Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Aksi pembantaian massal terhadap warga sipil Afghanistan masih berlanjut hingga kini. Ini adalah kendala yang kini dihadapi serius oleh pemerintah Kabul, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan AS. Hal yang terpenting bagi pemerintah Afghanistan adalah melindungi warga sipil dalam melawan kelompok ekstrim, Taliban. Akan tetapi pasukan asing dengan alasan melawan kelompok-kelompok teroris, malah membahayakan nyawa rakyat negara ini.

Dalam satu tahun terakhir ini, pasukan asing melancarkan serangan tanpa belas kasihan, bahkan dapat dikatakan serangan yang terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dalam serangan-serangan itu, warga sipil terus menjadi korban. Apa yang dilakukan pasukan asing di Afghanistan adalah pembantaian massal. Kondisi ini membuat PBB juga mengkhawatirkan apa yang terjadi di Afghanistan.

Pada bulan Maret lalu tercatat lebih dari 70 warga sipil, termasuk anak-anak , tewas di Provinsi Kunar. Menyusul pembantaian massal itu, PBB meminta AS dan NATO supaya menghentikan serangan udara atas permukiman penduduk.

Utusan Khusus PBB untuk Urusan Anak-anak, Radhika Coomaraswamy, menyebut pembantaian anak-anak Afghanistan dalam serangan udara AS dan NATO sebagai bahaya serius. Coomaraswamy juga meminta AS dan NATO supaya menghentikan serangan udara ke wilayah-wilayah Afghanistan yang malah menewaskan banyak warga tak berdosa, termasuk anak-anak. Menurutnya, serangan militer yang menewaskan anak-anak harus dibahas secara serius.

Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, juga mereaksi brutalitas AS dan NATO setelah menyerang permukiman penduduk dan menyebabkan banyak warga sipil yang tewas. Ditegaskannya, "Pembantaian terhadap warga sipil di Afghanistan harus dihentikan. Jika tidak, pasukan AS dan NATO akan menghadapi kendala besar."

Lebih lanjut Karzai menjelaskan, "Perkampungan Afghanistan bukan pangkalan teroris yang tidak seharusnya menjadi sasaran serangan militer." Beberapa hari lalu, Karzai dalam pembicaraannya dengan Presiden AS, Barack Obama, menyatakan kekhawatiran serius atas bertambahnya jumlah warga sipil yang tewas di Afghanistan. Karzai juga meminta Obama supaya tidak bersikap lembek untuk menghentikan serangan-serangan militer AS dan NATO.

Setelah serangan udara tentara AS dan NATO, Provinsi Kunar menjadi korban pembantaian massal. Padahal sebelumnya, NATO berjanji akan menghentikan serangan udara yang membidik warga sipil. Namun janji itu hanyalah janji sebatas ucapan mulut. Buktinya, pasukan militer AS dan NATO kembali melancarkan serangan militer ke arah permukiman penduduk. Tak diragukan lagi, warga sipil termasuk anak-anak, menjadi korban brutalitas itu.

Belum lama ini, PBB dalam laporannya menyatakan, "2010 adalah tahun yang paling mematikan bagi warga sipil Afghanistan." Berdasarkan data tersebut, jumlah warga sipil yang tewas pada tahun 2010 bertambah 15 persen dibanding tahun 2009. Dengan demikian, jumlah warga sipil yang tewas pada tahun 2010 meningkat menjadi 2.800 orang. Ini bukanlah jumlah yang sedikit. Ada kemungkinan bahwa jumlah itu kian bertambah pada tahun 2011. Apalagi indikasi hingga kini menunjukkan AS dan NATO enggan menghentikan serangan udara ke perkampungan-perkampungan.

Komandan Militer Amerika dan Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan, Jend. David Petraeus mengklaim kelompok separatis yang berafiliasi dengan Taliban kian lemah. Klaim Petraeus ini bertentangan dengan realita yang ada.

Saat diwawancarai Koran Wall Street Journal, Petraeus mengaku bahwa kelompok al-Qaeda berhasil disingkirkan dari Afghanistan dan tak mungkin kembali ke negara ini. Menurutnya saat ini terdapat sekelompok kecil milisi al-Qaeda yang bergabung dengan Taliban. Namun demikian Petraeus menjelaskan kelompok ini tak lebih dari seratus orang. Kelompok ini tengah mencari tempat persembunyian di gunung-guung dan tempat-tempat yang sulit dilacak di daerah Kunar, Afghanistan Timur. Pernyataan Petraeus menunjukkan bahwa AS merasa sukses atas apa yang dilakukannya dalam menyerang permukiman sipil yang juga dianggap sebagai sarang kelompok Taliban. Untuk itu, ada kemungkinan AS dan NATO tetap menyerang permukiman-permukiman sipil.

Selain itu, brutalitas AS yang menyerang warga sipil dapat dikatakan sebagai kekhawatiran AS dan NATO atas kemungkinan kebangkitan rakyat Afghanistan. Masyarakat Afghanistan akhir-akhir ini menggelar unjuk rasa memprotes kinerja pemerintah. Kondisi ini dapat berujung pada perlawanan masyarakat secara langsung atas pasukan asing yang ditempatkan di Afghanistan.

Mengingat struktur keamanan Afghanistan dan peran penting kelompok-kelompok non-pemerintah dalam proses keamanan, ketidakpedulian atas peran masyarakat dan kelompok-kelompok politik, suku dan agama dalam menghadapi intimidasi eksternal dan internal merupakan kekeliruan besar. Karena inilah, Mantan Panglima Pasukan Asing di Afghanistan, McChrystal, mengakui bahwa selama strategi Barat di Afghanistan tidak mendapat dukungan dari rakyat, maka AS dan NATO tak akan sukses.

Aksi kekerasan kali ini kian meluas di Afghanistan. Aksi teror seperti peledakan bom dan aksi bom bunuh diri terus marak di kota Kabul serta kota-kota besar lainnya di Afghanistan di kawasan utara dan timur laut yang sebelumnya dikenal sebagai wilayah aman.

Tak diragukan lagi, peningkatan tewasnya warga sipil membuat masyarakat gerah akan keberadaan warga asing yang beralasan memerangi terorisme. Serangan militer ke perkampungan-perkampungan tentunya menuai kecaman serius dari masyarakat. Masyarakat Afghanistan semakin yakin bahwa pasukan asing bukan berniat menghadapi kelompok Taliban.

Berdasarkan pengalaman, strategi Barat di Afghanistan tidak akan sukses tanpa dukungan dari rakyat. Inilah adalah fenomena yang tak dapat dipungkiri bagi Barat. Sementara itu, masyarakat juga kian meyakini bahwa pemerintah dan seluruh instansi pemerintah tak dapat menekan serangan militer AS dan NATO ke perkampungan-perkampungan. Kondisi ini kian merenggangkan hubungan rakyat dan pemerintah. Kondisi ini juga mengkhawatirkan Barat karena rakyat bisa melakukan perlawanan langsung terhadap pasukan asing menyusul brutalitas Barat yang menyerang permukiman-permukiman warga sipil

Di tengah kondisi seperti ini, Amerika Serikat dengan operasi militer mewah di Afghanistan dan Irak, meningkatkan investasi senjata sebesar 2,8 persen menjadi $ 698 miliar.(irib)

Sumber: http://konspirasi.com
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Ancaman Pembantaian Massal di Afghanistan"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments