Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
TRIBUNNEWS.COM, MALAYSIA --- Sejumlah keluarga warga Malaysia yang ditembak tentara Inggris 60 tahun lalu, menuntut ganti rugi kepada pemerintah Inggris. Salah seorang diantara mereka adalah Chong Koon Ying, yang saat itu baru berusia sembilan tahun ketika tentara Inggris masuk ke perkebunan karet dan membunuh ayahnya.
 
Dalam kunjungan pertamanya ke lokasi penembakan itu sejak puluhan tahun ini, sungai kecil membantunya untuk memastikan letak deretan pohon karet waktu itu, tempat keluarga Chong bermukim. Saat tiba di lokasi dimaksud, Chong memastikan ada 24 pria yang ditembak mati tanggal 11 dan 12 Desember 1948 lalu. "Di tempat inilah ibuku mengenali mayat-mayat mereka," katanya.

Sejak ayahnya dan para pekerja migran China lainnya dibunuh, pemerintah Inggris mengabaikan permintaan penyelidikan. Bulan ini, petisi terbaru kembali ditolak. Waktu sore hari ketika pleton Scots Guards tiba di Batang Kali, yang sekarang hanya satu jam bermobil dari Kuala Lumpur, tetapi pada waktu itu masih hutan belantara. Kawasan ini diduga sebagai basis komunis.

"Mereka memisahkan pria dan wanita," kata Chong, sambil memungut beberapa batu besar reruntuhan rumah tempat mereka tinggal.

Pasukan gerilia yang membantu Inggris mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia Kedua, rupanya balik melawan Inggris. Pemberontak komunis itu menyerang produsen karet dan timah, yang menjadi sumber dana terbesar bagi kekuasaan kolonial.

Pria dan wanita diiterogasi. Kepada mereka ditanya di mana pemberontak berada, dan dituduh memberikan makanan kepada pemberontak. Salah seorang mereka ditembak malam itu.

"Seorang wanita menangis dan tentara mengatakan kalau dia tidak berhenti, mereka akan menembaknya," tutur Bu Chong mengenang kejadian waktu itu. Dia berusaha mendiamkan dua adiknya, laki-laki dan perempuan. Mereka satu malaman berada di kamar besar tanpa makanan atau air, dan keesokannya harinya mereka dipaksa naik ke truk.

Dia kemudian menirukan suara tembakan --bum, bum, bum-- sambil menunjuk ke lima lokasi tempat ke-24 pria itu dibawa dan ditembak. Menurutnya, saat truk itu pergi, mereka melihat rumah-rumah terbakar bersama isi di dalamnya. Bu Chong terisak ketika dia mengenang apa yang terjadi. "Sangat memilukan, kami tidak punya apa-apa. Saya sudah tua, sebentar lagi mati. Saya harapa akan ada ganti rugi," katanya.

Tentara Inggris mengatakan, orang-orang itu adalah pemberontak yang ditembak karena mencoba melarikan diri. Penyelidikan singkat waktu itu memang membenarkan versi ini. Tetapi di tahun 1970, sejumlah bekas anggota pleton Scots Guards mengatakan kepada satu koran tabloid bahwa orang-orang itu ditembak begitu saja, bukan karena melarikan diri.

Kepolisian Inggris melakukan penyelidikan, tetapi dihentikan setelah perubahan pemerintahan di Inggris. Tahun 1990-an, menyusul laporan dokumenter BBC, pihak berwenang Malaysia membuka kembali penyelidikan namun dihentikan lagi sebelum mencapai kesimpulan.

Keluarga-keluarga itu masih merasa ternoda oleh stigma bahwa mereka yang dieksekusi itu adalah teroris komunis. Pengacara yang mewakili keluarga-keluarga Malaysia itu, Firoz Hussein, mengatakan dia akan menggugat penolakan terbaru petisi yang meminta penyelidikan atas penembakan itu, di pengadilan Inggris.

"Kami menghendaki penyelidikan terbuka untuk mengetahui apa yang terjadi terhadap 24 pria itu. Kami merasa harus ada ganti rugi untuk orang-orang ini," katanya. "Keluarga-keluarga itu masih merasa ternoda oleh stigma bahwa mereka yang dieksekusi itu adalah teroris komunis."

Sumber: http://www.tribunnews.com/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Keluarga Korban Kejahatan Perang di Malaysia Tuntut Inggris"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments