Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:


Pernah membaca ZIONHOLLYWOODISME? Buku saku karya analis politik Dr Majid Shafa Taj. Buku yang sangat berani dan gamblang membedah tuntas industri perfilman Amerika yang telah dikuasai oleh tentakel-tentakel Yahudi. Bila kita memperluas perspektif pemikiran, pengaruh zionis yahudi tersebut sejatinya telah menghegemoni hingga merasuk ke sendi-sendi kehidupan kita. Akan lebih akurat jika pokok persoalan di atas diperluas menjadi zion way of life isme. Ya, lantaran pengaruh zionisme kini telah meracuni mayoritas prinsip yang menjadi jalan hidup kita sebagai muslim.

Seyogyanya kita harus lebih waspada terhadap invasi gurita zionis, jangan sampai kita menjadi muslim yang berpola pikir yahudi. Target kaum zionis sejatinya menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai syariat Islam, dengan menyusupi tatanan nilai dan norma kehidupan beragama digantikan dengan doktrin sekularisasi, liberalisasi, demokrasi yang bersembunyi di balik kedok kebebasan dan HAM. Eskalasi kekhawatiran umat di dunia akan virus-virus zionis makin meningkat. Bahkan sampai pada opini yang menyatakan bahwa setiap peristiwa besar yang terjadi di belahan bumi ini ada konspirasi zionis di sebaliknya. Sebagai contoh Revolusi Perancis, Revolusi Bolshevick Rusia, PD I, PD II, hingga terbunuhnya tokoh–tokoh penting dunia, terdapat indikasi konspirasi zionis yang bermain.

Sejatinya Zionisme adalah ideologi sekular pragmatis yang berazaskan keagamaan dan politik yang bertujuan membentuk entitas bangsa: Israel Raya dengan Palestina sebagai tanah airnya dan Yerusalem sebagai ibukota negaranya. Dalam pandangan kaum Yahudi, zionisme dinisbahkan pada bukit karang zion di Yerusalem, yang mempunyai arti penting dalam agama yahudi. Menurut taurat, Al Masih akan kembali menuntun kaum Yahudi memasuki tanah yang dijanjikan dan Al Masih akan memerintah dari atas puncak bukit Zion. Zion diidentikkan dengan kota yerusalem itu sendiri. Kaum Yahudi Zionis bekerja tanpa mengenal lelah untuk mencapai cita-cita mereka membentuk: New World Order (Tata Dunia Baru). Bila kita jeli, slogan tersebut sering didengungkan oleh George W Bush, Obama dan bosnya di Tel Aviv. Bagaimana tidak? Orang nomor satu di Amerika tersebut telah menjadi kroni zionis yahudi dan telah membentuk konspirasi Judeo Christian. Simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara Yahudi Zionis dan Kristen Liberal Amerika.

Rencana kaum zionis mempecundangi umat manusia di seluruh penjuru bumi ini tidak main-main, dalam setiap tindakannya mereka mengacu pada cetak biru yang tersusun dalam Protocol of The Learned Elder Of Zion. Dokumen yang telah berumur ratusan tahun yang merujuk pada kitab yang lebih mereka agungkan: Talmud dibanding Taurat. Berbagai tipu daya zionis dirancang untuk mengelabui dan menzalimi umat mayoritas dunia. Mulai dari pola makan, kita telah terkontaminasi pola makan junk food yang sepintas higienis namun justru tak menyehatkan. Saat ini kita lebih merasa gengsi menyantap Mc Donald dan sejenisnya dibanding makan pecel lele. Bila ditinjau secara medis makanan fast food ternyata bermasalah. Minumanpun kita lebih suka soft drink global Coca Cola atau sejenisnya, padahal bila diukur derajat keasamannya menunjuk pH 3, yang berarti masuk kategori asam. Yang sejatinya lebih layak sebagai pembersih keramik kloset serta menghancurkan kerak-kerak radiator.


Bayangkan seandainya minuman tersebut tiap hari kita konsumsi, apa yang terjadi dengan usus kita? Alih-alih agar terlihat modis dan trendi masalah busanapun tak luput dari intervensi kaum zionis yang piawai merancang mode-mode mutakhir yang mempertontonkan aurat hingga akhirnya memancing syahwat. Lifestyle diciptakan ala pergaulan metropolis yang tak lepas dari pesta dan hura-hura dalam keremangan café corner dan kerlap-kerlip lampu disko yang hingar bingar. Kita dianggap kampungan bila tidak mengikuti trend yang bermuara pada pemakaian ekstasi, narkoba hingga asyik masyuk ke dalam kehidupan seks bebas.

Dari ranah pemikiran kitapun telah terinvasi dominasi zionis yahudi, cendekiawan muslim dirasuki virus Sekularisme dan Liberalisme sehingga mereka senantiasa mengedepankan rasio yang ambigu tanpa mempedulikan agama yang bersumber dari wahyu ilahiah.

Cara umat Islam beriman kepada Tuhannya dan memahami kitab sucinya tak terlewat dari hegemoni. Al Quran dihujat diragukan otentisitasnya, Haditspun digugat dinafikan keshahihannya. Al Quran dianggap sebagai produk budaya (Muntaj Tsaqafi) yang berimplikasi pada kebenaran relatif sehingga bisa diinterpretasikan dengan metode Hermeneutika yang sejatinya biasa digunakan untuk mentafsir Bible yang tentu saja sangat problematik. Lantaran umat telah dijauhkan dari aqidahnya dan bebas memilih keyakinan sesuai yang diimaninya maka merebak suburlah aliran sesat macam: Ahmadiyah, Syi’ah, Jaringan Islam Liberal, Kelompok Salamullah, Qiyadah Islamiyah, dan lain sebagainya. Yang esensinya memecah belah persatuan umat Islam. Walhasil, kesatuan universal umat hanya tinggal utopia karena ia mengikis dari segi akidah.


Pengaruh zionis yang terhitung besar dampaknya yakni dominasinya terhadap media. Opini publik dicipta dengan memanipulasi berita. Kebenaran sejati ditutupi dengan kesalahan yang tak terperi. Terkadang yang benar teraniaya ironisnya yang salah malah berkuasa. Media elektronik: TV, radio hingga media cetak: koran, majalah tabloid hingga media hiburan seperti musik, film, teater telah mereka kuasai. Ini tercantum dalam misi mereka di Protokol of Zion ke 13.

“Kita harus berusaha agar opini umum tidak mengetahui permasalahan sebenarnya. Kita harus menghambat segala yang mengetengahkan buah pikiran yang benar. Hal itu bisa dilakukan dengan memuat berita lain yang menarik di surat kabar. Agen-agen kita yang menangani sektor penerbitan akan mampu mengumpulkan berita semacam itu. Pandangan masyarakat harus kita alihkan kepada hiburan (dunia entertaiment, pen), seni dan olah raga.”

Hendaknya kita juga waspada dan selektif dengan program yang ditawarkan, dari film anak seperti: Tom & Jerry, Sponge Bob, Dora The Explorer hingga Avatar sejatinya serial-serial itu bermuatan pesan-pesan halus terselubung yang menyesatkan. Histeria musik pop merupakan sarana efektif untuk menyebarkan fanatisme buta yang sesungguhnya industri musik tersebut secara eksklusif telah dikuasai oleh tauke-tauke Yahudi yang menangguk keuntungan berlimpah. Film-film dibangun di atas erotisme dan fantastisme Yahudi yang merasuk ke alam bawah sadar kita: James Bond, Spiderman, Matrix, Da Vinci Code hingga Basic Instinct yang sejatinya merusak kisi-kisi otak kita yang bermuara pada pornografi dan kebrutalan yang arogan hingga menimbulkan dekadensi moral.


Dari sisi ekonomi, World Bank maupun IMF telah dimanfaatkan kaum zionis untuk menghancurkan perekonomian di berbagai negara hingga tercipta destabilisasi ekonomi sampai pada penjualan aset-aset publik yang mengarah pada kebangkrutan dan berujung pada krisis ekonomi yang berkepanjangan. Lobi-lobi Yahudi atas Negara adikuasa: Amerika dan Eropa memperlihatkan arogansinya ketika kebijakan badan dunia: PBB tak memihak legitimasi Palestina ataupun negara-negara muslim lainnya. Kepala-kepala Negara menjadi agen kaum zionis demi meraih kursi kepresidenan yang didukung oleh lobi-lobi zionis.

Yahudi adalah kaum laknatullah, mereka senantiasa melecehkan dan memalsukan kitab-kitab Allah, mengkafiri ayat-ayat Allah, membunuh nabi-nabi Allah, menyembah selain Allah, mendustakan ajaran Allah serta melanggar janji yang telah mereka sepakati dengan Rasulullah saw. Klaim umat yang terpilih dan bangsa yang memperoleh tanah yang dijanjikan Allah tak akan terealisasi lantaran Allah melaknat kaum Yahudi dan simpatisannya hingga hari akhir tiba.

Jalan keluar dari segala krisis yang disebabkan oleh jeratan gurita zionis hanyalah kembali pada kekonsistenan terhadap Al Quran dan umat islam harus bangkit mengaplikasikan prinsip-prinsip islam yang berbasis pada keikhlasan dan keistiqamahan. Niscaya persatuan umat akan terwujud. Kita harus meluruskan barisan merapatkan shaf dengan kesungguhan menjalankan petunjuk-petunjuk Rasulullah dan yakin bahwa dominasi Zionis yahudi yang telah menghegemoni tidak akan pernah membuahkan hasil, termaktub dalam firman Allah QS Ali Imran: 173:

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”


Insya Allah dienul Islam akan tetap tegak berdasarkan Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad saw sehingga kita dapat menghancur leburkan konspirasi global kaum zionis yahudi. Namun kita tetap waspada jangan sampai virus zionis masuk ke jendela-jendela rumah kita hingga menyusup ke nadi-nadi keimanan kita, hingga kita masih mengakui Islam namun berperilaku dan berpola pikir Yahudi. Wallahu A’lam Bi Shawab. (tri/pz)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,

Al-Qur'an menegaskan : "Keadaan mereka adalah seperti keadaan kaum Fir'aun, dan orang-orang yang sebelumnya mereka mendustakan ayat-ayat Kami, karena itu mereka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksanya. Katakanlah kepada orang-orang kafir, kamu pasti akan dikalahkan di dunia ini dan akan digiring ke dalam neraka jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya". 
(QS : Al-Imran : 11-12) 


Saat mereka berkuasa berlaku sombong. Mengingkari Allah Rabbul Alamin. Mereka menolak hukum-hukum-Nya. Mereka tidak mau tunduk dan patuh kepada Allah Azza Wa Jalla, dan berlaku lalim dan zalim. Berlaku seperti Fir'aun. Mereka merasa sangat kuat, dan tidak ada yang dapat mengalahkannya. Bertindak seolal-olah seperti "Tuhan", padahal walaupun seberapa besar kekuasaan yang mereka miliki, mereka tetap makhluk yang lemah.

Di muka bumi tidak ada yang kekal. Tidak ada yang tidak terbatas. Semuanya dibatasi dengan waktu. Umur manusia dibatasi. Kekuasaan penguasa dibatasi oleh waktu. Segalanya pasti berakhir. Tidak ada yang kekal dan abadi. Hanyalah Allah lah yang kekal dan abadi selama-lamanya. Tidak mungkin manusia, dan siapapun manusia adanya akan berlaku seperti "Tuhan". 

Zine El-Abidin, Hosni Mubarak, Muammar Gaddafi, Ali Abdullah Saleh, dan Bashar Al-Assad, ingin menyalahi hakikatnya yang sejati, tentang dirinya, bahwa diri mereka itu, tak lebih adalah manusia. Bukan "Tuhan". Tidak mungkin mereka berlaku dan bertindak seperti "Tuhan". 

Mereka semua mengaku orang-orang yang beriman, pemimpin negeri-negeri Muslim, tetapi mereka tidak mau sedikitpun beribadah dan berhukum dengan hukum Allah. Karena kesombongan mereka. Mereka semua berkhianat terhadap Allah dan Rasul-Nya. Mereka manusia yang tidak amanah dan tidak jujur dalam menjalankan amanah yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla. Mereka termasuk orang-orang yang tidak bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah Rabbul Alamin. 

Zine El-Abidin, Hosni Mubarak, Ali Abdullah Saleh, dan Bashar Al-Assad, mereka diberi anugerah dengan kekuasaan, tetapi justru kekuasaan yang berada di tangan mereka, mereka jadikan alat, bukan mengajak rakyatnya menuju kepada jalan "shirathal mustaqim" (jalan Islam), tetapi mengajak ke jalan kebathilan (shaddu an sabilillah), yang menentang seluruh kehendak dan hukum-hukum Allah. 

Menistakan orang-orang yang beriman. Dengan tindakan yang sewenang-wenang. Mencampakkan orang-orang beriman kepada kenistaan. Dengan menghinakan mereka. Memasukkan orang-orang beriman ke dalam penjara. Membunuhi orang-orang beriman. Hanya karena mereka ingin menjalankan dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Sekarang Allah Rabbul Alamin menunjukkan kekuasaan-Nya. Tidak ada guna kekuasaan yang mereka miliki. Anak-anak, harta, dan segala apa yang ada di tangan mereka, semuanya menjadi sia-sia. Tidak ada yang dapat satupun yang dapat menolong mereka. Kekuasaan, anak-anak, harta benda, pangkat, jabatan, teman-teman, dan saudara yang dulu sangat setia, sekarang meninggalkan para penguasa itu. Hanya tinggal sendirian. 

Penguasa-penguasa kafir di negeri-negeri Muslim itu, mereka semua telah ditumbangkan oleh kekuasaan Allah Al-Aziz, yang mereka tidak dapat menolaknya. Mereka harus pergi dari semuanya yang mereka cintai. Jabatan, kekuasaan, pangkat, harta, anak, isteri, semuanya mereka tinggalkan. Tidak ada yang kekal. Semua yang ada di dunia pasti berakhir. Semua itu pasti akan dipergilirkan. Kekuasaan yang mereka genggam juga akan dipergilirkan. 

Kekuatan apapun yang mereka miliki, tidak akan pernah dapat melindungi mereka. Balatentara yang kuat, senjata yang banyak dan canggih. Semuanya menjadi sia-sia. Allah telah berkehendak dan menetapkan dengan ketetapan-Nya, bahwa mereka harus meninggalkan kekuasaan yang amat mereka cintai.

Balasan mereka yang telah durhaka kepada Allah Ta'ala, pasti akan diberikan kepada mereka dengan seadil-adilnya. Semua amalan mereka akan mendapatkan balasan. Mereka diberi kekuasaan yang dalam kurun waktu yang panjang, dan mereka telah berlaku sombong, ingkar, dan menolak dan mendustakan hukum-hukum-Nya. 

Seperti dikatakan Al-Qur'an, mereka dikalahkan dan dihancurkan, betapapun dulunya mereka merasa sangat berkuasa, sekarang dicampak dan menjadi manusia yang paling tidak berharga. Terimalah balasan dari Allah Rabbul Alamin atas segala kesombongan, kedurhakaan, pengkianatan, dan pasti Allah akan memberikan balasan yang seadil-adilnya kepada mereka para penguasa zalim, lalim, dan kafir itu. Wallahu'alam.

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:


Islam tidak menyukai wanita dilelahkan syarafnya dengan bekerja memeras tenaga. Wanita yang bekerja pulang ke rumah sudah dalam keadaan lelah seperti halnya si pria sendiri. Syarafnya tegang dan otot kaku. Lalu timbullah pergeseran-pergesaran tegang antara dia dengan suaminya. Kedua-duanya tidak mau mengalah. Anak-anaknya pun lalu merasa tidak punya ibu. Yang terasa oleh mereka adalah mereka punya dua ayah, yang sama-sama pria. (Muhammad Quthb)

Pada 4 Januari tahun 1988, koran New York Times merilis hasil penelitian mengenai psikologi wanita karir Yahudi di Amerika yang dilakukan seorang sosiolog di Gratz College, Philadhelphia. Survey bertajuk "Jewish Women on the Way Up: The Challenge of Family, Career, and Community'' ini melibatkan tidak sedikit para wanita Yahudi. Beberapa organisasi Yahudi pun mengumpulkan sekitar 1000 orang wanita Yahudi baik sebagai pebisnis maupun wanita professional untuk menjadi objek garapan dari penelitian serius ini.

Penelitian sendiri disponsori oleh Komite Yahudi Amerika dan Majalah triwulanan berhaluan Feminis Yahudi bernama Lilith. Seribu wanita itu kemudian diberikan kuesioner dan diwajibkan untuk mengisi seluruh pertanyaan agar riset berjalan maksimal.

Hasilnya, cukup menarik. Kesimpulan dari survei itu adalah bahwa sementara perempuan lain masih banyak menemukan diri mereka harus memilih antara pernikahan, karir dan melahirkan anak, wanita karir Yahudi justru berhasil memadukan ketiganya. Ini adalah sebuah temuan yang memang mendukung opini sebelumnya dimana perhatian Yahudi terhadap keluarga tergolong sangat tinggi. Wanita Yahudi yang bergelar sarjana, master, ataupun doktor mampu membagi peran antara seorang pekerja dengan status mereka sebagai seorang ibu.

Meningkatnya jumlah wanita karir Yahudi yang membanjiri sektor ekonomi sebenarnya tidak terlepas akan dua hal. Pertama, faktor finansial Yahudi. Jika kita berkaca kepada sejarah, dominasi wanita Yahudi yang mewarnai lapangan pekerjaan tidak terlepas dari peran dinamika kehidupan mereka di Eropa. Lambannya Yahudi dalam menguasai sektor perekonomian, memaksa mereka memutar otak untuk membiayai kehidupan. Terlebih jumlah Yahudi sangat sedikit. Mereka juga banyak mengalami krisis identitas saat mengarungi diaspora ke berbagai Negara. Walhasil, diskriminasi Eropa terhadap mereka membuat banyak elite Yahudi memainkan peran wanita untuk menyambung keluarga.

Namun peran yang begitu signifikan ada pada faktor kedua, yakni peran di balik layar mereka dalam memainkan skenario Revolusi Perancis. Perlu dicatat bahwa Revolusi Perancis sama sekali bukan garapan orang-orang Perancis yang ditujukan demi kebaikan rakyat Perancis itu sendiri. Revolusi Perancis digerakkan oleh agen-agen kepentingan asing (yahudi kapitalis internasional) dengan tujuan menghancurkan seluruh stuktur masyarakat dan negara Perancis untuk digantikan dengan "orde baru" yang sesuai dengan kepentingan mereka.

Hal ini pun dikonfirmasi oleh dokumen Protocols of Learned Elders of Zion (Protocols of Zion), dokumen rahasia yang memuat rencana dominasi dunia oleh tokoh-tokoh yahudi. Protokol ketujuh dan pertama dokumen itu mengatakan:

"Ingat dengan Revolusi Perancis yang kepadanya kita menyebutkan sebagai keberhasilan besar. Rahasia dari persiapannya dikenal luas di kalangan kita karena sesungguhnya itu adalah pekerjaan kita."

"Kitalah yang pertama kali berteriak di antara massa 'Liberty, Equality, Fraternity.' Orang-orang gentile (non-yahudi) bodoh berdatangan dari seluruh penjuru untuk memakan umpan itu, dan bersama mereka melakukan 'kebaikan untuk dunia'. Bahkan orang-orang bijak dari gentile sedemikian bodohnya sehingga tidak mengerti bahwa pentingan asing."

Dengan semboyan equality inilah feminisme menemukan momentumnya. Sebuah buku berjudul Vindication of The Rights of Women yang dikarang Mary Wollstronecraft pada tahun 1792 bisa kita ambil sebagai bahan kajian lebih jauh. Seperti dikatakan Rosemarie Putnam Tong dalam bukunya Feminist Thought, Mary adalah wanita yang mendelegasikan feminisme gelombang pertama. Ia menggambarkan bahwa kerusakan psikologis dan ekonomi yang dialami perempuan disebabkan oleh ketergantungan perempuan secara ekonomi kepada laki-laki dan peminggiran peran perempuan dari ruang publik.

Marry Wollctronecraft yang mencoba bunuh diri sebanyak dua kali dan menolak menikah hingga usia yang lebih lanjut ini kemudian menginginkan bahwa perempuan bukanlah “mainan laki-laki atau lonceng milik laki-laki”. Dengan kata lain, perempuan bukanlah “sekedar alat” atau isntrumen untuk kebahagiaan atau kesempurnaan orang lain. Sebaliknya perempuan adalah tujuan yang memiliki harga diri untuk menentukan nasibnya sendiri. dalam realitas tidak pernah ada persamaan dan kebebasan.

Dalam perkembangannya, tren wanita karir menjadi suatu fakta yang tidak terelakkan. Feminisme berkembang menjadi ‘wahyu’ untuk menuntun para wanita dalam menuntaskan struktur keluarga yang sangat mengekang bagi perkembangan perempuan.

Namun pemikiran Yahudi yang menggembar-gemborkan kebebasan untuk wanita dalam berkarir mulai menimbulkan dampaknya. Efek daripada ini berimbas kepada mulai dipertanyakannya kesimpulan bahwa wanita Yahudi mampu memadukan antara karir, keluarga, dan mengurus anak. Bahwa tidak semua wanita Yahudi bisa digambarkan sebagai sosok perempuan ideal seperti penelitian Lilith tahun 1988.

Dalam catatan tingkat perceraian yang dirilis Divorcemag.com, pada tahun 2002 saja, tingkat perceraian di Israel yang hanya sebuah Negara kecil, mencapai angka 14%.Menariknya survey itu tidak mencatumkan negara-negara muslim sebagai Negara yang memiliki tingkat perceraian tinggi. Tercatat Negara mayoritas muslim seperti Turki hanya mencantumkan angka 6%. Itu pun jika kita mau mendebat penyebutan Turki sebagai Negara muslim mengingat bahwa Negara para Fatih tersebut masih setia dalam menerapkan hukum sekuler, dan bukan hukum Islam.

Bahkan tingkat perceraian di Israel semakin tajam dari waktu ke waktu. Pada tahun 2006 saja, Pengadilan Administrasi Rabbinis mengemukakan bahwa di Yerusalem, kota yang didominasi religiusitas Yahudi, ada kenaikan tajam 10,4 % perceraian di kalangan keluarga Yahudi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Menariknya para pelaku perceraian di Israel justeru berasal dari kalangan religius Yahudi yang terkenal militan, radikal, fundamentalis atau bisa disebut sebagai kelompok ultra ortodoks yang diwakili oleh komunitas Yahudi Haredim.

Komunitas Haredim sendiri adalah sebuah kelompok masyarakat Yahudi ultra-ortodoks yang menjadikan Taurat sebagai pegangan hidup. Jumlah mereka mencapai 10 % dari total 7,8 juta penduduk Israel. Dalam masyarakat Yahudi Haredim, semua yang berbau sekuler sangat dilarang. Kelompok ini juga mengharamkan para pengikutnya untuk memiliki radio dan televisi, terlebih lagi menontonnya.

Kehidupan mereka sendiri sering diisi dengan saling bertukar kabar melalui poster yang ditempelkan di tembok jalanan. Lelaki dan perempuan yang bukan muhrim juga tidak diperkenankan untuk berduaan, apalagi berpacaran. Pernikahan pun diatur dengan sistem perjodohan. Gambar perempuan otomatis dilarang tampil di muka umum, dan tiap hari Sabbath, mereka mengeluarkan kebijakan untuk tidak boleh ada yang mengemudikan kendaraan.

Namun yang menjadi menarik adalah bahwa kelompok yang memegang teguh Taurat seperti Heredim pun menjadi penumbang saham terbesar dalam perceraian keluarga Yahudi di Israel. Menurut Rabi Yitzhak Ralbag, petinggi di kantor pernikahan Yahudi (semacam KUA di Israel) banyaknya pasangan religius yang bercerai adalah suatu fakta yang menjadi pukulan telak bagi Yahudi. Seperti dikutip dari Jerusalem Post, Ralbag mengatakan,

"I see it even among haredim when they come to register for marriage. More and more requests to marry are being made by haredi divorcees. Once it was an embarrassment."

Jika tingkat perceraian saja, sudah menggerogoti kaum ortodok Yahudi, maka kaum sekuler pasti akan memiliki riwayat sama, jika tidak secara matematis mengalami hal yang lebih buruk. Nomor perceraian keluarga sekuler di Tel Aviv melonjak naik meski pada tingkat yang lebih moderat. Masih, menurut laporan Jerusalem Post, tercatat ada sekitar 3.007 orang Yahudi yang memilih untuk mengakhiri pernikahan mereka pada tahun 2006. Dalam data pengadilan, angka perceraian keluarga sekuler Yahudi ini naik 4,4% dari tahun 2005.

Dan menariknya salah satu alasan perceraian dikalangan keluarga Yahudi disebabkan karena kesibukan ekonomi yang sedikit banyak membuat para wanita mengambil sektor pekerjaan. Kesibukan wanita Yahudi ini tentunya membuat mereka banyak menelantarkan keluarga. Wanita yahudi juga banyak menjalin kasih dengan pria lain dari hubungan pekerjaanya.

Sebagai umat Islam, kita bisa mengambil pelajaran dari runtuhnya tatanan keluarga di kalangan Yahudi. Islam sebenarnya sudah bisa memprediksi kehancuran sebuah keluarga yang tidak hanya menimpa kaum kafir tersebut. Menurut Muhammad Quthb, dalam bukunya Ma’rakah At Taqalid, Islam memang tidak menyukai posisi wanita yang mengambil jalan karir sebagai pilihan hidupnya. Sebab Islam, kata Muhammad Quthb tidak suka wanita dilelahkan fisiknya dengan bekerja memeras tenaga. Secara lebih jauh, Profesor Kajian Islam dari Universitas Arab Saudi itu menulis sebuah hal yang menarik,

“Wanita yang bekerja pulang ke rumah sudah dalam keadaan lelah seperti halnya si pria sendiri. Syarafnya tegang dan otot kaku. Lalu timbullah pergeseran-pergesaran tegang antara dia dengan suaminya. Kedua-duanya tidak mau mengalah. Anak-anaknya pun lalu merasa tidak punya ibu. Yang terasa oleh mereka adalah mereka punya dua ayah, yang sama-sama pria.”

Oleh karena itu, menurut Muhammad Quthb, Islam adalah agama yang gigih menjamin seluruh esensial hidup wanita, tanpa mengharuskannya memburu, memeras keringat, demi mendapatkan sesuap nasi. Namun hal ini bukan berarti Islam kemudian melarang wanita bekerja. Karena bekerja diperbolehkan dalam Islam. Paling banter, Islam tidak menyukainya. Meski perlu juga dicatat bahwa keputusan wanita bekerja dapat dilakukan jika dalam situasi terdesak, darurat, dan memaksa perempuan untuk turun tangan, seperti ketika ia ditinggalkan suaminya. Namun terlepas dari situasi itu, perempuan tidak diwajibkan untuk bekerja. Karena hak memberikan nafkah ada pada suami.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” (Annisa: 34)

Maka bila seorang wanita menikah, hamil, lalu melahirkan, amanah perempuan yang pertama kali tertumpu pada dirinya adalah sektor rumah tangganya. Kenapa? Sebab perempuan memiliki peran strategis lagi mulia, yakni mempertahankan status tauhid seorang anak yang telah diberikan oleh Allah dan itu jauh lebih mulia ketimbang mereka mendahulukan karirnya. Maka itu tidak heran dalam sebuah hadis mengenai fitrah anak, Rasulullah SAW menyebut ibu pada posisi pertama sebelum ayah dalam mendidik agama anaknya, “Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid). Ibu bapaknyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

Dan proses seorang wanita menjadi sebenar-benarnya wanita tidak akan pernah berjalan baik, jika ia melupakan status utamanya sebagai seorang ibu. Proses ini pun juga mustahil terjadi jika seorang wanita lebih mendekatkan dirinya kepada karirnya ketimbang amanah besar yang diberikan Allah untuk menuntaskan hadis Rasulullah tersebut. Dalam hal ini, Islam bukan kemudian melarang wanita meraih pendidikan tinggi di luar rumahnya, karena menuntut ilmu wajib bagi seluruh umat muslim. Namun Islam mendelegasikan bahwa tugas keilmuan pertama yang mesti dipelajari seorang wanita adalah ilmu rumah tangganya, setelah itu baru ia bisa memilih jenjang pendidikan lain yang ia sukai.

Karena Islam adalah agama satu-satunya yang tidak mengenal dikotomi keberhasilan seorang wanita yang sukses di luar rumah, namun meninggalkan jejak kehancuran di dalam rumahnya. Seperti Marry Wollstronecraft, yang katanya “sukses” menjadi feminis, tapi justeru sudah melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali dan membunuh fitrahnya dengan tidak menikah sampai usia lanjut.

Maka itu Islam sangat adil meletakkan proporsi perempuan baik sebagai ibu, penuntut ilmu, dan pengurus suami. Jauh lebih berkeadilan dan beradab ketimbang instrumen Lilth dalam menilai wanita Yahudi, yang pada perkembangannya bahwa keutuhan rumah tangga Yahudi tidak bisa dipertahankan.

Maka, meminjam bahasa seorang penyair Arab maka peran ibu muslim disini bagaikan sebuah madrasah yang akan simetris, tidak saja pada perannya mendidik seorang anak, tetapi juga pada kadar kualitas generasi dimana ia tinggal. “Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya. Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.” (pz)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:


Terguncang oleh peristiwa serangan 9 / 11—10 tahun silam—dan permusuhan Barat terhadap Muslim, keingintahuan rakyat Amerika akan Islam telah membawa mereka untuk memeluk satu-satunya agama tauhid di muka bumi ini.

"Rasanya gila melakukan hal itu," kata Johannah Segarich, kepada Huffington Post.

"Saya adalah seorang wanita setengah baya yang profesional, sangat independen, sangat kontemporer, dan di sini saya beralih agama, yang pada titik tertentu begitu dicaci maki."

Segarich terkesima oleh berita bahwa serangan 9 / 11, yang diklaim oleh Al-Qaeda, dilakukan oleh Muslim.

"Agama macam apa itu yang menyuruh orang untuk melakukan (hal sekeji) itu?" Segarich mengingat reaksi pertamanya terhadap berita tersebut.

Penasaran, wanita Amerika ini memutuskan untuk mempelajari Islam lebih dalam. Ia mulai membuka Alquran.

"Sampai akhirnya saya sampai pada keputusan (untuk masuk Islam)," kenangnya.

Beberapa minggu kemudian, instruktur musik kelahiran Utah ini mulai mempelajari Islam.

Hanya beberapa bulan kemudian, dia memutuskan untuk mengucapkan Syahadat dan memeluk Islam.

Segarich tidak sendirian.

Angela Collins Telles memutuskan untuk memeluk Islam setelah melihat hiruk-pikuk anti-Islam tumbuh pasca 9 / 11.

"Saya melihat negara saya mengutuk orang-orang ini sebagai teroris dan penindas perempuan, dan saya tidak bisa memikirkan apa pun lagi," katanya.

"Dan saya merasa perlu untuk berdiri dan membela mereka."

"Tapi kemudian saya menyadari bahwa saya tidak bisa berdebat tanpa pengetahuan."

Pada titik ini, Collins Telles mulai mempelajari Islam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Setelah melakukan kajian yang cukup mendalam, ia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

"Konsep Tuhan adalah hal yang paling indah, dan konsep yang sesuai dengan apa yang saya percayai," katanya.

Di Chicago, ada Kelly Kaufmann yang memiliki pengalaman serupa ketika ia harus membela Muslim melawan tuduhan sebagai anti-perdamaian.

"Saat itulah saya menyadari, jika saya mengambil hal tersebut secara pribadi, saya pikir saya harus siap," katanya.

Kaufmann memutuskan untuk mempelajari Islam setelah dikritik oleh kerabatnya karena menjadi relawan untuk kampanye presiden Presiden Obama, karena mereka percaya ia adalah seorang Muslim.

Squires Trisha, yang menjadi Muslim bulan lalu, juga merasakan reaksi permusuhan yang keras karena masuk Islamnya itu.

"Ibu baptis dari anak-anak saya akan menjadi seorang Muslim?" ia ingat reaksi teman dekatnya yang kecewa.

Survei di Amerika Serikat telah mengungkapkan bahwa mayoritas orang Amerika hanya tahu sedikit tentang Islam.

Namun, sebuah jajak pendapat Gallup baru-baru ini, menyebutkan bahwa 43 persen orang Amerika mengaku merasa setidaknya berprasangka buruk terhadap Muslim.

Namun, beberapa orang yang baru masuk Islam, ternyata tidak terpengaruh oleh sikap permusuhan.

"Saya tidak pernah peduli kalau saya diterima atau tidak," kata Collins Telles, yang sekarang tinggal di Brazil bersama suaminya, yang juga memeluk Islam setelah bertemu dengannya.

"Saya tahu bahwa saya telah menemukan Tuhan, dan itu semua yang saya inginkan."

Meskipun jumlah yang masuk Islam sulit untuk diperhitungkan, pengamat memperkirakan bahwa sebanyak 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahunnya.

Menurut para ahli, mayoritas mualaf pasca 9/11 adalah perempuan.

Vaqar Sharief, yang ditugaskan untuk membuat data untuk menghitung orang Amerika yang masuk Islam mencatat bahwa terdapat empat atau lima orang Amerika yang masuk Islam setiap bulannya. (sa/onislam)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:


"Jadi saya pikir pada saat itu setiap wanita akan bereaksi dengan berbagai cara yang berbeda. Beberapa wanita pada saat itu tidak akan memasak, sedangkan yang lainnya akan terlibat dialog dengan suami mereka. Di Seluruh negeri beberapa wanita akan keluar untuk berunjuk rasa. Mereka akan menekan anggota Kongres Senator agar meluluskan undang-undang yang mempengaruhi peran wanita. "

Kalimat diatas diucapkan Betty Friedan untuk menyambut demo besar-besaran wanita pada tanggal 26 Agustus 1970 di Amerika Serikat. Friedan adalah seorang tokoh feminis liberal yang ikut mendirikan dan kemudian diangkat sebagai presiden pertama National Organization for Woman pada tahun 1966. Ia menjadi pemimpin aksi massa perempuan untuk mendobrak UU di Amerika yang melarang aborsi dan pengembangan sifat-sifat maskulin oleh wanita.

Betty Friedan sendiri terlahir dengan nama Betty Naomi Goldstein pada tanggal 4 Februari tahun 1921. Pada giliranya Friedan berkembang menjadi seorang aktivis feminis Yahudi Amerika kenamaan pada durasi medio 1960-an. Puncak momentumnya terjadi setelah ia berhasil mengarang "The Feminine Mystique". Buku yang menjadi rujukan kaum feminis ini menggambarkan peranan wanita dalam masyarakat industri. Friedan mengkritik habis peran ibu rumah tangga penuh waktu yang baginya sangat mengekang dan jauh dari penghargaan terhadap hak wanita.

Buku Freidan pun terjual laris. The Feminine Mystique berubah menjadi “kitab suci” bagi kaum wanita dan Freidan pun digadang-gadang menjadi pencetus feminisme gelombang kedua setelah ombaknya pernah menyapu dunia abad 18.

Teori yang sangat ternama sekali darinya adalah apa yang disebut oleh Freidan dengan istilah Androgini. Androgini sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki) dan γυνή (guné, yang berarti perempuan) yang dapat merujuk kepada salah satu dari dua konsep terkait tentang gender.

Namun sejatinya, kata Androgini muncul pertama kali sebagai sebuah kata majemuk dalam Yudaisme Rabinik sebagai alternatif untuk menghindari kata hemaprodit yang bermasalah dalam tradisi Yahudi.

Akan tetapi, sekalipun telah menapaki karir yang sangat memuncak dalam dunia feminism, gagasan Freidan pun juga menjadi sasaran kritik. Menariknya orang yang mengkritik Friedan adalah seorang feminis lainnya bernama Zillah Eisenstein. Eisenstein sendiri adalah Profesor Politik dan aktivis feminis dari Ithaca New York. Ia menulis kritikan tajam terhadap gagasan konsep wanita bekerja milik Friedan hingga akhirnya Friedan Dalam bukunya, Radical future of Liberal Feminism, Eisenstsein mengkritik,

“Tidak pernah jelas apakah pengaturan ini seharusnya meringan beban ganda perempuan (keluarga dan pekerjaan) atau secara signifikan menstruktur ulang siapa yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak. Bagaimana tanggung jawab ini dilaksanakan?"

Perdebatan antara Eisenstein dan Freidan yang sama-sama aktivis feminis hampir tidak pernah ditemukan dalam dunia Islam. Karena Islam bukanlah sebuah produk dari akal manusia, tidak juga lekang dimakan waktu, lebih-lebih relatif dalam standar manusia. NamunIslam adalah agama genuine yang langsung turun dari Allah SWT.

Islam sebagai agama mulia, secara tegas mengatur posisi wanita sebagai madrasah utama dalam pendidikan di rumah. Ibu, dalam Islam mendapat posisi penting sebagai guru pertama anaknya, dan bukan kakek dari anaknya, nenek dari anaknya, bahkan ayah dari anaknya sendiri.

Maka itu peran istri dalam Islam bagai guru besar pendidikan pertama yang harus dihormati oleh suaminya. Al Qur’an sendiri secara jelas melekatkan peran mulia seorang ibu yang simetris dengan peranan membangun rumah tangga mulia. Dalam surah Al Ahzab ayat 33, Allah berfirman,

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

Banyak orang salah kira, bahwa surat Al Ahzab ayat 33 hanya berlaku spesifik kepada istri nabi, anggapan ini sungguh keliru. Karena Al Qur’an adalah petunjuk bagi orang beriman dan Rasulullah SAW telah ditugaskan sebagai nabi yang menjadi panutan umat manusia.

Islam disini bukan berarti melarang seorang istri bekerja, karena bekerja diperbolehkan dalam Islam. Tapi Islam hanya mendelegasikan bahwa sekalipun perempuan bekerja itu harus dalam kondisi darurat dan pekerjaan bukanlah sebagai pokok tugas utamanya, karena tugas utama mencari nafkah ada pada fihak suami sedangkan istri memiliki beban yang lebih mulia: orang pertama yang menyiapkan generasi rabbani.

Perihal peran wanita dalam menyiapkan generasi emas Islam, Muhammad Quthb dalam bukunya Ma’rakah At Taqalid pun menulis,

“Islam memperhatikan pria dan wanita karena mereka akan menjadi ibu-bapak produk baru. Tetapi Islam lebih memperhatikan wanita, karena wanitalah pembangun hakiki dari generasi. Sedangkan ayah baru menyusul kemudian. Mungkin ayah yang akan mendidik tapi itu nanti sesudah peranan sang ibu. Itulah sebabnya Islam mengusahakan terjaminnya belanja hidup sang ibu, agar ia tidak usah bekerja di luar rumah.”

Kebenaran Al Qur’an dan konsep Islam dalam mendudukkan perang seorang wanita menjadi ibu di rumah memang terbukti benar dalam serangkaian penelitian. Di Inggris kini telah terjadi tren dimana para wanita sudah terfikir meninggalkan karirnya dan memilih untuk berkonsentrasi di rumahnya.

Sebuah majalah wanita, Genius Beauty, maret lalu memberitakan bahwa para psikolog dan sosiolog Inggris menemukan bahwa 70% wanita Inggris meninginkan membangun sebuah keluarga yang bahagia bersama dengan pasangan mereka. Mereka memiliki kecendrungan untuk menjadi wanita yang lebih dekat kepada anaknya, ketimbang dengan “bos” nya.

Bahkan Kathy Caprino dalam bukunya "Breakdown, Breakthrough" juga memiliki kesimpulan hampir sama. Ia meneliti banyak wanita yang terjun ke dunia pekerjaan cenderung tidak bahagia. Lima alasan terpopuler mengapa mereka tidak bahagia akan pekerjaan yang disandangnya menurut Caprino adalah:

1. Merasa tidak akan bisa seimbang antara bekerja dan mengatur keluarga
2. Menderita Masalah Finasial parah
3. Tidak sungguh-sungguh menjalani bakat dan keahlian dengan hati
4. Merasa tidak berharga dan dihormati
5. Hanya mendapatkan sedikit hal positif dan kesenangan dalam pekerjaan

Maka itu dalam sejarah Islam, kita melihat bagaimana peran ibu memiliki porsi terbesar dibalik tumbuh kembangnya seorang anak menjadi ulama kelas dunia. Imam Syafi’i misalnya, dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu sabar. Ketiadaan suami tidak membuat Ibunda Imam Syafi’i menyerah pada keadaan dan melupakan hak seorang anak untuk mendapatkan pendidikan terbaik dalam bidang agama.

Kemiskinan pun tidak lantas membuatnya sungkan “melobi” seorang guru di al-kuttab (Sekolah Mengahafal Qur’an) untuk curhat bahwa dirinya tidak memiliki biaya bagi sekolah Imam Syafi’i. Bayangkan karena tidak punya uang untuk membeli kertas, Imam Syafi’i sampai harus menulis di pecahan tembikar, tulang belulang, hingga pelepah kurma. Dan berkat kegigihan sang ibulah, guru di Al Kuttab itu merasa luluh.

Imam Syafi’i lantas betul-betul memanfaatkan momen belajar yang telah dibuka oleh ketegaran seorang ibu. Bayangkan, Imam Syafi’i sudah hafal Qur’an sejak kecil dan di umur 15 tahun telah diizinkan untuk mengeluarkan fatwa. Subhanallah. Tanpa kehadiran seorang ibu, mungkin saat ini kita hanya mengenal nama Imam Syafi’i sebagai orang biasa, bukan ulama kesohor yang kejeniusannya dalam perkara fiqh menjadi peneman kita saat mengalami kebingungan.

Sayyid Quthb pun demikian. Ketika ditanya tentang masa kecilnya, Ulama Mesir itu hanya bisa berujar, “Setiap aku bermain, tidak ada suara yang kudengar selain tilawah Qur’an yang dibawa oleh ibuku”. Ibu seperti itulah yang melahirkan generasi penghafal qur’an dan pelawan imperialisme dalam satu keluarga, baik Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Aminah Quthb, Hamidah Quthb.

Konsep Ibu yang paralel dengan pembinaan generasi berperadaban inilah yang tidak kita temui dalam agama-agama lainnya, seperti Yahudi maupun Kristen. Mereka memang berbicara tentang perempuan, tapi bukan perempuan yang melahirkan peradaban. Sebab jika memang perempuan mulia, tidak mungkin wanita dipanggil para pria dengan sapaan femina atau kurang iman. “The Very word to describe woman, femina, according to the authors (of Witchess Hammer) is derived from fe and minus interpretated as less in faith,” kata Walter L. Liefeld dalam buku berjudul Daughter of Church.

Terlepas apakah dasar etimologis kata femina itu benar atau sekedar olok-olok yang pasti perempuan di Barat dalam sejarahnya memang diperlakukan seperti manusia kurang iman. Tidak heran pada masa Inquisisi wanita menjadi korban penyiksaan dan pemerkosaan. Jadi Barat memang tidak memiliki pengalaman untuk membangun wanita beradab.

Sebaliknya Islam menurunkan hikmah dan ibrah tentang dominasi peran ibu di dalam rumah yang tidak mesti dipusingkan oleh atribut karir dunia. Merekapun bahagia-bahagia saja. Maka tak heran, perintah menghargai ibu lebih pertama dititahkan oleh Allah ketimbang ayah. Dalam surah Al Ahqaf ayat 15, Allah berfirman,

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". (pz)
Bersambung

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

“Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi baik asal ia pernah mendapatkan pengasuhan seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah wanita.”

Ucapan diatas dilontarkan oleh Muhammad Quthb, dalam sebuah ceramahnya puluhan tahun silam. Muhammad Quthb adalah ulama Mesir yang concern terhadap pendidikan Islam sekaligus pemikir ulung abad 20.

Ia tidak hanya dikenal sebagai aktivis yang gencar melakukan perlawanan terhadap rezim Imperialisme Mesir, namun juga cendekiawan yang terkenal luas ilmunya.

Beberapa bukunya pun telah beredar di Timur Tengah dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang diantaranya adalah Shubuhāt Hawla al-Islām (literally "Misconceptions about Islam"). Hal nahnu Muslimūn (Are we Muslims?). Al-Insān bayna al-māddīyah wa-al-Islām. (Man between the Material World and Islam). Islam and the Crisis of the Modern World dan masih banyak lagi. Maka tak heran, lepas dari penjara ia pun mendapatkan gelar Profesor Kajian Islam di Arab Saudi.

Muhammad Quthb menekankan bagaimana pentingnya peran yang dimiliki seorang ibu dalam Islam. Ibu tidak saja adalah pihak yang dekat secara emosional kepada seorang anak, tapi ia juga memiliki pengaruh besar terhadap masa depan akhlak dari generasi yang dilahirkannya.

Menurut Muhammad Quthb anak yang pada kemudian hari mendapatkan ujian berupa kehancuran moral akan bisa diatasi, asal sang anak pernah mendapatkan pengasuhan ibu yang solehah. Pendidikan Islami yang terinternalisasi dengan baik, akan membuat sang anak lekas bangkit dari keterpurukannya mengingat petuah-petuah rabbani yang pernah terekam dalam memorinya.

Sebaliknya, ayah yang memiliki istri yang sudah rusak dari awalnya, maka ia pun hanya akan melahirkan sebuah keturunan yang memiliki kepribadian persis dengan wanita yang dipinangnya. Sifat alami anak yang banyak mengimitasi perilaku sang ibu akan membuka peluang transferisasi sifat alami ibu kepada anaknya.

Maka kerusakan anak akan amat tergantung dari kerusakan ibu yang mendidiknya. Oleh karena itu, dalam bukunya Ma’rakah At Taqaaliid, Muhammad Quthb mengemukakan alasan mengapa Islam mengatur konsep pendidikan yang terkait dengan arti kehadiran ibu dalam keluarga. Ia menulis:

“Dalam anggapan Islam, wanita bukanlah sekadar sarana untuk melahirkan, mengasuh, dan menyusui. Kalau hanya sekedar begitu, Islam tidak perlu bersusah payah mendidik, mengajar, menguatkan iman, dan menyediakan jaminan hidup, jaminan hukum dan segala soal psikologis untuk menguatkan keberadaannya… Kami katakan mengapa ‘mendidik’, bukan sekedar melahirkan, membela dan menyusui yang setiap kucing dan sapi subur pun mampu melakukannya.”

Nah, konsep inilah yang tidak terjadi di Negara Barat. Barat mengalami kehancuran total pada sisi masyarakatnya karena bermula dari kehancuran moral yang menimpa wanitanya. Wanita-wanita Barat hanya dikonsep untuk mendefinisikan arti kepribadian dalam pengertian yang sangat primitif, yakni tidak lain konsep pemenuhan biologis semata.

Dosen dan pelacur bisa jadi sama kedudukannya mirip dengan perkataan Sumanto Al Qurtubhy, kader Liberal didikan Kanada yang berujar, “Lho, apa bedanya dosen dengan pelacur? Kalau dosen mencari nafkah dengan kepintarannya, maka pelacur mencari makan dengan tubuhnya.”

Qurthuby hanyalah muqollid (pengikut) dari Sigmund Freud, psikolog kenamaan asal Austria yang membumikan konsep psikoanalisis. Ia mengatakan ketika dorongan seksual sudah menggelora dalam diri pria maupun wanita, maka sudah selayaknya mereka tuntaskan lewat jalan perzinahan, tanpa harus melalui alur pernikahan. Maka itu Freud menuding orang yang senantiasa menjaga akhlaknya rentan terserang gangguan psikologis seperti neurosis.

Kini Freud memang telah mati, namun gagasan itu membekas dalam pribadi orang Barat. Jika anda kerap menyaksikan berita Olahraga, pembawa acara sering memberitakan bahwa salah seorang pemain sepakbola di Inggris telah memiliki anak dari pacarnya, ya pacar dan bukan istri. Karena konsep pernikahan sudah mendebu di benua biru.

Pasca kematian Freud, muncul banyak pengganti yang tidak lebih ekstrem, salah satunya Lawrence Kohlberg. Ia adalah pengusung metode pendidikan Karakter. Metode ini sudah gagal di Barat dan sekarang diimpor ke negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia.

Wajah pendidikan Karakter terlihat manis. Ia mentitah agar para siswa berperilaku jujur dan memegang komitmen. Namun ia tidak memliki dasar agama, jika seorang remaja memilih untuk hidup tanpa tuhan, tidak menjadi persoalan dalam pendidikan karakter, asal itu dapat dipertanggungjawabkan.

Begitu pula masalah hubungan seks. Bagi Kohlbergian, kita tidak boleh menyalahkan seorang anak perempuan yang hamil di luar nikah, sebab masalah baik atau buruk menjadi relative. Pendidikan Karakter pun tidak boleh menghakiminya, karena anak akan jatuh salah jika ia tidak bisa mempertanggungjawabkan hubungan seksnya. Jadi jika remaja perempuan hamil masih bisa terbebas dari "dosa", asal ia siap menjadi ibu. Urusan benar atau salah tergantung tanggung jawab, bukan agama.

Maka tak heran, ketika Lawrence Kohlberg lebih memilih bunuh diri dengan menyelam di laut yang dingin pun disambut gembira oleh masyarakat Barat. Alasannya bisa membuat kita sebagai umat muslim tertawa: Kohlberg telah memilih jalan yang memang ia kehendaki. Ya terlepas dari dia yang akan masuk neraka jahnam. Sebuah metode berfikir yang terlalu konyol untuk kita fahami.

Kita kembali lagi ke masalah perempuan. Kehidupan Barat yang bebas sejatinya diawali dari kehendak dari kalangan wanita untuk hidup bebas dan meredeka sesukanya.

M. Thalib, cendekiawan muslim yang telah menulis puluhan buku tentang pendidikan Islam juga menekankan bagaimana proyek Zionis dibalik wacana pembebasan wanita di Barat. Menurutnya kaum Yahudi memiliki peran kuat dibalik slogan Liberty, Egality dan Fraiternity (kebebasan, persamaan dan persaudaraan) kepada bangsa Perancis.

Hal ini dipropagandakan oleh Zionis dan disebarkan ke penjuru dunia hingga kita bisa merasakan apa yang disebut Hak Asasi Manusia dan Feminisme pada saat ini. Dalam bukunya, “Pergaulan Bebas, Prostitusi, dan Wanita”, M. Thalib menulis,

“Slogan-slogan inilah yang membuat orang-orang bodoh turut serta mengulang-ulanginya di seluruh penjuru dunia di kemudian hari, tanpa berfikir dan memakai akalnya lagi.”

Mungkin terasa ganjil bagi kita, mengapa Yahudi sebagai bangsa yang pongah begitu takut dengan perempuan? Jawabannya sederhana: membiarkan seorang wanita tumbuh menjadi solihah adalah alamat “kiamat” bagi mereka.

Jika seorang ibu yang solehah bisa mengasuh 5 anak muslim di keluarganya untuk tumbuh menjadi generasi mujahid. Kita bisa hitung berapa banyak generasi yang bisa dihasilkan dari 800 juta perempuan muslim saat ini?

Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah, "Siapakah manusia di muka Bumi ini yang harus diperlakukan dengan cara yang paling baik ?". Rasul menjawab, "Ibumu". "Setelah itu siapa lagi ya Rasul". Sekali lagi Rasul menjawab, "Ibumu". Sahabat bertanya kembali, "Kemudian siapa?". Lagi-lagi Rasul menjawab "Ibumu, baru Ayahmu". [Shahih, Diriwayatkan oleh Imam Bukhari). (pz)
Bersambung

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Di kota Hama jalan-jalan sepi. Puing-puing berserakan. Gedung-gedung dan bangunan serta rumah berlubang menganga, akibat tembakan senjata berat pasukan al-Assad. Bangunan lima lantai di pinggir-pinggir jalan, di sepanjang jalan utama, hitam legam, terbakar.

Penduduk menghadapi kondisi darurat. Pasukan militer berada di setiap sudut jalan. Rakyat memblokir jalan-jalan, agar tank baja tak dapat melewatinya. Tetapi, pasukan tank baja Bashar al-Assad, tak peduli semua itu. Mereka terus memasuki kota Hama, dan memuntahkan peluru dari moncong-moncong senjata, dan membawa kematian.

Pada radius sepanjang 40 km persegi, terutama sepanjang jalan utama, semuanya porak-poranda. Hanya kehancuran. Kota yang sangat indah itu, kini hanya tinggal menjadi puing-puing belaka. Tak nampak adanya kehidupan. Semuanya dihancurkan oleh Bashar al-Assad. Seonggok mobil pemadam kebakaran yang ikut hancur. Kebakaran di mana-mana. Tetapi, tak menghentikan gerak pasukan al-Assad, dan terus membumi hanguskan kota Hama, yang menjadi pusat gerakan perlawanan.

Sebagian besar tentara yang menyerbu kota ini, mereka merasa bangga dapat menghancurkan "pemberontak" atau "teroris", menurut al-Assad, yang berlangsung selama hampir lima minggu, lalu mundur ke pinggiran kota pada 9 Agustus. Sebagian besar wartawan asing dilarang memasuki Suriah, khususnya kota Hama.

Konvoi puluhan tank, truk pengangkut personil, keluar dari kota Hama, dan di sepanjang jalan raya utama menuju Homs, yang berjarak 40 km, diikuti oleh truk yang sudah rusak, dan penuh pasukan mengibarkan bendera Suriah, dengan senjata di tangan mereka melewati mobil-mobil penduduk sipil.

Namun, tidak semua pasukan Assad meninggalkan Hama, masih ada unit militer di kota itu yang akan terus mengawasi situasi di Assi Square, tempat aksi protes besar-besaran yang menentang rezim Assad selama berminggu-minggu. Ini adalah wilayah yang menjadi tempat gerakan warga sipil yang menentang pemerintah.

Ada juga kelompok tank di lokasi beberapa tempat strategis di Hama, termasuk di depan dua rumah sakit utama kota itu, Al-Hourani dan Al-Bader, yang penduduk mengatakan telah dikosongkan dari pasien. Rumah sakit dikontrol oleh militer dengan sangat ketat, tak bisa orang masuk ke rumah sakit itu. Semuanya pasien yang masuk rumah sakit itu, menjadi urusan militer. Semua yang ingin berkunjung ke rumah sakit diperiksa ID cardnya.

Kebiadaban pasukan al-Assad sudah melampui batas. Mereka yang sudah tergolek di rumah sakitpun dibunuh. Para demonstran yang terluka, dan dirawat di rumah sakit, bukannya mendapatkan pertolongan, tetapi justru dibunuh oleh pasukan al-Assad dengan beberapa tembakan.

Em Mahmoud, mantan perawat yang sudah bekerja di rumah sakit itu, selama 22 tahun dan yang bekerja di sebuah rumah sakit swasta 30 tahun, melihat demonstran yang terluka di tempat tidur, lebih dari 40 orang, mengatakan bahwa demonstran yang terluka dan cidera, dibawa oleh tentara, kemudian ditembak kepala dan dadanya, kemudian tewas. "Tentara datang ke rumah sakit untuk mencari demonstran terluka," katanya. "Kami menyembunyikan tiga orang demonstran, dan kami telah pindahkan mereka di usung dan di kursi roda menuju pintu belakang. Dan dari sana kami membawa mereka ke tempat yang aman."

Warga tidak mampu mengambil mayat-mayat yang berserak di jalanan, karena ada sniper diatas gedung-gedung, yang menargetkan orang-orang di rumah mereka, dan terus mengawasi rumah-rumah yang ada, tanpa pandang bulu.

Kekejaman yang tanpa batas terus berlangsung, seperti penangkapan, penahanan, penjarahan dan bahkan pemerkosaan. Ada mobil di jalan-jalan yang telah disingkirkan, beberapa dengan lubang peluru yang menembus kaca jendela di sisi pengemudi, yang mengarah ke kepala pengemudi.

Tidak jelas berapa banyak orang tewas, meskipun berbicara tentang ratusan warga mati. Dalam beberapa hari kekerasan di Hama. Tak ada data yang akurat berapa orang yang tewas di tangan tentara? Karena, semuanya ditutup, dan diblokir oleh tentara. Banyak korban yang hilang, dan keluarga yang kehilangan sanak-familinya, dan tidak ada kejelasan, di mana mereka. Sampai berhari-hari, dan berminggu.

Tapi mungkin lebih menyakitkan daripada kehancuran fisik, penduduk mengatakan, adalah penghinaan. Pasukan Assad menuliskan grafiti di seluruh jalan-jalan utama, banyak yang dianggap menghujat, dan sangat menyinggung perasaan penduduk kota ini yang mayoritas Sunni. "Tidak ada Tuhan selain Bashar" ditulis di dinding dengan cat hitam di Souk al-Farwatiye. Tulisan itu sangat mencolok, karena di tulis diatas batu putih besar yang ada di seberang jalan, yang tidak jauh dari markas Partai Baath di kota Hama. "Bashar adalah Tuhan Maha Agung". "Maher adalah Muhamad". Tulisan grafiti di buat oleh adik Bashar al-Assad, yaitu Maher Assad, komandan Divisi ke-4 pasukan lapis baja. Sengaja menghina umat Islam di kota itu, yang mayoritas Sunni. Dialah yang bertanggung jawab banyaknya pertumpahan darah selama lima bulan terakhir.

Grafiti tentang Bashar Assad yang disetarakan dengan Allah dan saudaranya, Maher yang disetarakan dengan Nabi Muhammad. "Tuhan menginginkan Bashar," dan "Singa Assad lewat sini" dan "Kami memilih tiga: Tuhan, Bashar dan Maher," itulah bunyi tulisan grafiti. Padahal, rezim yang berkuasa di Suriah adalah penganut Alawiyyin, Syiah. Ada pula grafiti yang ditunjukkan kepada kelompok anti-rezim seperti, "Jika anda kembali, kami kembali."

Hama kota yang dikepung selama hampir satu bulan sampai 31 Juli, menjelang bulan suci Ramadan, ketika militer menyerbu kota, yang kemudian menjadikan kota menjadi puing-puing. Penduduk mengatakan hari itu adalah yang paling berdarah.

"Mereka melakukan operasi militer terhadap penduduk di kota itu, terus menerus dari pukul 5 pagi sampai jam 10 pagi setiap hari. Kemudian dari sore sampaimalam, tanpa henti," kata seorang pria muda yang menggunaka kaossinglet putih yang menolak untuk memberikan namanya.

Dia meminta saya untuk menunggu sebelum kembali setelah beberapa menit dengan kantong plastik penuh selongsong peluru kosong dan yang berukuran 15-14,5 kaliber anti-pesawat, yang senjata seperti itu tidak digunakan pada warga sipil.

Orang-orang Hama mengubur mayat mereka di tempat umum, tidak dapat mencapai kuburan kota karena tembakan senjata berat. Meskipun, serangan militer yang besar terhadap penduduk sipil, tidak ada renca tentang balas dendam atau marah terhadap para prajurit tentara. Dalam puluhan percakapan dengan Hamwis, sebagai warga menyebut diri mereka, selama beberapa hari terakhir, semua mengatakan hal yang sama: para prajurit dipaksa untuk mengikuti perintah, dan pasukan itu menghindari kematian. "Mereka semua anak-anak kita," kata seorang pria, 55, yang memberikan namanya sebagai Abu Ali.

Kemarahan di kota ini diarahkan kepada pasukan keamanan dan intelijen serta pasukan khusus yag menggunakan seragam hitam, dan bersenjata yang dikenal sebagai shabiha, yang melakukan pemeriksaan di pos-pos yang akan dilewati pendudk di seluruh kota. "Kami tidak bersengketa dengan tentara. Ini dengan rezim," kata Abu Abdo, 30 tahun yang rumahnya telah dihancurkan. "Mereka diberitahu bahwa penduduk Hama adalah gerombolan bersenjata. Kami ingin rezim ini jatuh.."

Abu Ali, 25, hidungnya patah dan berdarah. Pada 5 Agustus, ia pulang dengan ibunya ketika shabiha dan pasukan keamanan menendang pintu. "Saya tidak punya waktu untuk mendengar apa-apa, ketika mereka berbicara," katanya. "Ada sekitar lima dari mereka. Mereka berjalan masuk dan mulai memukulku.." Dia bilang dia tidak tahu alasan penyerangan atau berapa lama berlangsung. Seorang pria pendek berbulu, ia mengangkat T-shirt abu-abu, mengungkapkan dua luka diagonal masih baru di perut bagian kanan, sebelum berbalik, dan mengungkapkan tujuh luka bakar melingkar di punggungnya, yang dibuat oleh rokok, katanya. "Mereka mengambil uang kita, TV kita dan emas ibu saya. Semoga Allah melaknat mereka," katanya getir.

Listrik dan saluran telepon sekarang bekerja normal kembali. Meskipun saluran telpon dan aliran listrik dipadamkan selama lima hari pertama pengepungan. Makanan sangat sedikit, tetapi masyarakat tidak kehabisan, berkat upaya dari kota-kota terdekat yang diselundupkan oleh keluarga-keluarga yang dekat, dan persediaan yang ada cepat didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.

Hama kota yang sangat bersejarah dalam kehidupan kaum Sunni di Suriah. Kota ini telah memendam sejarah panjang perjuangan melawan rezim Syiah (Alawiyyin) yang sangat kejam dan biadab.

Peristiwa berdarah tahun 1982 - ketika ayah Presiden Hafez Assad, ayah Bashar al-Assad, menghancurkan Hama dari darat dan udara, yang tujuan untuk memadamkan pemberontakan Islam di kota ini. Hampir setiap keluarga di kota yang berpenduduk sekitar 800.000, semuanya kehilangan kerabat selama periode yang berlumuran darah.

Hafez Assad menyalahkan serangan terhadap saudaranya Rifaat, seorang komandan militer, dan Hama terus menjadi musuh rezim yang berkuasa, sampai kematian Hafez di tahun 2000.

Orang-orang Hama mengatakan, sekarang mereka tidak akan membiarkan Bashar untuk pergi meninggalkan kekuasaannya dengan begitu saja. Apa yang dilakukan terhadap kota Hama, merupakan tindakan kejam dari adik Bashar, yaitu Maher, seorang komandan militer yang bertanggung jawab, atas semua kehancuran kota ini. "Pada hari Jumat ini kita akan melakukan protes kembali di kota masing-masing, karena kita tidak dapat mencapai Assi," kata penduduk. "Kami akan terus memprotes. "Sampai Assad pergi", ujar mereka. (mas/tm)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Pasukan Israel menahan anak seorang pemimpin Jihad Islam Rabu malam lalu di sebuah pos pemeriksaan antara Ramallah dan Nablus, pejabat militer Israel mengatakan.

Suheib Bassam al-Saadi, 20 tahun, dihentikan dan ditahan oleh tentara Israel saat mengemudi ke kamp pengungsi Jenin, keluarganya mengatakan kepada media.


Seorang juru bicara tentara Israel mengatakan insiden itu merupakan penahanan "rutinitas" dan al-Saadi saat sedang ditanyai oleh aparat keamanan.

Suheib sendiri adalah putra pemimpin Jihad Islam Bassam al-Saadi.(fq/mna)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah mengirim dua kapal perang lagi ke perbatasan dengan Mesir Laut Merah menyusul adanya peringatan bahwa jihadis berencana melakukan serangan lain terhadap Israel selatan dari tanah Mesir.


Awal pekan ini, militer Israel memerintahkan lebih banyak pasukan ke perbatasan menyusul laporan intelijen tentang serangan yang akan datang.

Menteri Israel mengatakan Selasa lalu bahwa pejuang Jihad Islam yang berbasis di gaza berada di semenanjung Sinai Mesir menunggu waktu untuk menyerang.

Sebelumnya sejumlah pria bersenjata yang menyusup ke Israel melalui perbatasan Mesir Sinai menewaskan delapan warga Israel awal bulan ini.

Serangan ini memicu panggilan untuk meningkatkan keamanan di kedua sisi perbatasan dan ketegangan baru terjadi antara Israel dan Mesir.

Tidak ada perubahan dalam keberpihakan keamanan yang diamati di sisi perbatasan Mesir.(fq/amay)

Sumber: http://www.eramuslim.com
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,


Diktator Libya Muammar Gaddafi menyerukan pendukungnya untuk melancarkan perang gerilya melawan pejuang oposisi, hal itu dinyatakannya dalam pesan audio yang baru-baru ini muncul.

"Siapkan dirimu untuk perang geng dan gerilya, untuk perang kota dan perlawanan rakyat di setiap kota ... untuk mengalahkan musuh di manapun berada," katanya dalam pesan ditayangkan pada hari Kamis kemarin (1/9), AFP melaporkan.

"Tujuannya adalah untuk membunuh musuh di mana pun mbereka berada, apakah mereka orang Libya atau asing," tambahnya.

"Kami tidak akan pernah membiarkan sumur kami dan pelabuhan kami berada di bawah kendali mereka. Perlawanan kami akan semakin diperluas," kata kolonel Gaddafi yang saat ini berusia 69-tahun tersebut.

Keberadaan Gaddafi tidak diketahui sejak 20 Agustus lalu ketika revolusioner menguasai kompleks utamanya di ibukota, Tripoli.(fq/prtv)

Sumber: http://w ww.eramuslim.com
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments