Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
Jajak pendapat opini publik baru-baru ini di Tiongkok menunjukkan bahwa mayoritas orang Tionghoa menyalahkan Amerika Serikat atas ketegangan-ketegangan di Semenanjung Korea. Hal ini tidaklah mengherankan. Hasilnya malah akan mengejutkan jika mayoritas orang Tionghoa tidak menyalahkan Amerika Serikat.
Jajak pendapat itu diambil oleh surat kabar yang dikelola negara Global Times dari 26 sampai 28 November – beberapa hari setelah serangan Korea Utara, tanpa provokasi, menerumpungi pulau Korea Selatan pada 23 November. Individu lebih dari 18 disurvei di tujuh kota besar. Dari mereka yang disurvei, 56 persen mengatakan setuju bahwa 'Amerika Serikat adalah penyebab utama di balik krisis berulang di Semenanjung Korea.'
Dr. Cai Jianguo, Direktur Asia-Pasifik Research Center di Universitas Tongji di Shanghai, mengatakan hasil survei bahwa warga Tionghoa pada umumnya sangat tenang dan objektif; mereka memiliki pemahaman yang sangat jelas atas persoalan di Semenanjung Korea, dan dunia harus menghargai pendapat mereka.
Apakah angka-angka yang dilaporkan oleh Global Times, adalah merupakan sebuah outlet propaganda, atau didasarkan pada jajak pendapat yang sebenarnya, atau jika demikian, apakah angka yang dilaporkan akurat, ini masih merupakan sebuah tanda Tanya besar. Di negara dimana hasil ilmiah bisa dipalsukan dan angka-angka PDB bisa diubah semaunya, sebuah jajak pendapat dapat dilaporkan apa saja sesuai dengan yang diinginkan oleh Negara.
Bahkan jika kita mengasumsikan keabsahan hasil survei itu, bagaimanapun, mereka kemungkinan besar bukan pandangan warga Tionghoa yang ‘tenang, objektif.’ Sebaliknya, survei itu akan mengungkapkan efek-efek terhadap orang-orang Tionghoa atas propaganda anti Amerika berkepanjangan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Dalam semua buku pelajaran sejarah di Tiongkok, Amerika Serikat telah dikatakan sebagai penyerbu selama Perang Korea. Selain itu, buku-buku pelajaran Tiongkok mengatakan bahwa tujuan Amerika Serikat bergabung dengan perang itu adalah untuk menyerang Tiongkok.
Selain dari buku-buku pelajaran resmi, orang-orang Tionghoa mendengar berita-berita anti-Amerika, menonton film-film anti-Amerika, dan mendengarkan lagu-lagu anti-Amerika dari media pemerintah. Tema lagu-lagu dari film-film Perang Korea seperti ‘Sanggamyong’ dan ‘Pertempuran di Bukit Tidak Dikenal’ adalah sangat populer di Tiongkok, bahkan sampai hari ini.
Permainan-permainan untuk anak-anak mengandung tema Tiongkok vs Amerika Serikat. Media Tiongkok bahkan melangkah lebih jauh melaporkan bahwa virus SARS adalah sebuah plot yang dibuat oleh orang-orang Amerika.
Tumbuh di lingkungan ini, siapa pun yang tidak anti-Amerika akan menjadi abnormal.
Ketika PKT mengatakan Amerika mencoba untuk membatasi Tiongkok, masih banyak warga Tionghoa percaya itu, bahkan jika mereka menentang Partai. Konflik antara pejabat dan masyarakat umum di Tiongkok adalah meluas dan intens, namun masyarakat masih memegang apa yang telah diajarkan oleh propaganda rezim. Banyak orang Tionghoa di Tiongkok adalah anti-Amerika dan anti-partai komunis.
Tinggal di luar Tiongkok tidak lantas membuat orang-orang Tionghoa lebih pro-Amerika. Pada kenyataannya, banyak orang Tionghoa yang tinggal di luar Tiongkok adalah pro-Partai Komunis Tiongkok dan anti-Amerika.
Karena saya datang ke Amerika Serikat, orang-orang Tionghoa telah sering berbicara dengan saya tentang Perang Korea dan situasi di wilayah Asia-Pasifik. Banyak orang yang benar-benar bangga dengan pengorbanan orang-orang Tionghoa selama Perang Korea. Mereka berpikir bahwa ini adalah simbol yang menunjukkan bahwa orang-orang Tionghoa ‘menegakkan diri.’
Ketika mereka berbicara tentang PKT saat ini sedang memperluas militer, mereka sangat bersemangat dan berpikir bahwa ini adalah dasar untuk kebanggaan nasional.
Banyak imigran Tiongkok tidak pernah memahami nilai-nilai dasar Amerika dan tidak pernah benar-benar berasimilasi ke dalam masyarakat Amerika.
Tentu saja, kendala bahasa adalah signifikan. Beberapa imigran Tiongkok telah tinggal di Amerika Serikat selama beberapa dekade, tetapi mereka tidak pernah hidup di luar komunitas Tionghoa atau memperoleh pandangan internasional yang nyata.
Cara hidup mereka telah meninggalkan celah bagi media resmi PKT. Karena kerinduan para imigran pada kampung halaman mereka, mereka secara salah memperlakukan PKT sebagai Tiongkok dan memperlakukannya sebagai keluarga.
Ada alasan sejarah di balik kebijakan anti-Amerika PKT. Selama perang sipil di Tiongkok, Amerika Serikat mendukung Partai Nasionalis, sementara PKT bergantung pada Uni Soviet.
Amerika Serikat mempromosikan nilai-nilai universal dan memberikan contoh dengan masyarakat demokratisnya, yang langsung mengancam kepentingan pribadi para pejabat Tiongkok. Mereka benar-benar tidak ingin menyerahkan kekuasaan yang mereka peroleh melalui perbudakan lebih dari 1 milyar orang Tionghoa. (EpochTimes/khl)
Dr. Sun Yanjun adalah seorang profesor di Departemen Psikologi di Capital Normal University di Beijing. Pada tahun 2009, ia secara terbuka meninggalkan Partai Komunis China dan sekarang tinggal di Amerika Serikat.
Sumber: http://erabaru.net/
Artikel Lainnya:
No Response to "Orang Tionghoa Anti Amerika?"
Posting Komentar