Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Kebijakan Nuklir AS: Menyerang Daripada Diserang

Percobaan nuklir sebenarnya telah dilarang oleh dunia internasional sejak tahun 1992. Bahkan, pascaPerang Dingin, sebagian besar fasilitas produksi nuklir besar di dunia telah ditutup. Salah satu yang dimiliki oleh Amerika di Rocky Falts, Denver misalnya telah resmi dibekukan. Begitu juga beberapa fasilitas nuklir milik Uni Soviet. Namun menurut kabar yang beredar, sejak peristiwa September 2001 pemerintahan Bush telah mengaktifkan kembali, bahkan mengeluarkan izin percobaan nuklir bawah tanah beberapa waktu lalu. Tuduhan ini ditampik oleh salah seorang pejabat Badan Keamanan Nuklir Amerika, Linton Brooks.


Meski menampik, pihak Badan Keamanan Nuklir Amerika mengakui bahwa saat ini sedang digodok kembali ide-ide pengembangan nuklir. “Masa depan tak pernah bisa diprediksi, dan kami harus siap memberikan respon yang cukup,” ujar Brooks dalam wawancaranya dengan The Cronicle. Ia menegaskan bahwa rencana pengembangan nuklir ini tak pernah melanggar kesepakatan dalam Perjanjian Moskow. Menurut Brooks fasilitas yang dibangun tersebut hanya untuk merawat dan memelihara senjata nuklir yang sudah ada saja.

Pada era pemerintahan Presiden Bill Clinton, budget pengeluaran untuk persenjataan nuklir Amerika mencapai angka yang paling rendah dan tak ada percobaan nuklir yang dilakukan. Dalam sebuah laporannya, majalah Atomic Scientist menyebutkan, badan atom Amerika hanya menghabiskan hari-harinya untuk merawat dan memelihara potensi nuklir yang mereka miliki, tanpa pengembangan sedikitpun.

Sebelum Perjanjian Moskow, Amerika Serikat mempunyai tak kurang dari 10.650 hulu ledak nuklir. Lewat perjanjian tersebut, jumlah nuklir Amerika berkurang menjadi hanya 2.200 hulu ledak saja. Memasuki tahun 2012 nuklir Amerika diharapkan hanya 1.700 hulu ledak saja. Tapi sepertinya, rencana tersebut akan gagal total di bawah pemerintahan George Bush yang mencoba membangun kembali, bahkan lebih besar fasilitas nuklir yang dimiliki oleh Amerika.

Penandatanganan izin proyek nuklir pertama terjadi pada Januari tahun ini. Dalam kebijakan baru yang yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan, Pentagon disebutkan, Amerika tak bisa hanya memelihara senjata nuklir dan melakukan balasan jika terjadi serangan. Tapi lebih jauh dari itu, militer Amerika harus membangun fasilitas nuklir untuk kebijakan pre-emptive, menyerang daripada diserang oleh negara-negara yang dianggap berbahaya.

Tak hanya membangun nuklir, Pentagon juga menyiapkan perangkat lain yakni pembangunan bunker nuklir untuk generasi mendatang. Anggota Senat Amerika di Komisi Pelayanan Persenjataan, awal Mei lalu menyetujui proposal penelitian senilai 15,5 juta dolar untuk persiapan pembangunan bunker anti nuklir.

Tak jelas sebesar apa potensi nuklir yang kini dimiliki oleh Amerika Serikat. Namun, pada tahun 1999, Departemen Energi Amerika mengatakan bahwa Amerika saat itu mempunyai 12.000 plutonium yang tersimpan aman di Plantex, sebuah pabrik kimia yang berada di Amarillo, Texas. Tak hanya itu, disebutkan pula di lembaga penelitian Oak Ridge Reservation di Tennessee, sekitar 200 ton uranium telah diproduksi. Diperkirakan, Amerika saat ini memiliki lebih dari angka yang pernah tercatat dalam majalah Atomic Scientist pada tahun 1999 tersebut.

