Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Perang di Asia
,
Perang Saudara
Pejuang Huthi |
Yaman sejak tahun 1990 dan pasca bersatunya Yaman utara dan selatan senantiasa menyaksikan krisis dan perang saudara. Para penduduk Yaman selatan yang ingin merdeka, aktivitas kelompok Al-Qaeda dan konflik bersenjata di Provinsi Saadah dengan pemerintah Yaman termasuk ketegangan yang dihadapi pemerintah Ali Abdul Saleh, Presiden Yaman selama beberapa tahun terakhir.
Sekitar 42 persen dari populasi penduduk Yaman bermazhab Syiah dan dari kelompok ini dibagi menjadi tiga kategori; Zaidiah yang mayoritas, Ismailiah dan Itsna ‘Asyari (12 Imam). Mayoritas penduduk 20 juta negeri Yaman bermazhab Ahli Sunnah dan setelah itu adalah pemeluk mazhab Syiah Zaidiah.
Mencermati kondisi kehidupan orang-orang Syiah Yaman dapat memperjelas satu masalah betapa sepanjang kekuasaan pemerintah Yaman, mereka senantiasa menghadapi berbagai masalah. Orang-orang Syiah Yaman tidak diberi hak untuk mendirikan sekolah-sekolah agama khusus Syiah. Mereka kerap disiksa dan dijebloskan ke penjara, tidak hanya orang biasa tapi juga para ulama. Mereka dilarang untuk menyelenggarakan peraan khas Syiah seperti Idul Ghadir. Dan secara terang-terangan pemerintah membakar buku-buku Nahjul Balaghah dan Shahifah Sajjadiah. Semua ini hanya sebagian perlakuan diskriminatif yang diterapkan pemerintah terhadap mereka.
Al-Hauthi adalah gerakan syiah Saidiah di utara Yaman di Provinsi Saadah yang dinisbatkan kepada Badruddin Al-Hauthi lalu kemudian terkenal dengan gerakan Al-Hauthi. Gerakan ini dibentuk sekitar dekade 80-an dan hingga kini mereka terus berperang dengan pemerintah Yaman sebanyak 6 kali demi memperjuangkan hak-hak sipil mereka. Sejatinya kelompok ini memrotes aksi-aksi pemerintah yang ingin membatasi kelompok ini agar beraktivitas di bidang agama, politik dan upaya untuk memusnahkan budaya dan keyakinan Zaidiah dan kebijakan diskriminatif pemerintah dalam membangun Saadah.
Sistem Kekuasaan Yaman
Ali Abdullah Saleh adalah Presiden Republik Yaman Utara selama 12 tahun dan sejak tahun 1990 ketika dua Yaman; selatan dan utara bersatu, ia menjadi presiden Yaman bersatu selama 19 tahun hingga sekarang. Beberapa tahun sebelumnya Ali Abdullah Saleh menandatangani sejumlah kontrak dengan Amerika dan Arab Saudi dan setelah itu menyatakan akan menumpas kelompok Al-Hauthi dengan segala cara, bahkan lewat aksi militer.
Presiden Yaman mengklaim dirinya sebagai pemeluk Syiah Zaidiah, namun kinerjanya menunjukkan dirinya adalah kader Baath yang anti Syiah dan punya permusuhan lama dengan Zaidiah. Kini Ali Abdullah Saleh malah menunjukkan dirinya sebagai pendukung Wahhabi.
Ali Abdullah Saleh saat ini dijuluki “Saddam kecil” disebabkan sikapnya memberikan suaka politik kepada para anasir partai Baath yang lari dari Irak dan dukungan anasir-anasir Wahhabi seperti Syeikh Al-Ahmar atau Abdulmajid Al-Zandani terhadap kekuasaannya selama 31 tahun.
Kebijakan dalam negeri Ali Abdullah Saleh adalah upaya untuk mengubah demografi populasi Syiah di utara Yaman.
Pertumbuhan Syiah dan Semakin Intensnya Tekanan
Ali Abdullah Saleh yang berasal dari kabilah Al-Ahmar. Sementara kabilah Al-Ahmar merupakan keluarga penting Syiah Zaidiah Yaman dan memiliki hubungan kekeluargaan khusus dengan tokoh-tokoh Wahhabi Arab Saudi. Syeikh Abdullah Al-Ahmar yang masih keluarga Ali Abdullah Saleh adalah Ketua Parlemen Yaman dan posisinya adalah Syeikh Al-Syuyukh Yaman. Syeikh Abdullah Al-Ahmar adalah tokoh kedua paling berpengaruh di Yaman.
Sekaitan dengan pribadi Syeikh Abdullah Al-Ahmar, Mahmoud Pirbaddaghi, seorang pakar Timur Tengah mengatakan, “Syeikh Abdullah Al-Ahmar beberapa tahun lalu punya hubungan kuat dengan Ali Abdullah Saleh. Namun menyusul lawatannya ke Senegal untuk mengikuti pertemuan Uni Antarparlemen Islam, berbeda dengan aturan protokoler, Kedutaan Besar Yaman di Senegal memaksanya kembali ke hotel dengan kendaraan kedubes. Terjadi tabrakan yang dibuat-buat di tengah perjalanan dan terbongkar hubungan para pegawai kedubes Yaman dengan intelijen negara ini. Sejak saat itu Syeikh Abdullah Al-Ahmar tidak mempercayai Ali Abdullah Saleh dan ia lebih banyak tinggal di Riyadh ketimbang San’a. Kejadian ini hingga sekarang ada dua kutub yang menguasai kancah politik Yaman.”
Ditambahkannya, “Ali Muhsin Al-Ahmar, saudara tiri Ali Abdullah Saleh termasuk keluarga Al-Ahmar dan termasuk tokoh penting Yaman. Ia memiliki hubungan dengan dengan Wahabbi Arab Saudi dan dituduh Amerika mendukung terorisme. Ia ditunjuk Presiden Yaman sebagai panglima militer Yaman ke Provinsi Saadah di utara negara ini. Kesukaannya menggunakan senjata pemusnah massal terhadap rakyat Yaman membuatnya dikenal juga dengan sebutan Ali Kimia, sama seperti Ali Hasan Al-Majid di masa Saddam Husein. Kesadisannya ini juga membuat Ali Abdullah Saleh menyebut saudara tirinya dengan julukan “pria tanpa belas kasih”.”
Pirbaddaghi setelah itu menjelaskan tentang pertumbuhan angka pemeluk Syiah dan mengenai peran kemenangan Hizbullah Lebanon sebagai simbol perlawanan Syiah menghadapi rezim Zionis Israel menyebutkan, “Pasca pembebasan daerah-daerah yang diduduki Zionis Israel di Lebanon Selatan, Syiah, khususnya mazhab 12 Imam mengalami pertumbuhan luar biasa di Yaman. Perang 33 hari yang berujung pada kemenangan Hizbullah Lebanon dan kekalahan memalukan rezim Zionis Israel mengalirkan darah baru kepada orang-orang Syiah Yaman. Kondisi ini terus berkembang, bahkan seorang dari anak ulama terkenal Wahhabi di timur Yaman akhirnya memeluk mazhab Syiah 12 Imam.”
Seraya menyinggung usaha keras Wahhabi dengan menanam modal miliaran untuk menyebarkan pemikiran Wahhabi di Yaman, Pirbaddaghi menjelaskan, “Pemerintah Yaman punya banyak kesamaan dengan pemerintah Arab Saudi. Hal ini semakin membuat pemerintah Yaman menerapkan tekanan lebih besar kepada warga Syiah yang tinggal di dekat perbatasan dengan Arab Saudi. Kenyataan ini menyebabkan ketertindasan politik, ekonomi dan budaya semakin nyata di sana.”
Analis Timur Tengah ini menyebut Radio berbahasa Arab Republik Islam Iran sebagai sumber utama mereka baik dari sisi informasi maupun keagamaan. Ditambahkannya, “Selama bertahun-tahun orang-orang Syiah menjadi pendengar setia Radio Iran dan hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan dari sisi budaya. Sekalipun sumber-sumber budaya seperti buku dan mengakses ulama Syiah, guna memperkuat keyakinan mereka, sebisa mungkin mereka menyelenggarakan acara-acara keagamaan seperti Asyura dan Idul Ghadir secara sembunyi-sembunyi.
Sumber: http://www.islamtimes.org/
Artikel Lainnya:
1 Response to Kronologi Perang Saudara di Yaman
terimakasih atas informasinya mas
Posting Komentar