Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Dalau usaha memanfaatkan kemenangan Amerika dalam Pertempuran Lapangan Udara Henderson, Vandegrift mengirim enam batalion Marinir yang kemudian ditambah satu batalion Angkatan Darat untuk menyerang posisi Jepang di barat Matanikau. Operasi yang dikomandani Merritt Edson ini bertujuan merebut Kokumbona di barat Tanjung Cruz yang dijadikan markas besar Angkatan Darat ke-17 Jepang. Tugas mempertahankan Tanjung Cruz merupakan tanggung jawab Angkatan Darat Jepang dari Resimen Infanteri ke-4 di bawah komando Nomasu Nakaguma yang sedang dalam keadaan lemah karena pertempuran, penyakit tropis, dan malnutrisi.

Marinir Amerika Serikat sedang menyeret keluar mayat tentara
Jepang dari bunker mereka di Tanjung Cruz, awal November 1942.
Serangan Amerika dimulai 1 November. Setelah mengalami beberapa hambatan, tentara Amerika berhasil menghancurkan kekuatan Jepang yang mempertahankan kawasan Tanjung Cruz pada 3 November, termasuk tentara baris belakang yang dikirim untuk memperkuat resimen Nakaguma yang sudah dalam keadaan payah. Tentara Amerika waktu itu tampaknya sudah hampir menembus pertahanan Jepang dan merebut Kokumbona. Namun terjadi bentrokan lainnya setelah tentara Amerika mencegat tentara Jepang yang baru mendarat dekat Tanjung Koli di sisi timur perimeter Lunga. Ancaman baru ini diatasi Vandegrift dengan cara menghentikan serangan ke Matanikau untuk sementara pada 4 November. Ketika itu pihak Amerika sudah menderita 71 tewas sementara tentara Jepang yang tewas sebanyak 400 orang.

Pada dini hari 3 November, 5 kapal perusak Jepang mendaratkan 300 tentara angkatan darat sebagai bala bantuan untuk Kolonel Shōji dan pasukan yang bergerak menuju Tanjung Koli setelah mundur dari Pertempuran Lapangan Udara Henderson. Rencana pendaratan pasukan Jepang sudah diketahui sebelumnya oleh Vandegrift yang mengerahkan satu batalion Marinir di bawah komando Herman H. Hanneken untuk mencegat Jepang di Koli. Segera setelah mendarat, tentara Jepang berhadapan dengan batalion Hanneken yang dipaksa mundur hingga ke perimeter Lunga. Sebagai balasan, Vandegrift memerintahkan batalion Marinir Puller ditambah dua batalion dari Resimen Infanteri 164 serta batalion Hanneken untuk bergerak ke arah Tanjung Koli menyerang pasukan Jepang.

Ketika pasukan Amerika mulai bergerak, Kolonel Shōji dan pasukannya mulai tiba di Tanjung Koli. Mulai 8 November, pasukan Amerika berusaha mengepung pasukan Shōji di Sungai Gavaga dekat Tanjung Koli. Namun Hyakutake sudah memerintahkan Shōji untuk meninggalkan posisi di Koli dan bergabung dengan pasukan Jepang di Kokumbona di kawasan Matanikau. Jepang memakai celah yang melewati sungai berawa-rawa di sebelah selatan garis pertahanan Amerika untuk melarikan diri. Antara 9 November dan 11 November, Shōji membawa sekitar 2.000 hingga 3.000 anak buahnya melarikan diri ke dalam hutan di selatan. Pada tanggal 12 November, tentara Amerika sudah berhasil mengejar dan membunuhi semua tentara Jepang yang tersisa di kantong-kantong perlawanan. Pihak Amerika menghitung sekitar 450-475 tewas di pihak Jepang di daerah Tanjung Koli. Hampir semua senjata berat dan perbekalan milik pasukan Shōji berhasil disita. Pihak Amerika menderita 40 tewas dan 120 terluka.

Batalion Raider Marinir 2 Carlson mendarat di Teluk Aola,
4 November 1942.
Sementara itu pada 4 November, dua kompi dari Batalion Raider Marinir 2 di bawah komandan Letnan Kolonel Evans Carlson mendarat dengan perahu di Teluk Aola Bay, 64 km sebelah timur Tanjung Lunga. Raider pimpinan Letkol Carlson bersama pasukan dari Resimen Infanteri 147 Angkatan Darat Amerika Serikat diturunkan untuk mengamankan 500 personel batalion konstruksi Seabee yang sedang berusaha membuat lapangan terbang di lokasi itu. Halsey yang bertindak atas rekomendasi Turner telah menyetujui pembangunan lapangan udara Teluk Aola. Namun pembangunan lapangan udara tersebut dibatalkan pada akhir November karena medan yang terlalu sulit.

Pada 5 November, Vandegrift memerintahkan Carlson untuk mengajak pasukan raider miliknya melakukan mars dari Aola dengan tujuan menyerang semua pasukan Shōji yang melarikan diri dari Tanjung Koli. Bersama kompi yang tersisa dari batalion yang tiba beberapa hari kemudian, Carlson bersama pasukannya memulai patroli selama 29 hari dari Aola hingga perimeter Lunga. Selama patroli, pasukan raider bertemu pasukan Shōji yang sedang mundur dan pecah beberapa kali pertempuran dengan korban 500 tewas di pihak Jepang. Sementara 16 tentara Jepang yang sudah tidak tahan menderita bunuh diri. Selain terbunuh akibat serangan-serangan raider Carlson, anak buah Shōji juga jadi korban penyakit tropis dan kurang makan. Pada saat pasukan Shōji tiba di Sungai Lunga pada pertengahan November (sekitar setengah jalan dari Matanikau) hanya 1.300 prajurit yang tersisa. Ketika Shōji tiba di posisi Angkatan Darat 17 Amerika Serikat di sebelah barat Matanikau, hanya ada 700 hingga 800 anak buahnya yang selamat. Sebagian besar di anak buah Shōji yang selamat akhirnya bergabung dengan unit-unit Jepang yang mempertahankan Gunung Austen dan kawasan hulu Sungai Matanikau.

Kedatangan kapal-kapal Tokyo Express pada 5 November, 7 November, dan 9 November mengantarkan pasukan tambahan dari Divisi Infanteri 38, termasuk sebagian besar Resimen Infanteri 228 ke Guadalkanal. Pasukan-pasukan Jepang yang masih segar ini dengan segera menempati posisi-posisi mereka di Tanjung Cruz dan kawasan Matanikau. Mereka berhasil membantu menangkal serangan-serangan selanjutnya Amerika pada tanggal 10 November dan 18 November. Selama 6 minggu berikutnya, tentara Jepang dan tentara Amerika terus berada saling berhadap-hadapan di sepanjang sebuah garis persis di sebelah barat Tanjung Cruz.

Sumber: http://id.wikipedia.org/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Kampanye Guadalkanal: Aksi-aksi Bulan November 1942"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments