Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Pemberontakan Petani Hunan - Menghasut Berandalan Untuk Memberontak
Selama masa Ekspedisi Utara, PKC melakukan pemberontakan-pemberontakan di daerah pedesaan dalam usaha meraih kekuasaan, sementara itu Tentara Revolusi Nasional berperang melawan panglima-panglima perang.
Pemberontakan Petani Hunan pada tahun 1927 adalah kerusuhan yang dilakukan oleh kaum gembel dan sampah masyarakat, sama seperti Commune Paris tahun 1871 yang terkenal, kerusuhan Komunis pertama. Rakyat Perancis dan orang asing di Paris menyaksikan bahwa Commune Paris adalah sekelompok bandit perusak yang tidak mempunyai visi. Hidup dalam gedung-gedung mewah dan rumah-rumah megah dan makan enak, mereka hanya perduli pada kenikmatan sementara dan tidak memikirkan masa depan. Selama masa pemberontakan Commune Paris, mereka menghalangi kebebasan pers. Mereka menahan dan kemudian menembak Uskup Agung Perancis, Georges Darboy, yang memberi khotbah pada Raja. Demi kesenangan mereka, mereka membunuh 64 pendeta, membakar istana-istana, dan memusnahkan kantor-kantor pemerintahan, rumah-rumah pribadi, monumen-monumen dan prasasti-prasasti. Kekayaan dan keindahan ibu kota Perancis yang tidak ada duanya di Eropa, hancur musnah pada masa kerusuhan Commune Paris; bangunan menjadi debu dan manusia menjadi tengkorak. Kebrutalan dan kekejaman yang sedemikian belum pernah ada sebelumnya.
Sebagaimana Mao Zedong mengakui, "Benar bahwasanya para petani di pedesaan 'sulit diatur' ". Dengan penuh kekuasaan, organisasi petani membuat pemilik tanah tidak dapat mengeluarkan pendapat dan wibawa mereka dicela. Ini berarti memojokkan pemilik tanah dan menyudutkan mereka disana. Para petani mengancam, "Kami akan masukkan kalian ke dalam daftar (daftar reaksioner)". Mereka mendenda gembong lalim setempat dan bangsawan jahat, mereka meminta jatah dari mereka, dan mereka merusak kursi mobil mereka. Orang-orang menyerbu rumah-rumah dari gembong lalim setempat dan bangsawan jahat yang tidak setuju dengan adanya organisasi petani, memotong babi dan memakan gandum mereka. Mereka bahkan berbaring di atas tempat tidur bersih dari anak-anak perempuan di rumah itu. Jika ditegur sedikit saja, mereka akan menangkap orangnya, memahkotai orang yang ditangkap dengan topi tinggi terbuat dari kertas, dan mengaraknya keliling desa, dan meneriakkan, "Tuan tanah hina, sekarang kamu tahu siapa kami!" Melakukan apa saja yang membuat mereka senang dan membalikkan segalanya, mereka telah menciptakan teror di pedesaan.
Tetapi Mao setuju dengan sifat "sulit diatur" ini, dengan mengatakan, ... "Secara gamblang, untuk sementara ini perlu untuk menciptakan teror di setiap daerah pedesaan, jika tidak, akan mustahil untuk menekan kegiatan dari kontra revolusioner di pedesaan terlebih lagi menumbangkan pengaruh bangsawan jahat. Batasan norma-norma harus dilanggar demi membenarkan yang salah, jika tidak, yang salah tidak bisa dibenarkan .... Banyak dari perbuatan mereka pada masa revolusi, yang terlihat keterlaluan sebenarnya adalah yang dibutuhkan oleh revolusi. Revolusi komunis menciptakan sistem teror.
Operasi Utara "Anti-Jepang" - Melarikan Diri dari Kekalahan
PKC menyebut "Perjalanan Panjang - Long March" sebagai operasi utara anti-Jepang. "Perjalanan Panjang" dijadikan sebagai kisah dongeng revolusi Tiongkok. Ia mengatakan bahwa "Perjalanan Panjang" adalah "kitab deklarasi", "tim propaganda" dan "mesin penyebar bibit" yang berakhir dengan kemenangan untuk PKC dan kekalahan bagi musuh.
Operasi Utara "Anti-Jepang" adalah kebohongan yang tak kenal malu dari PKC untuk menutupi kegagalannya. Pada kenyataannya, dari Oktober 1933 sampai Januari 1934, Partai Komunis mengalami kekalahan total menghadapi operasi kelima KMT yang bertujuan untuk mengurung dan memusnahkan PKC, PKC kehilangan satu persatu kekuatannya di daerah pedesaan. Dengan daerah markasnya yang terus menyempit, Tentara Merah harus kabur. Inilah hal yang sebenarnya di balik "Perjalanan Panjang".
"Perjalanan Panjang" sebenarnya bertujuan menerobos pengepungan dan lari ke sepanjang garis perbatasan Mongolia dan Uni Soviet. Kala itu perjalanan mereka menghadapi banyak kesulitan, ke arah Barat menyusuri perbatasan Mongolia, mendekati Soviet agar mudah melarikan diri sebagai antisipasi bila kalah diserang. Mereka memilih untuk melewati Shanxi dan Suiyuan. Pada satu sisi dengan menempuh propinsi-propinsi di utara ini, mereka bisa mengakui sebagai "anti-Jepang" dan memenangkan hati rakyat, di sisi lain, daerah tersebut sangatlah aman, tidak ada tentara Jepang bermarkas di sana, karena tentara Jepang hanya menduduki teritori sepanjang Tembok Raksasa. Setahun kemudian, ketika PKC akhirnya tiba di Shanbei (bagian Utara propinsi Shanxi), kekuatan inti dari Tentara Merah Pusat telah berkurang dari 80.000 orang menjadi 6.000 orang.
Insiden Xi'an - PKC Menempel Kepada KMT untuk Kedua Kalinya
Pada Desember 1936, Zhang Xueliang dan Yang Hucheng, dua Jenderal KMT, menculik Chiang Kai-shek di Xi'an. Ini selanjutnya disebut Insiden Xi'an.
Menurut versi sejarah yang dibuat oleh PKC, Insiden Xi'an adalah "kudeta militer" yang didalangi oleh Zhang dan Yang, yang memberikan ultimatum hidup atau mati pada Chiang Kai-shek. Dia dipaksa untuk mengambil posisi melawan Jepang. Ditulis bahwa Zhou Enlai diundang ke Xi'an sebagai wakil dari PKC untuk membantu melakukan negosiasi damai. Dengan banyak kelompok Tiongkok yang menjadi penengah, insiden ini dapat diselesaikan dengan damai, sehingga mengakhiri perang saudara selama 10 tahun dan memulai gabungan persatuan nasional melawan Jepang. Buku sejarah PKC mengatakan bahwa insiden ini adalah titik balik yang penting bagi Tiongkok dalam krisisnya. PKC membanggakan dirinya sebagai partai patriotik yang memikirkan kepentingan seluruh negeri.
Semakin banyak data yang menyingkap bahwa banyak mata-mata PKC telah berkumpul disekitar Yang Hucheng dan Zhang Xueliang sebelum Insiden Xi'an. Salah satu contoh adalah anggota PKC bawah tanah Liu Ding, yang diperkenalkan kepada Zhang Xueliang oleh Song Qingling, istri dari Sun Yat-sen, saudara perempuan dari Madame Chiang dan seorang anggota PKC. Liu sangat berperan dalam memicu Insiden Xi'an sehingga setelah itu Mao memberikan pujian bahwa Liu telah menjalankan tugasnya dengan baik. Diantara mereka yang bekerja disisi Yang Hucheng, istrinya sendiri Xie Baozhen adalah seorang anggota PKC yang bekerja pada Departemen Politik Tentara si suami. Xie menikah dengan Yang Hucheng pada bulan Januari 1928 dengan persetujuan PKC. Ditambah lagi, anggota PKC Wang Bingnan adalah tamu kehormatan di rumah Yang pada waktu itu. Wang kemudian menjadi Wakil Menteri dari Kementerian Luar Negeri PKC. Anggota-anggota PKC disekeliling Yang dan Zhang inilah yang secara langsung memicu kudeta.
Sebenarnya pada awal insiden, pemimpin-pemimpin PKC ingin membunuh Chiang Kai-shek, sebagai balas dendam atas penekanannya terhadap PKC sebelumnya. Pada waktu itu, hanya tersisa markas PKC yang sangat lemah di utara propinsi Shanxi, begitu rapuh sehingga bisa saja musnah dalam satu kali serangan. Maka PKC dengan mengerahkan segala keahliannya menghasut dan menipu, memicu Zhang dan Yang untuk memberontak. Bertolak dari upaya mencegah Jepang menyerang Uni Soviet, Stalin menulis surat kepada Komite Pusat PKC dan meminta mereka untuk tidak membunuh Chiang Kai-shek, sebaliknya bekerja sama dengannya untuk kedua kalinya. Mao Zedong dan Zhou Enlai menyadari bahwa dengan kekuatan PKC yang terbatas, mereka tidak mampu melawan KMT, sekalipun jika mereka membunuh Chiang Kai-shek, mereka akan dikalahkan bahkan dimusnahkan oleh tentara KMT yang membalas dendam. Karena kondisi ini, PKC merubah taktiknya, dengan dalih berkoalisi memerangi Jepang, memaksa Chiang Kai-shek menerima kerjasama ini untuk kedua kalinya.
PKC lebih dulu memicu pemberontakan, mengarahkan senapan pada Chiang Kai-shek, tetapi kemudian berbalik dan bertindak seolah-olah pahlawan panggung, memaksa Chiang untuk menerima PKC. Dengan cara ini PKC tidak hanya terlepas dari krisis perpecahan, tetapi juga menggunakan kesempatan ini untuk menempel kepada pemerintahan KMT untuk kedua kalinya. Tentara Merah kemudian berubah menjadi Tentara Rute Delapan, lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya. Harus diakui kehebatan PKC dalam hal menipu.
Perang Anti-Jepang - Meminjam Senjata Melakukan Pembunuhan, Upaya PKC Mengembangkan Diri
Buku PKC menyatakan bahwa Partai Komunis-lah yang membawa kemenangan Tiongkok dalam perang melawan Jepang. Tetapi pada kenyataannya, ketika perang anti-Jepang terjadi, KMT mempunyai lebih dari 1.7 juta tentara bersenjata, kapal-kapal perang yang berbobot lebih dari 110.000 ton, dan sekitar 600 pesawat tempur dari berbagai jenis. PKC dengan tambahan Tentara Keempat Baru yang terbentuk pada bulan November 1937, tidak mencapai 70.000 orang, belum lagi dengan adanya perpecahan politik internal, kekuatannya melemah hingga pada taraf hancur dalam satu kali serangan. PKC menyadari bahwa jika berperang melawan Jepang, kekuatannya akan habis. Bagi PKC menyelamatkan kekuatan diri sendiri jauh lebih penting dibandingkan keselamatan negeri, inilah yang dianggap "kesatuan nasional". Oleh karena itu selama kerjasamanya dengan KMT, PKC melakukan aturan rahasia internal tentang mengutamakan perjuangan kekuatan politik.
Setelah Jepang menduduki kota Shenyang pada 18 September 1931,dan memperluas kekuasaan hingga daerah timur laut Tiongkok, PKC sebenarnya membantu Jepang berperang melawan KMT. Dalam deklarasi yang ditulis terhadap pendudukan Jepang, PKC mendorong segenap rakyat di daerah kekuasaan KMT untuk memberontak, memicu "buruh mogok, petani membuat keonaran, murid-murid mogok sekolah, orang miskin berhenti bekerja, tentara untuk memberontak" agar dapat menjatuhkan pemerintahan Nasionalis.
Walaupun PKC mengusung spanduk yang menyerukan perlawanan terhadap Jepang, namun tentara dan kekuatan gerilya mereka bermarkas jauh dari garis depan perang. Kecuali untuk beberapa pertempuran, termasuk satu pertempuran di Jalur Pingxing, PKC tidak berkontribusi apa-apa untuk berperang melawan Jepang. Sebaliknya mereka menggunakan tenaga untuk memperbesar markas mereka. Ketika Jepang menyerah, PKC meraup tentara-tentara yang menyerah tersebut masuk kedalam tentaranya, dan mengaku telah berkembang menjadi 900.000 orang tentara, ditambah dengan dua juta laskar rakyat. Sesungguhnya tentara KMT berada sendirian di garis depan ketika berperang melawan Jepang, dan kehilangan lebih dari 200 orang Jenderal. Sebaliknya PKC hampir tidak kehilangan seorang pejabatnya pun. Walaupun demikian PKC tetap berkoar bahwa KMT tidak berperang melawan Jepang, dan bahwasanya PKC lah yang mendapatkan kemenangan dalam perang anti-Jepang.
Penataan di Yan'an - Menciptakan Metode Penindasan Yang Paling Menakutkan
PKC menarik banyak pemuda patriotik ke Yan'an dengan alasan berperang melawan Jepang, tetapi kemudian menindas ribuan dari mereka selama gerakan penataan yang dilakukan di Yan'an. Sejak mendapatkan kekuasaan di Tiongkok, PKC terus menerus menggambarkan Yan'an sebagai "tanah suci revolusi", tetapi tidak menyebutkan kejahatan yang dilakukannya selama penataan tersebut.
Gerakan penataan di Yan'an adalah permainan kekuasaan yang paling besar, paling keji dan paling ganas yang pernah ada di dunia manusia. Dengan alasan membersihkan kaum borjuis yang merusak, Partai meniadakan moralitas, pikiran pribadi, kebebasan bertindak, toleransi dan harga diri. Langkah pertama dari penataan adalah setiap orang membuat data diri yang meliputi: 1) pernyataan pribadi, 2) sejarah kehidupan politiknya, 3) latar belakang keluarga dan hubungan sosial, 4) otobiografi dan perubahan ideologi, 5) evaluasi menurut prinsip-prinsip Partai.
Dalam data diri harus tercantum semua kenalannya sejak lahir, semua kejadian penting, waktu dan tempat kejadian. Orang-orang diminta berulang menulis data diri, dan setiap hal yang ketinggalan akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak murni. Harus ditulis semua kegiatan sosial yang mereka pernah ikuti, terutama yang berhubungan dengan keikut sertaan dalam partai. Penekanannya adalah pada proses pikiran pribadi selama aktivitas sosial tersebut. Lebih penting lagi adalah evaluasi berdasarkan prinsip-prinsip partai, setiap orang harus mengakui jika secara sadar mempunyai pikiran atau perilaku yang menentang partai, baik dalam pembicaraan, perilaku kerja, hidup sehari-hari, ataupun aktivitas sosial. Dalam evaluasi mengenai kesadaran, setiap orang diminta untuk menelaah dengan teliti apakah dia hanya perduli dengan kepentingan pribadi, memanfaatkan pekerjaan di dalam Partai untuk mencapai tujuan pribadi, apakah dia tidak percaya dan ragu-ragu tentang masa depan revolusi, takut mati ketika perang, atau rindu pada keluarga dan kekasih. Tidak ada standard yang objektif sehingga hampir semua orang memiliki kekurangan.
Pemaksaan digunakan untuk mendapatkan "pengakuan" dari kader yang sedang diperiksa untuk menjaring "pengkhianat terselubung". Terjadi banyak fitnahan, tuduhan benar dan salah, dan sejumlah besar kader ditindas. Selama penataan, Yan'an disebut sebagai "tempat menempa sifat hakiki manusia". Sebuah regu kerja memasuki Universitas Urusan Militer dan Politik untuk mengkaji sejarah pribadi para kader, menyebabkan teror berdarah selama dua bulan. Berbagai metode digunakan untuk mendapatkan pengakuan. Setiap orang diperintah untuk mengaku dan diajari bagaimana mengaku. Ada pembujuk kolektif, pembujukan lima menit, pembicaraan terpisah, laporan konferensi, mengidentifikasi "akar bit" (merah di luar, putih di dalam). Juga ada pengambilan foto, setiap orang berbaris di panggung untuk diperiksa. Mereka yang kelihatan gelisah dianggap sebagai tersangka dan dijadikan objek investigasi.
Bahkan wakil dari Komintern terhenyak dengan metode yang digunakan selama penataan dan mengatakan bahwa situasi Yan'an begitu depresi. Orang tidak berani berinteraksi satu sama lain. Setiap orang harus mempunyai senjata yang perlu diasah, gugup dan ketakutan. Tidak ada yang berani berkata jujur atau melindungi temannya yang diperlakukan tidak adil, karena semua berusaha untuk menyelamatkan nyawanya sendiri. Yang jahat - mereka yang bermulut manis, pembohong, dan menghina orang lain - dipromosikan. Penghinaan merupakan cara hidup di Yan'an. Orang didorong ke batas kewarasan, dipaksa untuk menanggalkan harga diri, rasa hormat dan malu, dan kasih terhadap sesama. Mereka tidak lagi mengungkapkan pendapat mereka sendiri, dan malah melafalkan artikel dari pemimpin-pemimpin partai.
Sistem penindasan yang sama selalu dipakai oleh PKC dalam kegiatan politiknya sejak menduduki kekuasaan di Tiongkok.
Tiga Tahun Perang Saudara - Mengkhianati Negara untuk Meraih Kekuasaan
Revolusi borjuis Rusia pada Februari 1917 sebenarnya adalah kerusuhan yang tidak terlalu besar. Tsar menempatkan kepentingan negara sebagai yang utama dan menyerahkan kekuasaan tanpa melawan. Lenin segera kembali ke Rusia dari Jerman, melakukan kudeta dan membunuh golongan revolusioner dari kelompok borjuis yang telah menjatuhkan Tsar hingga terjadi revolusi borjuis Rusia. PKC seperti halnya Lenin, memetik buah dari revolusi nasional. Setelah perang anti-Jepang berakhir, PKC meluncurkan perang revolusi yang menjatuhkan pemerintah KMT, membawa bencana perang sekali lagi bagi Tiongkok.
PKC mahir dalam memanipulasi massa. Dalam beberapa pertempuran dengan KMT, termasuk pertempuran Liaoxi-Shenyang, Beijing-Tianjin, dan Huai Hai, PKC menggunakan taktik yang primitif, barbar dan tidak berperikemanusiaan yang mengorbankan massanya sendiri. Ketika mengepung Changchun, agar suplai makanan kota tersebut habis, Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) melarang rakyat sipil meninggalkan kota. Dalam waktu dua bulan selama Changchun dikurung, hampir 200.000 orang mati karena kelaparan dan kedinginan. Tetapi TPR tidak mengijinkan orang untuk pergi. Setelah peperangan berakhir, tanpa malu mereka menyatakan telah membebaskan Changchun tanpa perlu menggunakan senjata.
Sejak 1947 sampai 1948, PKC menandatangani "Perjanjian Harbin" dan "Perjanjian Moskow" dengan Uni Soviet, menyerahkan aset nasional dan memberikan sumber daya alam di bagian Timur Laut dengan imbalan dukungan penuh dari Uni Soviet dalam hal hubungan luar negeri dan urusan militer. Menurut perjanjian, Uni Soviet akan mensuplai PKC dengan pesawat terbang; akan memberikan pada PKC senjata rampasan dari Jepang dalam dua periode; dan akan menjual amunisi dan suplai militer milik Uni Soviet di Timur Laut Tiongkok kepada PKC dengan harga yang murah. Jika KMT melakukan pendaratan di Timur Laut, Uni Soviet akan secara diam-diam membantu tentara PKC. Ditambah lagi, Uni Soviet akan membantu PKC menguasai Xinjiang; PKC dan Uni Soviet akan membangun angkatan udara gabungan; Soviet akan membantu mempersenjatai 11 divisi tentara dari PKC, dan mengirimkan sepertiga dari persenjataan dari AS (senilai $ 13 milyar) ke Timur Laut Tiongkok.
Untuk mendapatkan dukungan Uni Soviet, PKC menjanjikan hak khusus bagi Uni Soviet untuk kebebasan transportasi darat dan udara di daerah Timur Laut; memberi Uni Soviet informasi tentang aksi pemerintah KMT dan militer AS; memberi Uni Soviet hasil produk dari Timur Laut (katun, kedelai) dan suplai militer dangan imbalan senjata mutakhir; mengijinkan Uni Soviet melakukan penambangan di area tertentu di Tiongkok; mengijinkan Uni Soviet untuk mendirikan pangkalan militer di Timur Laut dan Xinjiang; dan mengijinkan Soviet untuk mendirikan Biro Agen Rahasia Timur Jauh di Tiongkok. Jika perang pecah di Eropa, PKC akan mengirimkan bantuan 100.000 orang tentara ditambah dengan dua juta orang pekerja untuk mendukung Uni Soviet. Ditambah lagi, PKC berjanji untuk menggabungkan beberapa daerah khusus di propinsi Liaoning dengan Korea Utara jika diperlukan.
III. Memperlihatkan Perangai Iblis
Ketakutan Mendalam Menandai Sejarah Partai
Karakter yang paling menonjol dari PKC adalah ketakutan yang mendalam, terutama ketakutan akan kehilangan kekuasaan. Bertahan adalah kepentingan utama PKC, yang dilakukannya dengan menggunakan kekerasan. PKC seperti sel kanker utama yang menyebar dan menyusupi setiap bagian tubuh, meresap masuk dalam sel normal mengubah menjadi kanker ganas. Dalam siklus sejarah kita, masyarakat tidak dapat menghancurkan faktor yang bermutasi seperti PKC ini dan tidak mempunyai pilihan selain hanya membiarkannya berkembang. Sebagai dampaknya masyarakat banyak menjadi terpolusi, komunisme maupun elemen komunis merajalela dalam skala luas. Penyebaran PKC secara mendasar telah menurunkan moralitas dan tatanan sosial masyarakat umat manusia.
PKC tidak percaya dengan prinsip-prinsip moralitas dan keadilan. Semua prinsip-prinsipnya digunakan sepenuhnya untuk kepentingan sendiri. Pada dasarnya ia egois, dan tidak ada prinsip yang dapat menahan dan mengontrol keinginannya. Sesuai dengan prinsipnya, Partai perlu untuk terus menerus merubah penampilan luarnya, menggunakan selubung baru. Pada masa awal ketika keberadaannya dipertaruhkan, PKC menempel kepada Partai Komunis Uni Soviet, kepada KMT, kepada pemerintahan KMT, dan kepada Revolusi Nasional. Setelah mendapatkan kekuasaan, PKC menempelkan dirinya pada berbagai macam bentuk kesempatan, kepada pikiran dan perasaan warga negara, kepada struktur sosial dan berbagai cara apa saja yang bisa dirambahnya. PKC telah menggunakan setiap krisis sebagai kesempatan untuk mengumpulkan kekayaan dan memperkuat dirinya untuk bisa mengendalikan kontrol.
"Senjata Ajaib" dari PKC
PKC mengaku bahwa kemenangan revolusi tergantung dari tiga "senjata ajaib": konstruksi Partai, perjuangan bersenjata dan garis depan yang bersatu. Pengalaman dengan KMT memberikan PKC dua "senjata" lagi: propaganda dan mata-mata. Berbagai "senjata ajaib" Partai telah disuntikkan ke dalam sembilan Unsur Dasar PKC: jahat, menipu, menghasut, melepas berandalan, memata-matai, merampok, berkelahi, memusnahkan, dan mengontrol.
Secara mendasar Marxisme-Leninisme itu jahat. Ironisnya, Komunis Tiongkok tidak begitu mengerti Marxisme-Leninisme. Lin Biao mengatakan bahwa hanya beberapa anggota PKC yang benar-benar membaca materi Marx atau Lenin. Publik menganggap Qu Qiubai sebagai seorang ideologis, tetapi dia mengaku hanya membaca sedikit Marxisme-Leninisme. Ideologi Mao Zedong adalah versi kampung dari apa yang Marxisme-Leninisme angkat sebagai pemberontakan petani. Teori sosialis Deng Xiaoping mempunyai dasar-dasar kapitalis di dalamnya. Teori "Tiga Wakil" dari Jiang Zemin dibuat tanpa dasar apa pun. PKC tidak pernah sungguh-sungguh mengerti apa itu Marxisme-Leninisme, hanya mengadopsi semua aspek jahatnya, yang kemudian direkayasa oleh PKC menjadi hal-hal yang lebih keji.
Garis depan persatuan dari PKC adalah gabungan dari penipuan dan solusi jangka pendek. Tujuan dari persatuannya adalah untuk menambah kekuatannya. Dengan menggabungkan kekuatan anti-Jepang, PKC bisa berkembang dari sendiri menjadi kelompok yang besar. Persatuan membutuhkan kearifan - agar dapat membedakan siapa teman dan lawan; siapa yang di kiri, di tengah, di kanan; siapa yang dilindungi dan siapa yang diserang, kapan bersahabat dan kapan bermusuhan. Mudah menjadikan lawan sebagai kawan dan kemudian berbalik menjadi lawan lagi. Misalnya selama periode revolusi demokratik, partai bergabung dengan borjuis; di masa revolusi sosialis memusnahkan borjuis. Misalnya, dalam periode meraih kekuasaan, pimpinan partai demokratis lain seperti Zhang Bojun dan Luo Longji dirangkul sebagai pendukung PKC, kemudian setelah selesai dan tidak dibutuhkan lagi, ditindas sebagai "sayap kanan".
Bersambung...
Sumber: http://erabaru.net/
Artikel Lainnya:
No Response to "Awal Partai Komunis China (3)"
Posting Komentar