Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
Kecerobohan dan Kegagalan CIA
Lab nuklir bermula di tahun 2002. Beberapa orang mengaku mempunyai informasi tentang keberadaan lab senjata nuklir di Iraq. Orang-orang ini, setelah diselidiki, memiliki kesamaan, yaitu berbohong. CIA ketika itu sudah menunggu untuk masuk ke Iraq dengan dalih lab nuklir ini. Isu ini segera menjadi kontroversial dan besar. Rob SIlverman, deputi rekonstruksi dan ekonomi AS buat Iraq, melaporkan bahwa Konferensi Nasional Iraqlah yang mendorong AS melakukan perang di Iraq. Jelas, hal ini dibantah habis-habisan oleh Chalabi. Logikanya, seburuk-buruknya kondisi suatu negara, tentu tidak akan sudi diserahkan kepada pihak asing yang tak jelas idelogi dan tujuannya, apalagi pihak asing itu adalah AS.
Chalabi kemudian menemui intelijen AS di Zurich, Swiss. Dalam pertemuan itu, Chalabi dengan jelas dan tanpa tedeng aling-aling dituding telah melawan AS. "Sesungguhnya, kami tidak pernah punya hubungan apapun dengan AS dalam perang di Iraq. Yang paling berpengaruh di sini mungkin karena kegagalan CIA. Tenet mengatakan kepada Bush bahwa keberadaan senjata pemusnah massal adalah sahih. Padahal, kenyataannya ini adalah sesuatu yang dibuat-buat. Bagaimana bisa memerangi Saddam hanya dengan alasan ini?" repet Chalabi menyitir kegagalan CIA.
Kegagalan CIA yang kedua adalah tentu saja tentang lab nuklir. Bisa dibilang, inilah aib CIA paling besar di Iraq. Cerita bermula dari seseorang yang mempunyai nama samaran Curveball. Nama aslinya adalah Rafed Ahmad Alwan. Alwan baru saja pulang dari Jerman, dan dinas intelijen Jerman menginformasikan CIA bahwa lelaki ini mempunyai informasi tentang lab nuklir.
Tak menunggu lama, Cia segera memburu Alwan untuk diinterogasi. Selain juga menyogoknya dengan uang yang tak sedikit, CIA juga melakukan tes kebohongan kepada Alwan. Informasi dari Alwan yang semuanya menurut CIA adalah bohong diyakini sebagai realitas sesungguhnya akan Iraq. Rob Silverman mengatakan bahwa 97% informasi AS tentang senjata biologi dan lab nuklir di Iraq berasal dari orang ini.
Fatalnya, dengan sok jumawa, CIA menginformasikan kepada media bahwa Alwan mempunyai kakak yang bekerja di Konferensi Nasional Iraq. Chalabi sendiri segera mengirimkan surat kepada New York Times bahwa Konferensi Nasional tidak mengetahui siapa orang ini. Tapi karena merasa yakin dengan informasi yang didapat dari Alwan, AS tidak menggubrisnya. Akibatnya, seperti yang diketahui, AS dan CIA menjadi tertawaan banyak negara perihal senjata pemusnah massal dan lab nuklir ini.
Chalabi menyebutkan bahwa maling nomor satu AS tiada lain dan tiada bukan, George Bush. Karena menurut Chalabi, Bush lah yang telah mengajak Inggris dan negara-negara Arab untuk melaksanakan kependudukan di Iraq. Bush telah menipu, setelah sebelumnya ia berjanji akan melaksanakan pemilu dan membentuk pemerintahan sementara jika Saddam berhasil digulingkan. "Jika saja itu terlaksana, maka Iraq akan terhindar dari bencana," sesal Chalabi.
Chalabi menyanggah kalau ia pun terlibat dalam memengaruhi media AS. Tujuan Chalabi dari awal sudah jelas bahwa ia dan Konferensi Nasional hanya ingin Saddam digulingkan, kemudian mengurus Iraq setelahnya. Chaladi dan rekan-rekannya tak pernah sekalipun menggulirkan isyu tentang senjata pemusnah massal dan lab nuklir yang konyol.
Ketika Chalabi bertemu dengan Bush di AS, Bush murka besar terhadap Chalabi. Apalagi kemudian Chalabi meminta Bush untuk segera menggelar pemilu di Iraq. Bush bersikeras untuk menunda pelaksanaan pemilu. Kemarahan Bush makin bertambah karena pada saat yang sama, di Iraq terjadi demo besar-besaran menuntut pelaksanaan pemilu dan Bush merasa ini tekanan yang diarahkan kepadanya. Pada ketika itu Bush sudah memberikan perintah untuk meminggirkan Chalabi dari Iraq.
Bersambung...
Sumber: http://www.eramuslim.com
Artikel Lainnya:
No Response to "Detik-detik Invasi Amerika ke Irak (6)"
Posting Komentar