Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
Neokonservatif Yahudi Dalang Perang Iraq
Tapi sebelum terjadi sesuatu, di luar rumah sudah terjadi keributan yang dibuat oleh rakyat Iraq. Si Letnan berkata lagi pada Chalabi, "Saya akan menarik mundur pasukan saya dari sini dan pergi." Namun ternyata tidak semudah itu, karena ia sendiri sudah dikepung oleh masyarakat Iraq. Lain waktu, si Letnan ini menjadi olok-olok temannya karena tidak berhasil menangkap Chalabi. Chalabi menyimpulkan tiga hal dari penyerangan ini: AS ketika itu memang bermaksud menyerang Gerakan Al-Sadr di Baghdad dan Al Najaf. Kedua, AS memang akan menyerang Syi'ah dan Kurd. Ketiga karena faktor Al-Akhdar Al-Ibrahimi yang dikirim oleh PBB sebagai utusannya ke Baghdad. Dalam kunjungan pertamanya, Al-Ibrahimi menulis laporang yang menimbulkan kontroversi tentang Iraq.
Ketika semua anggota Konferensi Nasional Iraq menolak Al-Ibrahimi, sekonyong-konyong Paul Bremer datang dan menginterupsi. Bremer menyudutkan Chalabi sehubungan dengan Al-Ibrahim. Namun Chalabi segera mengatakan bahwa metode yang dilakukan oleh Al-Ibrahimi jelas untuk membuat Iraq seperti pemerintahan Saddam dulu. Terjadi ketegangan yang hebat antara Bremer dan Chalabi. Perseteruan itu sampai harus mendatangkan Robert Blackwell, penasihat khusus George Bush. Kedatangan Blackwell ternyata hanya memperkeruh hubungan Chalabi dengan AS.
Di akhir pertemuan, Blackwell mendatangi Chalabi dan mengatakan, "Anda tahu siapa saya? Saya adalah utusan Bush!". Namun dengan tenang, Chalabi menukas, "Memangnya kenapa?". Blackwell berkata lagi, "Jika Anda menentang presiden Bush, kami akan menekan Anda!" Itu sebuah ancaman, namun Chalabi sama sekali tidak menggubrisnya. Satu kenyataan yang tidak bisa dilupakan adalah Chalabi sendiri merupakan agen CIA. Pertemuan pertamanya dengan dinas intelijen itu pada tahun 1991 di London. Chalabi juga menjalin hubungan dengan Iran. "Saya menyadari sekali, usaha kami tidak akan berhasil jika AS dan Iran tidak terlibat. " terang Chalabi.
Chalabi menyebutkan bahwa faktor kekuasaan Washington lebih berperan banyak dalam menyulut perang Iraq dibandingkan dengan dinas intelijennya alias CIA. Yang paling menonjol adalah wakil presiden Dick Chenney dan dapartemen pertahanan AS dengan Donald Rumsfled sebagai tokoh utamanya. Chalabi dan tokoh-tokohnya yang menginginkan perubahan sering menulis di media massa membicarakan berbagai isyu di Iraq. Menurut Chalabi, inilah cara yang paling tepat dalam mendorong perubahan di Iraq. Dengan begini, AS akan merespon dan mempelajari kondisi di Iraq.
Chalabi membeberkan bahwa semua hal yang terjadi di Iraq sejak awal merupakan langkah dan manuver kaum neokonservatif di AS. Menurutnya, kaum neokonservatif yang dilatarbelakangi tokoh-tokoh Yahudi mengambil keuntungan besar. Bisa dikatakan, kaum neokonservatif lah yang mengambil Iraq seutuhnya. Dengan kenyataan seperti itu, semua usaha Chalabi dan tokoh-tokoh Iraq yang menginginkan Saddam jatuh dan adanya reformasi di Iraq, seperti sia-sia. "Kami yakin, Iraq akan lebih baik tanpa Saddam. Demokrasi akan hadir di Iraq." ujar Chalabi. Tapi ternyata, semuanya tidak sesuai dengan apa yang mereka perkirakan sebelumnya.
Namun semua hubungan baik itu, seketika sirna ketika AS menyerang Chalabi. Rusmsfled tak pernah lagi menghubungi Chalabi setelah itu. Sejak saat itu, Chalabi memutuskan hubungan dalam bentuk apapun dengan AS. Sekarang Chalabi menyimpulkan bahwa menjalin hubungan dengan AS tidak akan pernah memberikan apa-apa bagi perbaikan Iraq. Ketika AS memutuskan akan menarik semua pasukannya di Iraq, maka Chalabi menyebutkan bahwa itulah keputusan terbaik bagi AS karena orang Iraq sendiri jelas bisa mengurus Iraq tanpa bantuan siapapun dan darimanapun.
Selama ini Chalabi menjadi satu-satunya politisi Iraq yang tak pernah mendapatkan proteksi AS. Ia beberapa kali menjadi target pembunuhan. "Saya tidak pernah takut berjalan-jalan di Baghdad. Saya tidak membutuhkan uang ataupun materi, dan tidak pernah terlibat korupsi. Saya mengagumi Jenderal De Gaulle yang melindungi Prancis tanpa punya apa-apa. Begitulah saya...." paparnya. "Satu-satunya yang saya sesalkan adalah saya harus menjauhkan diri dari keluarga saya karena saya begitu dekat dengan publik. Dan itu sangat berbahaya buat mereka."
Bersambung...
Sumber: http://www.eramuslim.com
Artikel Lainnya:
No Response to "Detik-detik Invasi Amerika ke Irak (7)"
Posting Komentar