pekerja tiap minggunya.

5. Pemerintah melarang kaum muslimin untuk masuk militer atau naik jabatan ke level perwira menengah. Pemerintah yang berkuasa akan mengajak mereka untuk pindah agama ke agama Budha.

Rentetan peristiwa inilah yang menyebabkan ratusan ribu muslim Rohingnya migrasi ke Negara lain di tahun 1991. Naas di tempat mereka mengungsi pun, kehidupan mereka tak lebih baik memilukan dengan di kampung halaman. Seperti pepatah keluar dari mulut buaya masuk ke kandang macan. Di Thailand, misalnya, mereka justru ”dibuang” ke laut oleh otoritas Thailand.

Kelompok hak asasi manusia menyebutkan, Angkatan Laut Thailand telah dua kali mencegat perahu yang ditumpangi ratusan orang Rohingya kemudian meninggalkan mereka begitu saja di laut lepas dalam perahu tanpa mesin dan perbekalan berupa beberapa kantong beras. Akhirnya sejumlah kapal tenggelam dan sedikitnya 500 orang dilaporkan hilang.

Teror Muslim Filipina: Tanah Diambil, Rumah Dibakar

Kisah pembantaian terhadap muslim sampai sekarang juga masih terjadi di wilayah Filipina Selatan. Bahkan aumni-alumni jihad Moro yang pulang ke Indonesia, masih dikejar dengan tuduhan terkait misi terorisme. Padahal dalam saejarah justru Pemerintah Filipina yang disetir Amerika Serikat yang berperan sebagai pelaku terorisme sejati.

Amerika membantu militer Filipina untuk menyerang dan melakukan pengejaran kepada kelompok pejuang-pejuang Muslim, terutama di wilayah selatan. Tak hanya dengan pelatihan dan instruktur, tapi juga dengan persenjataan dan juga data intelijen. Salah satu buktinya, kelompok pejuang MILF pernah menembak jatuh pesawat pengintai tanpa awal milik Amerika yang sedang melakukan aktivitas mata-mata di wilayah selatan Filipina. Pejuang MILF menembak sebuah pesawat mata-mata milik Amerika di wilayah Talayan, Maguindanao pada Desember 2008 silam.

Februari 2008 silam, sebuah tim pencari fakta dibentuk untuk menyelidiki keberadaan militer Amerika di markas-markas militer Filipina. Tim yang bernama The Citizens Peace Watch ini menemukan fakta bahwa ada kehadiran militer Amerika di dalam markas besar militer Filipina di Zamboanga, Mindanao. Ini adalah bentuk operasi bersama antara militer AS dan Filipina untuk menyerang pejuang-pejuang MILF. Pasukan AS yang ada di markas ini menggunakan tanda pengenal DynCorp, sebuah badan semacam kontraktor militer AS yang sangat kontroversial keberadaannya.

Ini adalah secuil bukti betapa Amerika memang telah memberikan bantuan yang substansial pada militer Filipina untuk menindas kaum Muslim yang berada di wilayah selatan. Bukti lainnya yang bisa disatukan sebagai pecahan puzzle adalah proses migrasi penduduk non-Muslim dari wilayah utara ke selatan yang mayoritas Muslim.

Perkampungan-perkampungan penduduk Katolik dibangun di tengah-tengah wilayah perkampungan Muslim. Terjadi perampasan-perampasan tanah komunitas Muslim yang ada di Mindanao khususnya. Ironisnya, perkampungan yang merampas tanah penduduk Muslim ini justru dijaga oleh militer Filipina, bahkan beberapa kampung dipersenjatai. Tanah yang dirampas dan hak atas tanah itulah yang diperjuangkan oleh kaum Muslimin di wilayah selatan Filipina. Tapi tragisnya, justru mereka yang dituduh sebagai pemberontak, kekuatan separatis, bahkan diberikan julukan terorisme.

Perampasan tanah kaum Muslimin di Mindanao memang terjadi secara sistematis dan dilakukan oleh pemerintah Filipina. Pada tahun 1902 dibuat sebuah undang-undang dengan nama Land Registration Act No 496 yang mewajibkan pendaftaran tanah dalam bentuk tertulis dan di bawah sumpah. Tentu saja hal ini akan merugikan kaum Muslimin di selatan Filipina yang mewarisi tanah turun temurun dari Kesultanan Islam Sulu di masa lalu.

Lalu muncul lagi peraturan baru, Philippine Commission Act No 718 yang menegaskan bahwa hibah tanah dari para Sultan, Datuk, atau kepala suku non-Kristen dianggap tidak berlaku dan tidak sah jika dilakukan tanpa ada wewenang dan persetujuan dari pihak pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang ini, semakin sulit posisi kaum Muslimin di Mindanao.

Ada undang-undang lain, Public Land Act No 296 yang disahkan pada Oktober 1903 yang menyatakan bahwa semua tanah yang tidak didaftarkan sesuai dengan Land Registration Act No 496 adalah tanah negara. Sementara The Mining Law of 1905 adalah peraturan yang menyatakan semua tanah negara di Filipina adalah bebas dieksplorasi, dibeli dan dimiliki oleh warga negara Filipina dan AS. Ditambah lagi dengan Cadastral Act of 1907 yang memberikan kewenangan penuh kepada orang-orang yang lebih berpendidikan dan mengerti tentang masalah pertahanan untuk melakukan klaim-klaim secara legal.

Daftar masih panjang. Quino-Recto Colonialization Act No 4197 adalah pintu gerbang yang dibuat untuk penguasaan tanah kaum Muslimin di wilayah Mindanao. Pada awalnya, pemerintah akan membuka jalan dan akses transportasi, selanjutnya mengadakan survei pertanahan, dan tahap berikutnya adalah membangun koloni-koloni baru yang didatangkan dari Utara agar kaum Muslimin tak menjadi mayoritas di wilayah Mindanao. Di bawah program National Land Settlement Administration, gelombang migrasi warga Kristen dari wilayah Utara masuk dan melakukan klaim tanah di Mindanao. Nyaris seperti yang terjadi di Palestina, Muslim Mindanao di Filipina Selatan mengalami pengusiran dan penindasan. Bedanya, pemerintah Filipina melakukannya seolah-olah dengan tindakan legal dan undang-undang.

Pengembalian hak itu pula yang dituntut dan diperjuangkan oleh rakyat Mindanao, termasuk para pejuang MILF. Selain dengan cara mengumpulkan kekuatan umat Islam dalam perlawanan bersenjata, jalur diplomatik pun ditempuh dengan mengajukan perundingan yang melahirkan Memorandum of Agreement Ancestral Domain (MOA-AD). Tapi ironisnya, setelah melalui perundingan panjang yang rumit dan melelahkan, yang difasilitasi beberapa negara OKI, di hari penandatanganan, tiba-tiba saja Pengadilan Tinggi Filipina membatalkan kesepakatan. Semestinya, peninjauan ulang terhadap hasil keputusan perlu waktu sekurang-kurangnya tiga bulan.

Tapi dalam kasus ini, entah karena tekanan apa tiba-tiba saja Malacanang menarik kesepakatan pada 5 Agustus 2008. Nota keberatan yang diajukan oleh Muslim Legal Assistance Foundation (MUSLAF), Consortium of Bangsamoro Civil Society (CBCS) dan juga Bangsamoro Women Solidarity Forum (BWSF) tidak digubris sama sekali. Bahkan mereka tak diberikan kesempatan untuk bertanya langsung pada Pengadilan Tinggi.

MOA-AD adalah sebuah perjanjian yang mengatur pengakuan atas tanah leluhur di wilayah Mindanao pada penduduk Muslim. Perjanjian ini dijalin antara dua komponen, pemerintah Filipina dan MILF. Di dalam MOA-AD dirancang pengaturan tentang hal-hal prinsip yang mengenai, teritorial, sumber daya alam, dan pengelolaannya merujuk pada tanah warisan Bangsamoro.

Kesepakatan yang dirancang di Libya ini diberi nama Tripoli Agreement on Peace pada 22 Juni 2001. Di dalamnya diatur tentang hak rakyat Mindanao mengurus dan mengelola tanah dan seluruh hasilnya secara independen. Termasuk memberikan hak kepada Bangsamoro memiliki identitas sebagai bangsa Muslim tersendiri. Hal ini sangat beralasan, sebab Mindanao merujuk pada era Kesultanan Sulu tak pernah ditaklukkan dan tak pernah dijajah oleh Spanyol. Tapi ketika Spanyol dikalahkan oleh Amerika, wilayah Mindanao dimasukan sebagai wilayah yang diserahkan pada Amerika.

Pada tanggal 27 Juli 2008, terjadi pertemuan yang sangat serius dan final di Kuala Lumpur. Semua telah setuju dengan seluruh klausul yang ada dalam MOA-AD. Tapi ketika akan ditandatangani secara resmi pada 5 Agustus 2008, semua kesepakatan dibatalkan sepihak oleh pihak Filipina. Padahal di hari itu sudah berkumpul Duta Besar Mesir yang menjadi penasihat dalam proses, dan juga Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI) Eklemeddin Ihsanoglu. Datang juga Duta Besar AS untuk Filipina, Kristie Kenny, Duta Besar Australia, Jepang dan Brunei Darussalam. Diduga, ada tekanan-tekanan yang lebih besar berada di belakang pembatalan kesepakatan.

Gagalnya penandatanganan ini memicu kekerasan yang terjadi di wilayah selatan, terutama Mindanao. Pejuang-pejuang MILF yang merasa dikhianati oleh pemerintahan Filipina secara sporadis melakukan serangan pada fasilitas-fasilitas militer Filipina. Serangan balasan pun dilakukan, dan masyarakat sipil jatuh sebagai korban. Sebagian besar sipil yang menjadi korban dituding oleh militer Filipina sebagai pelindung dan menyembunyikan pemberontak.

Serangan yang terus terjadi, meluas pada sasaran sipil yang dilakukan oleh militer Filipina. Rumah-rumah dibakar, kekerasan serta pembunuhan terjadi pada masyarakat Muslim. Kurang lebih, sampai hari ini ada 600.000 kaum Muslimin di selatan Filipina yang terusir dari tanah dan rumahnya, dan kini mereka menjadi pengungsi. Di Maguindanao saja, data resmi yang berhasil dikumpulkan tentara Filipina telah membakar 1.700 rumah penduduk yang dituduh simpatisan MILF.[6] (pz)
Bersambung...

Catatan Kaki

[1] Herry Nurdi, Perjuangan Muslim Pattani, (Jakarta: Sabili Publishing, 2010) h. 14

[2] Awalnya mereka dinakakan Rohang, dan merupakan sebuah bangsa yang berdiri sendiri. Lebih lengkap baca, Seri penelitian PPW-LIPI, Problematika minoritas Muslim di Asia Tenggara : Kasus Moro, Pattani, dan Rohingya. (Jakarta : Puslitbang Politik dan Kewilayahan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2000) h. 48

[3] Etnis Rohingya sudah tinggal di Arakan sejak abad ke-7 Masehi. Hal ini merupakan bantahan bagi junta militer yang menyatakan, bahwa etnis Rohingya merupakan pendatang yang di tempatkan oleh penjajah Inggris dari Bangladesh. Memang secara fisik etnis Rohingya memiliki kesamaan fisik dengan orang Bangladesh. Merupakan keturunan dari campuran orang bengali, Persia, Mongol, Turki, Melayu dan Arab menyebabkan kebudayaan Rohingya sedikit berbeda dari kebanyakan orang Myanmar. Termasuk dari segi bahasa yang banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab, Parsi, Urdu dan Bengali.

[4] M. Ali Ketani, Minoritas Muslim Di Dunia Dewasa ini, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2005) hlm. 204

[5] Sri Nuryanti, Minoritas Muslim di Filipina, Thailand, dan Myanmar : Masalah Diskriminasi Sosial-Budaya, dalam Seri penelitian PPW-LIPI, Problematika minoritas Muslim di Asia Tenggara : kasus Moro, Pattani, dan Rohingya. (Jakarta : Puslitbang Politik dan Kewilayahan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2000) h. 64

[6] Herry Nurdi, Gold, Glory and Gospel di Tanah Muslim, www.penerang.com, 12 Oktober 2010.

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Mantan Komandan pasukan Serbia Bosnia, Jenderal Ratko Mladic, diekstradisi ke Den Haag, dan akan diadili atas kejahatan kemanusiaan dan genosida.

Mantan Komandan pasukan Serbia Bosnia, Mladic (69), Selasa tiba tempat penahanan di kota Scveningen Belanda, dan selanjutnya akan menghadapi dakwaan melakukan kejahatan kemanusiaan, dan melakukan pembantaian atas ribuan Muslim Sebrenecia. Pengadilan terhadap para penjahat perang itu didukung oleh PBB.

"Mladic, ditangkap dan ditahan pihak berwenang Serbia pada Kamis, 26 Mei 2011. ICC (Pengadilan Kriminal Internasional) untuk bekas Yugoslavia (ICTY), mengumumkan, tentang ekstridasi penjahat perang bekas Yugoslavia, Jenderal Ratco Mladic. Komandan Pasukan Serbia Bosnia itu, berada dalam satu tahanan dengan pemimpin Serbia Radovan Karadzic, yang sedang diadili.

Di Beograde, Menteri Kehakiman Serbia , Snezana Malovic, mengatakan ekstradidi terhadap Mladic sebagai bukti komitmen Serbia terhadap komitmen moral", ujarnya.

"Mladic telah melakukan kekejaman yang yang luar biasa, dan memerintahkan pasukan Serbia membantai Muslim Bosnia, dalam perang yang berlangsung tahun 1992-95. Mladic memerintahkan pembantaian terhadap Muslim di Srebrenica.

Di mana sekitar 8.000 Muslim pria dan anak laki-laki ditangkap dan dibunuh, serta melakukan pengepungan yang panjang selama 44 bulan terhadap kota Sarajevo, serta diperkirakan lelbih 10.000 orang tewas.

Saat-saat kemampuan pasukan Muslim Bosnia akan mencapai kemenangannya atas pasukan Serbia, tiba-tiba Amerika Serikat menghentikan perang, dan membawa Serbia ke meja perundingan dan menyelamatkan rezim pembantai Muslim itu, dan berunding di Dayton. Inilah sejarah kelam Barat, yang menghetikan pasukan Muslim, yang telah mencapai titik balik melawan Serbia.(mh/aljz)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pada tanggal 29 April, demonstran dari desa-desa sekitar Daraa, Suriah, berbaris di kota itu. Mereka tanpa rasa takut menghadapi kepungan an militer Suriah di kot itu. Mereka berusaha membawa kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan mereka. Seperti susu bayi dan obat-obatan.

Mereka sangat membutuhkan barang-barang primer itu. Saat itu, tindakan keras pasukan militer Suriah terhadap pendudukkota Daraa sangat nampak. Banyak anak-anak kelaparan, dan kekurangan makanan, semantara itu mereka yang terluka di rawat di klinik yang rahasia, takut diketahui pasukan Suriah.

Hari itu, saksi mata mengatakan, pasukan keamanan menembak tanpa pandang bulu, terhadap siapa saja yang ditemui di jalan. Mereka membunuh dan melukai puluhan pendudukk. Banyak orang lain ditahan dan ditangkap secara massal. Di antara mereka yang ditangkap itu, menurut seorang keluarganya adalah Hamzah. Ia sudah dipisahkan dari ayahnya saat terjadi kekacauan.

Sebulan kemudian, keluarga menerima tubuhnya. Video ini diambil pada waktu itu oleh seorang kerabat, keluarga mengatakan. Sebagian besar video mayat anak terlalu sedih untuk menyiarkan. Wajahnya membengkak dan ungu. Tubuhnya memar-memar. Ada luka tembak didadanya dan kemaluannya yang dimutilasi (dipotong-potong).

Keluarga Hamzah terancam setelah video itu awalnya disiarkan situs dan facebook lainnya, dan dengan perantara CNN, dan mereka membisu untuk berbicara tentang apa yang terjadi, bahkan untuk teman dekatnya.

Razan Zaitouneh, seorang aktivis terkemuka di Suriah yang bersembunyi di CNN melalui Skype, mengatakan ia tidak memiliki keraguan bahwa itu nyata. Dia percaya bahwa rezim Suriah telah melepaskan tubuh anak itu, sebagai pesan kepada mereka yang masih ikut dalam terlibat dalam aksi protes akan bernasib seperti Hamzah.

"Mereka ingin rakyat melihat mayat Hamzah, dan mereka ingin rakyat Suriah merasa takut," kata Zaitouneh. "Mereka ingin rakyat Suriah tahu bahwa tidak akan ada hukuman apapun atas kejahatan mereka, dan tidak peduli seberapa buruk itu, bisa terjadi pada anggota keluarga mereka, jika mereka terus berpartisipasi dalam revolusi ini." Inilah sebuah bentuk teror yang sangat mengerikan terhadap rakyat Suriah.

Tapi jauh dari teror orang, video tersebut tampaknya telah membuat mereka hanya berani.

Rakyat yang melihat tubuh Hamzah, kemudian merek amenjadi sangat " marah". Setiap keluarga, keluarga tunggal di Suriah merasa, bahkan mereka tidak langsung mendukung revolusi. Mereka merasa bahwa Hamzah adalah anak mereka sendiri," jelas Zaitouneh.

Para Demonstran Dengan Selalu Menyebut Hamza.

Menurut video diposting di YouTube, laki-laki di pedesaan Damaskus meneriakkan, "Setia saudara, jangan lupa bahwa anak anda bisa menjadi Hamza al-Khateeb," sementara di pusat kota Suriah demonstran meneriakkan, "Dengan darah dan jiwa kita, kita akan membela Hamzah "

Bahkan anak-anak turun ke jalan, mempertaruhkan nasib yang sama, bersumpah bahwa darah Hamzah tidak tumpah sia-sia.

Sebagai reaksi, TV Suriah pada Selasa, segera menyiarkan bahwa tubuh anak itu, diidentifikasi secara medis, tidak ada bukti pada tubuh anak itu mengalami sasaran penyiksaan, kekerasan atau kekejaman. Ahli medis mengatakan prosedur sudah tepat yang mengidentifikasi tubuh saat korban tiba.

Tetapi, sesungguhnya kematian anak itu, katanya, merupakan hasil dari tiga luka tembak yang dideritanya.

TV Suriah juga mengatakan al-Assad bertemu dengan anggota keluarga Hamzah pada hari Selasa. Al-Assad menunjukkan ayah dan paman Hamzah, yang mengatakan bahwa al-Assad sangat ramah dan penuh pengertian, dan berjanji melakukan reformasi.

Di Washington, laporan tentang kondisi Hamzah menarik komentar Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Selasa. Menanggapi pertanyaan tentang Suriah dari CNN, dia mengatakan dia "sangat prihatin dengan laporan tentang anak muda."

"Saya pikir apa yang dialami Hamzah melambangkan bagi banyak orang Siria adalah kehancuran total setiap upaya pemerintah Suriah untuk bekerja dengan hanya mendengarkan orang-orang mereka sendiri," kata Hallary. "... Saya hanya bisa berharap bahwa anak ini tidak mati sia-sia, dan kebrutalan pemerintah Suriah akan berakhir yang akan menuju transisi demokrasi yang sebenarnya", ujar Hallary.

Dia menambahkan, "Setiap hari yang berlalu posisi pemerintah menjadi kurang dapat dipertahankan dan tuntutan orang-orang Suriah hanya tumbuh lebih kuat."

Para aktivis mengatakan mereka tidak terkejut bahwa rezim bisa telah melakukan jenis kekejaman video YouTube diduga show, dan mereka mengklaim bahwa itu adalah bukan yang pertama kali seorang anak telah ditargetkan.

video lain diposting ke klaim YouTube untuk menunjukkan seorang anak 11 tahun yang ditembak di rumahnya. klip lain menunjukkan orang yang mencoba untuk memulihkan tubuh seorang anak di jalan di tengah tembakan intens. Dan satu menunjukkan anak-anak terluka terbaring di rumah sakit setelah pasukan keamanan dituduh menembaki bus mereka.

Aktivis mengatakan jenis kekejaman yang telah dilakukan terhadap penduduk selama beberapa dekade sekarang oleh rezim yang tidak membedakan antara usia.

Perbedaan sekarang, kata mereka, adalah bahwa ia sedang berbicara tentang.

kematian Hamzah telah memicu kemarahan internasional. Sebuah halaman dapat menyebut diri "Kita semua martir, anak Hamzah Ali Al-Khateeb" memiliki 60.000 pengikut Selasa.

Wajah ini 13 tahun dari sebuah desa di Suriah selatan sekarang menjadi simbol dari pemberontakan.

Sumber: http://www.eramuslim.com
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments