Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
,
Perang di Eropa
“Jangan sebut aku putra Darius, putra dari Hystaspes, putra dari Arsames, putra dari Ariaramnes, putra dari Teispes, putra dari Cyrus, putra dari Cambysses, putra dari Teispes, putra dari Achaemenes, jika aku tidak membalas (perbuatan) orang-orang Athena!” (kata-kata Xerxes di hadapan para bangsawan Persia sebelum berangkat menuju Yunani ).
Xerxes
Darius, sebelum menjadi raja Persia , telah memiliki tiga anak laki-laki dari istri pertamanya, yang tertua bernama Artabazanes. Lalu saat ia naik takhta, ia menikah lagi dengan Atossa, putri Cyrus dan memiliki empat orang anak darinya, anak pertama dari istri keduanya ini diberi nama Xerxes.
Artabazanes sebagai anak paling tua dari semua keturunan Darius, menuntut takhta kerajaan jatuh ke tangannya. Sementara Xerxes berdalih ia lahir dari rahim Atossa, putri Cyrus dan Cyruslah yang telah berjasa memperjuangkan kerajaan Persia berdiri.
Perdebatan antara kedua pangeran Persia berlainan ibu ini semakin sengit sampai suatu ketika, Demaratus putra Ariston yang kehilangan takhtanya dan diasingkan dari Sparta , tiba di Susa dan mendengar perselisihan itu. Ia pergi menemui Xerxes dan berpendapat bahwa saat Xerxes dilahirkan, Darius sudah menjadi raja Persia yang berkuasa atas seluruh negeri, sementara saat Artabazanes lahir ke dunia, Darius hanyalah warga negara Persia biasa. Atas dasar pertimbangan itu, Xerxes lah yang lebih berhak atas takhta kerajaan Persia .
“Karena di Sparta,” ujar Demaratus, “ hukum memutuskan apabila seorang raja memiliki anak sebelum ia memerintah dan setelah menjadi raja ia memiliki anak lagi, maka anak yang lahir belakangan itulah yang berhak mewarisi takhta kerajaan”
Xerxes sependapat dan ia membujuk Darius yang lalu akhirnya memutuskan Xerxes untuk menjadi penerusnya. Tetapi seperti kata Herodotus dalam The Histories, ada atau tidak nasihat dari Demaratus, takhta pasti akan jatuh juga ke tangan Xerxes, karena Atossa sangat berkuasa dan memiliki pengaruh luas.
Saat berita kekalahan pasukan Persia di Marathon sampai ke telinga Darius, ia memutuskan untuk menyerang Yunani dengan kekuatan penuh. Tetapi pemberontakan di Mesir membuatnya menunda penyerangan dan ia keburu wafat sebelum menjalankan rencananya sekitar paruh kedua bulan November 486 SM.
Raja Persia yang baru naik takhta, Xerxes, berhasil menumpas pemberontakan di Mesir dan pada awalnya tidak ingin melakukan penyerbuan ke Yunani. Tetapi, Mardonius, jendral Persia yang gagal dalam perang sebelumnya, terus mendesaknya untuk membalas orang-orang Athena sekaligus melakukan penyerangan besar-besaran ke Eropa.
Paman Xerxes, Artabanus, puta Hystaspes, keberatan dengan rencana itu karena resikonya terlalu tinggi. Pada awalnya Xerxes menganggap pamannya itu pengecut, tapi kemudian ia berbalik pandangan dan setuju dengan pamannya.
Sampai kemudian Xerxes bermimpi bertemu seorang pria misterius yang memberi tahunya bila ia tidak ikut pergi berperang, dewa-dewa akan menghukumnya. Saat Artabanus mengalami mimpi buruk yang sama, mereka mengerti bahwa perang melawan Yunani adalah kehendak para dewa.
Dalam mimpinya yang terakhir, Xerxes melihat ia dimahkotai daun zaitun yang cabang-cabangnya menjulur dan menyebar menutupi seluruh Bumi dan tiba-tiba rangkaian daun itu menghilang begitu saja. Ahli nujum menafsirkan kerajaan Persia akan meliputi seluruh dunia dan seluruh umat manusia akan tunduk pada Xerxes. Begitu mendengar tafsir mimpi itu, Xerxes bertambah yakin dan mengumpulkan semua pemimpin Persia dari seluruh negeri.
Dihitung dari pemulihan kemanan di Mesir setelah pemberontakan, butuh waktu empat tahun bagi Xerxes untuk mengumpulkan pasukan besarnya lengkap dengan prajurit yang telah siap tempur. Dan di tahun kelima, telah berkumpul pasukan gabungan Persia yang jumlahnya luar biasa banyaknya. Tidak ada satupun pasukan sanggup menandingi kekuatan dan jumlahnya, tidak pasukan Darius saat menyerang Skythia, dan tidak juga pasukan Yunani saat menyerbu kota Troya.
Tapi sebelum itu, agar kegagalan armada Mardonius yang dihancurkan badai (492 SM) tidak terulang, Xerxes memerintahkan sebuah kanal dibangun membelah peninsula Athos sepanjang 12 furlong (2,4 km) yang pengerjaannya membutuhkan waktu tiga tahun (483-480 SM). Pasukan Persia dari berbagai negara ikut diperbantukan membangun kanal ini di bawah pengawasan Bubares, putra Megabazus dan Artachaees, putra Artaeus. Bahkan penduduk asli di sekitar Athos pun dipaksa ikut menggali kanal itu. Inilah pekerjaan pembangunan terbesar di zaman itu dan dengan karya fenomenal itu Xerxes dengan bangga menunjukkan kekuatannya.
Dan agar pasukan daratnya dapat menyeberangi selat Hellespontus, Xerxes membangun jembatan panjang melintasi selat itu yang terbuat dari kayu-kayu dan tali temali dari bahan rami serta papyrus. Pekerjaan ini ia percayakan pada kemampuan orang-orang Phoenikia dan Mesir. Jembatan itu sendiri panjangnya 7 furlong (1,4 km), menyambungkan benua Asia dengan Eropa.
Selama pekerjaan ini berlangsung, pasukan darat Persia yang dipimpin Xerxes mulai menempuh perjalanan panjangnya menuju Sardis dimulai dari kota Kritalla di Kappadokia. Saat Xerxes melintasi kota Kallabetus di Lydia, ia melihat pohon buah yang sangat indah. Pohon itu adalah pohon delima (pommegranate) yang buahnya dijadikan simbol hiasan di lembing pasukan Persia.
Saat itu jembatan yang melintasi Hellespontus hampir sudah selesai. Tetapi datang badai yang memporak-porandakan jembatan itu. Xerxes yang sangat murka memerintahkan dewa Hellespontus dihukum cambuk 300 kali dan sepasang belenggu diceburkan ke dalam selat itu. Dan semua mandor yang bertanggung jawab atas pekerjaan itu dipenggal kepalanya.
Pekerjaan itu akhirnya diselesaikan pekerja ahli yang lain dengan menggabungkan perahu jenis trireme dan penteconter*) : 360 buah perahu menopang jembatan di sisi Laut Euxine dan 314 buah lainnya menyokong jembatan di sisi lainnya. Setelah menggabungkan kesemua perahu, ia menambatkan jangkar dengan ukuran besar agar tidak goyah bila diterjang angin yang datang dari Laut Euxine maupun Laut Aegea. Saat semuanya siap mereka menguatkan tali-tali jembatan dengan menariknya dari pantai. Mereka menggabungkan enam tali di masing-masing sisi: dua terbuat dari rami putih dan empat dari bahan papyrus.
Saat semuanya telah siap, pasukan Xerxes yang melewatkan musim dingin di Sardis (Oktober 481 SM), bergerak menuju Abydos, dengan persenjataan lengkap, di awal musim semi. Di saat mereka berangkat, matahari tiba-tiba menghilang dari langit dan siang menjadi gelap gulita. Xerxes yang melihat pertanda itu bertanya kepada ahli nujum dan mereka menjawab: "Dewa agung telah menunjukkan kepada orang-orang Yunani kehancuran kota-kota mereka, karena matahari adalah pertanda baik bagi mereka sementara bulan adalah azimat kita."
Dan saat yang bersejarah telah tiba. Di bulan Juni, 480 tahun SM, pasukan Persia telah sampai di Abydos dan bersiap menyeberangi jembatan Hellepontus. Saat fajar merekah, Xerxes yang menggenggam cawan emas, menuangkan persembahan pada para dewa ke laut, dan sambil wajahnya menghadap matahari ia berdoa, “Semoga tidak ada kemalangan yang menimpa pasukan Persia yang menghalangiku untuk menaklukkan bumi Eropa, sampai aku melangkah ke batas-batas terjauh benua ini.” Setelah ia berucap, ia menceburkan cawan emas, berikut mangkuk emas dan sebilah pedang Persia ke dalam Hellespontus.
Di hari pertama, yang melintasi jembatan adalah prajurit darat, bersama Sepuluh Ribu Pasukan Persia, The Immortal dan kemudian prajurit gabungan dari berbagai suku di Asia. Di hari berikutnya melintas, kusir kereta, prajurit yang membawa lembing, kereta dan kuda-kuda keramat Persia. Lalu Xerxes diiringi pasukan kuda bertombak dan sisa pasukan.Di saat bersamaan, kapal-kapal berlayar ke pantai seberang. Penyeberangan itu sendiri memakan waktu tujuh hari tujuh malam tanpa henti.
Gambar 1: Relief Xerxes pada bangunan istana di Susa. (http://www.livius.org/x/xerxes/xerxes.html)
Gambar 2: Rekonstruksi perahu trireme (kiri) dan replika perahu penteconter (kanan).
*Trireme adalah perahu dengan tiga baris dayung di masing-masing sisinya dengan total 170 orang pendayung sementara penteconter adalah perahu layar dengan 50 orang pendayung. (http://www.bertsgeschiedenissite.nl/ijzertijd/eeuw5bc/penteconter.jpg dan http://johnlarroquetteproject.com/wordpress/wp-content/uploads/2008/06/trireme.jpg
Gambar 3: Gerakan pasukan Persia darat dan laut setelah melintasi Hellespontus, gambar insert adalah kanal yang Xerxes bangun di sepanjang semenanjung Athos. (http://www.cais-soas.com/News/2001/November2001/13-11.htm#2001 ARCHAEOLOGICAL NEWS Copyright © CAIS)
Artikel Lainnya:
No Response to "Catatan Perang Yunani-Persia 2500 Tahun Yang Lalu Bagian IV"
Posting Komentar