Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Vanunu Kembali ke Bui

Setelah menjalani masa hukumannya selama 12 tahun di penjara Israel, pada akhir April 2004, Mordechai Vanunu dibebaskan. Tapi ternyata ia tak bisa lama menikmati kebebasannya. Hanya dalam waktu kurang dari delapan bulan, Shin Bet, polisi rahasia Israel, atas perintah pemerintah menangkapnya kembali. Padahal, sebelum ditangkap Vanunu tak bisa juga disebut bebas sepenuhnya. Ia harus tinggal di sebuah apartemen yang dijaga, tak boleh melakukan pembicaraan dengan orang asing atau wartawan, dan tak boleh keluar dari Israel dalam waktu yang tak pernah ditentukan.


Vanunu, yang kini berusia 50 tahun, ditangkap di sebuah gereja di Jerussalem saat ia sedang beribadah. “Dia dicurigai membuka informasi rahasia pada pihak-pihak yang tidak berkompeten. Dia juga dicurigai telah melakukan pelanggaran atas pembebasannya,” ujar jurubicara kepolisian Israel, Gil Kleiman.

Apa yang dibongkar oleh Vanunu? Sebenarnya sudah tidak ada lagi. Semua rahasia tentang nuklir Israel telah ia buka 18 tahun silam. Tapi pemerintah Israel mencurigai ia mendapat informasi baru yang jika dibuka akan membahayakan posisi pemerintah Israel. Ketidakadilan yang dirasakan oleh Vanunu berniatnya meninggalkan Israel. Tapi pengadilan tinggi Israel tak mengizinkannya meninggalkan negara Yahudi tersebut. Vanunu juga telah mengirimkan surat ke pemerintahan Swedia untuk mendapatkan suaka politik. Tapi lobi Yahudi terlalu kuat untuk membuatnya berhasil mendapatkan suaka politik.

“Saya tidak suka dengan Israel. Saya tidak ingin hidup di Israel. Saya ingin bebas dan pergi meninggalkan negeri ini,” ujar Vanunu kepada media saat penangkapannya.

Menurut Mordechai Vanunu, sejak peristiwa pembongkaran rahasia nuklir tahun 1986 itu, Israel tak lagi menghargainya sebagai seorang manusia.

“Israel menganggap saya sebagai seorang pengkhianat, dan sejak itu saya tidak pernah dihargai lagi. Kebebasan menyatakan pendapat dan bicara saya dilarang dan kemerdekaan saya untuk bergerak pun dikekang,” ungkap Vanunu.

Karena itu pula, ia berniat untuk mencari kewarganegaraan yang baru, jika bebas untuk kedua kalinya, nanti. Salah satu negara yang ia harap mau mengakuinya sebagai warga negara adalah Palestina.

Mordechai Vanunu: “Israel Negara Paling Kejam”

Democracy Now! sebuah program radio dan televisi yang siaran di Amerika Serikat berhasil melakukan wawancara panjang dengan Mordechai Vanunu sebelum penangkapannya kembali. Dalam wawancara tersebut, Vanunu berbicara blak-blakan tentang bahaya dan ancaman Israel bagi dunia internasional, terutama Timur Tengah. Berikut petikannya.


Pemerintah Israel menyebut Anda sebagai seorang pengkhianat. Bagaimana tanggapan Anda?

Ketika saya keluar dari penjara, saya katakan berulang kali bahwa saya sangat bangga dan bahagia telah mengungkap rahasia nuklir Israel pada dunia. Tapi saya bukanlah seorang pengkhianat. Pengkhianat yang sesungguhnya adalah pemerintah Israel yang berada di belakang kebijakan pengembangan nuklir selama 40 tahun terakhir. Mereka telah mengkhianati warga Israel, komunitas Arab dan seluruh manusia di muka bumi. Israel pengkhianat yang sesungguhnya.

Menurut Anda, rahasia apa yang paling signifikan yang telah Anda buka?

Telah sangat jelas dan terbuka saat saya mengungkapkannya pada terbitan The Sunday Times tahun 1986 silam. Dari informasi tersebut Anda bisa mengetahui senjata nuklir yang dibuat Israel, berapa jumlahnya, tak seorang pun bisa memperkirakan dan mengetahuinya. Termasuk CIA yang hanya memperkirakan angka 10 sampai 15 saja. Dan saat informasi saya keluar, saya menyebut 150 sampai 200 senjata nuklir yang dimiliki Israel. Yang kedua, tidak ada yang mengetahui bahwa saat ini Israel sedang membangun dan mengembangan bom hydrogen. Sebuah bom yang lebih besar dan lebih berbahaya dari bom atom. Satu bom ini bisa membunuh jutaan manusia. Semua itu adalah berita sangat penting yang pernah saya bawa untuk dunia.

Bagaimana Anda dapat mengetahui hal ini?

Saya tahu karena saya bekerja di tempat bom-bom itu dibuat. Bangunan tempat saya bekerja bertugas membuat bahan-bahan untuk senjata nuklir. Tugas saya waktu itu adalah mengolah plutonium untuk bahan pembuatan bom atom. Saya tahu betul berapa banyak mereka membuatnya setiap hari. Setiap tahun.
Mereka juga membuat apa yang dinamakan Lithium-6 dan Tritium. Saya bekerja dengan sesuatu yang berhubungan dengan bom hydrogen. Saya juga telah mengambil foto bagian dari bom tersebut dari bangunan yang lain. Ini semua berarti bahwa Israel telah siap menggunakan bom-bom tersebut pada perang yang akan datang. Dan ini sangat berbahaya untuk komunitas Arab. Karena Israel akan menggunakan bom yang tak pernah digunakan negara lain di jazirah ini.

Jadi mereka juga membuat bom neutron dan bom hydrogen?

Ya.

Apa yang bisa Israel lakukan sepanjang 18 tahun sejak Anda dipenjara?

Saya sama sekali tidak tahu. Kita hanya bisa berasumsi bahwa kemampuan mereka bisa jauh lebih tinggi dan besar dengan teknologi dan komputer yang sudah sangat berkembang. Tapi saya hanya berasumsi. Saya tidak memiliki informasi baru sejak 18 tahun yang lalu.

Bisa tolong dijelaskan apa maksud Anda dengan membawa foto dan informasi tentang Dimona?

Saat saya bekerja di Dimona pada tahun 1980-an, saya telah memutuskan harus membawa informasi yang saya miliki kepada dunia luas. Karena Israel telah berdusta, curang dan karena itu tidak satupun yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Jadi saya mengumpulkan semua informasi dalam kepala saya, dalam pikiran saya. Saya bekerja setiap hari di sana untuk mengumpulkan informasi dengan detil. Yang saya butuhkan adalah sebuah bukti, lalu saya menyiapkan pengambilan foto. Lalu saya menyelundupkan sebuah kamera ke dalam bangunan Dimona dan saya mengambil lebih 50 foto dalam dua roll film saat shift malam atau hari Sabtu, ketika bangunan sepi. Tapi sampai beberapa lama saya tidak memproses foto tersebut. Karena jika ketahuan, Shin Bet akan menangkap saya.

Yang saya butuhkan adalah, saya harus keluar dari Israel dan mengungkap semua informasi tersebut. Tadinya saya berniat akan membukanya di Amerika Serikat. Tapi dalam perjalanan ke Amerika saya bertemu dengan seorang teman yang membawa saya ke The Sunday Times di London. Lalu saya berikan pada mereka cerita dan foto tentang nuklir Israel.

Tapi bagaimana kisah penangkapan Anda yang sesungguhnya?

Sebelumnya mereka tidak melacak saya. Saat mereka mendengar tentang berita ini dan tentang apa yang saya lakukan di London, dua agen Mossad melacak saya sampai ke Sidney, Australia, tempat saya bertemu pertama kali dengan Peter Hounam. Dari sana mereka terus melacak saya. Lalu mereka memutuskan untuk menculik saya. Tapi mereka ingin penculikan tersebut tidak terjadi di London, tapi di Roma. Lalu mereka mengirim seorang agen perempuan berwarga negara Amerika yang bekerja untuk organisasi rahasia Israel. Dia menjebak saya. Saya telah diculik. Sesampai di Israel mereka memaksa saya tidak boleh berbicara tentang penculikan. Saya hanya boleh bicara tentang rahasia yang telah saya bongkar saja. Saya tidak terima, karena ini adalah kejahatan yang membuat saya menjadi korban.

Anda bisa cerita tentang perlakuan mereka di dalam penjara?

Shin Bet dan Mossad sangat marah dengan apa yang saya lakukan. Mereka ingin menghancurkan saya. Sejak awal mereka menempatkan saya pada sel isolasi selama tujuh minggu sejak penculikan saya dari Roma. Tidak ada orang yang tahu di mana dan kemana saya. Selanjutnya, selama dua tahun saya di tempatkan di dalam ruangan yang sempit dengan lampu yang sangat terang lengkap dengan kamera pengintai selama 24 jam. Saya tidak bisa tidur kecuali sedikit selama dua tahun itu. Mereka berusaha untuk merusak syaraf-syaraf saya. Mereka juga menggunakan metode psikologi untuk mencuci otak saya.

Saya pernah meminta untuk bertemu seorang pendeta. Lalu Shin Bet membawa seorang pendeta. Tapi kami tidak diizinkan untuk bicara. Saya tidak boleh bicara pada dia, dan pendeta itu tidak boleh bicara pada saya. Kami berkomunikasi lewat tulisan di notes yang harus dibaca terlebih dulu oleh petugas Shin Bet. Kami tidak bisa bertemu sebagai seorang manusia. Selama 11 tahun lebih saya berada dalam kondisi seperti itu di penjara Askhelon. Hanya dua jam dalam sehari saya diizinkan berjalan di lapangan. Itu pun saya sendirian. Saya tidak boleh menggunakan telepon, berkirim surat pun harus disensor oleh Mossad. Bisa Anda bayangkan, di dalam penjara pun Israel menempatkan dinas rahasiannya.

Di mana tepatnya penjara Askhelon?

Askhelon berada sekitar 40 mil dari Tel Aviv atau 20 mil dari Dalia.

Bagaimana Anda bisa bertahan selama itu dalam kondisi yang sangat kejam?

Selama 12 tahun masa isolasi, sejak minggu pertama saya sudah berikrar bahwa saya sedang berperang melawan Shin Bet, Mossad dan juga Shabak. Mereka musuh saya sekarang. Mereka ingin menghancurkan saya, dan saya harus bertahan dari gempuran mereka. Saya harus survive. (na-hn)
Bersambung...
Sumber: http://www.eramuslim.com/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

3 Response to Perang Nuklir di Depan Mata, Menguak Kekuatan Nuklir AS dan Israel (4)

Anonim
8 Februari 2012 pukul 00.40

fakta &sejarah dari Alkitab mengatakan bahwa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Jadi, siapapun di dunia ini yang melawan atau mengutuk Israel berarti melawan kehendak Tuhan.

Anonim
1 Oktober 2012 pukul 02.01

Kalau mnurut saya israel itu bangsa pilihan setan. krn terbukti dr tindak tanduk negara nya seperti setan. Jd buat yg komen diatas yg bilang israel pilihan tuhan pasti org idiot yg ga punya otak.

Anonim
1 Oktober 2012 pukul 02.05

Buang aja alkitab kau ke tong sampah

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments