Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Di zaman Marx, kaum pria umumnya memelihara
kumis, namun bentuk kumis mereka berbeda dengan
Marx, dan tidak berambut gondrong. Penampilan
Marx waktu itu adalah simbol pengikut setia
Joanna Southcott, pemimpin perempuan dalam
organisasi pengikut ajaran setan. Meskipun partai
komunis mengklaim sebagai ateis, namun sejak awal
hingga akhir Karl Marx sendiri adalah umat
Kristiani yang taat. Sampai usia 17 tahun ia
adalah seorang umat Kristiani dan dalam karya
tulis kelulusan SMA ia menulis: 'Jika tidak ada
kepercayaan terhadap Tuhan, dan tidak sejalan
dengan Kristus, maka umat manusia tidak akan
memiliki moralitas sempurna, dan tidak akan
merasa puas dalam mengejar kebenaran dan
pencerahan. Hanya Tuhanlah yang dapat
menyelamatkan kita.'  (WIKIPEDIA)
Marx Hendak Musnahkan Manusia

Berikut ini kutipan naskah Oulanem :

“Kedua lengan muda saya telah dipenuhi dengan kekuatan, dengan terjangan dahsyat akan menggenggam dan menghancurkanmu - wahai manusia. Di tengah kegelapan, pintu neraka tanpa dasar terbuka bagi kau dan aku, kau akan jatuh ke dalamnya, aku akan tertawa terbahak dan mengikutimu, dan berbisik di telingamu: turunlah dan temani aku, kawan!”

Dalam Alkitab yang dipelajari Marx di sekolah menengah dikatakan, iblis dijebloskan ke dalam neraka tanpa dasar oleh seorang malaikat (Alkitab – Wahyu 20:3). Neraka tanpa dasar ini dipersiapkan bagi iblis dan para malaikat yang berubah jahat, dan Marx justru hendak menjerumuskan seluruh umat manusia ke dalam neraka ini.

Dari perkataan pemuda ini kita memiliki dalih untuk berpikir demikian: ia memimpikan umat manusia akan terjerumus ke dalam neraka tanpa dasar, sementara ia sendiri, akan tertawa terbahak dan mengikuti para manusia tak ber-Tuhan yang tertipu oleh paham ateis itu. Selain sang penghubung dalam Gereja Setan, di dunia ini tidak ada tempat yang memiliki pemikiran seperti ini.

Setelah Oulanem mati, Marx menulis: “Hancur, hancur. Waktuku telah tiba. Jam berhenti berdetak, bangunan kecil itu telah runtuh. Aku akan segera merangkul keabadian, dan seiring dengan suatu auman liar, akan terucap kutukan kepada seluruh umat manusia.”

Saat menulis Oulanem, Marx masih berusia 18 tahun. Waktu itu rencana hidupnya yang telah digariskannya sudah sangat jelas. Ia tidak berangan-angan untuk bekerja melayani umat manusia, kaum proletariat, ataupun sosialisme, ia hanya ingin bekerja bagi iblis; mengutuk manusia agar terjerumus ke dalam neraka. Ia hendak menghancurkan dunia ini, membangun singgasana kerajaannya dengan berlandaskan kegocangan, penderitaan, dan bergejolaknya dunia.

Marx sangat menyukai kata-kata iblis jahat Mephistopheles dalam The Fused dari Goethe:

“Segala sesuatu yang eksis seharusnya dimusnahkan.” Segala sesuatu - termasuk para buruh dan orang-orang yang berjuang demi paham komunisme itu sendiri. Marx sangat suka mengutip perkataan itu, sementara Stalin justru menjalankannya dengan setia, bahkan rela menghancurkan keluarganya sendiri.

Kita mulai memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada pemuda bernama Karl Marx ini. Dulunya ia pernah mempunyai idealisme dalam agama Kristen, namun sama sekali tidak melaksanakannya. Dalam korespondensi dengan sang ayah membuktikan, ia telah menghamburkan banyak uang untuk berfoya-foya, yang menyebabkan keretakan hubungan dengan kedua orang tuanya serta bentrok dan konflik tiada akhir.

Dalam keadaan seperti ini, ia telah terjerumus ke dalam jerat organisasi pengikut organisasi ajaran setan, dan sudah pernah menjalani ritual persembahan. Setan dapat menampakkan diri di dalam halusinasi para pengikutnya saat mereka sedang melampiaskan nafsu dan kegilaan mereka, dan dapat berbicara melalui mulut mereka. Saat Marx mengatakan: “Saya akan membalas dendam pada Tuhan”, nyata sekali bahwa ia telah menjadi juru bicara setan.

Paham Sosialisme Hanyalah Perangkap Setan

Setelah Marx merampungkan Oulanem dan sejumlah puisinya di masa awal (di dalam puisinya Marx sendiri mengaku telah menandatangani kontrak dengan iblis), bukan saja ia tak memiliki konsep sosialisme, bahkan ia menentang keras paham tersebut.

Waktu itu ia adalah redaktur utama Rheinische Zeitung dalam bahasa Jerman, media cetak ini “sama sekali tidak menolerir paham komunis dalam bentuk apa pun bahkan hanya sekedar teori sekalipun, apalagi menerapkannya? Bagaimana pun juga hal ini sama sekali tidak mungkin…”

Tapi setelah itu, Marx bertemu dengan Moses Hess. Orang ini memainkan peran paling penting dalam kehidupan Marx, dialah yang membawa Marx pada konsep pemikiran paham sosialisme. Dalam sepucuk suratnya kepada B. Auerbach (1841), Hess menyebutkan bahwa Marx adalah “paling agung bahkan mungkin satu-satunya, tokoh filosofi muda (24) yang akan memberikan pukulan telak terhadap agama dan ilmu filsafat.”

Bisa dilihat, tujuan utamanya adalah menyerang agama dan bukan mewujudkan paham sosialisme. Kenyataannya, Marx sangat membenci segala sesuatu yang bersifat Ketuhanan, dan tidak ingin mendengar kata-kata Tuhan. Paham sosialisme hanyalah suatu perangkap untuk memancing para kaum proletariat dan kaum cendekia untuk mewujudkan idealisme setan saja.

Seorang teman Marx lainnya yakni Georg Jung pada 1841 secara lebih jelas lagi menuliskan, Marx pasti akan mengusir Tuhan dari surga, dan bahkan akan menggugat Tuhan. Pada akhirnya Marx secara konsekwen tidak mengakui keberadaan Sang Pencipta. Dan jika Sang Pencipta tidak eksis, maka tidak akan ada lagi orang yang akan membuat larangan terhadap kita, sehingga tidak perlu bertanggung jawab kepada siapa pun. Manifesto Marx “pengikut komunisme sama sekali tidak mempropagandakan moral” memastikan hal ini.

Di zaman Marx, kaum pria umumnya memelihara kumis, namun bentuk kumis mereka berbeda dengan Marx, dan tidak berambut gondrong. Penampilan Marx waktu itu adalah simbol pengikut setia Joanna Southcott, pemimpin perempuan dalam organisasi pengikut ajaran setan. Ia mengaku bisa berkomunikasi dengan Shiloh si iblis jahat. Ia meninggal pada 1814, dan 60 tahun kemudian, seorang aktivis bernama James White, mengembangkan doktrin Joanna, dengan memberikan bumbu-bumbu paham komunisme di dalamnya.

Marx agak jarang membicarakan masalah metafisika secara terbuka, tapi dari orang-orang yang berhubungan dengannya dapat kita kumpulkan informasi mengenai pandangannya. Marx dan seorang pengikut anarkisme dari Rusia yang bernama Mikhail Bakunin bersama-sama membentuk “Internasional Pertama”. Bakunin menulis:

“Pemimpin iblis itu adalah setan pemberontak terhadap Tuhan. Di dalam pemberontakan itu, kebebasan umat manusia akan terjadi di mana-mana, itulah revolusi. Para pengikut paham sosialisme bersemboyan: ‘atas nama pemimpin yang diperlakukan salah’. Setan, sebagai pemberontak sejati, adalah penyelamat dunia dan pemikir paham kebebasan pertama, setan membuat manusia merasa malu dengan ketidak tahuan dan kepatuhan mereka; setan membebaskan manusia, memberi tanda kebebasan dan kemanusiaan di kening setiap manusia, membuat manusia memberontak dan memakan buah pengetahuan.”

Bakunin tidak hanya memuja Lucifer, ia juga memiliki rencana revolusi yang konkrit, akan tetapi rencana ini tidak akan bisa membebaskan rakyat miskin yang terus diperas. Ia menulis: “Di tengah revolusi ini, kita harus membangunkan iblis jahat di dalam diri setiap manusia, agar dapat membangkitkan emosi yang paling bengis dalam diri mereka. Misi kita adalah menghancurkan, dan bukan membimbing mereka. Gairah akan kehancuran adalah gairah yang inovatif.” (TheEpoch Times/lie)
Bersambung …

Sumber: http://erabaru.net/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Jalan Karl Marx Menjadi Iblis (2)"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments