Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Setelah Perang Dunia II berakhir, kekuatan angkatan udara menjadi sangat penting dalam memnentukan laju suatu peperangan. Degan di temukannya berbagai pesawat untuk keperluan militer, maka berbagai operasi militer dapat dilaksanakan melalui udara. Sebagai contoh operasi penerjunan, pemboman obyek vital musuh, penyerangan sasaran darat dengan presisi (surgical strike), hingga penyerangan terhadap pesawat musuh. Nah sekarang pertannyaanya, dengan perkembangan teknologi dirgantara yang semakin pesat apakah kita sekarang tidak membutuhkan kekuatan darat sama sekali ?
Untuk membahas masalah tersebut kita dapat melihat beberapa operasi militer yang telah terjadi, salah satu Contohnya adalah pada Operation Gothic Serpent Pada tahun 1993. Operation Gothic Serpent lebih di kenal sebagai pertempuran Moghadisu, operasi militer ini kemudian di jadikan film oleh Hollywood dengan judul “Black Hawk Down”.
Tujuan utama dari Operation Gothic Serpent adalah menangkap seorang pemimpin milisi yang bernama Mohammad Farah Aidid, karena dianggap bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusian pada perang saudara di Somalia. Dalam Operasi tersebut direncanakan bahwa Mohammad Farah Adid akan ditangkap pada saat melakukan rapat bersama para petinggi kelompok milisinya. Pada Operasi militer tersebut direncanakan bahwa pasukan Delta force akan diterjunkan melalui helikopter, menangkap tersangka, kemudian tersangka akan dibawa menggunakan konvoi kendaraan militer ringan oleh Pasukan Ranger.
Pada saat pelaksanaan operasi militer tersebut, terjadi insiden. Dua helikopter yang bertugas menerjunakan pasukan tertembak jatuh oleh senjata peluncur roket anti tank RPG, yang ditembakan dari dari darat. Hasilnya operasi menjadi kacau, karena selain harus mengangkut tawanan yg telah ditangkap, pada saat yang bersamaan mereka juga harus menyelamatkan awak helikopter yang tertembak jatuh. Pada saat konvoi kendaran militer ringan mencoba menyelamatkan awak helikopter yang tertembak jatuh, mereka menghadapi serangan balasan dari kelompok milisi Somalia, akibatnya konvoi militer tersebut mengalami kerusakan yang begitu parah sehingga tidak dapat meneruskan perjalanan untuk menyelamatkan rekan-rekan mereka yang di tembak jatuh. Operasi penyelamatan baru dapat dilakukan keesokan harinya dengan meminta bantuan kendaraan lapis baja milik battalion Malaysia dan Pakistan.
Dari hal tersebut dapat kita lihat, walaupun pada perkembangan di masa sekarang kekuatan udara telah memegan peran yang sangat penting dalam menjalankan suatu operasi militer, namun bukan berarti kekuatan darat telah kehilangan perannya. Terutama pada operasi militer yang bertujuan untuk melakukan penyelamatan terhadap pasukan kawan yang terjebak di wilayah lawan.
Contoh operasi militer lainnya yang menunjukan bahwa kekuatan darat measih memegang peran yang peting dalam operasi militer adalah pada saat konflik Ossetia selatan di tahun 2008.
Pada konflik tersebut, dalam menghadapi pasukan Georgia, Angkatan bersenjata Russia mengerahkan pesawat pembom dalam rangka melakukan operasi militer untuk menghancurkan sasaran-sasaran yang bersifat strategis. Namun untuk menguasai kembali kota Tskhinvali, dan mengusir tentara Geogia dari wilaya Ossetia, Russia mengerahkan Tank-tank tempur utamanya seperti T-55, T-62, T-72B, dan T-72BM.
Pada Konflik tersebut dapat kita lihat, walau Pesawat Pembom Russia dapat dengan cepat melakukan serangan presisi terhadap sasaran strategis milik Georgia, namun tetap dibutuhkan pasukan lapis baja untuk menguasai kota-kota dan mengusir pasukan Georgia dari Wilyah Ossetia.
Bagaimana Dengan Indonesia ?
Kondisi geografis Indonesia sebagian besar terdiri dari laut. Untuk melindungi wilayah kita tentu menjadikan pembangunan kekutan matra laut dan udara menjadi prioritas. Hal tersebut sesungguhnya telah terjawab melalui beberapa proyek yang dilakukan oleh BUMNIS. Contohnya seperti produksi kapal perang FPB-57 oleh PT.PAL, atau kerjasama antara PT.DI dan Korea untuk memproduksi pesawat latih tempur T-50 atau F/A-50. Tetapi disisi lain kita kita juga tidak boleh mengesampingkan pengembangan kekuatan darat kita.
Panser Anoa yang merupakan asli produk Indonesia |
Hal tersebut dikarenakan karena doktrin pengelaran kekuatan kita menganut doktrin light infantry. Dengan dianutnya doktrin tersebut, maka pemukul utama kita jika terjadi serangan adalah prajurit bersenjata jinjing yang dapat bergerak cepat. Selain itu ancaman yang dihadapi oleh Negara ini adalah berasal dari adanya gerakan sparatis dan gerakan teroris, yang biasanya beroperasi pada wilayah-wilayah yang rawan konflik, sehingga dibutuhkan kendaraan darat yang dapat memberikan bantuan tembakan di darat, mengirimkan pasukan ke garis depan ataupun untuk melakukan patrol di darat.
Dengan adanya fakta-fakta tersebut tentu angkatan bersenjata kita tetap membutuhkan kendaraan lapis baja bersenjata seperti tank (contohnya sperti MBT T-90S, Leopard II), kendaraan tempur infantri (contohnya seperti BMP-3F, Wiesel 2), dan kendaraan angkut personel lapis baja (Contohnya Btr-80, VAB).
Dalam hal ini setidaknya kita sudah dapat cukup berbangga dengan kemampuan BUMNIS kita dalam memenuhi kenbutuhan tersebut. Dalam hal ini adalah PT Pindad yang telah memproduksi panser buatan dalam negeri untuk kebutuhan Tentara Nasional Indonesia, yakni salah satunya adalah APS 6×6 Anoa.
APS 6×6 Anoa dapat memberikan perlindungan pada penumpangnya dari serangan peluru senjata ringan, ditenagai mesin 320 hp dari Renault, dan dapat dipersenjatai dengan senjata mesin berat caliber 12,7 mm hingga peluncur granat automatis caliber 40 mm. Dengan demikian Pasenr Anoa sangat ideal untuk keperluan bus tempur hingga memberikan bantuan tembakan pasukan di darat.
Oleh karena itu tidak heran, beberapa Negara di luar Indonesia tertarik untuk turut mengoperasikan Anoa, sebut saja Oman yang ingin mengakuisisi lebih dari 100 unit Anoa, Banglades untuk keperluan angkatan bersenjatanya, bahkan Malaysia untuk melengkapi pasukan penjaga perdamaiannya di Libanon.
Untuk perencanaan kedepan, tentu teknologi pada panser Anoa harus dikembangkan, dan diproduksi lebih canggih lagi, karena selain dapat meningkatkan kemampuan angakatan bersenjata kita, hal tersebut juga dapat memungkinkan produk BUMNIS bersaing pada pasar internasional. Oleh karena itu dukungan pemerintah terhadap BUMNIS tentu saja dibutuhkan, dan tentu saja bentuk dukungan itu haruslah dalam bentuk langkah kongkrit, bukan slogan semata.
Sumber: http://polhukam.kompasiana.com/
Artikel Lainnya:
No Response to "Tank, Panser, dan Peperangan pada Masa Kini"
Posting Komentar