Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
Berita tentang tujuh agen CIA yang tewas dalam serangan bunuh diri di basis militer AS di Afghanistan, adalah fakta lain yang menunjukkan bahwa CIA ikut beroperasi di Negeri Para Mullah itu, sebagai bagian dari operasi militer AS. CIA misalnya, melakukan serangan dengan menggunakan pesawat tanpa awak terhadap lokasi-lokasi yang dicurigai sebagai basis Taliban. (ln/isc/ICH)
Sumber: http://www.eramuslim.com/
Lembaga intelijen AS, CIA mulai khawatir akan kehilangan dukungan dari para sekutunya di Eropa atas perangnya di Afghanistan. Untuk itu, CIA menyusun strategi untuk memanipulasi publik Eropa terutama di Prancis dan Jerman tentang perang AS di Afghanistan. Hal itu terungkap dalam sebuah dokumen rahasia milik CIA yang diposting oleh situs Wikileaks Web. Pada dokumen tersebut terdapat tanda bertuliskan "Konfidensial/bukan untuk diketahui negara asing".
Isi dokumen itu tidak menyebutkan metode-metode langsung apapun yang akan dilakukan CIA untuk mencapai tujuannya dalam perang di Afghanistan. Misalnya, dokumen tersebut tidak menyebutkan referensi tentang metode propaganda lewat media massa, tapi dokumen itu menjabarkan apa saja yang dianggap sebagai isu kunci yang harus diwacanakan untuk mengubah pandangan dan perasaan publik tentang perang di Afghanistan.
Diantara saran-saran CIA yang terdapat dalam dokumen itu, salah satunya menganjurkan agar AS memainkan isu tentang nasib kaum perempuan di Afghanistan, terutama pada publik Prancis karena masyarakat Prancis sangat peduli dengan isu-isu hak kaum perempuan di Afghanistan.
Anjuran lainnya dalam dokumen itu, yang secara khusus ditujukan untuk mendapatkan simpati publik Jerman adalah mendorong munculnya rasa takut tentang hal-hal yang mungkin timbul jika pasukan NATO kalah dalam perang di Afghanistan, misalnya dengan mengekspos isu-isu terorisme, opium dan masalah pengungsi, agar wacana perang di Afghanistan lebih mendapat perhatian dan meredam sikap skeptis publik Jerman atas perang tersebut.
Dokumen CIA tentang kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan AS untuk terus mendapat dukungan atas perangnya di Afghanistan itu disusun oleh sebuah tim di CIA yang disebut tim "CIA Red Cell". Tim itu menyebut diri mereka sebagai tim yang ditugaskan untuk melakukan pendekatan-pendekatan yang mereka sebuat sebagai pendekatan "out-of-the-box" dengan tujuang mempengaruhi cara pandang dan menawarkan sebuah cara pandang yang lain terhadap berbagai isu-isu yang membutuhkan analisis.
Isi dokumen rahasia CIA itu menyiratkan ketakutan AS jika negara-negara Eropa tidak lagi memberikan dukungan atas perangnya di Afghanistan. "Komitmen pemerintah Belanda untuk mengurangi pasukannya di Afghanistan menunjukkan rapuhnya dukungan Eropa pada misi Pasukan Bantua Keaman internasional (ISAF) yang dipimpin NATO," demikian yang tertulis dalam dokumen itu.
Selanjutnya tertulis, "Beberapa negara anggota NATO, terutama Prancis dan Jerman sangat bergantung dengan sikap masyarakatnya tentang perang di Afghanistan, dalam meningkatkan kontribusinya terhadap misi tersebut. Sikap ketidakpedulian mungkin akan berubah menjadi sikap permusuhan jika sepanjang musim panas dan musim semi, pertempuran-pertempuran hanya menimbulkan jatuhnya korban yang lebih banyak di kalangan pasukan internasional dan warga sipil di Afghanistan."
Dokumen CIA itu juga menyebutkan bahwa 80 persen publik Jerman dan Prancis menentang perang di Afghanistan, tapi juga bersikap apatis. Sikap apatis ini yang bisa dimanfaatkan untuk membujuk para pemimpin negara Eropa agar meningkatkan keterlibatan mereka dalam perang AS di Afghanistan.
Libatkan Obama
Dalam dokumen rahasianya, CIA juga menganjutkan untuk lebih melibatkan Presiden Barack Obama dalam "menjual" perang AS di Afghanistan pada Eropa, dengan pertimbangan Obama lebih populer di Eropa daripada di AS sendiri.
"Kepercayaan publik Prancis dan Jerman pada kemampuan Obama dalam menangani masalah-masalah lura negeri pada umumnya dan perang Afghanistan pada khususnya, menunjukkan bahwa mereka akan bersikap hormat pada penegasan secara langsung yang disampaikan Obama tentang pentingnya misi ISAF dan Eropa akan lebih sensitif pada ungkapan-ungkapan kekecewaan terhadap sekutu-sekutu yang tidak mau memberikan bantuan," demikian bagian isi dokumen rahasia itu.
Dokumen itu menyebutkan, ketika publik diingatkan kembali bahwa Presiden Obama sendiri yang meminta agar pasukan yang dikerahkan ke Afghanistan ditambah jumlahnya, dukungan atas permintaan itu meningkat tajam dari 4 persen menjadi 15 persen di kalangan publik Prancis, dan dari 7 persen menjadi 13 persen di kalangan publik Jerman.
Terungkapnya dokumen rahasia CIA ini membuktikan bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini CIA terlibat lebih dalam dalam perang AS di Afghanistan dibandingkan perang-perang sebelumnya.
Sumber: http://www.eramuslim.com/
Artikel Lainnya:
No Response to "Strategi CIA Menipu Eropa Dalam Perang Afghanistan"
Posting Komentar