Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Sangat disayangkan, setelah mengalami suatu peristiwa gaib pada usia 18 tahun, Marx berubah menjadi seorang pengikut setan. Ini terlihat jelas dari puisi konvesionalnya, panggilan anggota keluarga terhadap dirinya (iblis tercinta dan gembala), sealiran yang mengelilinginya, model rambutnya, cara Marx berdoa, menantu yang direstuinya dari aliran setan, serta pilihannya pada tanah pemakaman bagi para pengikut setan.
Jika dilihat dari data yang ada sekarang, mungkin sekali setan telah menampakkan diri di hadapannya saat ia terhanyut kegirangan dalam dunia khayal nafsu birahi dan berfoya-foya, dan itu membuat Marx percaya bahwa dialah orang pilihan setan sebagai pewarta di tengah umat manusia. Misinya membangkitkan si raja teror, dengan bujuk rayunya mengenai ‘kehidupan yang bahagia’ dengan membuat umat manusia berdalih ‘tidak percaya Tuhan’ dan kemudian ‘menentang Tuhan’ sehingga terjerumus ke dalam neraka.
Sejak 200 tahun yang lalu Marx dipilih setan, lalu siapa yang dipilih setan pada kehidupan kali ini? Di dalam karya sastranya, Marx secara jelas telah menyatakan, bahwa para pengikut partai komunis ‘akan menemui Marx setelah mati,’ mereka semua akan diberi tanda, dan mulai saat ini mereka semua akan masuk neraka “untuk menemani saya.”
Siapa yang tidak berharap akan masa depan yang cerah? Rakyat Tiongkok yang telah diracuni paham komunis Marxis Leninis, kini sedang berada dalam belas kasih para Dewa dan Buddha untuk bertobat…
Jenderal Sergius Riis warga AS yang merupakan salah seorang pengagum Karl Marx, secara khusus mendatangi kediaman Marx di London setelah Marx meninggal dunia. Semua keluarga Marx sudah pindah dari sana, satu-satunya yang dapat ditemuinya saat itu hanyalah pembantu Marx bernama Helen.
Fakta yang dikatakan Helen sungguh mengejutkan Riis: “Ia seorang yang sangat taat pada Tuhan. Saat sakit keras, ia mengurung diri di dalam kamar, membebat kepalanya dengan kain, dan berdoa sambil menghadap sebaris lilin yang menyala.” Jenderal AS ini ragu: kepada siapakah Karl Marx berdoa? Mana ada ritual keagamaan yang aneh seperti itu?
Sepenggal kalimat ini diterjemahkan dari buku yang berjudul Marx and Satan (Marx dan Setan) karya Von Richard Wurmbrand yang diterbitkan pada 1986, oleh penerbit Living Sacrifice. Artikel tersebut mengacu pada sejumlah artikel lainnya yang berasal dari situs www.marxists.org yang berjudul “Pengultusan Marx - Berasal Dari Satanisme”, Was Karl Marx A Satanist? (Apakah Marx Seorang Pengikut Setan?), dan lain-lainnya.
Awalnya Umat Kristiani
Pada awalnya Marx merupakan umat Kristen. Pada salah satu bait AlKitab “Johannes 15 : 1-14 Manunggal: Makna Menjadi Satu, Keharusan dan Dampaknya”, ia menulis: “menjadi satu dengan Kristus, yakni di tengah persahabatanNya yang akrab dan menyegarkan, di tengah kenyataan seperti ini: Ia selalu ada di hadapan kita dan di dalam hati kita.”
Ayahnya Henry Marx, seorang pengacara senior menggantungkan harapan sangat besar terhadap putra berbakatnya Karl Marx. Rolv Heuer di dalam bukunya yang berjudul “Genius dan Hartawan” mengatakan: “Pengacara senior Henry Marx memberikan 700 uang perak setiap tahunnya kepada Karl Marx sebagai uang jajannya sewaktu di perguruan tinggi, sementara di saat itu sangat sedikit orang yang memiliki pendapatan tahunan melebihi 300 uang perak.”
Mahasiswa dari kalangan darah biru seperti dirinya tentu sulit untuk menjalani penderitaan hidup sesuai doktrin Kristen. Victor Hugo dalam buku ‘Les Miserables’ (Tragedi Dunia) pernah menggambarkan sekelompok mahasiswa yang berhura-hura semasa studi mereka, padahal kekuatan finansial para mahasiswa tersebut masih kalah jauh dibandingkan Marx.
Kehidupannya di perguruan tinggi yang glamour membuat Marx merasa terkekang dengan segala larangan di dalam agama ortodoks, ia mendambakan seks bebas sejati, dan bersamaan dengan itu suatu aliran setan yang diam-diam menyebar di dataran Eropa tepat memenuhi keinginannya itu. Marx pun menghamburkan uangnya untuk berhura-hura, sehingga terlibat perselisihan tiada berkesudahan dengan kedua orang tuanya, hilangnya rasa kekeluargaan, jiwa yang hampa, sehingga menjerumuskannya ke dalam jerat organisasi rahasia pengikut setan.
Bergabung Aliran Sesat
Tak lama setelah itu, suatu peristiwa gaib terjadi. Dalam suatu naskah yang ditulisnya di masa kuliah, terdapat jawabannya. Naskah itu berjudul Oulanem.
Di dalam aliran setan ada suatu ritual persembahan yang disebut ‘pertemuan hitam.’ Pemimpin ritual tersebut akan membaca mantera di tengah malam. Lilin hitam akan diletakkan terbalik di altar persembahan, pemimpin ritual mengenakan jubah hitam secara terbalik, dan membaca sesuai buku mantera, namun urutan pembacaan sama sekali terbalik, termasuk nama Yesus, Maria, dan nama suci lainnya semua dibacakan terbalik. Sebuah salib diletakkan terbalik atau diinjak di bawah telapak kaki, sebuah alat yang dicuri dari gereja diukirkan nama setan, guna pencegahan pemalsuan.
Di tengah ‘pertemuan hitam’ ini, sebuah Alkitab akan dibakar. Lalu semua peserta ritual akan bersumpah untuk melakukan 7 dosa besar yang dilarang dalam agama Kristiani, dan selamanya tidak akan berbuat baik. Lalu mereka akan berpesta melampiaskan hawa nafsu.
Oulanem ialah nama suci Emmanuel yang ditulis secara ngawur dan terbalik. Emmanuel sendiri merupakan salah satu nama Yesus di dalam Alkitab, yang artinya ‘Tuhan beserta kita’ di dalam bahasa Hibrani. Aliran iblis hitam berpendapat bahwa penulisan terbalik seperti ini lebih efektif. Dalam puisi Sang Pemeran di dalam buku Oulanem, Marx menuliskan pengakuan yang aneh sebagai
“Hawa neraka menguap dan memenuhi otak saya, hingga saya menggila, hati saya berubah sama sekali. Lihat pedang ini? Raja Kegelapan menjualnya kepada saya, ia memecut waktu bagi saya, dan memberikan tanda pada saya, tarian kematian saya bawakan dengan semakin nekat.”
Dari tulisan ini semakin jelas menunjukkan bahwa Marx telah menandatangani kontrak dengan setan.
Perkataan ini memiliki makna khusus: di tengah ritual penghubung dalam aliran setan, sebilah pedang yang telah disihir dan dapat memastikan suatu keberhasilan, akan dijual kepada sang penghubung. Lalu yang harus dibayar oleh sang penghubung adalah menandatangani perjanjian dengan setan menggunakan darah yang berasal dari urat nadinya sendiri, sehingga setelah ia mati nanti, maka arwahnya akan menjadi milik setan.
Seorang penganut Marxisme bernama Franz Mehring dalam bukunya berjudul 'Karl Marx' menulis, “Henry Marx sama sekali tidak mengira bahwa kekayaan bertumpuk yang diwariskannya pada Karl Marx akan membantu mewujudkan hal yang paling ditakutinya, namun samar-samar ia sepertinya telah menyadari bahwa putra kesayangannya telah dirasuki iblis.”
Pada 2 Maret 1837, ayah Karl Marx mengirim surat yang mengatakan: “Saya pernah mendambakan suatu hari nanti engkau akan membawa nama besar dan meraih keberhasilan, namun ini bukanlah satu-satunya harapan di dalam hati saya. Semua ini pernah menjadi harapan jangka panjang saya, namun kini saya beritahu padamu, terwujudnya harapan tersebut tidak akan membuat saya bahagia. Hanya dengan menjaga kesucian hatimu, berdetak dengan penuh sifat kemanusiaan, tidak membiarkan hatimu dirasuki setan, hanya dengan demikian dapat membuat saya bahagia.”
Akhirnya saat di perguruan tinggi Marx bergabung dengan Gereja Setan pimpinan Joanna Southcott, dan menjadi pengikutnya. Pada 10 November 1837, ia membalas surat ayahnya:
“Selapis cangkang luar telah terkelupas, sisi yang suci pada diri saya terpaksa meninggalkan saya, suatu arwah baru pasti akan menggantikannya. Suatu kegilaan yang sesungguhnya telah menguasai saya, saya tidak dapat menenangkan roh jahat ini.” (EpochTimes/lie)
Bersambung …
Sumber: http://erabaru.net/
Artikel Lainnya:
2 Response to Jalan Karl Marx Menjadi Iblis (1)
saya mempelajari karl marx sampai artikel dari luar negeri, saya rasa tidak seperti yang disampaikan artikel ini. terlalu subyektif. Maaf bisa dikoreksi tulisan komentar ini. Data-data yang dikemukakan tidak terlalu lengkap.
Ngakak gw bacanya hahahahah
Posting Komentar