Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
 
Mayor Tahsin Saad, direktur dari departemen teknik bahan peledak  polisi Gaza, mengatakan bahwa Israel telah menggunakan lebih dari 3.000  ton bom dan proyektil yang mengandung zat kimia yang secara  internasional dilarang selama perang di Jalur Gaza.
Dalam pernyataan pers yang diposting pada situs kementerian dalam  negeri Palestina, Saad menunjukkan bahwa Israel menguji dan menggunakan  bom dalam perang Gaza yang sebagian besar amunisi tersebut tersimpan di  gudang militer mereka, mengingat adanya laporan berita yang menyebutkan  baru-baru ini tentang jembatan udara yang didirikan oleh AS dan  sekutunya Israel untuk memasok kebutuhan militer Israel.
Mayor polisi tersebut mengatakan bahwa pasukan pendudukan Israel  selama perang menggunakan bom, rudal dan mortir yang berbeda ukuran dan  beratnya, terutama bom MK yang dijatuhkan di Gaza dalam serangan udara  pertama.
Dia juga berbicara tentang rudal yang berbeda dan mortir yang  digunakan oleh helikopter Apache, pesawat dan tank untuk menargetkan  warga dan kendaraan sipil, terutama misil anti-tank yang dinamakan  sebagai Hellfire dan Nimrod.
Pejabat Polisi itu menggarisbawahi bahwa dampak senjata ini tidak  terbatas pada hanya membunuh orang, tetapi juga mengandung zat kimia  seperti fosfor, tungsten dan uranium yang menyebabkan kanker dan cacat  tubuh.
Pejabat kepolisian ini juga memuji peran penting polisi yang  melakukan penyisiran dan membersihkan daerah yang banyak dibom oleh  Israel, dan berhasil mengumpulkan beberapa proyektil yang tidak meledak  dan sisa-sisa proyektil dan menyimpannya di tempat yang aman untuk  akhirnya dilakukan pembuangan.(fq/pic)
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang
 
Pemimpin senior Hamas pada hari Kamis kemarin (6/1) menyebut bahwa  Israel telah melakukan aksi holocaust yang tak terhitung terhadap warga  Palestina sementara mengatakan genosida Nazi terhadap Yahudi adalah  sebuah kebohongan.
Mahmud Zahar membuat pernyatan itu pada peringatan mengenang 43 warga  Palestina yang tewas di sebuah sekolah PBB di kamp pengungsian Jabaliya  selama perang 22 hari Israel terhadap Gaza yang dimulai pada bulan  Desember 2008.
"Mereka membuat kebohongan bahwa mereka (yahudi) merupakan korban  dari sebuah holocaust - namun kebohongan ini telah hancur dengan adanya  holocaust yang mereka bikin sendiri terhadap rakyat Gaza, seperti  holocaust Beit Harun, holocaust Al-Fakhura dan banyak holocaust lainnya  yang tak terhitung jumlahnya...dan semua itu dilakukan oleh zionis  Israel," tegas Zahar.
Zahar menyatakan hal tersebut pada ulang tahun kedua serangan udara  Israel di Al Fakhura-sekolah Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jalur Gaza  utara.
Insiden ini adalah salah satu serangan paling mematikan dalam  Operasi Cast Lead Israel, yang menyebabkan 1.400 orang Palestina tewas,  dan melukai ribuan warga sipil lainnya.
Sebelum para audiens yang mencakup anggota kepemimpinan Hamas di  Gaza, Zahar memberikan penghormatan kepada mereka yang meninggal di  sekolah itu, di tempat mereka berlindung dari pertempuran berat yang  dilakukan Israel.
 "Darah yang tertumpah di Al-Fakhura dan di setiap inci di Palestina tidak akan sia-sia," katanya.(fq/ynet)
Sumber: http://www.eramuslim.com/ 
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
 
Pejabat keamanan Palestina mengatakan pasukan Israel menembak dan  menewaskan seorang pria berusia 65 tahun selama razia penangkapan yang  menargetkan pejuang Hamas di Tepi Barat.
Pejabat keamanan dan penyelamatan di kota Hebron mengatakan tentara  Israel menembak dan menewaskan pria berusia 65 tahun bernama Umar  Kawasmeh Jumat pagi ini (7/1) saat mencoba menangkap seorang pejuang  Hamas yang tinggal di gedung yang sama.
Militer Israel belum berkomentar segera atas insiden ini.
Media Hamas di Jalur Gaza melaporkan bahwa Israel melakukan aksi  penembakan itu setelah satu dari enam anggota Hamas dibebaskan dari  penjara Kamis kemarin oleh Otoritas Palestina.
 Otorita Palestina memiliki kewenangan yang terbatas di Tepi Barat  karena di bawah kontrol keamanan secara menyeluruh oleh Israel, dan  pasukan Israel secara teratur melakukan serangan penangkapan di  kota-kota Tepi Barat terhadap para pejuang Palestina. (fq/ap)
Sumber: http://www.eramuslim.com/ 
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang
Para pilot pesawat tempur Israel yang membom rumah seorang pemimpin  militer Hamas pada tahun 2002 tidak tahu atau tidak mau tahu identitas  target mereka sebelum penyerangan, menurut T, salah satu awak yang  terlibat langsung dalam penyerbuan, yang berbicara baru-baru ini dengan  para mahasiswa di yeshiva Tel Aviv. 
Pemboman tanggak 22 Juli 2022 terhadap rumah petinggi Hamas, Shalah  Syuhadah, yang telah memimpin sayap militer Hamas, di lingkungan Daraj  padat penduduk Kota Gaza, telah menewaskan total 15 orang, termasuk  Syuhadah dan asistennya. Para korban lainnya termasuk delapan anak-anak  (berusia antara kurang dari satu tahun sampai 14 tahun) dan tiga  perempuan.
Haaretz memperoleh rekaman diskusi yang diselenggarakan dengan T di  Pusat BINA di Tel Aviv, dan untuk pertama kalinya melaporkan kesaksian  dari salah satu pelaku langsung pembunuhan itu.
Pada tanggal 19 Desember 2010, T. berpartisipasi dalam diskusi  berjudul "Keterbatasan Ketaatan," bagian dari seri yang disebut "Militer  dalam Negara Demokrasi," yang diselenggarakan bersama oleh yeshiva dan  sekolah staf dan komando IDF.
Setelah menyiapkan dan pelatihan selama beberapa hari, T. berkata,  "Mereka resmi lepas landas ... Kami lepas landas dari pangkalan udara  Hatzor... Dibutuhkan dua menit dari Hatzor menuju ke Gaza ... waktu  penerbangan. Dua menit setelah lepas landas kami diberitahu 'pergi dan  menunggu di atas laut. "
"Itu berarti di barat, tempat yang bagus, dalam kegelapan, sehingga  tidak ada suara," lanjut T.."Jika target dapat mencium bau pesawat, bisa  mendengar pesawat datang, maka mereka akan melarikan diri ... Jadi kita  tunggu di atas laut selama 50 menit. Kemudian mereka memberitahu kami:  'persetujuan untuk menyerang. Saya katakan 'fantastis. "
"Anda harus melihat filmnya ... seperti apa aksi kami. Kami bergerak  ke timur, terus ke barat, menembak dan rumah runtuh ... Kami tidak  melihat apa-apa di sekitar tempat kami serang... pada ketinggian Anda  tidak dapat melihat banyak. Saya menyerang dengan menggunakan  penglihatan pada malam hari, dan menunggu komandan dari pangkalan.
"[Dia] memberitahu saya bahwa itu Shalah Syuhadah, dan saya katakan  'baik'," kata T. "Saya tidak tahu siapa atau apa yang ia bicarakan. Kami  melakukan penyerangan dengan baik.
"Hari berikutnya, mereka memberitahu kami bahwa serangan kami  menewaskan Shalah Syuhadah, istrinya, putrinya, anaknya dan lain-lain  ... Komandan pilot memanggil kami semua untuk berbicara tentang etika,  yang untuk pertama kalinya aku dengar."
Dalam diskusi di Tel Aviv, T. bertanya kepada para siswa remaja, yang  juga mempersiapkan untuk layanan militer mereka, "Seandainya saya tahu  bahwa ada 14 orang lain yang bersamanya ... apa yang harus saya lakukan?  "(fq/hrzt)
Sumber: http://www.eramuslim.com/ 
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang
Badan-badan intelijen AS telah meningkatkan operasi intelijen mereka  terhadap Turki dan Brasil setelah kedua negara tersebut menerapkan  kebijakan independen terhadap masalah nuklir Iran dengan Barat. 
Menurut sebuah laporan oleh wartawan investigatif terkemuka yang  berbasis di AS Wayne Madsen, pada Mei 2010 lalu, badan-badan intelijen  AS telah menetapkan dalam gerakan operasi intelijen baru mereka terhadap  Turki dan Brasil setelah kedua negara itu menentang kebijakan  Washington mengenai program nuklir Iran, seorang koresponden PressTV  melaporkan.
Madsen menunjuk ke asumsi luas oleh Washington bahwa Brasil dan Turki  telah secara sembunyi-sembunyi mengadakan pembicaraan dengan Cina dan  Rusia dalam upaya untuk membentuk sebuah aliansi untuk memveto Dewan  Keamanan PBB terbaru terhadap resolusi sanksi terhadap Iran.
Meskipun AS merekayasa resolusi sanksi anti-Iran melalui Dewan  Keamanan PBB (DK PBB), Brasil dan Turki mengambil langkah-langkah untuk  memberikan suara menentangnya, dengan Libanon abstain dari suara.
Iran, Brasil dan Turki mengeluarkan deklarasi bersama pertukaran  nuklir pada 17 Mei tahun lalu, dengan Teheran setuju untuk bertukar  1.200 kilogram uranium yang diperkaya dengan bahan bakar yang lebih  tinggi di wilayahTurki untuk reaktor penelitian Teheran.(fq/prtv)
Sumber: http://www.eramuslim.com/ 
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang
 
Kabel diplomatik yang bocor yang dirilis WikiLeaks Kamis kemarin  (6/1) menyebutkan bahwa persimpangan Israel untuk barang yang masuk ke  Jalur Gaza penuh dengan korupsi. Kabel diplomatik bertanggal 14 Juni 2006, diterbitkan Kamis kemarin oleh harian Aftenposten  Norwegia, mengatakan perusahaan-perusahaan mengatakan kepada diplomat  AS mereka dipaksa untuk membayar suap dalam jumlah besar agar bisa  memasukkan barang-barang ke Gaza. Tidak jelas apakah praktek tersebut  masih terus berlanjut. Israel sendiri belum berkomentar atas masalah  ini.
Dokumen ini mengutip seorang distributor Coca-Cola lokal yang  mengatakan ia diminta untuk membayar lebih dari 3.000 dolar untuk  melewatkan satu truk barang melalui persimpangan Karni. "Korupsi meluas ke manajemen Karni dan melibatkan perusahaan logistik  Israel yang bekerja sebagai perantara bagi para pejabat militer dan  sipil di terminal," kata dokumen itu.
Perusahaan lain, termasuk Procter & Gamble, Caterpillar, Philip  Morris, Westinghouse, Hewlett-Packard, Motorola, Aramex dan Dell, juga  mengeluh atas korupsi di persimpangan Karni, menurut kabel diplomatik.
Tidak jelas perusahaan mana yang benar-benar membayar suap, meskipun  dokumen itu menyebut eksekutif perusahaan Caterpillar menolak untuk  membayar.
Dugaan korupsi terjadi setahun sebelum Hamas menyerbu Gaza dan Israel  memberlakukan blokade ekonomi. Pada waktu itu, kekerasan  Israel-Palestina sering menyebabkan penutupan penyeberangan perbatasan.
Dilaporkan juga bahwa diplomat AS mengatakan bahwa biaya suap akan meningkat setelah penutupan diperpanjang di perbatasan.
 Dokumen ini diidentifikasi sebagai kabel bersama oleh Duta Besar AS  untuk Israel di Tel Aviv dan Konsul Jenderal Amerika di Yerusalem, yang  bekerja sama dengan Palestina. (fq/hrtz)
Sumber: http://www.eramuslim.com/ 
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Perang di Eropa
Pasukan Inggris yang kalah dalam pertempuran sebelumnya sudah kehilangan  seluruh Knight dan Swordman, hanya tersisa 7000 prajurit dimana  6000 diantaranya adalah Longbowman, 1200 Longbowman ini adalah pemanah  elit kerajaan yang disebut King’s Yeoman. 1000 lagi terdiri dari Knight Survivor, Swordie, Maceman, dan lain-lain. Pasukan Perancis berjumlah 22.000 prajurit ditambah pasukan bantuan dari  sekutu Perancis di daerah sekitar mencapai 10.000 prajurit. Pasukan Perancis memiliki 5.000 Crossbowman, 10.000 Grandeur, 7.000 Men-at-Arms.
Komandan pasukan Inggris adalah Raja Henry V, mereka bertujuan untuk segera pergi ke Calais sebagai benteng pertahanan terakhir dan kemudian segera melintasi selat untuk kembali ke inggris. Kesalahan strategi Perancis adalah mereka terlalu percaya diri dan memotong jalur pelarian tentara Inggris dari arah Calais dan mengepung tentara Inggris di Agincourt. Masalahnya adalah Agincourt ini ada di daerah berbukit, sedangkan pasukan Perancis berada di tanah lapang yang luas, sehingga Inggris mendapatkan keuntungan posisi medan tempur.
Rencana pasukan Perancis adalah mengepung kaki bukit dan menunggu tentara Inggris menyerah karena kelaparan. Tetapi ternyata King Henry V berpikiran lain, dia tahu bahwa tidak ada jalan lain selain bertempur. Jadi di pagi hari begitu matahari terbit, Pasukan Inggris mengatur formasi. Malam sebelumnya hujan sangat lebat dan membuat tanah disana menjadi sangat lunak.
750 Infantri membentuk barisan ditengah berbentuk persegi dan memegang perisai seadanya serta tombak panjang yang juga banyak terbuat dari hanay pohon yang baru ditebang dan ditajamkan, gunanya untuk menahan laju pasukan Grandeur. 2500 Longbowman ditempatkan di sisi-sisinya memanjang searah garis pertahanan dan 1200 pemanah elit ditempatkan di belakangnya
Pasukan Perancis membentuk 3 Battale, masing-masing 6000 pasukan. Karena merasa menang jumlah, peralatan, semangat dan sebagainya, mereka akan segera melakukan perang frontal. Pasukan Inggris yang umumnya pemanah hanya menggunakan pelindung yang terbuat dari kulit binatang, tetapi Grandeur dan Men-at-Arms Perancis menggunakan baju besi yang berat.
Setelah 3 jam mempersiapkan segala sesuatu, pasukan Perancis bergerak terlebih dahulu. Para Crossbowman melakukan serangan panah kepihak Inggris, tetapi walaupun Crossbowman lebih kuat, jangkauan mereka sangat pendek dan ini menyebabkan mereka menjadi sasaran empuk pasukan Longbowman Inggris. Waktu pengisian ulang mereka memang lebih cepat dan juga dari segi pelatihan lebih mudah untuk dilatih tetapi dalam perang ini terbukti yang cepat dapatnya akan cepat berakhir pula.
Setelah melihat bahwa pasukan Crossbowman tidak efektif untuk mendekati pertahanan Inggris maka Komandan Perancis Charles D’alber memerintahkan Battale pertama yang berisikan 2000 Grandeur dengan kuda-kuda yang besar, baju besi , dan tombak panjang berusaha menaiki bukit. Pasukan Inggris menghujani mereka dengan anak panah, kebanyakan anak panah diarahkan pada kuda dan bukan si penunggangnya karena si penunggang menggunakan baju besi. Pasukan Yeoman yang memiliki jangkauan tembak terjauh, melakukan tembakan untuk memukul mundur pasukan Infantri yang bergerak dibelakang pasukan Grandeur.
Karena medan perang yang lunak setelah hujan semalaman dan juga injakan kaki kuda Grandeur yang berat maka tanah disana menjadi lumpur dan sulit untuk didaki. Akhirnya banyak Ksatria Perancis yang tidak dapat bertarung dengan efektif. Sebagian Men-at-Arms yang membuang baju besi mereka malah menjadi sasaran empuk bagi pemanah Inggris.Kuda-kuda yang panik juga akhirnya malah menginjak-injak pasukan Perancis sendiri dan formasi pun menjadi kacau. Diperkirakan dalam penyerangan ini, 1000 Grandeur dan 2000 Men-at-Arms tewas.
Setelah kegagalan ini, Komandan Perancis langsung turun dari kudanya dan memimpin sendiri Battale ke 2 dan maju mendekati pasukan Inggris. Karena kondisi tanah yang berlumpur dan tergenang air maka laju mereka sangat lambat. Beruntung karena pasukan Inggris kekurangan anak panah maka mereka sedang sibuk mengambil panah-panah yang menancap disekitarnya sehingga tidak bisa melakukan tembakan.
Setelah itu pasukan Inggris kembali melakukan tembakan, tetapi karena jumlah panah yang terbatas maka korban di pasukan Perancis pun tidak sebanyak pada gelombang yang pertama. Pada saat ini 3000 prajurit Perancis telah huru-hara dengan 750 Vanguard Inggris. Karena kalah jumlah pasukan Inggris pun terdorong mundur. Raja Henry memerintahkan pasukan pemanahnya untuk menghentikan tembakan dan penembak jitu melakukan, satu tembakan satu terbunuh, taktik ini dilakukan untuk menghemat panah yang sudah sangat terbatas. Beberapa pemanah yang sudah tidak memiliki anak panah, mengambil apa saja seperti kapak, pisau belati, dan lembing untuk ikut menahan pasukan perancis.
Seperti yang sudah diceritakan bahwa pasukan Perancis mempunyai peralatan yang lebih banyak dan ini menyebabkan pasukan Inggris sangat kewalahan. Kemudian adik dari Raja Henry V, Duke Humprey terluka karena terkena tebasan pedang diperutnya, Raja Henry yang melihat hal ini segera turun dari kudanya dan bersama sisa ksatria yang berjumlah kurang dari 1 lusin segera menerobos pasukan Perancis untuk menyelamatkan adiknya itu.
Dikisahkan raja Henry seorang diri bertarung melawan para prajurit Perancis serangan demi serangan sampai adiknya dapat diamankan. Karena melihat raja Henry bertarung seorang diri, Komandan Perancis segera berusaha datang ke arahnya dan menyebabkan dia lepas dari kerumunan pasukan Perancis yang sedang huru-hara dengan pasukan Inggris. Hal ini membuat para penembak jitu Inggris mudah mengenalinya dan akhirnya salah satu anak panah penembak jitu Inggris yang dikenal dengan nama bodkin arrowhead, berhasil menembus dada komandan Perancis ini dan tepat mengenai jantungnya.
Ketika komandan Perancis ini tewas, seluruh pasukannya menjadi kacau balau dan pasukan Inggris meningkat moralnya. Pasukan Perancis sekarang lari tunggang langgang menuju kaki bukit dan saling menginjak-injak satu dengan lainnya, pasukan inggris menggunakan senjata apa saja, menyerang mereka dari atas bukit, melempar pisau, kapak, bahkan batu.
Battale ke 3 dibawah bukit mundur ke sisi bukit yang merupakan daerah hutan untuk berlindung, raja Henry tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk segera membawa pasukannya menuju Fort De Calais. Mereka semua terburu-buru dan perintah raja Inggris adalah tidak mengambil tawanan orang biasa dan meninggalkan mereka yang terluka terlalu parah untuk mempercepat pelarian mereka. Bahkan bagasi raja pun tidak dibawa serta karena akan memperlambat perjalanan.
3 Jam setelah pertempuran, Baron of Agincourt yang membawa 1000 prajurit petani baru tiba di medan pertempuran dari arah belakang Agincourt, rencananya dia akan membantu pasukan Perancis tetapi dia terlambat dan ketika sampai dia hanya mendapatkan bagasi raja.
Akhirnya Raja Henry V berhasil sampai di Fort De Calais dan segera melarikan diri ke London. Pasukan Perancis pun tidak mengejar dan hari itu pertempuran dimenangkan oleh Inggris walaupun perang itu sendiri sebenarnya dimenangkan pihak Perancis. 6000 prajurit Inggris hanya kehilangan sekitar 500-1000 prajurit saja, dan dari 22.000 prajurit Perancis mereka menderita 5000-7000 prajurit yang gugur.
Komandan pasukan Inggris adalah Raja Henry V, mereka bertujuan untuk segera pergi ke Calais sebagai benteng pertahanan terakhir dan kemudian segera melintasi selat untuk kembali ke inggris. Kesalahan strategi Perancis adalah mereka terlalu percaya diri dan memotong jalur pelarian tentara Inggris dari arah Calais dan mengepung tentara Inggris di Agincourt. Masalahnya adalah Agincourt ini ada di daerah berbukit, sedangkan pasukan Perancis berada di tanah lapang yang luas, sehingga Inggris mendapatkan keuntungan posisi medan tempur.
Rencana pasukan Perancis adalah mengepung kaki bukit dan menunggu tentara Inggris menyerah karena kelaparan. Tetapi ternyata King Henry V berpikiran lain, dia tahu bahwa tidak ada jalan lain selain bertempur. Jadi di pagi hari begitu matahari terbit, Pasukan Inggris mengatur formasi. Malam sebelumnya hujan sangat lebat dan membuat tanah disana menjadi sangat lunak.
750 Infantri membentuk barisan ditengah berbentuk persegi dan memegang perisai seadanya serta tombak panjang yang juga banyak terbuat dari hanay pohon yang baru ditebang dan ditajamkan, gunanya untuk menahan laju pasukan Grandeur. 2500 Longbowman ditempatkan di sisi-sisinya memanjang searah garis pertahanan dan 1200 pemanah elit ditempatkan di belakangnya
Pasukan Perancis membentuk 3 Battale, masing-masing 6000 pasukan. Karena merasa menang jumlah, peralatan, semangat dan sebagainya, mereka akan segera melakukan perang frontal. Pasukan Inggris yang umumnya pemanah hanya menggunakan pelindung yang terbuat dari kulit binatang, tetapi Grandeur dan Men-at-Arms Perancis menggunakan baju besi yang berat.
Setelah 3 jam mempersiapkan segala sesuatu, pasukan Perancis bergerak terlebih dahulu. Para Crossbowman melakukan serangan panah kepihak Inggris, tetapi walaupun Crossbowman lebih kuat, jangkauan mereka sangat pendek dan ini menyebabkan mereka menjadi sasaran empuk pasukan Longbowman Inggris. Waktu pengisian ulang mereka memang lebih cepat dan juga dari segi pelatihan lebih mudah untuk dilatih tetapi dalam perang ini terbukti yang cepat dapatnya akan cepat berakhir pula.
Setelah melihat bahwa pasukan Crossbowman tidak efektif untuk mendekati pertahanan Inggris maka Komandan Perancis Charles D’alber memerintahkan Battale pertama yang berisikan 2000 Grandeur dengan kuda-kuda yang besar, baju besi , dan tombak panjang berusaha menaiki bukit. Pasukan Inggris menghujani mereka dengan anak panah, kebanyakan anak panah diarahkan pada kuda dan bukan si penunggangnya karena si penunggang menggunakan baju besi. Pasukan Yeoman yang memiliki jangkauan tembak terjauh, melakukan tembakan untuk memukul mundur pasukan Infantri yang bergerak dibelakang pasukan Grandeur.
Karena medan perang yang lunak setelah hujan semalaman dan juga injakan kaki kuda Grandeur yang berat maka tanah disana menjadi lumpur dan sulit untuk didaki. Akhirnya banyak Ksatria Perancis yang tidak dapat bertarung dengan efektif. Sebagian Men-at-Arms yang membuang baju besi mereka malah menjadi sasaran empuk bagi pemanah Inggris.Kuda-kuda yang panik juga akhirnya malah menginjak-injak pasukan Perancis sendiri dan formasi pun menjadi kacau. Diperkirakan dalam penyerangan ini, 1000 Grandeur dan 2000 Men-at-Arms tewas.
Setelah kegagalan ini, Komandan Perancis langsung turun dari kudanya dan memimpin sendiri Battale ke 2 dan maju mendekati pasukan Inggris. Karena kondisi tanah yang berlumpur dan tergenang air maka laju mereka sangat lambat. Beruntung karena pasukan Inggris kekurangan anak panah maka mereka sedang sibuk mengambil panah-panah yang menancap disekitarnya sehingga tidak bisa melakukan tembakan.
Setelah itu pasukan Inggris kembali melakukan tembakan, tetapi karena jumlah panah yang terbatas maka korban di pasukan Perancis pun tidak sebanyak pada gelombang yang pertama. Pada saat ini 3000 prajurit Perancis telah huru-hara dengan 750 Vanguard Inggris. Karena kalah jumlah pasukan Inggris pun terdorong mundur. Raja Henry memerintahkan pasukan pemanahnya untuk menghentikan tembakan dan penembak jitu melakukan, satu tembakan satu terbunuh, taktik ini dilakukan untuk menghemat panah yang sudah sangat terbatas. Beberapa pemanah yang sudah tidak memiliki anak panah, mengambil apa saja seperti kapak, pisau belati, dan lembing untuk ikut menahan pasukan perancis.
Seperti yang sudah diceritakan bahwa pasukan Perancis mempunyai peralatan yang lebih banyak dan ini menyebabkan pasukan Inggris sangat kewalahan. Kemudian adik dari Raja Henry V, Duke Humprey terluka karena terkena tebasan pedang diperutnya, Raja Henry yang melihat hal ini segera turun dari kudanya dan bersama sisa ksatria yang berjumlah kurang dari 1 lusin segera menerobos pasukan Perancis untuk menyelamatkan adiknya itu.
Dikisahkan raja Henry seorang diri bertarung melawan para prajurit Perancis serangan demi serangan sampai adiknya dapat diamankan. Karena melihat raja Henry bertarung seorang diri, Komandan Perancis segera berusaha datang ke arahnya dan menyebabkan dia lepas dari kerumunan pasukan Perancis yang sedang huru-hara dengan pasukan Inggris. Hal ini membuat para penembak jitu Inggris mudah mengenalinya dan akhirnya salah satu anak panah penembak jitu Inggris yang dikenal dengan nama bodkin arrowhead, berhasil menembus dada komandan Perancis ini dan tepat mengenai jantungnya.
Ketika komandan Perancis ini tewas, seluruh pasukannya menjadi kacau balau dan pasukan Inggris meningkat moralnya. Pasukan Perancis sekarang lari tunggang langgang menuju kaki bukit dan saling menginjak-injak satu dengan lainnya, pasukan inggris menggunakan senjata apa saja, menyerang mereka dari atas bukit, melempar pisau, kapak, bahkan batu.
Battale ke 3 dibawah bukit mundur ke sisi bukit yang merupakan daerah hutan untuk berlindung, raja Henry tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk segera membawa pasukannya menuju Fort De Calais. Mereka semua terburu-buru dan perintah raja Inggris adalah tidak mengambil tawanan orang biasa dan meninggalkan mereka yang terluka terlalu parah untuk mempercepat pelarian mereka. Bahkan bagasi raja pun tidak dibawa serta karena akan memperlambat perjalanan.
3 Jam setelah pertempuran, Baron of Agincourt yang membawa 1000 prajurit petani baru tiba di medan pertempuran dari arah belakang Agincourt, rencananya dia akan membantu pasukan Perancis tetapi dia terlambat dan ketika sampai dia hanya mendapatkan bagasi raja.
Akhirnya Raja Henry V berhasil sampai di Fort De Calais dan segera melarikan diri ke London. Pasukan Perancis pun tidak mengejar dan hari itu pertempuran dimenangkan oleh Inggris walaupun perang itu sendiri sebenarnya dimenangkan pihak Perancis. 6000 prajurit Inggris hanya kehilangan sekitar 500-1000 prajurit saja, dan dari 22.000 prajurit Perancis mereka menderita 5000-7000 prajurit yang gugur.
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Perang di Asia
 
Perang Goryeo–Khitan adalah seri dari invasi-invasi di abad ke-10 dan 11 oleh bangsa Khitan dari Dinasti Liao terhadap Dinasti Goryeo di wilayah perbatasan RRT dan Korea saat ini. Perang-perang ini berdampak atas kalahnya pasukan Liao. Semasa zaman Tiga Kerajaan Korea, Goguryeo menempati sebelah utara semenanjung Korea dan sebagian besar Manchuria. Dengan jatuhnya Goguryeo tahun 668, Silla  menyatukan Tiga Kerajaan, sementara bagian utara bekas wilayah Goguryeo  diduduki sekutu Silla, yaitu Dinasti Tang. Seorang mantan Jenderal  Goguryeo menguasai kembali teritori Goguyeo di Manchuria dengan  mendirikan kerajaan Balhae.
Ketika Balhae, suku Uyghur dan Tang melemah, kelompok suku Khitan mulai mengekspansi teritorinya di wilayah Mongolia Dalam dan Tiongkok Utara. Dengan jatuhnya Tang tahun 907, Tiongkok mengalami masa panjang perang sipil. Pada tahun 911, akibat terancam oleh ekspansi Khitan, Balhae meminta  pertolongan Silla di semenanjung Korea. Tercatat pada Zaman Tiga  Kerajaan Akhir, pemimpinnya pernah meminta bantuan dari Dinasti Goryeo. Pada tahun 916, pemimpin suku Khitan, Yelü Abaoji, mendirikan Dinasti Liao di Tiongkok Utara dan menyingkirkan dominasi Uyghur.
Hubungan Goryeo-Khitan 
Dinasti Goryeo menggantikan posisi Silla  pada tahun 918. Pada tahun 926 mereka menyerbu Balhae dan membuat para  pemimpin dan rakyatnya mengungsi ke Dinasti Goryeo di selatan.  Sejarahnya kerajaan-kerajaan Korea memelihara hubungan diplomatik dengan  dinasti-dinasti tradisional Tiongkok, namun menganggap suku-suku utara  sebagai barbarian, terutama setelah kejatuhan Balhae.
Pada tahun 922, Yelü Abaoji mengirimkan kuda dan unta sebagai hadiah kepada Goryeo. Namun, ketika Balhae runtuh Raja Taejo  menerima para pengungsinya dan menerapkan kebijakan ekspansi ke utara.  Pada tahun 942, Liao kembali mengirim hadiah 50 ekor unta pada Goryeo,  namun ditolak Taejo dan bahkan mengasingkan utusan Khitan ke sebuah  pulau dan membiarkan unta-untanya mati kelaparan. Penerus Raja Taejo pun menerapkan kebijakan anti-Khitan. Raja Jeongjong  membentuk gabungan militer 300.000 orang pasukan untuk menghadapi  Khitan. Goryeo membangun benteng-benteng di wilayah barat laut  perbatasan dan meningkatkan pertahanan di wilayah Pyongan dan Hamgyong.
Ekspansi Liao 
Pada tahun 946, Liao menghadapi konflik dengan Dinasti Song  yang menyatukan Tiongkok di tahun 960. Dalam tubuh pemerintahannya,  Liao pun mengalami konflik antar-anggota keluarga kerajaan yang  berakibat pada gagalnya usaha menaklukkan Tiongkok. Pada tahun 962, Goryeo mulai bersekutu dengan Song dan menerapkan  kebijakan ekspansi utara. Sebuah negeri kecil yang terdiri dari warga  pengungsi Balhae di lembah Sungai Yalu bernama Jeongan-guk ikut  bergabung bersama Goryeo dan Song melawan Khitan. Dinasti Liao menjadi lebih stabil dibawah Kaisar Shengzong.  Setelah menaklukkan Jeongan-guk tahun 986 dan menginvasi Jurchen di  Yalu Bawah tahun 991, Khitan memperkuat pertahanan menghadapi Goryeo.
Invasi Pertama 
Pada tahun 993, Khitan melancarkan serangan ke perbatasan barat laut  Goryeo dengan 800 ribu pasukan. Pasukan Khitan menarik diri dan  menyerahkan wilayahnya di timur sungai Yalu ketika Goryeo menyetujui  untuk mengakhiri aliansinya dengan Song. Namun diam-diam Goryeo masih  mengadakan hubungan dengan Song, serta semakin memperkuat posisi dengan  membangun benteng-benteng wilayah teritori barunya.
 Invasi Kedua
Liao kembali melancarkan invasi di tahun 1010 dengan 400 ribu tentara.  Hal ini terjadi saat adanya konflik dalam tubuh pemerintahan. Akibat  invasi ini Raja Hyeonjong terpaksa berlindung ke Naju. Takut akan serangan balik Khitan menarik mundur pasukannya.
Invasi Ketiga 
Ketika Goryeo menyatakan penolakannya untuk mengembalikan teritori di  utara, Liao kembali menginvasi Goryeo di tahun 1018 dengan kekuatan 100  ribu orang tentara. Saat mereka sampai di sungai Kwiju,  tentara Goryeo membuka bendungan dan menenggelamkan sebagian besar dari  tentara Khitan. Setelah kekalahan itu Dinasti Liao dan Goryeo melakukan  kesepakatan berdamai.
Sumber: http://id.wikipedia.org/ 
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Perang di Eropa
Perang Punisia adalah peperangan yang terjadi antara Romawi dengan  Kartago antara tahun 264 hingga 146 SM, dan merupakan perang terbesar di  dunia kuno. Kata Punisia sendiri berasar dari kata Punici, yang  memiliki arti Bangsa Fenisia dalam bahasa Latin.
 
 
  
Perang ini terjadi akibat adanya keinginan bangsa Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli) hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kartago. Pertempuran berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan Republik Romawi pada Perang Punisia I, Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga akhirnya pada Perang Punisia III, Republik Romawi berhasil menghancurkan Kartago dan menghancurkan ibukotanya, menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania bagian barat.
 
Peperangan ini merupakan titik balik yang berarti bahwa peradaban Mediterania kuno akan menjadi dunia modern melalui Eropa, bukan melalui Afrika. Kemenangan Romawi terhadap Kartago dalam peperangan ini memberikan Romawi status unggul hingga pembagian Romawi menjadi Romawi Barat dan Timur oleh Diocletian tahun 286 M.
 
Pada tahun 264 SM, Kartago adalah kota pelabuhan besar yang terletak di pantai Tunisia modern. Didirikan oleh bangsa Fenisia pada pertengahan abad ke-9 SM, Kartago merupakan negara-kota yang kuat. Di Mediterania Barat, hanya Romawi yang dapat menyaingi kekuasaan, kekayaan dan populasi Kartago. Sementara angkatan laut Kartago merupakan yang terbesar di dunia kuno pada saat itu, Kartago tidak memiliki angkatan bersenjata yang besar dan permanen, namun bergantung pada tentara bayaran, menyewanya untuk peperangan. Namun, kebanyakan perwira yang mengkomandokan tentara adalah penduduk Kartago. Kartago terkenal akan kemampuan mereka sebagai pelaut, dan tidak seperti angkatan bersenjata mereka, banyak penduduk Kartago dari kelas bawah bekerja di angkatan laut, yang menyediakan karir dan pendapatan yang cukup.
 
Pada tahun 264 SM, Republik Romawi telah menguasai semenanjung Italia di sebelah selatan sungai Po. Tidak seperti Kartago, Romawi memiliki angkatan bersenjata besar yang sebagian besar terdiri dari penduduk Romawi. Penduduk kelas bawah atau plebeius biasanya menjadi serdadu di legiun Romawi, sementara penduduk kelas atas atau patricius menjadi perwira. Di sisi lain, pada awal Perang Punisia Pertama, Romawi tidak memiliki angkatan laut, dan menjadi kelemahannya hingga mereka mulai membentuk angkatan laut mereka sendiri selama perang.
 
Perang Punisia I
 
Pada Perang Punisia Pertama (264 SM - 241 SM) pertempuran bukan hanya terjadi di daratan (Sisilia dan Afrika), namun juga di laut Mediterania. Beberapa perang laut yang besar juga terjadi. Perang ini berlangsung dengan sengit hingga akhirnya Kekaisaran Romawi menang dan menaklukan Sisilia setelah mengalahkan Kartago dalam Pertempuran Kepulauan Aegates yang mengakhiri perang ini. Akibat kekalahannya, Kartago mengalami guncangan politik maupun militer, sehingga Kekaisaran Romawi akhirnya dengan mudah merebut Sardinia dan Korsika ketika Kartago terjerumus kedalam perang tentara bayaran.
 
Perang Punisia II
 
Pada Perang Punisia Kedua (218 SM - 202 SM), pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal menyeberangi Laut Mediterania, menyusuri Semenanjung Iberia, kemudian Galia lalu ke daerah Alpen untuk menyerang Roma dari utara, dan berhasil memenangkan sejumlah pertempuran penting di daratan Italia, seperti Pertempuran Trebia, Pertempuran Danau Trasimene dan Pertempuran Cannae. Namun ternyata kemenangan ini tidak cukup berarti untuk menjatuhkan Republik Romawi secara keseluruhan. Membalas kekalahannya, Kekaisaran Romawi balik menyerang Hispania, Sisila dan Yunani. Di saat yang sama, pertempuran juga terjadi di Afrika. Di sanalah, Kekaisaran Kartago berhasil dikalahkan dalam sebuah pertempuran di Zama. Hal ini mengakibatkan berkurangnya wilayah kekuasaan Kartago, sehingga hanya menyisakan kota Kartago saja.
 
Perang Punisia III
 
Pada Perang Punisia Ketiga diwarnai dengan penyerangan Kekaisaran Roma langsung ke jantung Kekaisaran Kartago, Kota Kartago, pada tahun 149 SM - 146 SM. Pada selang waktu antara akhir Perang Punisia Kedua dengan awal Punisia Ketiga, Republik Romawi berusaha memperluas wilayah menuju daerah peradaban Helenistik, yaitu dengan Kerajaan Seleukus, Makedonia, serta wilayah Illyria. Republik Romawi menang dan berhasil menghancurkan Kota Kartago, sekaligus menandai runtuhnya Kekaisaran Kartago.
Sumber: htp://id.wikipedia.org/
 
  Lukisan Hannibal dan tentaranya menyebrangi Alpen.
Perang ini terjadi akibat adanya keinginan bangsa Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli) hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kartago. Pertempuran berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan Republik Romawi pada Perang Punisia I, Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga akhirnya pada Perang Punisia III, Republik Romawi berhasil menghancurkan Kartago dan menghancurkan ibukotanya, menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania bagian barat.
Peperangan ini merupakan titik balik yang berarti bahwa peradaban Mediterania kuno akan menjadi dunia modern melalui Eropa, bukan melalui Afrika. Kemenangan Romawi terhadap Kartago dalam peperangan ini memberikan Romawi status unggul hingga pembagian Romawi menjadi Romawi Barat dan Timur oleh Diocletian tahun 286 M.
Pada tahun 264 SM, Kartago adalah kota pelabuhan besar yang terletak di pantai Tunisia modern. Didirikan oleh bangsa Fenisia pada pertengahan abad ke-9 SM, Kartago merupakan negara-kota yang kuat. Di Mediterania Barat, hanya Romawi yang dapat menyaingi kekuasaan, kekayaan dan populasi Kartago. Sementara angkatan laut Kartago merupakan yang terbesar di dunia kuno pada saat itu, Kartago tidak memiliki angkatan bersenjata yang besar dan permanen, namun bergantung pada tentara bayaran, menyewanya untuk peperangan. Namun, kebanyakan perwira yang mengkomandokan tentara adalah penduduk Kartago. Kartago terkenal akan kemampuan mereka sebagai pelaut, dan tidak seperti angkatan bersenjata mereka, banyak penduduk Kartago dari kelas bawah bekerja di angkatan laut, yang menyediakan karir dan pendapatan yang cukup.
Pada tahun 264 SM, Republik Romawi telah menguasai semenanjung Italia di sebelah selatan sungai Po. Tidak seperti Kartago, Romawi memiliki angkatan bersenjata besar yang sebagian besar terdiri dari penduduk Romawi. Penduduk kelas bawah atau plebeius biasanya menjadi serdadu di legiun Romawi, sementara penduduk kelas atas atau patricius menjadi perwira. Di sisi lain, pada awal Perang Punisia Pertama, Romawi tidak memiliki angkatan laut, dan menjadi kelemahannya hingga mereka mulai membentuk angkatan laut mereka sendiri selama perang.
Perang Punisia I
Pada Perang Punisia Pertama (264 SM - 241 SM) pertempuran bukan hanya terjadi di daratan (Sisilia dan Afrika), namun juga di laut Mediterania. Beberapa perang laut yang besar juga terjadi. Perang ini berlangsung dengan sengit hingga akhirnya Kekaisaran Romawi menang dan menaklukan Sisilia setelah mengalahkan Kartago dalam Pertempuran Kepulauan Aegates yang mengakhiri perang ini. Akibat kekalahannya, Kartago mengalami guncangan politik maupun militer, sehingga Kekaisaran Romawi akhirnya dengan mudah merebut Sardinia dan Korsika ketika Kartago terjerumus kedalam perang tentara bayaran.
Perang Punisia II
Pada Perang Punisia Kedua (218 SM - 202 SM), pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal menyeberangi Laut Mediterania, menyusuri Semenanjung Iberia, kemudian Galia lalu ke daerah Alpen untuk menyerang Roma dari utara, dan berhasil memenangkan sejumlah pertempuran penting di daratan Italia, seperti Pertempuran Trebia, Pertempuran Danau Trasimene dan Pertempuran Cannae. Namun ternyata kemenangan ini tidak cukup berarti untuk menjatuhkan Republik Romawi secara keseluruhan. Membalas kekalahannya, Kekaisaran Romawi balik menyerang Hispania, Sisila dan Yunani. Di saat yang sama, pertempuran juga terjadi di Afrika. Di sanalah, Kekaisaran Kartago berhasil dikalahkan dalam sebuah pertempuran di Zama. Hal ini mengakibatkan berkurangnya wilayah kekuasaan Kartago, sehingga hanya menyisakan kota Kartago saja.
Perang Punisia III
Pada Perang Punisia Ketiga diwarnai dengan penyerangan Kekaisaran Roma langsung ke jantung Kekaisaran Kartago, Kota Kartago, pada tahun 149 SM - 146 SM. Pada selang waktu antara akhir Perang Punisia Kedua dengan awal Punisia Ketiga, Republik Romawi berusaha memperluas wilayah menuju daerah peradaban Helenistik, yaitu dengan Kerajaan Seleukus, Makedonia, serta wilayah Illyria. Republik Romawi menang dan berhasil menghancurkan Kota Kartago, sekaligus menandai runtuhnya Kekaisaran Kartago.
Sumber: htp://id.wikipedia.org/
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang



 
Sumber: http://xfile-enigma.blogspot.com/
Di wilayah Austria yang terpencil, ada  sebuah danau yang  bernama Toplitz. Namun bukan keindahannya yang  membuat danau ini menjadi  terkenal, melainkan adanya rumor bahwa harta  karun rampasan Nazi masih  tersimpan di dasarnya. Sepertinya misteri  mengenai harta karun yang  tersembunyi telah menarik perhatian sebagian  manusia selama  berabad-abad. Entahlah itu harta karun bajak laut atau  harta karun  sisa-sisa peradaban kuno. Kali ini saya memutuskan untuk  menulis sedikit  mengenainya, dan saya akan memulainya dari harta karun  yang disebut  Guinness Book World of Record sebagai harta yang berasal  dari perampasan  terbesar di dunia. Yang saya maksud adalah harta karun  Nazi.
Kisahnya dimulai pada suatu pagi di  tahun 1945 di wilayah pegunungan  Alpen yang terpencil. Saat itu Ida  Weisenbacher mendengar suara ketukan  di pintu rumahnya. Perempuan  Austria berumur 21 tahun itu segera membuka  pintu dan menjumpai seorang  petugas Nazi sedang berdiri di depan  rumahnya.
“Siapkan kereta kudamu,” Kata petugas itu. “Kami membutuhkanmu.”
Ida segera menyiapkan kereta kudanya dan  membawanya ke samping  kendaraan militer yang dibawa petugas tersebut.  Lalu petugas lain yang  telah menunggu di mobil segera mengeluarkan  kotak-kotak besar dan  memuatnya ke dalam kereta kuda. Setiap kotak itu  memiliki tanda berupa  kata dan angka yang sama sekali tidak memberikan  petunjuk mengenai  isinya. Ketika kereta kuda itu sudah diisi penuh,  petugas itu  memberitahukan Ida untuk berangkat menuju danau Toplitz.
Saat itu barulah Ida mengerti mengapa  petugas Nazi itu meminta  bantuannya. Jalan menuju danau Toplitz sangat  berliku dan tidak bisa  dilewati oleh kendaraan-kendaraan militer. Hanya  kereta kuda yang bisa  melaluinya.
Sesampai di danau, para petugas segera  mengeluarkan seluruh kotak  misterius tersebut dan membuangnya ke dalam  danau. Ida melihat kotak itu  satu persatu lenyap dari pandangannya.  Hatinya diliputi oleh rasa ingin  tahu yang besar mengenai isi kotak  itu. Namun ia tidak berani  menanyakannya ke petugas tersebut. Setelah selesai membuang seluruh kotak  yang dibawa, petugas nazi itu  memerintahkan Ida untuk kembali dan  memuat kotak-kotak lain yang belum  terbawa. Total dibutuhkan tiga kali  perjalanan bolak-balik sampai mereka  membuang semua kotak yang dibawa.  Dan inilah awal mula rumor adanya harta karun di danau Toplitz.
Selama perang dunia II, pasukan Nazi  Jerman berhasil menginvasi dan  menguasai beberapa negara di Eropa.  Ketika mereka berhasil menguasainya,  mereka segera menjarah bank  sentral negara yang bersangkutan dan  mengambil cadangan emasnya untuk  dibawa pulang ke Jerman.
Bukan itu saja, harta benda pribadi  orang-orang Yahudi yang ditangkap  dan dibuang ke kamp konsentrasi juga  disita dan dilebur menjadi emas  batangan yang dicetak dengan tanda bank  sentral jerman, the Reichsbank.  Kebanyakan dari harta rampasan ini  kemudian digunakan untuk membayar  biaya perang yang dilancarkan oleh  Nazi. Luar biasanya, sebagian besar  dari harta ini masih utuh di tangan  Nazi ketika perang dunia II hampir  berakhir.
Pada Februari 1945, presiden dari  Reichsbank memerintahkan sebagian  besar cadangan emas dipindahkan ke  sebuah desa terpencil bernama Merkers  yang letaknya 200 mil di selatan  Berlin. Disana, emas-emas tersebut  ditaruh di dalam sebuah gua bekas  pertambangan Potasium. Gua tambang itu  juga digunakan untuk menyimpan  harta benda lain seperti benda seni yang  dirampas dari negara jajahan  Jerman saat itu.
Pada bulan April 1945, pasukan Amerika  di bawah pimpinan Jenderal  George Patton berhasil menaklukkan Merkers.  Lalu seorang pekerja sipil  berkewarganegaraan Perancis yang bekerja di  tambang itu menceritakan  kepada militer Amerika bahwa ada harta karun  yang disembunyikan oleh  nazi disana. Pasukan Amerika mulai memeriksa  seluruh isi pertambangan  dan menemukan 8.198 batang emas beserta  sejumlah besar koin emas, perak  batangan, dan uang kertas. Nilai total  harta yang ditemukan saat itu  adalah 520 juta dolar (dengan nilai dolar  tahun 1945).

Selain  menyimpan harta di pertambangan  Merkers, pada tahun 1945, mengetahui  pasukan sekutu hampir menguasai  Berlin, pejabat nazi memutuskan untuk  memindahkan harta Reichsbank yang  tersisa ke Oberbayern di Bavaria  Selatan. Paling tidak sembilan ton  emas dikirim ke sana bersama dengan  karung-karung berisi uang kertas  dan koin. Konon menurut rumor, 730  batang emas diantaranya  disembunyikan di dasar danau Walchansee.

Ketika pasukan sekutu mengalahkan nazi  pada tahun 1945, mereka  ternyata hanya berhasil menyita sebagian kecil  harta karun nazi. Sisa  harta rampasan lainnya, hilang entah kemana. Hilangnya emas-emas ini disebut oleh Guinness Book of World Records sebagai rampasan terbesar di dunia. Setelah nazi dikalahkan, dimulailah misi  pencarian harta karun nazi  oleh beberapa negara dan organisasi. Dan  disinilah isu danau Toplitz  mulai kembali muncul ke permukaan.
Danau Toplitz memiliki panjang sekitar 1  mil dengan kedalam  sekitar 91 meter. Ia terletak di antara bebatuan  granit yang terjal di  Salzkammergut, Austria. Walaupun danau ini  memiliki pemandangan yang  indah, namun lokasinya yang sangat terpencil  membuat danau ini jarang  dikunjungi oleh orang. Dengan karakteristik  seperti ini, kelihatannya  danau ini memang tempat persembunyian yang  ideal bagi harta karun.

Apakah  kotak-kotak misterius yang dilihat Ida Weisenbacher berisi  emas-emas  yang hilang ? banyak orang berpikir begitu. Pada tahun 1959,  sebuah  majalah Jerman “Stern” mengirim penyelam untuk menyelidiki danau   tersebut. Mereka memang menemukan sesuatu, namun bukan batangan emas,   melainkan kotak berisi mata uang Pound Inggris palsu, beberapa dokumen   penting dan surat-surat pernyataan. Ternyata apa yang ditemukan oleh para  penyelam itu adalah bagian dari  operasi rahasia yang disebut operasi  Bernhard yang datang dari Hitler  sendiri.
Saat itu, para tawanan Yahudi di kamp  konsentrasi diberi peralatan  percetakan yang canggih untuk memalsukan  mata uang musuh. Uang ini akan  dipakai untuk membiayai perang dan  memperlemah ekonomi negara musuh.  Lewat operasi ini, diperkirakan  sekitar 4,5 miliar pound berhasil  dipalsukan. Operasi ini menjadi  sedemikian sukses sehingga pada waktu  itu bank sentral Inggris terpaksa  menarik mata uangnya dari peredaran  dan mendesain ulang uang  kertasnya.
Apakah  kotak-kotak yang ditemukan di  dalam danau Toplitz adalah sisa-sisa  operasi Bernhard ? Apakah ada  harta lain yang tersembunyi disana ?
Pada tahun 1963, seorang penyelam Jerman  mencoba peruntungannya di  danau Toplitz. Namun sayang, dalam usahanya,  ia tewas tenggelam.
Setelah peristiwa itu pemerintah Austria  melarang penyelaman yang  bertujuan untuk mencari harta karun di danau  Toplitz. Tapi ternyata  larangan ini memiliki maksud tersembunyi karena  pemerintah Austria  ternyata memutuskan untuk mencari harta karun  tersebut.
Operasi pencarian yang dilakukan oleh  Austria berhasil menemukan 18  Kotak yang ternyata juga berisi uang  Pound palsu, namun kali ini mereka  menemukan pelat logam yang dipakai  sebagai master pencetakannya. Selain  itu mereka juga menemukan  sisa-sisa roket, proyektil dan beberapa  senjata. Ini mungkin tidak  terlalu mengherankan karena nazi pernah  menggunakan danau itu sebagai  tempat latihan militer selama perang.
Pada tahun 1983, prof Hans Fricke  meminta ijin untuk melakukan  penyelaman di danau Toplitz untuk meneliti  kehidupan biota danau. Namun  ia malah menemukan peti-peti berisi uang  pound palsu dengan peralatan  militer lainnya. Penemuan Prof Fricke  menimbulkan spekulasi bahwa di  danau tersebut masih tersimpan emas-emas  batangan Nazi yang hilang.
Usaha  pencarian yang lebih masiv  dilakukan pada tahun 2000 ketika stasiun  televisi CBS dari Amerika  bersama World Jewish Congress mensponsori  penjelajahan ke dasar danau  Toplitz yang dijalankan oleh sebuah  perusahaan bernama Oceaneering  Technologies. Perusahaan itu menyelam ke  dasar danau dengan menggunakan  teknologi canggih berupa kapal selam yang  dikendalikan dengan remote  control. Namun usaha yang dilakukan dengan  teknologi canggih ini hanya  menemukan kembali peti-peti yang juga berisi  uang pound palsu.
Walaupun sepertinya sudah tidak ada  harta lagi di danau Toplitz,  namun setiap kali ekspedisi dilakukan,  sepertinya selalu ada peti yang  ditemukan. Spekulasi mengenai adanya  emas di Toplitz kembali diperkuat  ketika pada tahun 2003, seorang  penyelam yang melakukan penyelaman di  danau Chiemsee di Bavaria  menemukan sebuah teko yang terbuat dari emas.  Teko emas ini memiliki  lambang Celtic dengan figur indo Jerman di  permukaannya dan  diperkirakan bernilai sekitar 100.000 dolar. Spekulasi  menyebutkan  bahwa teko ini adalah bagian dari harta Nazi yang  disembunyikan di  dalam danau.
Jadi apakah masih ada emas yang  tersimpan di dalam danau Toplitz ?  mungkin tidak, tapi keingintahuan  orang tidak akan pernah habis bukan ?  itulah yang membuat misteri harta  karun menjadi salah satu misteri yang  paling menarik untuk  diceritakan.
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Perang di Eropa
     3.  Hancurnya moral, ekonomi dan politik dalam negeri Perancis 
     
Hal ini dikarenakan Perancis menderita kekalahan telak atas pasukan yang lebih inferior, selain itu juga karena banyaknya ksatria yang merupakan tuan tanah ikut menjadi korban sehingga menimbulkan ketidak stabilan politik dan ekonomi.
Pertempuran Crécy terjadi pada tanggal 26 Agustus 1346 dekat Crécy, Perancis bagian utara, dan menjadi salah satu perang terpenting dalam Perang Seratus Tahun. Pasukan Inggris yang lebih kecil menang atas pasukan Perancis yang jauh lebih besar. Siasat dan senjata baru membuat pertempuran ini penting dalam sejarah karena Inggris menggunakan busur panjang untuk memenangkan pertempuran. Busur panjang adalah senjata yang dapat lebih cepat dibidikkan daripada busur silang Perancis dan Genova dan dapat membidik anak panah menembus setelan baju baja. Pada Abad Pertengahan, sebelum pertempuran ini berlangsung, para ksatria adalah bagian penting pasukan. Karena perubahan inilah, beberapa sejarawan menyebut pertempuran ini adalah akhir dari keksatriaan.
Tahun  1940 Edward mencoba melakukan invasi ke Perancis melalui Flanders  (sekarang sekitar Belanda-Belgia) akan tetapi gagal dikarenakan  kesulitan finansial serta aliansi yang kurang kuat. Enam tahun kemudian,  Edward melakukan kembali invasi ke Perancis melalui rute yang berbeda  kemudian menyerang Normandy. Edward memenangkan pertempuran Caen (26  Juli) dan Blanchetaque (24 Agustus). Perancis merencanakan suatu jebakan  untuk menghancurkan tentara Inggris di antara Seine dan Sungai Somme,  sayang jebakan ini gagal. Tentara Inggris yang berusaha mundur  meloloskan diri dikejar oleh Perancis yang berujung pada Pertempuran  Crecy.
Formasi Pasukan
Inggris
Edward  menempatkan tentaranya di perkebunan bertanah datar, sementara dia  sendiri berada di dalam windmill bukit belakang tentaranya sehingga  dapat mengatur formasi secara jelas sekaligus melindungi bagian belakang  pasukan. Untuk mendapatkan formasi pertahanan yang kuat, pasukan  Inggris semuanya bertempur tanpa kuda dan dibagi dalam tiga divisi, yang  salah satunya dipimpin oleh putra mahkota yang berumur 16 tahun yaitu  Edward the Black Prince.
Longbowman  (pemanah dengan busur panjang) diposisikan sepanjang atas bukit.  Kemudian, sambil menunggu kedatangan tentara Perancis, pasukan Inggris  membuat parit dan lubang untuk menjebak pasukan kavaleri musuh.
Perancis
Tentara  Perancis yang dipimpin langsung oleh Philip VI sangat tidak  terorganisasi, yang dikarenakan kepercayaan diri berlebihan dari para  ksatria nya. Taktik yang dilakukan sangat bergantung pada kemampuan  kavaleri, dimana Philip sangat percaya jika tentara kavalerinya mampu  mengalahkan tentara Inggris yang jauh lebih sedikit dan sebagian besar  hanya terdiri dari para pemanah. Pasukan crossbowmen genoa (tentara  bayaran dibawah pimpinan Ottone Doria) berada di barisan depan,  sedangkan kavaleri dibelakangnya.
Jalannya Pertempuran
Serangan  pertama dilancarkan oleh crossbowmen dari pihak Perancis dengan tujuan  untuk merusak formasi dan moral pasukan Inggris sekaligus. Serangan ini  diiringi oleh suara-suara musik yang sengaja dibawa oleh Philip untuk  menakut-nakuti musuh. Pihak Inggris membalas dengan satuan  Longbowmen-nya. Hasilnya kehancuran bagi satuan crossbowmen, karena jika  ditelaah frekuensi tembak crossbow hanya 1-2 kali per 2 menit,  sedangkan longbow mencapai 1 kali per 5 detik. Lagipula pasukan crossbow  tidak dilengkapi dengan pavise (tameng besar untuk melindungi mereka  saat melakukan loading panah) yang tertinggal di barisan belakang dan  belum sempat disiapkan akibat tergesa-gesanya pasukan Perancis dalam  mengejar. Ketakutan dan kebingungan melanda satuan crossbowmen ini, yang  kemudian mundur setelah menderita korban yang sangat besar.
Philip  dan ksatrianya menyebut satuan crossbowmen pengecut dan bahkan membunuh  mereka yang sedang mundur. Pada saat terjadi kekacauan di barisan  Perancis, beberapa kali gelombang longbow dilepaskan pasukan Inggris  sehingga membuat beberapa ksatria tumbang. Mengetahui hal ini, kavaleri  Perancis memutuskan bahwa saatnya menyerang sudah tiba, mereka maju  melewati pasukan crossbow yang mundur dengan formasi tak beraturan.  Sementara itu, longbowmen Inggris tetap memberikan hujan longbow  sehingga banyak ksatria Perancis yang tumbang dalam perjalanan menuju  posisi Inggris.
Sebanyak  16 kali kavaleri Perancis berusaha menyerang posisi Inggris dengan  formasi baris, akan tetapi sebanyak itu pula serangan gagal dan  meninggalkan korban yang semakin banyak. Parit-parit dan lubang-lubang  yang dibuat sebelumnya oleh pihak Inggris berguna dalam menghambat gerak  kuda pasukan Perancis sehingga memberikan cukup waktu bagi  longbowmen-nya untuk menyarangkan gelombang demi gelombang longbow ke  setiap formasi serangan Perancis. Hanya sedikit kavaleri Perancis yang  sanggup mencapai posisi Infanteri Inggris, itupun sudah dihadang oleh  barisan penombak.
Setelah  usaha yang ke-16 juga tidak mendatangkan hasil dan hanya semakin  menambah deretan ksatria yang tumbang, maka Raja Philip yang juga  mengalami luka memerintahkan pasukannya mundur dengan kekalahan sangat  telak dan memalukan.
Akhir Perang
Setelah  pasukan Perancis mengundurkan diri, tentara Inggris mengecek kondisi  tentara Perancis yang ditinggalkan di medan perang untuk dijadikan  sandera dan dimintai tebusan. Ksatria yang terluka sangat parah sehingga  sulit dibawa mendapatkan hadiah yang tidak menyenangkan. Mereka dibunuh  dengan cara ditusuk belati panjang (misericordias) pada bagian ketiak  yang tidak terlindungi baju zirah sampai ke jantung ataupun pada mata  sampai ke otak.
Arti Penting Perang
1. Strategi perang dan penggunaan senjata yang tepat mampu mengalahkan keunggulan jumlah dan kualitas tentara musuh.
Dalam  hal ini longbowmen dan penombak lebih unggul daripada kombinasi  crossbowmen dan kavelari. Padahal sebelum perang crecy, banyak ahli  strategi menganggap pemanah merupakan mangsa empuk bagi kavaleri dan  hanya sedikit tentara yang mampu menahan serangan gencar dari suatu  formasi kavaleri. Sehingga perang ini merubah suatu ”art of the war”.
2.  Mulai hilangnya code chivalry.
Di  dalam pertempuran crecy, seorang petani sanggup membunuh ksatria  berkuda. Disamping itu, banyak ksatria yang dibunuh dalam keadaan tak  berdaya karena terluka.
Hal ini dikarenakan Perancis menderita kekalahan telak atas pasukan yang lebih inferior, selain itu juga karena banyaknya ksatria yang merupakan tuan tanah ikut menjadi korban sehingga menimbulkan ketidak stabilan politik dan ekonomi.
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Eropa
Oleh : Permadi "Sturmmann" Aryawirasmara
  
Berdasarkan sejarah Perang Dunia II menurut versi BBC, Nat Geo, Wikipedia, dan media mainstream pada umumnya, kita telah diperkenalkan kepada cerita tentang Hitler dan ambisi Lebensraum (ruang hidup)-nya, bahwa Operasi Barbarosa dan seluruh kampanye militer di front timur adalah murni invasi untuk mengeksploitir kekayaan alam Rusia. Serta tak asing lagi bagi kita, cerita-cerita tentang serangan kejutan Jerman yang membuat Stalin kebakaran jenggot, dan membuat kocar-kacir Tentara Merah. Dan bagaimana kita bisa lupa dengan cerita musim dingin kejam yang menyelamatkan Rusia dari kehancuran! Tapi benarkah seperti itu kejadiannya?
  
Terlalu mudah bagi siapa saja yang memperhatikan sejarah PDII untuk sadar bahwa versi "resmi" ini terlalu sempurna menangkap kekurangan, bahkan "ketololan" kedua belah pihak (Jerman dan Rusia). Seolah Perang Dunia II adalah kisah tentang Jerman "si sembrono", dan Rusia "si bodoh beruntung".
  
Sebelum saya melanjutkan dengan memaparkan fakta-fakta sejarah Perang Dunia II berikut ini, perlu diketahui bahwa seluruh data-data baik yang berupa kronologis, tanggal kejadian, ilustrasi kejadian, dokumen, maupun kesaksian dari pelaku sejarah adalah berdasarkan kejadian yang sebenarnya, dan hampir semuanya telah disembunyikan dengan baik dan diedit dari versi sejarah umum PDII yang telah disajikan kepada kita. Sekali lagi membuat kita bertanya, untuk tujuan apa? Dan karena motif apa?
  
Pada prinsipnya, ada dua macam sejarawan di planet bumi ini. Pertama, adalah sejarawan jujur yang kemudian dilabelisasi "Revisionis" yang biasanya nasibnya berakhir di penjara. Kedua, adalah sejarawan "kurang jujur" yang mendukung sejarah PDII versi mainstream yang nasibnya sangat kontras, sangat makmur dan biasanya dipercaya memimpin yayasan-yayasan mengenang Holocaust.
  
BERSAMA INI ADALAH FAKTA & PERISTIWA SEJARAH PERANG DUNIA II YANG DI-EDIT, DAN DISEMBUNYIKAN DARI KITA
  
Pada tanggal 23 Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet sepakat membuat Pakta Perjanjian Non-Agresi untuk tidak saling menyerang. Pakta yang ditanda-tangani oleh menteri luar negeri dari kedua belah pihak, Joachim Von Ribbentrop (Jerman) dan Vyacheslav Molotov (Rusia), juga mengatur agar kedua belah pihak tetap netral dalam situasi apabila salah satu pihak penanda-tangan Pakta diserang dan harus berperang dengan elemen asing.
  
Berdasarkan versi resmi sejarah PDII yang kita kenal, diceritakan bahwa Jerman melanggar Pakta Non-Agresi dengan melancarkan Operasi Barbarosa pada tanggal 21 Juni 1941 untuk menginvasi Rusia dan merampok sumber daya alamnya yang kaya. Apakah benar demikian faktanya?
  
ARTIKEL PERTAMA PADA PAKTA PERJANJIAN NON AGRESI JERMAN-UNI SOVIET, BERBUNYI, "Sehubungan dengan masalah teritorial dan pengaturan politik di daerah Balkan (termasuk diantaranya: Finlandia, Estonia, Latvia dan Lithuania), kedua belah pihak (Jerman dan Uni Soviet) bersama ini sepakat untuk menghormati batas wilayah yang telah ditetapkan, yakni pada batas utara perbatasan negara Lithuania, dimana kedua belah pihak mengakui batas tersebut, dan serta-merta menghormati kedaulatan negara Lithuania sampai dengan daerah Vilna."
  
Pada tanggal 12 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan klaim teritorial kepada negara-negara daerah Balkan (termasuk Finlandia), yang merupakan tuntutan aneksasi terbuka terhadap wilayah negara-negara berkedaulatan yang diakui dalam Pakta Non-Agresi. Lalu pada 16 Juni 1940, militer Uni Soviet menduduki wilayah Kaunas dan Vilna, dengan ini secara resmi menganeksasi Lithuania dan melanggar Artikel Pertama Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman.
  
ARTIKEL LAIN DARI PAKTA PERJANJIAN NON AGRESI JERMAN-UNI SOVIET, "..sehubungan dengan wilayah selatan Eropa Timur, Pihak Kedua (Uni Soviet) dengan ini menyatakan ketertarikannya atas wilayah Bessarabia, Rumania Timur."
  
Pada tanggal 26 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan ultimatum kepada pemerintah negara kedaulatan Rumania untuk menyerahkan wilayah Bessarabia dan Bukovina Utara. Lalu pada tanggal 10 Juli 1940, militer Uni Soviet menduduki selatan Dardanella dan kawasan delta sungai Danube, sadar tidak hanya ini merupakan pelanggaran lagi terhadap klausul Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman, tapi juga sepenuhnya sadar bahwa manuver militer tersebut secara langsung mengancam stabilitas keamanan dan politik dari daerah yang merupakan salah satu akses utama minyak yang sangat vital bagi Jerman.
  
SEBUAH JURNAL DEPARTEMEN ANGKATAN BERSENJATA AMERIKA SERIKAT NO.20-225 TAHUN 1956, yang berisikan studi dan analisa eskalasi situasi politik dan militer antara Jerman dan Uni Soviet di wilayah Rumania pra-PDII berbunyi, "..banyak bukti-bukti yang menguatkan indikasi bahwa pihak Rusia lebih tertarik ke wilayah Dardanelles dan daerah delta sungai Danube, dimana kepentingan politik dan militer Rusia secara langsung konflik dengan kepentingan ekonomi Jerman. Niat tidak baik ditunjukan Rusia saat memutuskan untuk menganeksasi wilayah-wilayah di negara-negara daerah Balkan, dan menuntut Rumania untuk menyerahkan wilayah Bessarabia dan Bukovina Utara.........Keputusan Hitler (untuk melancarkan Operasi Barbarossa) sedikit banyak dapat dijustifikasi dengan manuver Uni Soviet yang meningkatkan tekanan militer dan politik di wilayah Balkan (termasuk Bulgaria), terutama saat pasukan Rusia menduduki wilayah mulut sungai Danube, yang merupakan jalur utama logistik strategis Jerman."
  
Hubungan politik yang telah memburuk akibat aneksasi daerah Balkan, yang secara tidak langsung telah menciptakan ancaman cukup substansial terhadap kemanan jalur suplai Batu Besi (Iron Ore) dari Swedia ke Jerman, menjadi lebih buruk lagi ketika pada tanggal 23 Juni 1940, Moskow melayangkan lagi klaim teritorial (kali ini ke Finlandia), dan menuntut Finlandia untuk menyerahkan wilayah pertambangan Petsamo yang merupakan sumber pengadaan Nikel terutama bagi Jerman.
  
Tekanan militer dan politik yang ditebar Uni Soviet di negara-negara daerah Balkan, memicu bergabungnya Hungaria kedalam aliansi "Axis" bersama Jerman dan Italia pada tanggal 20 November 1940, diikuti oleh Rumania pada tanggal 23 November 1940, lalu Bulgaria yang belakangan ikut bergabung pada tanggal 1 Maret 1940.
  
Ini adalah titik balik krusial dalam hubungan politik Jerman-Uni Soviet, setelah Uni Soviet secara sistematis menebar disharmoni dan kekacauan di negara-negara daerah Balkan dan Rumania yang terang-terangan dilindungi oleh Pakta Non-Agresi, sepenuhnya sadar bahwa tak hanya itu merupakan pelanggaran atas Perjanjian, namun juga merupakan ancaman tidak langsung terhadap kedaulatan negara Jerman.
  
SEBUAH PARAGRAF DARI DEKLARASI PERANG JERMAN TERHADAP UNI SOVIET BERBUNYI, "..berdasarkan aktivitas Rusia di wilayah-wilayah Eropa yang berada diluar kedaulatan Jerman, yang mencakup negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik baik dengan Jerman, dan/atau diduduki oleh Jerman. Seperti di Rumania, dimana telah ditemukan pamflet-pamflet propaganda komunis yang berasal dari Rusia, dengan konten penyesatan publik yang mengkambing-hitamkan Jerman sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kekacauan-kekacauan domestik yang terjadi, untuk menciptakan atmosfer anti-Jerman.........Bahkan seluruh wilayah selatan Eropa Timur (dari Slovakia sampai Bulgaria) telah terang-terangan diklaim sebagai wilayah protektorat Rusia yang akan direalisasikan secepatnya setelah militer Jerman tidak lagi menjadi ancaman."
  
Restu dari Churcill
  
Jadi benarkah Operasi Barbarossa lahir karena desakan kebutuhan perluasan wilayah Jerman (Lebensraum)? Dan benarkah itu merupakan upaya penjarahan sistematis terhadap sumber daya mineral Rusia yang kaya?
  
Satu-satunya wacana resmi mengenai keuntungan ekonomi dari front timur yang diketahui pernah dibicarakan oleh para petinggi Jerman, adalah dilakukan pada November 1940 ketika Hermann Göring dengan kapasitasnya sebagai Kepala Program Pembangunan Empat Tahunan Jerman (VIERJAHRPLAN) mengadakan rapat dengan Adolf Hitler, dimana dalam rapat tersebut Göring menunjukan kepada Hitler sebuah rekomendasi komprehensif yang dibuat oleh Jendral-Infantri Georg Thomas.
  
Rekomendasi yang dalam penyusunannya dibantu oleh Direktorat Ekonomi Wilayah Timur (WIRTSCHAFTSFUHRUNGSSTAB OST)) atau "WiStO", juga menghadirkan studi komprehensif dan mendetail mengenai aspek strategis ekonomi Rusia termasuk didalamnya: perindustrian, pertambangan, dan infrastruktur, yang diusulkan sebagai sumber potensial untuk pendanaan kampanye militer Jerman pada tahun ketiga di front timur, sebagai antisipasi kemungkinan perang panjang.
  
Rekomendasi ini secara jelas dan gamblang mencanangkan kemungkinan ekploitasi ekonomi Rusia yang sepenuhnnya diprioritaskan demi kelangsungan hidup militer Jerman di Rusia, dan hanya bila ada surplus, baru kelebihannya akan dikirim ke Jerman sebagai jarahan perang.
  
Eksploitasi ekonomi Rusia hanyalah disiapkan dalam kondisi pemenuhan kebutuhan logistik pada tahun ketiga di front timur sebagai antisipasi kemungkinan perang panjang, dan BUKAN berupa rencana penjarahan sistematis seperti yang diceritakan versi resmi sejarah PDII yang umum kita ketahui.
  
"Apabila harus ada perang di Eropa.. Saya berharap Jerman dan Rusia yang melakukannya..", (WINSTON CHURCHILL)
  
Pada permulaan tahun 1941, seorang bangsawan Inggris yang bernama Lord Charles Bedstone memprakarsai pertemuan antara dirinya dengan Hermann Göring. Dalam pertemuan yang dirahasiakan tempat dan waktunya dari pers ini, Lord Charles yang mengaku telah mendapat restu dari Churchill, menawarkan Göring akses ke pengadaan mineral strategis "TUNGSTEN" untuk Jerman (Tungsten adalah bahan baku penting untuk campuran metal dalam produksi proyektil penembus baja), dengan syarat Jerman harus membuka front timur (berperang dengan Uni Soviet) dan menjatuhkan Komunis.
  
SEBUAH DIARI DARI KOLONEL-JENDRAL FRANZ HALDER, yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku, menulis tentang Operasi Barbarossa: "Kampanye militer di Rusia ini adalah murni operasi militer, dimana dua angkatan bersenjata akan bertemu di garis depan, yang akan dieksekusi dalam rencana presisi untuk mengepung pasukan lawan menggunakan kendaraan lapis baja, didudukung oleh infantry yang datang dari belakang melindungi barisan depan dengan menyapu bersih kantong-kantong perlawanan yang terlewati oleh serangan cepat."
  
KESIMPULAN: Apakah kita masih bisa dengan jujur percaya bahwa Stalin tidak tahu menahu tentang serangan Jerman sampai semua hampir terlambat? Apa kita masih bisa menikmati versi cerita tentang Rusia yang kebakaran jenggot dan kocar-kacir oleh hadiah kejutan dari Jerman?
  
Operasi Barbarosa sama sekali BUKAN dilatar-belakangi oleh kebutuhan perluasan wilayah Jerman (Lebensraum) yang mendesak, dan sama sekali bukan karena sifat barbarisme bangsa Jerman yang menginginkan penjarahan sistematis terhadap sumber daya mineral Rusia yang kaya. Operasi Barbarosa adalah keputusan taktis yang diambil dalam keadaan genting sebagai reaksi cepat mengantisipasi eskalasi politik yang memanas disebabkan oleh aktivitas militer Uni Soviet yang mengancam tak hanya stabilitas politik dan keamanan Eropa Timur dan Balkan, tapi juga seluruh Eropa (termasuk Inggris).
  
Namun kenapa fakta-fakta ini disembunyikan dari kita? Mengapa mereka harus membuat sebuah cerita baru yang sama sekali menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi, lalu mensahkannya menjadi versi "resmi" sejarah yang kemudian disajikan kepada kita?
  
Kenapa tidak berkata jujur? Dan menulis apa adanya, bahwa Operasi Barbarosa adalah perang yang dikobarkan Jerman didukung penuh oleh "Koalisi Kapitalisme" (yang terdiri dari konglomerasi Amerika dan kerajaan Inggris) untuk menumbangkan setan komunis yang mengancam bukan saja negara kedaulatan Jerman, tapi juga kedaulatan kerajaan bisnis para raksasa konglomerat dunia. Salahkah bila sejarah ditulis seperti ini?
Sumber :
- "Nazi Conspiracy and Aggression Vol. VI", Seekriegsleitung Report C-170: a file on Russo-German Relations Found in the files of High Command of the Navy (US Government Printing Office, 1946)
- "Department of Army Pamphlet No.20-225" (Washington DC, 1956)
- "Tagliche Aufzeichnungen des Chefs des Generalstabes des Heeres 1939-1942", Diary of General Franz Halder (Kohlhammer Verlag, 1962), by Hans-Adolf Jacobsen
- "Operation Barbarossa: Strategy and Tactics on the Eastern Front, 1941" (Presidio Press 1984), by Bryan Fugate
- "Churchill's War" (Avon Books, 1987), David Irving
- "David Rockefeller: Memoirs" (Random House NY), David Rockafeller
- "Conjuring Hitler", How Britain And America Made the Third Reich (Pluto Press), Guido Giacomo Preparata PhD
Berdasarkan sejarah Perang Dunia II menurut versi BBC, Nat Geo, Wikipedia, dan media mainstream pada umumnya, kita telah diperkenalkan kepada cerita tentang Hitler dan ambisi Lebensraum (ruang hidup)-nya, bahwa Operasi Barbarosa dan seluruh kampanye militer di front timur adalah murni invasi untuk mengeksploitir kekayaan alam Rusia. Serta tak asing lagi bagi kita, cerita-cerita tentang serangan kejutan Jerman yang membuat Stalin kebakaran jenggot, dan membuat kocar-kacir Tentara Merah. Dan bagaimana kita bisa lupa dengan cerita musim dingin kejam yang menyelamatkan Rusia dari kehancuran! Tapi benarkah seperti itu kejadiannya?
Terlalu mudah bagi siapa saja yang memperhatikan sejarah PDII untuk sadar bahwa versi "resmi" ini terlalu sempurna menangkap kekurangan, bahkan "ketololan" kedua belah pihak (Jerman dan Rusia). Seolah Perang Dunia II adalah kisah tentang Jerman "si sembrono", dan Rusia "si bodoh beruntung".
Sebelum saya melanjutkan dengan memaparkan fakta-fakta sejarah Perang Dunia II berikut ini, perlu diketahui bahwa seluruh data-data baik yang berupa kronologis, tanggal kejadian, ilustrasi kejadian, dokumen, maupun kesaksian dari pelaku sejarah adalah berdasarkan kejadian yang sebenarnya, dan hampir semuanya telah disembunyikan dengan baik dan diedit dari versi sejarah umum PDII yang telah disajikan kepada kita. Sekali lagi membuat kita bertanya, untuk tujuan apa? Dan karena motif apa?
Pada prinsipnya, ada dua macam sejarawan di planet bumi ini. Pertama, adalah sejarawan jujur yang kemudian dilabelisasi "Revisionis" yang biasanya nasibnya berakhir di penjara. Kedua, adalah sejarawan "kurang jujur" yang mendukung sejarah PDII versi mainstream yang nasibnya sangat kontras, sangat makmur dan biasanya dipercaya memimpin yayasan-yayasan mengenang Holocaust.
BERSAMA INI ADALAH FAKTA & PERISTIWA SEJARAH PERANG DUNIA II YANG DI-EDIT, DAN DISEMBUNYIKAN DARI KITA
Pada tanggal 23 Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet sepakat membuat Pakta Perjanjian Non-Agresi untuk tidak saling menyerang. Pakta yang ditanda-tangani oleh menteri luar negeri dari kedua belah pihak, Joachim Von Ribbentrop (Jerman) dan Vyacheslav Molotov (Rusia), juga mengatur agar kedua belah pihak tetap netral dalam situasi apabila salah satu pihak penanda-tangan Pakta diserang dan harus berperang dengan elemen asing.
Berdasarkan versi resmi sejarah PDII yang kita kenal, diceritakan bahwa Jerman melanggar Pakta Non-Agresi dengan melancarkan Operasi Barbarosa pada tanggal 21 Juni 1941 untuk menginvasi Rusia dan merampok sumber daya alamnya yang kaya. Apakah benar demikian faktanya?
ARTIKEL PERTAMA PADA PAKTA PERJANJIAN NON AGRESI JERMAN-UNI SOVIET, BERBUNYI, "Sehubungan dengan masalah teritorial dan pengaturan politik di daerah Balkan (termasuk diantaranya: Finlandia, Estonia, Latvia dan Lithuania), kedua belah pihak (Jerman dan Uni Soviet) bersama ini sepakat untuk menghormati batas wilayah yang telah ditetapkan, yakni pada batas utara perbatasan negara Lithuania, dimana kedua belah pihak mengakui batas tersebut, dan serta-merta menghormati kedaulatan negara Lithuania sampai dengan daerah Vilna."
Pada tanggal 12 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan klaim teritorial kepada negara-negara daerah Balkan (termasuk Finlandia), yang merupakan tuntutan aneksasi terbuka terhadap wilayah negara-negara berkedaulatan yang diakui dalam Pakta Non-Agresi. Lalu pada 16 Juni 1940, militer Uni Soviet menduduki wilayah Kaunas dan Vilna, dengan ini secara resmi menganeksasi Lithuania dan melanggar Artikel Pertama Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman.
ARTIKEL LAIN DARI PAKTA PERJANJIAN NON AGRESI JERMAN-UNI SOVIET, "..sehubungan dengan wilayah selatan Eropa Timur, Pihak Kedua (Uni Soviet) dengan ini menyatakan ketertarikannya atas wilayah Bessarabia, Rumania Timur."
Pada tanggal 26 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan ultimatum kepada pemerintah negara kedaulatan Rumania untuk menyerahkan wilayah Bessarabia dan Bukovina Utara. Lalu pada tanggal 10 Juli 1940, militer Uni Soviet menduduki selatan Dardanella dan kawasan delta sungai Danube, sadar tidak hanya ini merupakan pelanggaran lagi terhadap klausul Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman, tapi juga sepenuhnya sadar bahwa manuver militer tersebut secara langsung mengancam stabilitas keamanan dan politik dari daerah yang merupakan salah satu akses utama minyak yang sangat vital bagi Jerman.
SEBUAH JURNAL DEPARTEMEN ANGKATAN BERSENJATA AMERIKA SERIKAT NO.20-225 TAHUN 1956, yang berisikan studi dan analisa eskalasi situasi politik dan militer antara Jerman dan Uni Soviet di wilayah Rumania pra-PDII berbunyi, "..banyak bukti-bukti yang menguatkan indikasi bahwa pihak Rusia lebih tertarik ke wilayah Dardanelles dan daerah delta sungai Danube, dimana kepentingan politik dan militer Rusia secara langsung konflik dengan kepentingan ekonomi Jerman. Niat tidak baik ditunjukan Rusia saat memutuskan untuk menganeksasi wilayah-wilayah di negara-negara daerah Balkan, dan menuntut Rumania untuk menyerahkan wilayah Bessarabia dan Bukovina Utara.........Keputusan Hitler (untuk melancarkan Operasi Barbarossa) sedikit banyak dapat dijustifikasi dengan manuver Uni Soviet yang meningkatkan tekanan militer dan politik di wilayah Balkan (termasuk Bulgaria), terutama saat pasukan Rusia menduduki wilayah mulut sungai Danube, yang merupakan jalur utama logistik strategis Jerman."
Hubungan politik yang telah memburuk akibat aneksasi daerah Balkan, yang secara tidak langsung telah menciptakan ancaman cukup substansial terhadap kemanan jalur suplai Batu Besi (Iron Ore) dari Swedia ke Jerman, menjadi lebih buruk lagi ketika pada tanggal 23 Juni 1940, Moskow melayangkan lagi klaim teritorial (kali ini ke Finlandia), dan menuntut Finlandia untuk menyerahkan wilayah pertambangan Petsamo yang merupakan sumber pengadaan Nikel terutama bagi Jerman.
Tekanan militer dan politik yang ditebar Uni Soviet di negara-negara daerah Balkan, memicu bergabungnya Hungaria kedalam aliansi "Axis" bersama Jerman dan Italia pada tanggal 20 November 1940, diikuti oleh Rumania pada tanggal 23 November 1940, lalu Bulgaria yang belakangan ikut bergabung pada tanggal 1 Maret 1940.
Ini adalah titik balik krusial dalam hubungan politik Jerman-Uni Soviet, setelah Uni Soviet secara sistematis menebar disharmoni dan kekacauan di negara-negara daerah Balkan dan Rumania yang terang-terangan dilindungi oleh Pakta Non-Agresi, sepenuhnya sadar bahwa tak hanya itu merupakan pelanggaran atas Perjanjian, namun juga merupakan ancaman tidak langsung terhadap kedaulatan negara Jerman.
SEBUAH PARAGRAF DARI DEKLARASI PERANG JERMAN TERHADAP UNI SOVIET BERBUNYI, "..berdasarkan aktivitas Rusia di wilayah-wilayah Eropa yang berada diluar kedaulatan Jerman, yang mencakup negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik baik dengan Jerman, dan/atau diduduki oleh Jerman. Seperti di Rumania, dimana telah ditemukan pamflet-pamflet propaganda komunis yang berasal dari Rusia, dengan konten penyesatan publik yang mengkambing-hitamkan Jerman sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kekacauan-kekacauan domestik yang terjadi, untuk menciptakan atmosfer anti-Jerman.........Bahkan seluruh wilayah selatan Eropa Timur (dari Slovakia sampai Bulgaria) telah terang-terangan diklaim sebagai wilayah protektorat Rusia yang akan direalisasikan secepatnya setelah militer Jerman tidak lagi menjadi ancaman."
Restu dari Churcill
Jadi benarkah Operasi Barbarossa lahir karena desakan kebutuhan perluasan wilayah Jerman (Lebensraum)? Dan benarkah itu merupakan upaya penjarahan sistematis terhadap sumber daya mineral Rusia yang kaya?
Satu-satunya wacana resmi mengenai keuntungan ekonomi dari front timur yang diketahui pernah dibicarakan oleh para petinggi Jerman, adalah dilakukan pada November 1940 ketika Hermann Göring dengan kapasitasnya sebagai Kepala Program Pembangunan Empat Tahunan Jerman (VIERJAHRPLAN) mengadakan rapat dengan Adolf Hitler, dimana dalam rapat tersebut Göring menunjukan kepada Hitler sebuah rekomendasi komprehensif yang dibuat oleh Jendral-Infantri Georg Thomas.
Rekomendasi yang dalam penyusunannya dibantu oleh Direktorat Ekonomi Wilayah Timur (WIRTSCHAFTSFUHRUNGSSTAB OST)) atau "WiStO", juga menghadirkan studi komprehensif dan mendetail mengenai aspek strategis ekonomi Rusia termasuk didalamnya: perindustrian, pertambangan, dan infrastruktur, yang diusulkan sebagai sumber potensial untuk pendanaan kampanye militer Jerman pada tahun ketiga di front timur, sebagai antisipasi kemungkinan perang panjang.
Rekomendasi ini secara jelas dan gamblang mencanangkan kemungkinan ekploitasi ekonomi Rusia yang sepenuhnnya diprioritaskan demi kelangsungan hidup militer Jerman di Rusia, dan hanya bila ada surplus, baru kelebihannya akan dikirim ke Jerman sebagai jarahan perang.
Eksploitasi ekonomi Rusia hanyalah disiapkan dalam kondisi pemenuhan kebutuhan logistik pada tahun ketiga di front timur sebagai antisipasi kemungkinan perang panjang, dan BUKAN berupa rencana penjarahan sistematis seperti yang diceritakan versi resmi sejarah PDII yang umum kita ketahui.
"Apabila harus ada perang di Eropa.. Saya berharap Jerman dan Rusia yang melakukannya..", (WINSTON CHURCHILL)
Pada permulaan tahun 1941, seorang bangsawan Inggris yang bernama Lord Charles Bedstone memprakarsai pertemuan antara dirinya dengan Hermann Göring. Dalam pertemuan yang dirahasiakan tempat dan waktunya dari pers ini, Lord Charles yang mengaku telah mendapat restu dari Churchill, menawarkan Göring akses ke pengadaan mineral strategis "TUNGSTEN" untuk Jerman (Tungsten adalah bahan baku penting untuk campuran metal dalam produksi proyektil penembus baja), dengan syarat Jerman harus membuka front timur (berperang dengan Uni Soviet) dan menjatuhkan Komunis.
SEBUAH DIARI DARI KOLONEL-JENDRAL FRANZ HALDER, yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku, menulis tentang Operasi Barbarossa: "Kampanye militer di Rusia ini adalah murni operasi militer, dimana dua angkatan bersenjata akan bertemu di garis depan, yang akan dieksekusi dalam rencana presisi untuk mengepung pasukan lawan menggunakan kendaraan lapis baja, didudukung oleh infantry yang datang dari belakang melindungi barisan depan dengan menyapu bersih kantong-kantong perlawanan yang terlewati oleh serangan cepat."
KESIMPULAN: Apakah kita masih bisa dengan jujur percaya bahwa Stalin tidak tahu menahu tentang serangan Jerman sampai semua hampir terlambat? Apa kita masih bisa menikmati versi cerita tentang Rusia yang kebakaran jenggot dan kocar-kacir oleh hadiah kejutan dari Jerman?
Operasi Barbarosa sama sekali BUKAN dilatar-belakangi oleh kebutuhan perluasan wilayah Jerman (Lebensraum) yang mendesak, dan sama sekali bukan karena sifat barbarisme bangsa Jerman yang menginginkan penjarahan sistematis terhadap sumber daya mineral Rusia yang kaya. Operasi Barbarosa adalah keputusan taktis yang diambil dalam keadaan genting sebagai reaksi cepat mengantisipasi eskalasi politik yang memanas disebabkan oleh aktivitas militer Uni Soviet yang mengancam tak hanya stabilitas politik dan keamanan Eropa Timur dan Balkan, tapi juga seluruh Eropa (termasuk Inggris).
Namun kenapa fakta-fakta ini disembunyikan dari kita? Mengapa mereka harus membuat sebuah cerita baru yang sama sekali menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi, lalu mensahkannya menjadi versi "resmi" sejarah yang kemudian disajikan kepada kita?
Kenapa tidak berkata jujur? Dan menulis apa adanya, bahwa Operasi Barbarosa adalah perang yang dikobarkan Jerman didukung penuh oleh "Koalisi Kapitalisme" (yang terdiri dari konglomerasi Amerika dan kerajaan Inggris) untuk menumbangkan setan komunis yang mengancam bukan saja negara kedaulatan Jerman, tapi juga kedaulatan kerajaan bisnis para raksasa konglomerat dunia. Salahkah bila sejarah ditulis seperti ini?
Sumber :
- "Nazi Conspiracy and Aggression Vol. VI", Seekriegsleitung Report C-170: a file on Russo-German Relations Found in the files of High Command of the Navy (US Government Printing Office, 1946)
- "Department of Army Pamphlet No.20-225" (Washington DC, 1956)
- "Tagliche Aufzeichnungen des Chefs des Generalstabes des Heeres 1939-1942", Diary of General Franz Halder (Kohlhammer Verlag, 1962), by Hans-Adolf Jacobsen
- "Operation Barbarossa: Strategy and Tactics on the Eastern Front, 1941" (Presidio Press 1984), by Bryan Fugate
- "Churchill's War" (Avon Books, 1987), David Irving
- "David Rockefeller: Memoirs" (Random House NY), David Rockafeller
- "Conjuring Hitler", How Britain And America Made the Third Reich (Pluto Press), Guido Giacomo Preparata PhD
 Posted by Rifan Syambodo
Categories:  
Label:
Foto Perang
|  | |
| Prajurit Penerjun Payung Jepang dari Pasukan Pendarat Angkatan Laut Yokosuka ke-2 sedang berkumpul di kapal transport sebelum mendarat di Kalimantan (Desember 1941) | 
|  | 
| Osamu Otani dalam kunjungan ke Stukageschwader 2. Ernst Kupfer berdiri nomor tiga dari kanan | 
|  | 
| Duta Besar Jepang untuk Jerman, Hiroshi Oshima, menginspeksi sebuah kendaraan perang yang direbut dari tangan Rusia | 
|  | |
| Masih dalam rangka kunjungan kerja tiga orang perwira Kriegsmarine di kapal induk "Zuikaku". Kini mereka berfoto bersama dengan para perwira Angkatan Laut Jepang dari "Zuikaku" | 
Sumber: http://eagleeyeindonesia.blogspot.com/
 
 
 
 
 
 
 
 
