Terungkapnya Skandal Nuklir Israel dan Mordechai Vanunu

Irak yang tak jelas memiliki senjata pemusnah massal telah dihancurkan oleh Amerika. Iran dan Korea Utara kini tengah diincar. Sedangkan Israel yang sudah jelas-jelas punya senjata nuklir, tak disebut sedikitpun sebagai ancaman bagi dunia. Terungkapnya proyek nuklir AS, berawal dari keberanian seorang ilmuwan nuklir Israel yang kala itu masih berusia relatif muda. Ilmuwan muda ini sangat prihatin dengan potensi senjata nuklir yang dikembangkan negara Zionis itu.

Akhir April 2004 lalu, seorang tahanan yang telah disekap di dalam sel sempit selama 12 tahun dibebaskan. Tapi sebetulnya, laki-laki itu telah menghuni penjara Israel selama 18 tahun. Bahkan Guinness Book of World Record pernah menobatkan laki-laki ini menjadi pemegang rekor manusia paling lama yang terisolasi. Di adalah Mordechai Vanunu. Mordechai Vanunu adalah ilmuwan nuklir Israel yang mengabarkan pada duniapada tahun 1986 bahwa negaranya sedang mengembangkan senjata nuklir. Tapi nahas, Mordechai Vanunu tak lama menikmati kebebasannya. 11 November lalu, ia kembali ditangkap oleh Shin Bet, polisi rahasia Israel dengan alasan keamanan nasional. Vanunu kembali dijebloskan ke dalam penjara.

Shin Bet dan pemerintah Israel memang ketar-ketir dengan masa tahananVanunu yang habis. Meski telah belasan tahun mendekam dan menjalani berbagai siksaan di penjara, ingatannya masih kuat untuk menceritakan pada dunia, bahwa negaranya, Israel menyimpan bahaya maha dahsyat. Kisah terungkapnya fasilitas nuklir Israel di Dimona, Gurun Negev berawal dari kegelisahan Mordechai Vanunu. Ia bukanlah ilmuwan nuklir senior Israel, tapi batinnya gelisah mengetahui ia bekerja di sebuah gedung, bertingkat enam lantai di bawah tanah yang berusaha mengembangkan senjata nuklir Israel.

Diam-diam ia merencanakan langkah-langkah untuk mengabarkan hal itu pada teman-teman dekatnya. Tapi kabar terus bergulir dan tak berhenti sebatas cerita mulut ke mulut di antara teman. Mordechai Vanunu merencanakan langkah yang lebih besar.

Dengan tekad yang sudah ia matangkan, suatu hari ia berniat memotret seluruh pemandangan di dalam laboratorium nuklir tempatnya bekerja. Meski Vanunu hanyalah seorang ilmuwan junior yang tugasnya hanya mengawasi panel-panel dan angka-angka, ia tahu apa yang dilakukannya pastilah berbahaya. Untuk itu, ia menghubungi sahabatnya, seorang jurnalis dari The Sunday Times, Inggris, Peter Hounam.

Mordechai Vanunu bertugas menguak rahasia nuklir Israel dan Peter Hounam kebagian mengabarkan rahasia itu pada publik lewat koran tempatnya bekerja. Kala itu, tahun 1986 Israel telah mengembangkan tak kurang dari 200 unit hulu ledak nuklir. Bayangkan saja, berapa unit yang kini telah dibuat oleh negara Yahudi ini.

Vanunu baru berusia 22 tahun saat ia bekerja di instalasi nuklir di Dimona. Bangunan ini terletak di tengah gurun Negev, padang pasiryang dikeruk sedalam enam tingkat untuk dijadikan laboratorium nuklir. Vanunu memperkirakan, tempatnya bekerja memproduksi 10 unit nuklir setiap tahunnya. Ia merasa, Israel tak membutuhkan itu semua. Satu-satunya alasan kenapa nuklir itu dibuat adalah untuk berperang melawan dunia Arab. Dan itu yang membuatnya tak setuju.

Dan di hari itu, Vanunu menyelinap dengan kameranya dan mengambil gambar lebih dari 50 foto. Berbekal sedikit uang dan dua buah rol film penting berisi gambar-gambar pusat pengembangan nuklir Israel, Vanunu terbang ke Inggris dan berbagi rahasia dengan sahabatnya, Peter Hounam.(na-hn)
Bersambung...

Sumber: http://www.eramuslim.com/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Perang Nuklir di Depan Mata, Menguak Kekuatan Nuklir AS dan Israel (2)"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments