Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,
Serangan artileri mendadak Korea Utara (kita sebut saja untuk memudahkan istilah: Utara) ke pulau Yeon-pyeong yang terletak di Korea Selatan (kita sebut saja: Selatan) hari Selasa 23 November 2010 lalu membuat dunia terhenyak. Serangan yang menewaskan 2 orang marinir dan 2 warga sipil, 4 orang luka berat dan 18 orang termasuk warga sipil dirawat. Saksi mata mengabarkan 170 tembakan yang dilepaskan Utara secara membabi buta, 80 diantaranya jatuh di pulau itu mengakibatkan 22 rumah porak poranda, 25 hektar hutan hangus terbakar dan rehabilitasi kota Incheon, kota besar di pulau itu akan menghabiskan dana 40 juta USD.

Mudah-mudahan keadaan tidak berkembang menjadi lebih buruk. Sambil menunggu, saya ingin berbagi cerita singkat tentang terbelahnya 2 saudara sebangsa dan setanah air ini (bukan saja sekedar saudara serumpun!) yang pernah menggelar perang saudara yang ditumpangi banyak pihak yang berkepentingan, Perang Korea, 1951-1953.

JAS MERAH kata Bung Karno, 1965. Jangan sekali-kali melupakan sejarah!

Prolog

Perang Korea, lazim disebut untuk perang saudara antara Utara dan Selatan 25 Juni 1950 - 27 Juli 1953. Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat (kita sebut saja: AS) yang bertindak untuk dan atas nama PBB, dibantu sekutunya, Inggris, Australia, Kanada dan banyak negara lain yang mengirim tentaranya di bawah bendera PBB (antara lain Turki). Utara yang komunis, dibantu oleh pasukan Republik Rakyat China (kita sebut saja: RRC) yang waktu itu belum jadi anggota PBB dan Uni Sovyet (yang anggota tetap Dewan keamanan PBB dan berhak memveto keputusan perang PBB, kita sebut saja: Sovyet) dengan dukungan persenjataan, dana dan penasehat militer.

Semuanya berawal dari pendudukan Semenanjung Korea oleh Jepang selama Perang Dunia II. Waktu Perang Pasifik sedang seru-serunya, AS, RRC (yang masih dikuasai Nasionalis-Chiang Kai Sek, yang pro sekutu), Inggris dan Sovyet (tanpa keterlibatan Korea), pada Konferensi Kairo, November 1943, menyetujui untuk melepaskan kepentingan masing-masing atas Korea, dan menjadikannya sebagai negara merdeka secara berangsur dibawah suatu perwalian.

Tapi kemudian AS dan Sovyet mengingkari perjanjian ini dan membuat Konferensi Yalta (Februari 1945) yang isinya antara lain mengijinkan Sovyet membentuk buffer zone Eropa dan menguasai Korea sampai batas 38° Lintang Utara, sekali lagi tanpa seijin bangsa Korea. Seusai perjanjian itu Sovyet mengumumkan perang kepada Jepang 9 Agustus 1945 dan bergerak memasuki Korea.

Memperebutkan Seoul, Juli 1950
8 September 1945 barulah AS menerima penyerahan Korea dari Jepang. Sementara itu, Kim Il Sung di Utara memproklamirkan Republik Rakyat Korea (resmi di deklarasikan 9 September 1948). Pemerintahan perwalian AS di Selatan enggan mengakui kemerdekaan itu karena dianggap terlalu komunis. Dibawah tekanan dan kemungkinan ketidak stabilan politik, AS segera membentuk pemerintahan sipil di Selatan dibawah kepemimpinan Syngman Rhee yang akhirnya memproklamasikan Republik Korea, 15 Agustus 1948. Kedua pemimpin ini sebenarnya berniat untuk meyatukan Korea, tapi terhalang oleh ideologi masing-masing. AS yang angkat kaki dari Selatan 1949, membakar Kim untuk melakukan invasi untuk menyatukan Korea.

Perang

Pendaratan Incheon, September 1950
Dengan dalih bahwa pihak Selatan yang lebih dulu memprovokasi dan melanggar demarkasi 38° LU, tanggal 25 Juni 1950 Utara memulai invasi ke Selatan dengan 250 ribu tentara infanteri dengan dukungan tank dan serangan udara. Karena tidak siap dan nyaris tanpa dukungan, hanya dalam waktu 3 bulan (September 1950) Utara berhasil menguasai 90% wilayah Selatan. Dukungan AS dengan bendera PBB membuat Selatan mampu menahan kekuatan Utara di Pusan (Agustus- September 1950).

Taktik MacArthur untuk mendaratkan marinir AS di Incheon, garis belakang pertahanan Utara, mampu memotong jalur bantuan dan perbekalan Utara. Tentara Utara yang kekurangan perbekalan kemudian kalah jumlah terpukul balik. Pukulan balik ini berlanjut sampai jauh ke wilayah Utara (November 1950), bahkan ibukota Utara Pyong Yang jatuh ke tangan pasukan PBB, Oktober 1950. Tapi kemudian timbul masalah. RRC menuduh tentara Selatan / PBB ‘kluyuran’ terlalu jauh ke Selatan merasa kedaulatannya terusik. Mereka kemudian memutuskan untuk “membantu Korea dalam menghadapi invasi AS dan PBB”. Akhir Oktober tahun itu, 300 ribu tentara “sukarelawan” RRC menyeberangi sungai Yalu untuk membantu Utara.

Dengan kekuatan sebesar itu, tentara Selatan dan PBB dipukul mundur kembali sehingga melewati batas demarkasi 38° LU. Selain kekalahan telak di lapangan, pasukan sekutu juga mengalami pukulan moril dengan gugurnya komandan AS Jenderal Mark W. Clark. Kekalahan ini membuat Jenderal MacArthur sebagai komandan Asia Pasifik mengusulkan untuk mempergunakan bom atom kembali. Tetapi tambahan 100 ribu tentara, perlengkapan kavaleri dan perbekalan, pasukan PBB di bawah Komandan yang baru Matthew Ridgway berhasil menahan laju pasukan RRC. Bahkan karena tidak sempurnanya jalur logistik, membuat RRC dan Utara mengosongkan kembali daerah yang dikuasainya. Pasukan Selatan AS berhasil mendesak kembali lawannya ke Utara dan bertahan di sekitar jalur demarkasi 38° LU. Meskipun perang masih berlanjut, posisi ini tidak lagi berubah sampai gencatan senjata

Akhir Perang

Perang ini berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian gencatan senjata 27 Juli 1953 antara AS, RRC dan Korea Utara. Presiden Korea Selatan Seungman Rhee menolak menandatanganinya, namun berjanji untuk menghormatinya. Dengan demikian secara resmi, perang belum berakhir, sampai hari ini!

Marilyn Monroe di Korea, 1954
Korban Perang. Sebagaimana biasa terdapat perbedaan besar korban perang masing-masing pihak. Digelembungkan dan dikempiskan sesuai kebutuhan. Tapi menurut data dari Tentara PBB dan AS menghitung jumlah tentara China dan Korea Utara yang tewas berdasarkan laporan lapangan, interogasi tahanan perang, dan intelejen militer (dokumen, mata-mata, dan lain-lain). Korban tewas: AS: 40.000 terbunuh, China:400.000 orang; Korea Utara: 500.000 orang. Korea Selatan: 400.000 terbunuh; Total rakyat sipil, kebanyakan sumber memperkirakan 2.000.000 orang tewas.

Epilog

Sungguh dahsyat bencana kemanusiaan yang terjadi akibat mempertahankan sebuah ideologi. Dan, masih kemungkinan akan timbul dan meledak lagi. Semoga Pemimpin Kedua Negara bersaudara yang akan kembali bertikai itu, dan sekutu-sekutunya mau mengingat sejarah. Bahwa akibat tandatangan mereka dapat terjadi pengulangan tragedi kemanusiaan. Mudah-mudahan mereka ingat bahwa ideologi yang mereka pertahankan itu, nyaris tidak ada artinya buat rakyat biasa.

Sayup-sayup dari arah tetangga sebelah rumah, saya mendengar sebuah lagu. Mestinya anda semua kenal lagu ini, jadi tidak perlu saya tuliskan siapa penyanyi dan pengarangnya (kuatir salah hehehe). Kalau bersedia, saya ajak anda sekalian bersama merenungkannya :

Imagine there’s no Heaven
It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today

Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace

You may say that I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one

faded………(alias saya gak denger lagi!)

Sumber: http://www.kompasiana.com
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Perang Korea, Riwayatmu Dulu"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments