Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Attila sang Hun (bahasa Islandia Atle, Atli; bahasa Jerman Etzel; sekitar 406–453) adalah raja Hun terakhir dan paling berkuasa di Eropa. Dia memerintah kekaisaran terbesar di Eropa masa itu, sejak tahun 434 Masehi hingga kematiannya. Kekaisarannya membentang dari Eropa Tengah ke Laut Hitam dan dari Sungai Danube ke Laut Baltik. Semasa pemerintahannya dia merupakan musuh terbesar bagi Kekaisaran Romawi Timur dan Barat: dia menyerang Balkan sebanyak dua kali dan mengepung Konstantinopel dalam penyerangan kedua.


Orang-orang Hun, diketuai oleh Attila (kanan, depan),
menunggang masuk ke Italia.

Dia bergerak melalui Prancis hingga Orleans sebelum dipukul mundur dalam Pertempuran Chalons; dan dia mengusir maharaja barat Valentinian III dari ibukotanya di Ravenna pada tahun 452 Masehi. Walaupun kekaisarannya terkubur dengan kematiannya, dan dia tidak meninggalkan warisan apa pun, dia menjadi legenda dalam sejarah Eropa. Di kebanyakan Eropa Barat, dia diperingati sebagai lambang (epitome) kerakusan dan kekejaman. Beberapa sejarawan menonjolkannya sebagai raja agung yang bangsawan, dan dia memainkan peranan penting sebagai salah satu dalam tiga Bangsawan Skandinavia.

Suku Huns Eropa kemungkinan berkembang dari Xiongnu (Xiōngnú), (匈奴) ke arah barat, kumpulan dari proto-Mongolian atau proto-Turki kaum pengembara dari timur laut Tiongkok dan Asia Tengah. Mereka memiliki banyak tentara dan berhasil menumpaskan musuh mereka (kebanyakan bertamadun dan mempunyai kebudayaan tinggi) melalui kesediaan untuk bertempur, kemampuan bergerak cepat yang mengagumkan, dan memiliki senjata seperti busar Hun.

Kekaisaran Hun meliputi padang-padang rumput Asia Tengah sampai ke Jerman selarang ini, dan dari sungai Danube sampai Laut Baltik. Menjelang 432, Bangsa Hun bersatu di bawah were Rua. Pada tahun 434 Rua meninggal, meninggalkan anak saudaranya Attila dan Bleda, anak kepada saudara lelakinya Mundzuk, mengawal persekutuan suku-kaum Hun. Pada ketika penabalan mereka, kaum Huns sedang berunding dengan wakil Theodosius II mengenai pemulangan beberapa kaum yang berpaling tadah yang mencari perlindungan di Empire Byzantine.


Pada tahun berikutnya, Attila dan Bleda bertemu dengan wakil imperial (imperial legation) di Margus (masa kini Požarevac) dan kesemua mereka duduk di belakang kuda menurut adat kaum Hun, berunding perjanjian yang berjaya: orang Rom bersetuju untuk memulangkan kaum pelarian (yang merupakan bantuan diperlukan bagi menentang Vandals), tetapi juga menganda hantaran 350 paun Rom (sekitar. 114.5 kg) emas dahulu, membuka pasar mereka kepada pedagang Hun, dan membayar tebusan lapan siling solidus bagi setiap orang tahanan Rom yang ada pada puak Huns. Puak Huns, berpuas hati dengan perjanjian tersebut, beredar dari empayar dan bergerak ketengah benua, kemungkinannya untuk mengukuh dan mengemas empayar mereka. Theodosius menggunakan peluang ini bagi mengukuhkan dinding Constantinople, membina dinding laut bandar Constantinople yang pertama, dan membina pertahanan sempadan sepanjang Danube.

Berpuas hati buat seketika, raja-raja Hun mundur kependalaman kekaisaran mereka. Menurut Jordanes (menurut Priscus), tidak lama pada masa damai selepas mundurnya Hun dari daerah Byzantium (kemungkinannya sekitar 445), Bleda mmeninggal diketahui dibunuh oleh Attila, dan Attila menduduki takhta seorang diri. Terdapat perdebatan dikalangan sejarawan mengenai apakah Attila membunuh saudaranya, atau apakah Bleda meninggal disebabkan hal lain. Dalam kasus lain, Attila sekarang merupakan ketua yang tidak diperdebatkan oleh suku Hun, dan sekali lagi memberi perhatiannya kepada bagian Timur kekaisarannya.

Attila adalah orang yang percaya pada takhayul. Ia percaya bahwa semua keberhasilannya tidak luput dari kedekatannya dengan ilmu sihir. Oleh karena itu sepanjang hidupnya ia selalu dikelilingi oleh ahli-ahli sihir.

Sumber: http://id.wikipedia.org/

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Perang Goth adalah peperangan yang berlangsung di Italia dan wilayah-wilayah di sekitarnya seperti Dalmatia, Sardinia, Sisilia, dan Korsika mulai tahun 535 sampa tahun 554 antara pasukan Kekaisaran Romawi Timur dan pasukan Kerajaan Ostrogoth. Secara umum, perang ini dibagi menjadi dua fase, fase pertama (535-540) yang berakhir dengan jatuhnya Ravenna dan penaklukan Italia oleh pasukan Bizantium, dan fase kedua (540/541-553), dimana perlawanan bangsa Goth dikobarkan kembali oleh Totila dan baru bisa ditundukan setelah peperangan panjang yang dilakukan oleh Narses, yang juga berhasil menggagalkan invasi Frank-Alemanni pada tahun 554. Kendati demikian, kota-kota di Italia Utara masih melanjutkan perlawanan sampai awal tahun 560-an.

Bagian dari Perang penaklukan kembali Justinianus I
Gotenkrieg.png

Perang ini diawali oleh ambisi Kaisar Justinianus untuk mengembalikan provinsi-provinsi wilayah Kekaisaran Romawi Barat yang hilang akibat invasi suku-suku barbar pada awal abad sebelumnya (lihat juga Masa Migrasi). Durasi peperangan yang cukup lama mengakibatkan kehancuran Italia dan penurunan populasi Italia dari 7 juta jiwa menjadi 2,5 juta jiwa sebagai akibat dari peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit. Selain itu, kekayaan Kekaisaran Bizantium juga berkurang. Akibatnya, Bizantium tidak dapat bertahan dari serbuan bangsa Lombardia pada tahun 568, yang mengakibatkan hilangnya sebagian besar daerah Italia.

Latar Belakang

Pada tahun 476, Kekaisaran Romawi Barat digulingkan ketika Odoaker menggulingkan Kaisar Romulus Augustulus dan menobatkan dirinya sendiri sebagai Rex Italiae ("Raja Italia"). Meskipun ia mengakui kekuasaan dari Kaisar Bizantium, Zeno, kebijakannya akan kemerdekaan dan peningkatan kekuatannya membuat Kerajaan Ostrogoth menjadi ancaman di mata Konstantinopel. Pada masa ini, Ostrogoth, dibawah kepemimpinan Theodoric, selain hidup sebagai foederati dari kekaisaran di wilayah Balkan Barat juga mulai menumbuhkan bibit-bibit pemberontakan. Zeno memutuskan untuk "membunuh dua burung dengan satu batu", dengan mengirim kaum Ostrogoth ke Italia untuk menggulingkan Odoaker, dan Italiapun menjadi wilayah kekuasaan Goth. Walaupun demikian, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya dengan Theodoric, Zeno dan penerusnya Anastasius I, wilayah Italia dan penduduknya dianggap sebagai bagian dari Kekaisaran Bizantium, sedangkan Theodoric hanya berfungsi sebagai perwakilan kerajaan (viceroy) sekaligus kepala urusan militer (magister militum). Kesepakatan ini sudah diteliti oleh Theodoric: administrasi tetap berjalan seperti biasa dan hanya dijalankan secara eksklusif oleh warga negara Romawi, dan legislasi tetap menjadi hak prerogatif Kaisar. Di saat yang sama, angkatan bersenjata tetap dikhususkan bagi orang-orang Goth, yang dikepalai oleh kepala-kepala suku mereka sendiri, lengkap dengan pengadilannya sendiri. Kedua suku ini lebih jauh dipisahkan oleh agama: populasi Roma menganut aliran Khalsedonian, sedangkat orang-orang Goth menganut aliran Arian, meskipun demikian, tidak seperti suku Vandal atau angkatan Visigoth awal, toleransi beragama telah dijalankan. Dual System yang rumit ini berjalan dengan efektif dibawah kepemimpinan Theodoric yang kuat, yang mengetahui bagaimana cara menjalankan kebijakan sendiri, tanpa mengasingkan aristokrat-aristokrat Romawi. Namun, sistem ini mulai terpecah belah pada tahun-tahun akhir kekuasaannya dan runtuh sepenuhnya di tangan penerus-penerusnya.

Dengan kenaikan Justinianus I, berakhirnya skisma Akasian, dan kembalinya persatuan eklesik dengan Romawi Timur, beberapa anggota aristokrat senat Italia mulai mendekatkan diri dengan kekuasaan Konstantinopel untuk menyeimbangkan dominasi bangsa Goth. Penggulingan dan pembunuhan magister officiorum Boethius dan mertuanya pada tahun 524 merupakan salah satu gejala dari dimulainya pengasingan kasta mereka dari rezim Goth. Ketika Theodoric mangkat pada Agustus 526, tampuk kekuasaan dilanjutkan oleh cucunya Athalaric. Mengingat bahwa ia masih seorang bayi, kursi tertinggi pemerintahan untuk sementara dipegang oleh ibu Athalaric, Amalasuntha, yang telah mendapatkan pendidikan ala Romawi dan memulai kebijakan rekonsiliatif dengan Senat dan kekaisaran. Kebijakan-kebijakan ini, dan usahanya mendidik Athalarik dengan gaya Romawi, menimbulkan ketidaksenangan di kalangan pemimpin Goth, yang memulai plot-plot keras melawan Amalasuntha. Melihat bahaya ini, Amalasuntha mengeksekusi tiga konspirator, dan pada saat yang sama, menulis surat kepada kaisar baru, Justinianus I, dan meminta suaka politik jika ia terpaksa untuk meninggalkan Italia. Kendati demikian, Amalasuntha tetap menjadi pemimpin Italia, meskipun setelah kematian sang anak pada 534. Mencari dukungan, ia memilih sepupunya Theodahad untuk diangkat sebagai raja. Langkah ini merupakan langkah yang cukup fatal, seiring Theodahad menangkap Amalasuntha dan kemudian pada awal tahun 535, dieksekusi.

Pada tahun 533, dengan memanfaatkan sengketa dinasti, Justinianus mengirim panglimanya yang paling berbakat, Belisarius, untuk mengembalikan provinsi-provinsi Afrika Utara dari tangan suku Vandal. Perang Vandal menghasilkan kemenangan yang cepat dan penting bagi Kekaisaran Bizantium. Selama perang ini, Amalasuntha telah mengizinkan armada Bizantium untuk menggunakan pelabuhan-pelabuhan di Pulau Sisilia, yang dikuasai oleh Kerajaan Ostrogoth, sebagai daerah basis operasi. Lewat agen-agennya, Justinianus berusaha untuk menyelamatkan nyawa Amalasuntha, tetapi gagal. Kematiannya, dalam kondisi apapun, memberikan alasan yang sempurna untuk memulai peperangan. Seperti yang ditulis oleh Procopius: "tak lama setelah ia [Justinianus] mendengar apa yang terjadi pada Amalasuntha, pada tahun kesembilan kekuasaanya, ia memasuki kancah peperangan."

Belisarius diangkat sebagai panglima angkatan bersenjata (‘‘stratēgos avtokratōr‘‘) ekspedisi melawan Italia dengan kekuatan 7,500 tentara, sedangkan Mundus, magister militum per Illyricum, ditugaskan untuk menduduki Dalmatia. Harus diperhatikan disini bahwa kekuatan pasukan pimpinan Belisarius relative jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan saat ia melawan suku Vandal, musuh yang jauh lebih lemah dibandingkan suku Ostrogoth. Persiapan operasi militer dilaksanakan dalam kerahasiaan penuh, sambil Justinianus mencoba mengamankan netralitas suku Frank dengan memberi mereka hadiah berupa emas.

Belisarius Melumpuhkan Kekuatan Bangsa Goth

Belisarius pertama-tama mendarat di Sisilia, yang secara strategis terletak di antara Afrika Utara dan Italia. Masyarakat Sisilia sendiri memiliki simpati yang cukup mendalam terhadap kekaisaran Bizantium. Pulau ini segera ditaklukan dengan mudah. Perlawanan yang diberikan oleh bangsa Goth yang terjadi di Panormus (Palermo sekarang), dan dengan mudah dikalahkan pada akhir bulan Desember. Dari sana, Belisarius mempersiapkan diri untuk menyeberang ke tanah Italia, dimana Theodahad yang ketakutan melihat kesuksesan Romawi telah mengirim duta-dutanya untuk menemui Justinianus, menawarkan pada awalnya untuk menyerahkan Sisilia dan mengakui kedaulatan Justinianus, namun kemudian tawaran ini dinaikan menjadi seluruh dataran Italia.

Di saat yang sama, kemenangan dan kekalahan terus-menerus dialami oleh tentara Romawi di Dalmatia. Mundus dengan cepat berhasil menyerbu Dalmatia dan menduduki ibu kotanya, Salona. Namun, sekelompok besar tentara Goth telah datang untuk mengklaim kembali kepemilikannya atas daerah tersebut dan Mauricius, anak dari Mundus, tewas pada saat terjadi kontak senjata dengan tentara Goth. Kendatipun demikian, selama pengejaran tersebut, Mundus sendiri menderita luka serius. Hasilnya, seluruh tentara Romawi menarik diri, dan seluruh daerah Dalmatia, kecuali Salona, ditinggalkan oleh bangsa Goth. Seluruh rangkaian kejadian ini terjadi pada Maret 536, dan Theodahad, belajar dari kesuksesan ini, menjadi percaya diri, dan menolak serta memenjarakan duta besar utusan Justinianus. Segala kemungkinan damai tertutup sekarang.

Justinianus kemudian menugaskan Konstantianus sebagai ‘’magister militum per Illyricum’’ yang baru untuk merebut kembali Dalmatia, dan memerintahkan Belisarius untuk menyerbu dataran Italia. Konstantianus dengan cepat menyelesaikan tugasnya. Gripas, jenderal suku Goth, meninggalkan Salona yang baru saja berhasil direbutnya, sebagai akibat dari hancurnya perbentengan kota dan kurangnya dukungan rakyat yang lebih banyak berpihak kepada bangsa Romawi, menuju ke arah utara. Konstantianus kemudian menduduki kota Salona dan membangun kembali benteng pertahanannya. Seminggu kemudian, tentara Goth bergerak menuju Italia, sehingga akhirnya pada akhir Juni, Dalmatia kembali berada di tangan Roma.

Pada akhir musim semi 536, Belisarius menyeberangkan pasukannya ke Italia dan segera menduduki Rhegium. Tentara Roma juga menjarah Napoli setelah pengepungan yang cukup mahal pada bulan November dan akhirnya memasuki kota Roma tanpa perlawanan apapun pada bulan Desember. Kecepatan pergerakan Belisarius telah mengagetkan bangsa Goth, dan kepasifan Theodahad semakin membuat mereka murka. Setelah kejatuhan Napoli ke tangan Roma, Theodahad digulingkan dan raja baru dipilih. Witigis kemudian meninggalkan Roma dan bergerak menuju Ravenna. Disana, ia menikahi putri Amalasuntha, Matasuntha, dan mulai mengumpulkan pasukannya untuk melawan invasi Belisarius. Witigis lalu memimpin sepasukan besar bangsa Goth berbaris menuju Roma, dimana Belisarius, yang tidak memiliki cukup tentara untuk menghadapi pasukan Goth pada pertempuran terbuka, berjaga-jaga.

Pengepungan Roma ini, yang merupakan pengepungan pertama dari tiga kali pengepungan selama Perang Goth, berlangsung selama setahun, dari Maret 537 – Maret 538. Selama rentang waktu ini, sempat terjadi beberapa kontak senjata antara pihak Romawi dan Goth, termasuk di dalamnya kontk militer yang cukup besar, namun ketika pasukan bantuan datang pada bulan April tahun 537 (1.600 tentara Slav dan Hun) dan November 537 (5.000 tentara), pasukan Roma yang awalnya mengambil posisi bertahan mulai melancarkan serbuan ofensif ke pihak Goth. Pasukan berkuda Romawi berhasil menduduki beberapa kota yang terletak di belakang pasukan Goth, yang membuat kondisi mereka semakin memburuk pasca situasi logistik dan mengancam keberadaan masyarakat sipil Goth. Pada akhirnya, penaklukan Ariminum (Rimini sekarang) yang terletak tak jauh dari Ravennam memaksa Witigis untuk mengakhiri pengepungan Roma dan mundur.

Bersamaan dengan pergerakan Witigis ke arah timur laut, ia memperkuat garnisiun-garnisiun di banyak kota dan benteng di sepanjang perjalanannya, untuk mengamankan posisi belakangnya, untuk kemudian berbelok menuju Ariminum. 2000 pasukan kavaleri Roma yang menduduki kota tersebut, terdiri atas beberapa unit kavaleri elite Belisarius, dan Belisarius memutuskan untuk mengganti posisi mereka dengan garnisiun infantri, supaya ia dapat menggunakan mereka dalam operasi lanjutan kapanpun. Namun demikian, komandan mereka, Yohanes, menolak untuk mengikuti perintah Belisarius dan tiba di Ariminum.

Kesalahan ini kemudian dianggap tepat ketika sesaat kemudian tentara Goth tiba di Ariminum. Meskipun serbuan awal gagal, mereka melanjutkan untuk mengepung kota Ariminum yang sedang kekurangan logistik. Di saat yang sama, pasukan Goth yang lain melanjutkan serbuannya ke Ancona. Meskipun mereka telah memukul mundur pasukan Romawi di pertempuran terbuka, mereka kemudian gagal untuk merebut pertahanan Ancona. Pada saat tersebut, kekuatan baru berupa 2.000 foederati dari suku Herul dibawah komando sang kasim Narses, tiba di Picenum. Belisarius bergerak untuk menemui Narses, dan ketika kedua jenderal bertemu pada sebuah konsili, mereka tidak setuju terhadap jalur yang akan ditempuh. Narses menginginkan ekspedisi langsung untuk membebaskan Ariminum, sedangkan Belisarius menginginkan pendekatan yang lebih hati-hati, tetapi ketika Yohanes mengirimkan surat mengenai rawannya kondisi mereka di Ariminum, Belisarius akhirnya menyetujui strategi yang diterapkan Narses.

Belisarius membagi pasukannya menjadi tiga bagian, satu bagian menyerbu Ariminum lewat laut, dipimpin oleh bawahannya yang paling terpercaya, Ildiger, pasukan kedua yang menyerbu dari selatan kota dipimpin oleh Mastin yang juga sama berpengalamannya, dan pasukan utama dipimpin oleh Belisarius sendiri dan Narses, yang akan menyerbu dari arah barat laut. Witigis telah menduga kedatangan mereka, dan, ditengah kemungkinan bahwa ia akan dikepung oleh pasukan yang lebih kuat, bangsa Goth segera mundur ke Ravenna.

Kemenangan tak berdarah di Ariminum membuat posisi Narses jadi sama kuatnya dengan Belisarius. Banyak panglima-panglima pasukan Romawi, termasuk Yohanes, mulai memilih untuk lebih berpihak kepada Narses. Pada suatu pertemuan setelah kemenangan di Ariminum, perselisihan ini menjadi tampak sangat jelas. Ketika Belisarius ingin mengurangi jumlah garnisiun Goth yang cukup kuat di Auximum (Osimo sekarang) dan membawa bala bantuan ke Mediolanum (lihat bawah), Narses lebih memilih usaha yang tersebar, termasuk operasi militer skala besar di Aemilia. Belisarius tidak membiarkan perselisihan ini berlangsung lebih jauh, dan Belisarius kemudian justru bergerak bersama Narses dan Yohanes untuk merebut Urbinum.

Kedua pasukan berkemah di tempat berbeda, dan tidak lama setelah itu, Narses, yang yakin bahwa kota tersebut memiliki pertahanan jempolan dan tersuplai dengan baik secara logistic, meninggalkan kemah dan bergerak menuju Ariminum. Dari situ ia mengirim Yohanes ke Aemilia, yang secepat kilat dapat ditaklukan. Lebih dari itu, dibantu oleh kekeringan yang mulai melanda Urbinum, kota itu kemudian segera jatuh ke tangan Belisarius. Pada tingkatan apapun, pasukan Bizantum di Italia sekarang dikomandani oleh dua orang yang berbeda, dan hasil dari kesalahan procedural ini akan segera tampak dengan tragis pada saat kegagalan pasukan Bizantium untuk membebaskan Mediolanum dari pengepungan bangsa Goth.

Pada bulan April 538, Belisarius, dipetisikan oleh perwakilan dari Mediolanum (Milan), yang juga merupakan kota kedua terkaya dan terbanyak penduduknya setelah Roma, telah mengirimkan pasukan berjumlah 1.000 orang di bawah komando Mundilas menuju Mediolanum. Pasukan ini kemudian berhasil mengamankan Mediolanum dan sebagian besar wilayah Liguria, kecuali kota Ticinum (Pavia), dengan mudah. Kendati demikian, Witigis telah meminta bantuan dari kaum Frank, dan sepasukan suku Burgundi secara cepat dan tak terduga telah menyeberangi pegunungan Alpen dan bersama dengan pasukan suku Goth dibawah pimpinan Urias mengepung Mediolanum.

Mediolanum sendiri pada waktu itu tidak dipertahankan dengan baik, sejak pasukan Roma telah disebar untuk menjaga kota-kota dan perbentengan di sekitar Mediolanum. Pasukan penolong segera disiapkan oleh Belisarius, tetapi bawahannya, Martin dan Uliaris, tidak melakukan usaha apapun untuk mengakhiri pengepungan. Alih-alih berusaha, mereka justru meminta bantuan lebih banyak dari Yohanes dan magister militum per Illyricum Justin, yang beroperasi di provinsi Aemilia, dekat Mediolanum. Pada titik ini, perselisihan diantara panglima pasukan Romawi semakin memperburuk keadaan. Yohanes dan Justin sama-sama menolak untuk bergerak tanpa perintah dari Narses, dan lebih dari itu, Yohanes kemudian jatuh sakit dan persiapan pun terhenti.

Penundaan ini terbukti fatal bagi Mediolanum di kemudian hari, yang setelah dikepung selama beberapa bulan, mulai mengalami kelaparan. Bangsa Goth menawarkan Mundilas jaminan bahwa pasukannya tidak akan dibunuh apabila ia menyerah, tetapi mengingat tidak adanya jaminan keselamatan bagi penduduk sipil, Mundilas menolak tawaran ini sampai akhir bulan Maret 539, ketika pasukannya yang kelaparan memaksa Mundilas untuk menerima syarat-syarat dari bangsa Goth. Garnisiun Roma kemudian terselamatkan, tetapi penduduk Mediolanum kemudian menjadi bulan-bulanan pembantaian bangsa Goth. Mediolanum sendiri kemudian dibakar habis.

Setelah bencana ini menimpa pasukan Roma, Narses ditarik kembali ke Konstantinopel, dan Belisarius diangkat sebagai komandan tertinggi dengan otoritas absolute atas Italia. Pada saat yang sama, Witigis mengirim duta besarnya ke istana Persia, berharap agar dapat meyakinkan Khosrau I untuk mengobarkan kembali permusuhan dengan bangsa Romawi. Apabila ini berhasil, maka Justinianus akan terpaksa untuk memfokuskan sebagian besar tentaranya, termasuk Belisarius, untuk menangani perang di timur, dan memberikan kesempatan bagi bangsa Goth untuk memperbaiki diri. Perang pasti akan datang, tetapi terlambat bagi Witigis. Belisarius, demi keamanannya sendiri, berkeputusan untuk mengakhiri perang dengan menduduki Ravenna.

Demi tercapainya tujuan ini, Belisarius harus berhadapan dengan dua benteng Goth di Auximum dan Faesulae (Fiesole). Ketika Martin dan Yohanes sedang sibuk mencegah tentara Goth untuk menyeberangi Sungai Po, sebagian pasukan Justin mengepung Faesulae, dan Belisarius sendiri memimpin pasukan untuk mengepung Auximum. Ketika pengepungan sedang berlangsung, sepasukan besar bangsa Frank di bawah komando raja Theudebert I menyeberangi pegunungan Alpen dan bersama bangsa Goth dan Romawi, mendirikan kemah tentara di kedua sisi Sungai Po. Bangsa Goth, yang mengira mereka datang sebagai sekutu, segera dipukul mundur. Pasukan Romawi yang sama terkejutnya, memberikan perlawanan tetapi juga segera dikalahkan dan segera mundur ke arah selatan, menuju Tuscany.

Pada saat itu, serbuan bangsa Frank yang dapat mengubah jalannya peperangan, dikalahkan oleh merebaknya wabah disentri yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang cukup besar dan memaksa bangsa Frank untuk mundur. Belisarius berkonsentrasi untuk merebut kedua kota yang telah terkepung, yang berhasil pada saat garnisiun kedua kota dipaksa oleh kelaparan untuk menyerah pada bulan Oktober atau November tahun 539.

Setelah keberhasilan ini memusnahkan ancaman-ancama potensial bagi lini belakang Belisarius, dan dipasok oleh tentara-tentara baru yang masih segar dari Dalmatia, Belisarius bergerak menuju Ravenna. Detasemen-detasemen pasukan berkuda dikirim ke bagian utara sungai Po, dan armada kekaisaran terus berpatroli di laut Adriatik, mengisolasi kota Ravenna dari segala macam suplai logistik. Di dalam ibukota Goth yang terkeping, Witigis menerima duta besar bangsa Frank yang datang mencari sekutu, tetapi setelah kejadian pada musim panas selajutnya, Witigis tidak dapat mempercayai seluruh permintaan bangsa Frank lagi. Tak lama kemudian, seorang duta besar datang dari Konstantinopel, membawa syarat-syarat diplomatik yang mengejutkan dari Justinianus. Bertekad untuk mengakhiri perang dan berkonsentrasi terhadap perang melawan Persia yang mengancam, sang Kaisar menawarkan pembagian tanah Italia: wilayah di sebelah selatan Sungai Po menjadi milik kekaisaran dan wilayah di sebelah utara menjadi hak milik bagi bangsa Goth.

Bangsa Goth sudah menyetujui persyaratan tersebut, tetapi Belisarius, yang menganggap hal ini sebagai pengkhianatan atas segala upaya dan pencapaiannya, menolak untuk menandatangani perjanjian ini, kendati para panglimanya tidak setuju dengan dia. Kecewa, bangsa Goth mengerahkan rencana terakhirnya. Mereka menawarkan Belisarius, yang mereka hormati, untuk menjadi Kaisar Romawi Barat. Belisarius tidak memiliki intensi untuk menerima pengangkatan ini, tetapi ia melihat bagaimana ia dapat menggunakan kesempatan ini demi keuntungannya sendiri dan diam-diam menerima pengangkatannya. Akhirnya, pada bulan mei 540, Belisarius dan pasukannya memasuki Ravenna.

Ravenna tidak dijarah, dan bangsa Goth diperlakukan dengan baik dan diperbolehkan untuk menyimpan semua property mereka. Setelah penyerahan Ravenna, beberapa garnisiun pasukan Goth di sebelah utara S. Po menyerah. Beberapa tetap berada di tangan pasukan Goth, diantaranya adalah Ticinum, markas Uraias, dan Verona yang berada di bawah perintah Ildibad. Sesaat kemudian, Belisarius bergegas menuju Konstantinopel, dimana dia menolak kehormatan untuk diarak masuk ke kota. Witigis diangkat sebagai Bapak Bangsa dan dikirim ke tempat pensiun yang nyaman, dan pasukan Goth yang tertangkap dikirim untuk memperkuat pasukan Bizantium.

Kepergian Belisarius meninggalkan sebagian besar Italia di tangan Romawi, tetapi di sisi utara Po, Ticinum dan Verona tetap tidak tertaklukan. Sesaat kemudian, ketidakpercayaan Belisarius menjadi terbukti. Bangsa Goth, dibawah hasutan Uraias, memilih Ildibad sebagai raja baru mereka. Di depan mata Belisarius sendiri, Justinianus mengacuhkan pengangkatan seorang komandan tertinggi. Ketik pasukan Romawi dan para panglimanya mengacuhkan kedisiplinan dan menjalankan aksi penjarahan, dan birokrasi kekaisaran yang baru terbentuk segera diserbu oleh ketidaksukaan masyarakat terutama atas kebijakan fiskal yang sangat opresif, Ildibad mengambil alih kembali control atas Venesia dan Liguria. Ildibad mengalahkan Vitalius dengan telak di Treviso, tetapi setelah Uraias terbunuh karena pertengkaran di antara istri keduanya, Ildibad pun dibunuh pada bulan Mei tahun 541.

Pada titik ini, bangsa Rugia, sisa-sisa dari pasikan Odoaker yang tinggal di Italia dan memihak bangsa Goth, memproklamirkan salah satu anggota merek, Eraric, sebagai raja baru mereka. Pilihan ini kemudian dikirimkan kepada bangsa Goth dengan penuh sikap penasaran. Kendatipun demikian, Eraric mencoba membujuk bangsa Goth untuk memulai negosiasi dengan Justinianus, tetapi diam-diam berniat untuk menyerahkan wilayahnya kepada Kaisar. Bangsa Goth melihat kepasifan ini apa adanya, dan beralih kepada kemenakan Ildibad, Totila (atau Baduila), dan menawarkan dia untuk dijadikan raja. Ironisnya, Totila telah membuka negosiasi dengan bangsa Romawi, tetapi ketika dia dihubungi oleh seorang konspirator, ia diangkat. Akhirnya, pada awal musim gugur tahun 541, Eraric dibunuh dan Totila diangkat sebagai raja.

"Jika Belisarius tidak ditarik mundur, dia mungkin akan dapat menuntaskan penaklukan semenanjung Apenina kurang dari beberapa bulan. Hal ini, yang merupakan solusi terbaik, dikalahkan oleh kecemburuan Justinianus; dan perdamaian yang diusulkan oleh Kaisar yang merupakan solusi terbaik kedua, dikalahkan oleh ketidakpatuhan para panglimanya. Diantara mereka, mereka bertanggung jawab untuk menciptakan konflik di atas Italia yang berlangsung lebih dari 12 tahun."
John Bagnell Bury
History of the Later Roman Empire, Vol. II, Ch. XIX

Kebangkitan Bangsa Goth

Totila disukai atas niatnya untuk mengembalikan kejayaan bangsa Goth atas tiga dasar: merebaknya wabah besar yang merusak dan membunuh sebagian besar populasi Kekaisaran Bizantium pada tahun 542, dimulainya perang baru antara Bizantium dan Persia, dan ketidakmampuan serta kelemahan berbagai pangliam Romawi di Italia, yang memberinya kesuksesan perdana. Setelah banyak penegasan oleh Justinianus, panglima Konstantianus dan Alexander menggabungkan pasukanya dan bergerak menuju Verona.

Lewat akal bulus mereka, kedua panglima ini berhasil untuk merebut kembali gerban Verona, tetapi kemudian tertunda sangat lama karena pertengkaran mereka soal kemungkinan bangsa Goth untuk merebut kembali gerbang tersebut, sehingga memaksa pasukan Romawi untuk mundur. Totila datang dari perkemahan mereka dekat Faventia (Faenza), dan dengan kekuatan 5.000 orang, ia berhasil mengalahkan pasukan Romawi. Totila kemudian begerak menuju Tuscany, dimana dia mengepung Florence. Tiga panglima Romawi, Yohanes, Bessas dan Cyprian berbaris untuk membantu Florence, tetapi pada sebuah pertempuran di Mucellium, pasukan mereka, meskipun unggul dalam jumlah, dikalahkan dan tercerai-berai.

Alih-alih tetap di Italia Tengat, dimana pasukannya dia dikalahkan dalam jumlah dan bahkan satu kekalahan pun dapat menjadi bencan, Totila memutuskan untuk bergerak ke selatan, dimana garnisiun Romawi jumlah sangat sedikit dan lemah. Ia melewati kota Roma dan segera, provinsi-provinsi di Italia selatan dipaksa untuk mengakui pemerintahannya. Operasi militer ini secara tersirat menggambarkan titik krusial dari strategi Totila: pergerakan cepat untuk merebut control pedesaan, mengisolasi pasukan Romawi di benteng-benteng pertahanan, sebagian besar di daerah pantai, yang dapat dihancurkan kemudian.

Ketika sebuah benteng pertahanan jatuh, tembok pertahanannya biasanya diruntuhkan agar benteng tersebut tidak memiliki lagi nilai secara militer. Lebih jauh, Totila menerapkan kebijakan untuk memperlakukan tawanannya dengan baik, sehingga membuat mereka lebih memilih menyerah daripada melawan sampai akhir, dan secara aktif berusaha memenangkan hati masyarakat Italia. Pada saat yang sama, operasi militernya mengakibatkan gangguan serius terhadap sistem fiscal kekaisaran di Italia, sejak sekarang pajak mengalir ke kantong Totila, dan pembayaran pasukan Romawi mulai terganggu.

Segera, pasukannya bergerak menuju Napoli, yang dipertahankan oleh panglima Conon bersama 1.000 pasukan. Upaya mengadakan pasukan tambahan berskala besar dilakukan oleh magister militum Demetrius yang baru saja diangkat dari Sisilia dicegat dan hamper seluruhnya dihancurkan oleh kapal-kapal perang pasukan Goth. Mengetahui kondisi pasukan bertahan, Totila menjanjikan jalur aman bagi pasukan bertahan apabila mereka menyerah. Didesak oleh kelapara, Conon menerimanya, dan pada akhir Maret sampai awal April 543, Napoli menyerah.

Mengambil keuntungan dari gencatan senjata selama lima tahun di Persia, Belisarius dikirm kembali ke Italia bersama 200 kapal perang pada tahun 544, ketika ia mengetahui bahwa situasi telah banyak berubah. Ia gagal untuk mencegah jatuhnya Roma ketika dikepung oleh Totila pada tahun 546, meskipun akhirnya ia dapat merebut Roma kembali pada tahun 547. Kendatipun demikian, operasi militer Italia-nya yang kedua terbukti gagal akibat ketiadaan suplai logistik dan bantuan pasukan karena kecemburuan Justinianus, apabila kita mengambil pandangan Procopius. Roma dikepung lagi oleh Totila untuk ketiga kalinya pada tahun 549, yang tawaran perdamaiannya ditolak oleh Justinianus.

Operasi militer baru sedang dirancang oleh kemenakan Justinianus, Germanus Justinus. Seiring kematian Germanus pada tahun 551, Narses mengambil alih peperangan melawan Totila, dan Totila berhasil dikalahkan dan dibunuh pada Pertempuran Taginae. Bangsa Goth yang masih bertahan di Roma segera dilucuti persenjataannya, dan pada Pertempuran Mons Lactarius, bulan Oktober 553, Narses mengalahkan Teias dan sisa-sisa pasukan Goth di Italia.

Hasil Akhir

Kemenangan tipis pada Perang Goth menguras hamper seluruh sumber daya Kekaisaran Bizantium yang seharusnya dapat dipergunakan untuk melawan ancaman yang lebih mengerikan di timur. Di Italia, perang merusak hampir seluruh tatanan social masyarakat kota yang didukung dengan penduduk pedesaan. Kota Roma dan para sekutunya kemudian ditelantarkan seiring kejatuhan Italia ke sebuah periode kejatuhan yang panjang. Kejatuhan Italia dan terkurasnya sumber daya kekaisaran, membuat Kekaisaran Bizantium tidak dapat lagi memegang kendali Italia.

Hasil taklukan kekaisaran segera menghilang: hanya tiga tahun pasca kematian Justinianus, daerah Italia jatuh ke tangan suku Germanic, bangsa Lombardi, meninggalkan daerah Ravenna, dan secuplik daerah yang tersebar dari Italia Tengah sampai Laut Tirenia dan selatan Napoli, beserta bagian-bagian dari Italia Selatan sebagai sisa-sisa taklukan kekaisaran. Justinianus juga mampu untuk menguasai kembali Hispania Selatan tetapi daerah itu juga ditaklukan oleh suku Germanic beberapa decade kemudian. Setelah perang Goth, Kekaisaran Bizantium tidak akan lagi melakukan ekspedisi yang ambisius di barat. Roma sendiri tetap berada di tangan kekaisaran sampai daerah Ravenna akhirnya dihancurkan oleh bangsa Lombardi padi tahun 751. Italia Selatan tetap dalam kendali Romawi Timur (diurus langsung dari Konstantinopel) sampa akhir abad ke-11.

Sumber: http://id.wikipedia.org/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Sukabumi merupakan daerah perkebunan yang menguntungkan dan dapat dijadikan
sebagai benteng pertahanan yang baik bagi Belanda/NICA. Oleh karena itu,
para pejuang Sukabumi berusaha mempertahankan Sukabumi dengan sekuat tenaga
agar tidak jatuh ke tangan Belanda. Komandan Resimen III, Letkol Edi Sukardi
memberikan instruksi untuk berdislokasi pasukan, yaitu batalyon yang
berkedudukan di kota Sukabumi dipindahkan ke luar kota atas dasar strategis
dan teknis pertempuran.

Pertempuran pertama antara tentara Sekutu dengan para pejuang Sukabumi
terjadi di daerah Gekbrong. Pertempuran terjadi karena adanya serangan para
pejuang Sukabumi terhadap konvoi Sekutu/NICA yang menuju Bandung. Akibat
serangan itu, tentara Sekutu dan NICA kembali datang ke Sukabumi dengan
konvoi besar sebanyak kurang lebih 100 truk(Badan Pengelola Monumen Pa-lagan
Perjuangan 1945, 1986: 15).

TKR dan laskar rakyat yang mengetahui akan kedatangan tentara Sekutu,
berkumpul di daerah Gekbrong sekitar 10.000 orang. Pada pukul satu siang di
daerah Pancuran Luhur (tidak jauh dari Gekbrong) terjadi pertempuran sengit
antara pejuang Sukabumi melawan tentara Sekutu. Pertempuran berlangsung
sampai pukul 17.00 sore. Akibat perbedaan senjata menyebabkan para pejuang
Sukabumi tidak dapat menahan serangan Sekutu. Untuk meng-hindari korban yang
lebih banyak, TRI dan laskar rakyat mundur dan membiarkan tentara Sekutu
me-lanjutkan perjalanan ke arah Bogor(wawancara dengan Mohtar K, tanggal 12
Juni 1997).

Pertempuran terus merembet ke daerah lain. Pada tanggal 2 Desember 1945
mulai terjadi pertempuran di daerah Bojong Kokosan. Pada tanggal 9 Desember
1945, para pejuang Sukabumi melakukan penghadangan terhadap konvoi tentara
Sekutu sehingga terjadi pertempuran yang dasyat. Pertempuran ini dikenal
sebagai Peristiwa Bojong Kokosan, yang menimbulkan korban yang banyak
dikedua belah pihak.

Peristiwa di atas terjadi, berawal dari adanya berita yang diterima para
pejuang Sukabumi di Pos Cigombong, bahwa tentara Sekutu sedang menuju
Sukabumi. Mendengar berita tersebut, Kompi III yang dipimpin Kapten Murad
dan kepala seksi I dan seksi II serta laskar rakyat Sukabumi berusaha
menduduki tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan Jalan
Bojong Kokosan.

Barisan TKR yang ikut terlibat dalam peristiwa Bojong Kokosan diperkuat 165
orang yang bersenjata senapan Ediston/ Hamburg, Bou-man/Double Loap, Pistol
Parabelm, granat tangan, dan senjata tajam (golok, tombak, dan bambu
run-cing) serta senjata buatan sendiri berupa botol berisi bensin yang
di-sumbat karet mentah yang disebut "krembing" (granat pembakar). Sedangkan
laskar rakyat didukung oleh Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hisbullah
pimpinan Haji Akbar, dan Pesindo. Barisan laskar rakyat bersenjatakan
Kara-ben Jepang, pistol, dan bom molotov(Badan Pengelola Monumen: 20).

Sekitar pukul 15.00, konvoi tentara Sekutu datang. Konvoi di-dahului dengan
tank, panser wagon, 100 truk berisi pasukan Gurkha dan pembekalan, serta
dilindungi 3 pesawat terbang pemburu. Pada saat mendekati Bojong Kokosan
konvoi berhenti karena terhalang barikade yang dibuat para pejuang Sukabumi.
 
Adanya barikade ter-sebut membuat tentara Sekutu terlihat panik dan
bersiaga. Pada saat itulah, Kapten Murad, komandan kompi III memberi isyarat
dengan tembakan dua kali, sebagai tanda mulai penyerangan. Terjadilah
pertempuran sengit. Para pejuang segera melemparkan granat tangan, granat
krembing, dan tembakan. Serangan ini mengakibatkan korban jatuh di pihak
tentara Sekutu(wawancara dengan M. Sholeh Shafei, tanggal 12 Juni 1997).

Dalam situasi kacau, koman-dan tentara Sekutu berhasil meng-konsolidasi
pasukannya dan mengetahui lakasi pertahanan para pejuang Sukabumi. Tentara
Sekutu segera menembaki kubu-kubu pertahanan para pejuang dengan senjata
berat dari tank dan panser. Tanah tebing yang dijadikan kubu pertahanan
jebol dan longsor sehingga beberapa pejuang yang berada di kubu pertahanan
terjatuh ke jalan raya yang berada di bawahnya. Para pejuang yang jatuh
tersebut menjadi sasaran empuk senjata tentara Sekutu.

Dalam situasi yang tegang, tiba-tiba sebuah panser kecil berhenti di depan
salah satu kubub pertahanan. Panser tersebut berpenumpang dua orang. Salah
seorang memakai baret hitam dan seorang lagi memakai ubel-ubel yang
diperkirakan sebagai pim-pinan pasukan. Salah seorang penumpang keluar dari
kendaraan dan melihat sekelilingnya. Dia mengira situasi telah aman dan
dengan santai mengisap rokok cangklong sambil tertawa-tawa.

Tentara TRI yang berada di tebing mendapat perintah dari komandan seksi II
agar menembak tentara Sekutu yang memakai baret hitam. Tembakan mengenai
sasaran dengan tepat. Melihat temannya tertembak, tentara Sekutu yang berada
di dalam mobil berusaha menolong. Pada saat mereka turun dari mobil
diberondong oleh tembakan tentara TKR dan laskar rakyat.

Adanya kejadian tersebut, tentara Sekutu meningkatkan ke-waspadaan. Mereka
melakukan gerakan melambung dari samping dan belakang untuk mengurung dan
menyergap tentara TKR. Dengan demikian, kedudukan TKR menjadi terjepit dan
panik karena kehabisan peluru. Pada saat yang kritis, tiba-tiba turun hujan
lebat disertai kabut. Suasana menjadi gelap sehingga para pejuang berhasil
meloloskan diri dari kepungan tentara Sekutu. TKR seksi II yang dipimpin
Letnan Muda D. Kusnadi mundur ke arah Parungkuda. TKR seksi I yang dipimpin
Letda Mustar mundur ke arah perkampungan Bojong Kokosan atau sebelah utara
(sekitar 300 meter) dari medan pertempuran(Badan Pengelola Monumen: 22).

TKR yang bergerak mundur secara diam-diam diikuti oleh ten-tara Sekutu.
Tentara Sekutu naik ke atas bukit dan menembakkan mortir ke bekas pertahanan
TKR. Tembakan tersebut salah sasaran, bukannya mengenai para pejuang
melainkan mengenai tentara Sekutu sendiri. Korban pun jatuh di pihak tentara
Sekutu.

Pada saat hujan reda dan cuaca kembali cerah, terdengar bunyi peluit dari
tentara Sekutut sebagai tanda pertempuran telah selesai. Pada saat itu, sisa
tentara Sekutu yang ada segera naik ke kendaraan sambil membawa
rekan-rekannya yang telah menjadi korban. Tentara Sekutu meninggalkan
Bojong-kokosan menuju Sukabumi dan sepanjang perjalanan mereka me-nembakkan
senjata secara membabi buta(wawancara dengan M. Mohtar, tanggal 12 Juni
1997).

Setelah pertempuran di Bojong Kokosan berakhir, maka satu regu TKR memeriksa
bekas pertempuran. Setelah diperiksa ternyata TKR telah kehilangan 73 orang,
yaitu 28 orang gugur (pasukan yang menempati tebing bagian bawah pinggir
jalan seperti Suban dan Aceng), dan 45 orang gugur di sepanjang jalan Bojong
Kokosan. Tentara Sekutu yang gugur diperkirakan sebanyak 50 orang(Sumber:
Museum Bojong Kokosan).

Adanya tembakan tentara Sekutu yang dilakukan dalam gerakan menuju Sukabumi
dibalas oleh para pejuang Indonesia. Pertempuran terus berkobar sepanjang
jalur Bojong Kokosan sampai perbatasan Cianjur, seperti di Ungkrak,
Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh sampai Degung; dan Ngaweng, Cimahpar
di Pasekon Sukaraja sampai Gekbrong. Serangan terhadap tentara Sekutu
mendapat bantuan rakyat yang ada di sekitar daerah tersebut(Rusman Wijaya,
1996: 67).

Pada saat tentara Sekutu tiba di Sukabumi, Komandan tentara Sekutu segera
mengajak berunding para pemimpin TKR dan pe-merintah setempat, yaitu Letkol
Edi Sukardi (Komandan Resimen III), Bupati dan Walikota Sukabumi, dan Dr Abu
Hanifah. Tentara Sekutu minta dilakukan gencatan senjata. TKR dan pemerintah
setempat menyetujui usul tersebut dan menginstruksikan penghentian tembak
menembak. Pada kenyataannya, tentara Sekutu sendiri yang bertindak cu-rang
dengan tidak mentaati ke-sepakatan gencatan senjata. Pada tanggal 10
Desember 1945, tentara Sekutu membombandir kota Cibadak sebagai balas
dendam. Mereka dendam atas kekalahan pada pertempuran di Bojong Kokosan.
 
Pertempuran terjadi lagi di Cikukulu. TKR dan laskar rakyat pimpinan Kapten
Juhanda dari kelompok Komando Batalyon I yang terdiri atas Mayor Yahya
Bahran Rangkuti, Kapten Muktar Kosasih dan Letnan Yusuf Juharsa, yang akan
mengadakan pengecekan ke Bojong Kokosan tertahan di Cikukulu. Pertempuran
pun me-letus lagi. Pertempuran terus merembet ke daerah Situawi Ciseureu
Karangtengah. TKR dipimpin Letnan Gowi Brata dengan senjata yang digunakan
adalah granat (buatan pabrik mesiu Braat) dan senjata krembing. Dalam
per-tempuran ini, TKR berhasil merebut sebuah truk berisi senjata dan
perbekalan. Pertempuran berlanjut sampai di Gedung Cipelang (sekitar
Talang).
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Freemasonry (bahasa Inggris) atau Vrijmetselarij (bahasa Belanda) adalah sebuah organisasi persaudaraan internasional. Freemasonry pada zaman modern dimulai dengan berdirinya Grand Lodge di London, Inggris pada tahun 1717. Sebagian peneliti Barat berkeyakinan bahwa Freemasonry sebenarnya sudah didirikan di Skotlandia pada abad ke-14, saat Ksatria Templar ditumpas oleh Raja Perancis Philipe le Bel dan Paus Klemens V.

lambang Freemasonry

Di Skotlandia, Templar ini menyusup ke dalam Serikat Tukang Batu (Mason) dan menguasai gilda-gilda serikat pekerjanya (Loji). Mereka kemudian memproklamirkan diri sebagai Freemasonry, sebuah istilah yang sebenarnya nama lain dari perkumpulan Kabbalah Yahudi-Talmud.


Dari Eropa, Freemasonry yang terbagi dalam dua kelompok besar (Ritus Skotlandia dan Ritus York) menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Hindia Belanda.

Maskapai perdagangan Hindia Belanda, VOC, merupakan maskapai perdagangan terbesar dunia kala itu dan dimiliki oleh Freemasonry. Nona Helena Blavatsky dan Kolonel Henry Steel Olcott tercatat sebagai orang-orang yang membawa gerakan mistik ini ke Nusantara.

Di Hindia-Belanda dahulu, rumah pertemuan kaum Vrijmetselarij, dalam bahasa Belanda Loge atau Loji dalam bahasa Indonesia seringkali disebut sebagai "rumah setan". Sejak zaman presiden Soekarno, gerakan ini dilarang di Indonesia.

Loji-loji Freemasonry ternama di Nusantara tersebar di hampir semua wilayah di Indonesia seperti di Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jawa, Sulawesi, dan sebagainya.

Salah satu yang paling terkenal adalah Adhuc Stat alias Loji Bintang Timur yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat, yang kini dipakai sebagai Gedung Bappenas. Dulu, gedung ini dikenal masyarakat luas sebagai Gedung Setan, karena sering dipakai sebagai tempat pemanggilan arwah orang mati oleh para angota Mason.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/70/Square_compasses.png
lambang kaum Vrijmetselarij

Dr. T.H. Stevens, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya berjudul "Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962", yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Sinar Harapan dalam jumlah yang sangat terbatas, banyak memaparkan tentang gerakan dan tokoh-tokoh Freemasonry di Indonesia. Tokoh-tokoh Mason Indonesia menurut buku tersebut —yang dilengkapi foto-foto ekslusif sebagai buktinya— banyak menyangkut nama-nama terkenal seperti Sultan Hamengkubuwono VIII, RAS. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, Paku Alam VIII, RMAA. Tjokroadikoesoemo, dr. Radjiman Wedyodiningrat, dan banyak pengurus organisasi Boedhi Oetomo.

Freemasonry secara bahasa terdiri dari dua kata, Free dan Mason. Free artinya merdeka dan mason artinya tukang bangunan. Dengan demikian Freemasonry secara etimologis berarti “tukang-tukang bangunan yang merdeka.

Secara hakikat, Freemasonry atau Al-Masuniyyah (dalam bahasa Arab) adalah sebuah organisasi Yahudi Internasional bawah tanah yang tidak ada hubungannya dengan tukang-tukang bangunan yang terdapat pada abad pertengahan.

Freemasonry di atas juga tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembangunan kapal atau katedral besar seperti yang banyak diduga oleh sebagian orang. Tetapi maksud Freemasonry di sini adalah tidak terikat dengan ikatan pihak manapun kecuali sesama freemason.

Freemasonry berasal dari gerakan rahasia yang dibuat oleh sembilan orang Yahudi di Palestina pada tahun 37 M, yang dimaksudkan sebagai usaha untuk melawan pemeluk Masehi, dengan cara pem*bunuhan terhadap orang per-orang.

Me*nu*rut buku Kabut-kabut Freemasonry, salah seorang yang disebut sebagai pendirinya adalah Herodes Agrida I (meninggal 44 M). Ia dibantu oleh dua orang Yahudi, Heram Abioud dan Moab Leomi. Freemasonry selanjutnya menempatkan dirinya sebagai musuh terhadap agama Masehi maupun Islam.

Pada tahun 1717 M gerakan rahasia ini melangsungkan seminar di London di bawah pimpinan Anderson. Ia secara formal menjabat sebagai kepala gereja Protestan, namun pada hakikatnya adalah seorang Yahudi. Dalam seminar inilah gerakan rahasia tersebut memakai nama Freemasonry sebagai nama barunya. Sebagai pendirinya adalah Adam Wishaupt, seorang tokoh Yahudi dari London, yang kemudian mendapatkan dukungan dari Albert Pike, seorang jenderal Amerika (1809-1891).

Organisasi ini sulit dilacak karena struktur*nya sangat rahasia, teratur, dan rapi. Tujuan gerakan Freemasonry secara umum adalah:

1. Menghapus semua agama.

2. Menghapus sistem keluarga.

3. Mengkucarkacirkan sistem politik dunia.

4. Selalu bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia dan merusak kehidupan politik, ekonomi, dan sosial negara-negara non-Yahudi atau Goyim (sebutan dari bangsa lain di luar Yahudi).

Tujuan akhir dari gerakan Freemason adalah mengembalikan bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha, di kota Al-Quds (Yerussalem), mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan Zionis Internasional, seperti yang diterapkan dalam Protokol para cendekiawan Zionis.

Buku Protokol ini berisikan langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh para hakkom, catatan pembicaraan yang dilakukan di dalam setiap rapat mereka, serta berisikan 24 bagian (ayat) yang mencakup rencana politik, ekonomi, dan keuangan, dengan tujuan menghancurkan setiap bangsa dan pemerintahan non-Yahudi, serta menyiapkan jalan penguasaan bagi orang-orang Yahudi terhadap dunia Internasional.

Dalam gerakannya, Freemasonry menggunakan tangan-tangan cendekiawan dan hartawan Goyim, tetapi di bawah kontrol orang Yahudi pilihan. Hasil dari gerakan ini di antaranya adalah mencetuskan tiga perang dunia, tiga revolusi (Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Industri di Inggris), melahirkan tiga gerakan utama (Zionisme, Komunisme, dan Nazisme)

Freemansory terbagi ke dalam tiga tingkatan: (1) Majelis Rendah atau Freemansory Simbolis; (2) Fremansory Majelis Menengah; dan (3) Fremansory Majelis Tinggi.

Dalam penerimaan keanggotaan, Freemasonry tidak mempersoal*kan agama calon anggota. Bahkan calon anggota disumpah sesuai dengan agama yang dianutnya. Dalam Freemasonry diadakan model kenaikan pangkat hingg level ke-33 bagi orang-orang Goyim. Orang-orang yang berhasil dijaring kemudian diberikan tugas untuk menyebarkan paham Freemasonry dan bekerja untuk mereali*sasikan tujuannya.

Orang-orang tertarik kepada Freemasonry karena mereka menganggap bahwa organi*sasi ini bergerak di bidang kemanusiaan. Di balik itu mereka menanamkan doktirn Pengembangan Agama atau Polotisme, yang mengatakan semua agama itu sama, baik, dan benar. Lebih jauh Freemasonry dengan secara halus membawa anggotanya memahami Atheisme.

Muslim anti-Masonry

Banyak Muslim yang anti-Masonry beralasan bahwa Freemasonry sangat dekat dengan Semitisme dan Zionisme, meski kritikus lainnya mengatakan bahwa Freemasonry ada hubungannya dengan Dajjal. Beberapa Muslim lainnya yang anti-Masonry beranggapan bahwa Freemasonry memiliki misi untuk mempromosikan Yahudi di seluruh negara di dunia, dan misi terbesar mereka adalah mendirikan Kuil Solomon di Jerusalem setelah menghancurkan Masjid Al-Aqsa. Pada artikel 28 dari konvensi Hamas, dinyatakan bahwa Freemasonry, Rotary, dan grup yang serupa lainnya "bekerja dalam kerangka dan berdasarkan instruksi Zionisme ..." Namun, beberapa negara seperti Turki dan Malaysia membolehkan Grand Lodge.
[sunting] Gereja Katolik Roma

Gereja Katolik Roma adalah institusi keagamaan pertama yang menyatakan bahwa Freemasonry adalah gerakan terlarang dan sesat (bid'ah). Hal ini dikarenakan sepak terjang Freemasonry :

- Sejarah berdirinya dan berkembangnya Freemasonry yang berasal dari gerakan "Knights of Templar" (Satria Templar); yaitu organisasi yang tadinya berada dalam naungan gereja katolik pada zaman perang salib, namun pada perkembangan berikutnya organisasi ini mengembangkan sistem ritual magis sendiri yang bertentangan dengan ajaran gereja katolik (penyembahan dewa kuno bernama Baphomet yang berkepala kambing dan berbadan manusia, pada perkembangan berikutnya oleh Templar diartikan sebagai Lucifer), dan berkecimpung di dunia politik dan ekonomi begitu dominan hingga berkeinginan menguasai segala bidang pada zaman itu. Oleh karenanya Templar dilarang dan dinyatakan sesat oleh gereja katolik roma.

- Freemasonry menganggap diri sebagai kelanjutan dari Satria Templar, sehingga memiliki ritual, sistem dan tujuan yang sama pula. Mereka memiliki ritual magis dan mistik yang ditujukan kepada "Sang Arsitek Agung" / "The Great Architect" yang bernama lain Lucifer dan Baphomet. Lucifer secara tradisi kristiani adalah setan, musuh dari Tuhan.

pedang dan tameng kesatria templar

Freemasonry memiliki visi dan misi untuk menghancurkan keberadaan agama kristiani di dunia, secara khusus ditujukan kepada penghancuran gereja katolik roma yang dianggap oleh mereka sebagai gereja kristiani yang didirikan oleh Yesus (secara tradisi dipercaya bahwa paus pertama gereja katolik roma adalah rasul Petrus, murid Yesus sendiri), yang oleh mereka berarti melambangkan kekristenan dan Yesus sendiri. Visi dan misi ini telah dinyatakan dalam dokumen-dokumen dan doa-doa mereka.

- Gereja katolik roma memandang Freemasonry (dan juga Illuminati) sebagai gerakan perintis munculnya antikristus. Antikristus secara tradisi kristiani adalah gerakan bersifat iblis yang dipercaya akan muncul pada zaman akhir untuk menyesatkan seluruh dunia sebelum kiamat.

Di Indonesia, gerakan Freemasonry dan gedung pertemuan mereka pernah ada, namun akhirnya dinyatakan sebagai organisasi terlarang pada zaman pemerintahan Soekarno. Pada saat masih ada dan eksis di Indonesia, mereka sangat aktif menentang gereja katolik di Indonesia.
Anggota terkenal

* Enrico Fermi
* Johann von Goethe
* Voltaire
* Duke Ellington
* Rudyard Kipling
* Louis Armstrong
* Winston Churchill
* Giuseppe Garibaldi
* Charles Lindbergh
* Walt Disney
* beberapa Presiden Amerika Serikat:
o George Washington
o James Monroe
o Andrew Jackson
o Martin Van Buren
o James Polk
o James Buchanan
o Abraham Lincoln (dilantik secara anumerta oleh loji yang telah ia ajukan, dan diingkari, keanggotaan saat mencalonkan diri untuk Senat AS)
o Andrew Johnson
o James Garfield
o William McKinley
o Theodore Roosevelt
o William Taft
o Warren Harding
o Franklin D. Roosevelt
o Harry Truman
o Lyndon Johnson
o Gerald Ford
o George Bush
o George W Bush.

Artis Hollywood

* Madonna
* Victoria & David Beckham
* Daniel Radcliffe
* Lindsay Lohan
* Ashton Kutcher
* Demi Moore
* Keira Knightley
* Paris Hilton
* Horrison Ford

Anggota terkenal dari Indonesia

* Raden Saleh
* Dr. Radjiman Wediodiningrat
* Hamengkubuwono VIII
* Soemitro Kolopaking
* Sri Paku Alam VIII
* Raden Mas Tjokroadikoesoemo
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Koreksi sejarah lagi dari sebuah iklan minuman rasa buah di media cetak.
Kutipannya:


Faktanya dalam penyerangan Xerxes ke daratan Yunani melalui jalur Hellespontus dari tanggal 1 Agustus hingga 4 Oktober 480 tahun SM, tentara Yunani memukul mundur pasukan Persia dan meluluh lantakkan armada kapal-kapal Persia di teluk Salamis.

Memang setelah memenangkan pertempuran di Artemisium dan Thermopylae, pasukan Xerxes bergerak menuju Athena, menduduki Akropolis, tetapi akhir September 480 tahun SM, armada kapal-kapal Persia yang mendekati Salamis dipukul mundur dalam pertempuran laut. Pada tanggal 5 Oktober 480 tahun SM, pasukan Persia meninggalkan Attika dan bergerak mundur ke Utara. Dan Xerxes tidak pernah menaklukkan tanah Yunani seluruhnya.

Lebih lengkapnya detail pertempuran Yunani-Persia ini dapat dibaca dalam The Histories, karya Herodotus of Halicarnassus, sejarawan dan peneliti Yunani, 5 abad SM. Saya akan bahas selengkapnya dalam waktu dekat ini, sedang dipelajari.

Sumber: http://achilles79.multiply.com/journal/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Xerxes yang heran kenapa sangat sedikit jumlah pasukan Yunani yang menjaga Thermopylae, menanyai tahanan Yunani dari Arkadia melalui penasihatnya.
“Apa yang sedang dikerjakan orang-orang Yunani sekarang?”
“Mereka sedang menyelenggarakan  Olimpiade, menonton pertandingan atletik dan lomba pacuan kereta berkuda,”jawab orang-orang Arkadia.
“Dan, “sambung penasihat Xerxes, “apa hadiahnya bila mereka menang?”
“Bagi yang menang akan diberikan rangkaian mahkota daun zaitun.” 

Mendengar jawaban ini, Tritantaechmes, putra Artabanus, salah seorang jendral Persia berseru kaget, “Demi Dewa! Mardonius, orang-orang macam apa yang sedang kita perangi atas suruhanmu ini? Mereka berkompetisi bukan demi uang, tetapi demi kehormatan!”
(Herodotus, The Histories Book VIII)

Perang Artemisium

Bersamaan dengan terjadinya perang di Thermopylae, pertempuran laut antara armada Persia melawan Yunani berlangsung di Artemisium. Komandan armada laut Yunani adalah Eurybiades, seorang Sparta, yang memimpin  271 buah kapal perang Yunani berhadapan dengan 600 kapal Persia dan 200 kapal lainnya. 

 

Saat malam tiba, hujan lebat disertai badai memporak-porandakan 200 kapal Persia yang mencoba mengitari Euboea untuk menyerang armada Yunani dari belakang. Perang berlangsung selama tiga hari dan saat kabar kekalahan pasukan Leonidas di Thermopylae sampai ke armada Yunani, tidak ada pilihan lain selain mundur dari Artemisium.

Kapal-kapal Yunani kemudian berkumpul di Salamis untuk mengungsikan penduduk Athena sebelum pasukan darat Xerxes tiba. Di Salamis, datang bantuan pasukan dari negeri-negeri Yunani lainnya hingga total keseluruhan jumlah kapal mencapai 378 buah.

Sementara itu, pasukan darat  Xerxes telah sampai di Athena yang hanya dijaga beberapa gelintir prajurit dan berhasil mendudukinya. Xerxes membunuh semua orang Athena yang bertahan, menjarah kuil-kuil dan membakar kota. Dari Athena, Xerxes kemudian memerintahkan pasukannya bergerak maju untuk menyerang Korinthos, dimana tembok pertahanan Yunani sedang dibangun di bawah pengawasan Kleombrotus, putra Abazandridas dan adik Leonidas. 

Mendengar Athena telah jatuh, Eurybiades memutuskan armada mundur ke Korinthos dan bertahan disana. Tetapi Themistokles, komandan pasukan Athena yang lebih bijak dan cerdik, meyakinkannya untuk tetap bertahan di Salamis. Dengan kecerdikannya Themistokles mengirimkan orang kepercayaannya yang bernama Sikinnus kepada Xerxes, untuk berpura-pura berkhianat dan memberitahukan apabila Xerxes menginginkan kemenangan, mereka harus segera menyerang karena armada Yunani akan pergi dari Salamis saat fajar.

Kekalahan Persia di Salamis

Xerxes termakan umpan itu. Di tengah malam buta, armada besarnya diam-diam berlayar menuju teluk Salamis. Dan saat fajar, 29 September 480 SM, pasukan Persia baru menyadari mereka telah masuk ke dalam jebakan. Kapal-kapal perang Yunani tahu-tahu telah mengepung kapal-kapal Persia di teluk Salamis yang sempit. 


Begitu komando diberikan, serentak kapal-kapal Yunani yang ukurannya lebih kecil menyerang kapal-kapal Persia yang baik ukuran maupun jumlahnya lebih besar. Tetapi di teluk sempit ini, jumlah armada Persia yang besar tidak ada artinya melawan kegesitan kapal-kapal Yunani. Xerxes yang menonton pertempuran dari atas bukit dengan jelas melihat kapal-kapal kebanggaannya dihancurkan pasukan Yunani. 

Lebih dari 500 kapal perang Persia hancur di Salamis dan sisa kapal lainnya diburu oleh kapal-kapal Yunani.  Dalam perang di Salamis Persia kalah telak karena kapal-kapal yang dihancurkan ini merupakan kapal perang utama dan kapal yang membawa perbekalan. Dengan terpaksa Xerxes menarik mundur pasukannya baik yang di laut maupun yang di darat karena otomatis pasukan daratnya tidak mendapatkan dukungan dan bantuan dari pasukan laut lagi.

Berakhirnya invasi Persia di Eropa

Xerxes memutuskan untuk kembali ke Asia dan hanya meninggalkan sedikit sisa pasukannya di Thessalia sebanyak 300.000 orang di bawah pimpinan salah seorang jendralnya, Mardonius

Hampir setahun kemudian (479 SM), pasukan Mardonius ini kembali berhadapan dengan 10.000 pasukan gabungan Yunani yang dipimpin oleh Pausanias di Plataea. Dalam perang itu, Mardonius tewas dibunuh oleh seorang prajurit Sparta bernama Aeimnestos sedangkan The Immortal, Sepuluh Ribu prajurit elite Persia, ditumpas habis oleh prajurit-prajurit Yunani. Sisa pasukan Persia lainnya mati terbunuh dalam pengejaran. Dari 300.000 orang prajurit Persia hanya tersisa sekitar 3000 orang yang ditawan hidup-hidup.


Dengan kemenangan Yunani di perang Plataea ini invasi Persia di daratan Eropa pun berakhir. Persia kembali menderita kekalahan telak setelah di Salamis dan Xerxes tidak pernah berhasil menguasai seluruh negeri Yunani. 

Note: Tulisan ini dibuat berdasarkan catatan Herodotus, ahli sejarah Yunani dalam The Histories yang ditulis dari tahun 450-420 SM, atau hanya berjarak 30 tahun setelah perang. Dalam bab berikutnya saya akan membandingkan apa yang ditulis Herodotus dengan bukti-bukti yang ditemukan oleh para ahli sejarah modern.

Keterangan gambar (klik gambar untuk memperbesar)
Gambar 3: Foto Plataea sekarang (http://www.livius.org/pi-pm/plataea/battle.html)
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

”Prajurit-prajurit Sparta! Hari ini makanlah dengan sekenyang-kenyangnya, karena malam ini kita akan bersantap malam di Hades.”
(Leonidas, hari ketiga perang Thermopylae, 480 SM)
Pengkhianatan Ephialtes
 

Saat Xerxes sedang mencari cara untuk mengalahkan pasukan Yunani, di penghujung hari kedua perang Thermopylae, datang  seorang Malia bernama Ephialtes, putra Eurydemus ke perkemahan Xerxes. Dengan imbalan uang ia bersedia memberi tahu jalan rahasia memutari gunung untuk menyerang pasukan Yunani dari belakang.

Xerxes dengan senang hati berjanji akan memberikan apapun yang diinginkan Ephialtes. Saat matahari terbenam, Ephialtes menuntun Hydarnes beserta pasukannya, The Immortal, melintasi jalur rahasia itu secara diam-diam. Pasukan Persia berjalan sepanjang malam hanya diterangi cahaya bulan purnama dan saat hampir subuh mereka sudah mencapai puncak bukit. Tetapi tiba-tiba mereka diserang oleh sekitar 1000 orang prajurit Phokia yang memang ditugaskan oleh Leonidas untuk menjaga jalur itu sekaligus melindungi negeri mereka. Pasukan Persia sama sekali tidak menyangka kalau mereka akan bertemu musuh disitu. 

Awalnya Hydarnes mengira mereka adalah prajurit Sparta, tetapi Ephialtes menenangkannya karena ia tahu ciri-ciri orang-orang Sparta. Karena tidak ingin penyerangannya tertunda, Hydarnes menakut-nakuti prajurit Phokia dengan menunjukkan kekuatan pasukan Persia yang dipimpinnya. Ia menyuruh pasukannya menembakkan ’hujan panah’ secara bersamaan dan terbukti ampuh. Pasukan Phokia yang ketakutan mundur dari puncak bukit dan membiarkan jalan menuju Thermopylae terbuka tanpa penjagaan. Orang-orang Phokia mengira pasti akan bertempur dengan sengit, tetapi perkiraan mereka meleset. Hydarnes dan pasukannya terus berjalan menuruni bukit tanpa mempedulikan keberadaan mereka.

Sementara pasukan Yunani di Thermopylae sudah mendapatkan tanda bahaya kedatangan orang-orang Persia dari pasukan Phokia yang kembali. Dan saat itu pula Leonidas memutuskan membagi pasukannya: prajurit yang kuat tetap bertahan dan yang lebih lemah meninggalkan Thermopylae.

Sesungguhnya tidak ada pergerakan pasukan Persia yang luput dari pengamatan Leonidas. Ia telah mendapat informasi bahwa pasukan Persia akan mengepungnya. Saat Leonidas menyadari pertahanan pasukan Phokia telah jebol, ia memutuskan sebagian pasukan pulang ke negerinya masing-masing untuk mempersiapkan diri untuk perlawanan selanjutnya, tetapi ia bersama pasukan Sparta akan tetap tinggal. Leonidas berencana untuk menahan gerak pasukan Persia selama mungkin sekaligus memenuhi takdir seperti yang telah digariskan orakel sebelumnya: Kota Sparta akan musnah, atau, salah seorang raja mereka yang keturunan Herakles mengorbankan dirinya.

Semua pemimpin pasukan mematuhi Leonidas dan menarik mundur pasukannya, hanya pasukan Thespia dan Theban yang tersisa bersama pasukan Sparta menjaga Thermopylae. Pasukan Theban dipaksa tetap tinggal oleh Leonidas yang meragukan kesetiaan mereka, sementara pasukan Thespia yang dipimpin oleh Demophilus, putra Diadromes menolak untuk mundur dan membantu Leonidas yang sudah siap bertempur sampai mati.

Akhir perang Thermopylae

Dan fajar pun menyingsing. Setelah melakukan persembahan kepada para dewa, Xerxes menunggu sampai kira-kira pasukan Hydarnes telah turun dari bukit dan memulai penyerangan terlebih dahulu. Sementara pasukan Sparta yang dipimpin oleh Leonidas menyerang balik  dengan mati-matian. Kali ini kedua pasukan bertemu di tempat paling lebar dari jalur sempit Thermopylae. Pasukan Yunani bertempur dengan gigih sampai lembing-lembing mereka dipatahkan, dan walaupun dengan pedang (xiphoi) di tangan, mereka masih bisa membunuh banyak prajurit Persia. 

Dalam serangan ini dua saudara Xerxes tewas, yaitu Abrocomes dan Hyperanthes. Demikian juga, pemimpin Sparta, Leonidas, akhirnya gugur dalam pertempuran puncak ini.
Mendapat berita bahwa Hydarnes dan pasukannya, The Immortal telah turun dari bukit dan mendekati pasukan Yunani dari belakang, mereka menarik diri dan bertahan di bukit kecil Kolonos di balik tembok Phokia. Melihat pasukan Yunani makin terdesak ke arah bukit dan tanda-tanda kemenangan Persia sudah di depan mata, prajurit-prajurit Theban dengan tangan di atas menyerahkan diri kepada pasukan Persia. Tetapi malangnya beberapa dari mereka dibunuh saat berusaha mendekati pasukan Persia dan sisanya yang menyerah diberi cap kerajaan Persia dengan timah panas di tubuhnya atas perintah Xerxes.


Sementara prajurit Sparta dan Thespia yang tersisa terus berjuang dengan pedang, bahkan sebagian dengan tangan kosong dan hanya menggunakan gigi-gigi mereka. Setelah merobohkan Tembok Phokia dan mengepung pasukan Yunani di bukit Kolonos, Xerxes memerintahkan pasukannya memanah bersama-sama sekaligus yang mengakibatkan terjadinya hujan panah sehingga seluruh prajurit Yunani gugur tanpa tersisa.

Saat mayat Leonidas ditemukan orang-orang Persia, Xerxes yang murka karena kehilangan banyak prajurit memerintahkan kepalanya dipenggal dan tubuhnya disalib. Tindakan ini sangat tidak biasa dilakukan orang-orang Persia yang memiliki kebiasaan menguburkan dengan hormat musuh yang telah bertempur dengan gagah berani. Ahli arkeologi telah menemukan bukti-bukti memang pernah terjadi hujan panah di akhir pertempuran di situs Thermopylae.

Dan di tempat itu sekarang berdiri sebuah monumen yang bertuliskan:

Ω ξείν', αγγέλλειν Λακεδαιμονίοις ότι τήδε
κείμεθα, τοις κείνων ρήμασι πειθόμενοι.

”Wahai orang asing yang melintas, pergilah dan sampaikan kepada orang-orang Sparta,
Bahwa disini, kami yang tunduk pada hukum Sparta, berbaring selamanya.”


Gambar 1: Salah satu prajurit The Immortal/Athanatoi
Gambar 2: Posisi Perang Thermopylae beserta jalur rahasia yang memutar gunung
Gambar 3: Beberapa mata anak panah yang ditemukan di situs Thermopylae
Gambar 4: Patung Leonidas di monumen Thermopylae
Gambar dari http://www.livius.org, http://www.iranian.com, http://monolith.dnsalias.org
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Dengarlah orang-orang yang tinggal di jalan-jalan besar Lakedaemon!
Kota megahmu ini akan diruntuhkan oleh keturunan Perseus,
Atau, sebagai gantinya, seluruh negeri Lakonia harus
Berdukacita karena kehilangan seorang raja, keturunan dari Herakles yang perkasa... 
(kata-kata orakel di Delphi tentang kejatuhan Sparta)

Leonidas dan 300 orang Sparta
 

Anaxandridas, raja Sparta, memiliki empat orang anak laki-laki, yang tertua bernama Kleomenes, lalu Dorieus, Leonidas dan Kleombrotus. Karena Kleomenes dan Dorieus meninggal tanpa memiliki keturunan anak laki-laki, maka Leonidas yang berhak menjadi raja Sparta selanjutnya. Ia adalah generasi ke-17 dari keturunan Herakles dan menikah dengan putri Kleomenes, yang bernama Gorgo.

Setelah mendapat peringatan dari orakel bahwa Sparta (Lakedaemon) akan ditaklukkan Persia kecuali salah satu rajanya yang keturunan Herakles mengorbankan diri, Leonidas memanggil 300 orang prajurit pilihannya dan berangkat ke Thermopylae untuk menghadang serbuan pasukan Persia ke tanah Yunani.

Tetapi Dewan Sparta kurang menyetujui pengiriman prajurit Sparta ke Thermopylae karena di saat bersamaan sedang diadakan Festival Karneia dan Pertandingan Olympiade, yang menurut adat di Sparta, selama festival berlangsung tidak boleh berperang dan mengangkat senjata. Selain itu kebijakan militer Sparta memutuskan untuk memusatkan pasukan Yunani di Isthmus Korinthos, bukan di Thermopylae, sehingga hanya sedikit prajurit yang pergi berperang menemani raja mereka, Leonidas. Saat Gorgo melepas kepergian suaminya, ia bertanya apa yang bisa ia lakukan untuk membantu Leonidas.

Leonidas menjawab: “Menikahlah dengan pria baik-baik dan besarkanlah anak-anakmu.” Sang Raja menyadari bahwa apabila ramalan orakel tepat, ia harus mengorbankan diri demi menyelamatkan kota Sparta beserta seluruh rakyatnya.

Thermopylae, The Hot Gates

Thermopylae adalah nama daearah dimana terdapat jalan sempit yang dibatasi oleh laut dan perbukitan yang lebarnya kira-kira hanya 14 meter, Nama Thermopylae berasal dari mata air hangat yang berada di dekat lokasi itu dan sampai sekarang masih tetap ada. 

Xerxes dan pasukannya berkumpul di Trakhinia, Malis, sementara pasukan Yunani berjaga-jaga di Thermopylae dan membangun kubu pertahanan di Benteng Phokia. Selain 300 orang prajurit Sparta yang dibawa oleh Leonidas, ikut bergabung 2120 prajurit Arkadia, 400 orang dari Korinthos, 200 orang dari Phlios, 80 orang dari Mykenae, 700 prajurit Thespia, 400 prajurit Theban, 1000 orang dari Lokris dan Phokis serta kurang lebih 1800 prajurit dari kota-kota Yunani lainnya. Kurang lebih terdapat 7000 pasukan Yunani gabungan dan semuanya berada di bawah komando Leonidas. Mereka berhadap-hadapan dengan ratusan ribu pasukan Persia dan sekutunya termasuk 80.000 pasukan berkuda serta 20.000 prajurit Arab dan Libya yang mengendarai unta.

Untuk mengetahui jumlah pasukan Yunani dan apa yang sedang mereka kerjakan, Xerxes mengirim mata-mata untuk mengintai perkemahan Yunani.  Tetapi yang dilihat mata-mata ini hanyalah orang-orang Sparta yang sedang berolahraga sedangkan prajurit Sparta lainnya sedang menyisir rambutnya yang panjang. Saat mata-mata ini kembali dan melaporkan hasil temuannya, Xerxes nampak begitu heran.

Demaratus, yang pernah diasingkan dari Sparta dan sekarang berada di pihak Persia sebagai penasehat Xerxes, menjelaskan hal ini, “Begitulah tradisi orang-orang Sparta, bila mereka menghadapi bahaya dalam hidupnya, yang mereka lakukan adalah merawat rambutnya. Mereka adalah orang-orang paling berani di seluruh Yunani dan mereka bertekad untuk mempertahankan Thermopylae sampai titik darah penghabisan.”

Xerxes yang masih tidak percaya kemudian mengirim utusan ke pasukan Yunani dan mengajak Leonidas untuk menyerahkan diri dengan janji akan dijadikan raja di seluruh Yunani oleh Xerxes.
Molon Labe! - Datang dan ambillah sendiri!” ujar Leonidas.

Athanatoi, The Immortal

Selama empat hari Xerxes menahan diri untuk maju menghadapi pasukan Yunani dengan harapan mereka akan pergi. Tetapi di hari kelima, pasukan Yunani tetap bertahan di Thermopylae dan membuat Xerxes kesal. Ia lalu mengirim pasukan Media dan Kissia maju bertempur, tetapi malah pasukan Media dibuat kocar-kacir dan banyak dari mereka yang tewas terbunuh.

Setelah pasukan Media mundur, kini pasukan yang dipimpin oleh Jendral Hydarnes maju menyerang, yaitu pasukan elite Persia, The Immortal, yang terdiri dari 10.000 orang. Pasukan elite ini juga dikenal dengan nama Athanatoi atau Sepuluh Ribu prajurit karena bila salah satu prajuritnya terbunuh atau jatuh sakit, akan langsung digantikan oleh prajurit lain, sehingga kekuatan dan jumlahnya tidak akan berkurang.

Yang bisa menjadi anggota pasukan elite ini hanya penduduk asli Persia yang terbaik dan mereka juga dipersenjatai dengan lengkap. Mereka mengenakan topi bulu yang disebut tiara, jubah dengan berbagai warna dan celana panjang. Senjata yang dibawa oleh pasukan ini yaitu perisai dari anyaman yang ringan, lembing pendek, anak panah beserta busurnya dan pedang pendek yang terselip di pinggang kanan. Mereka juga ditemani dengan kereta perbekalan khusus dengan makanan istimewa yang berbeda dari anggota pasukan lainnya.

Xerxes sangat yakin The Immortal bisa menaklukkan pasukan Yunani. Tetapi di jalur sempit Thermopylae, lembing-lembing pendek mereka tidak berguna menghadapi lembing-lembing panjang milik prajurit Yunani. Jumlah mereka yang ribuan orang sama sekali tidak membantu dalam pertempuran di medan sempit. Lagipula keahlian dan teknik bertempur prajurit-prajurit Sparta memang diatas rata-rata pasukan Persia. Walaupun di pihak Yunani jatuh kurban, sangat sedikit jumlahnya dibandingkan korban di pihak Persia. Xerxes yang melihat dari jauh sampai melompat tiga kali dari singgasananya melihat kekalahan pasukan elite-nya itu.

Keesokan harinya, pasukan Persia kembali menyerang pasukan Yunani, yang mereka pikir kelelahan dan terluka. Tetapi pasukan Yunani bertempur dengan hebat dan bersatu-padu melawan pasukan Persia. Mengetahui mereka kembali mendapat perlawanan dengan kekuatan yang sama dengan hari sebelumnya, pasukan Persia mundur dari pertempuran. Jumlah korban yang jatuh lebih banyak di pihak Persia menciutkan hati prajurit-prajurit Persia. Xerxes sadar menghadapi pasukan Yunani secara frontal adalah sebuah kesalahan fatal. Tetapi segalanya berubah saat seseorang datang menemui Xerxes.

Gambar 1: Patung Leonidas di monumen Thermopylae (http://www.goddess-athena.org/Museum/Temples/Sparta/Leonidas_statue_new.html)
Gambar 2: Thermopylae saat ini. Saat 480 SM, garis pantai berada lebih dekat lagi, kira-kira berada di jalan raya yang ada dalam foto di sebelah kanan (http://www.livius.org)
Gambar 3: Pahatan gambar pasukan The Immortal di salah satu bangunan di Susa (http://www.livius.org)

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments