Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Seorang lelaki China memandang lukisan Mao Zedong,
pemimpin komunis China yang sedang mendeklarasikan
formasi Partai Komunis China di gerbang Kota Terlarang
pada tahun 1949. Sejarah PKC dilumuri dengan darah rakyat
yang tidak bersalah dan penuh dengan kebohongan, penipuan
dan ketidakjujuran, walaupun PKC menolak kenyataan tersebut.
(Photo: GOH CHAI HIN/AFP/Getty Images)
Menurut buku 'Menjelaskan Bahasa dan Mengurai Kata' (Shuowen Jiezi) yang ditulis oleh Xu Shen (147 AD), huruf Mandarin tradisional yang berarti "partai" atau "geng" terdiri dari dua akar kata yang meliputi arti "masih gelap". "Partai" atau "anggota partai" (yang juga bisa diartikan "geng" atau "anggota geng") mengandung arti yang merendahkan.

Konghucu berkata, "Saya dengar bahwa orang yang terhormat tidak akan bergabung dengan geng (partai)." Dalam kata ulasan buku itu, pengartian Konghucu untuk huruf ini menjelaskan bahwa orang yang membantu satu sama lain untuk menyembunyikan kejahatan mereka dan yang melakukan tindak kejahatan dianggap membentuk geng (partai). Di dalam kebudayaan Tionghoa tradisional, hal ini mengandung pengertian yang tidak baik, mempunyai persamaan arti dengan "geng brandalan" dan berhubungan dengan pengaruh kelompok untuk tujuan egois.

Mengapa Partai Komunis bisa muncul dan akhirnya merebut kekuasaan di Tiongkok? Partai Komunis China (PKC) secara terus menerus telah menanamkan ke dalam pikiran orang-orang Tionghoa bahwa sejarah telah memilih PKC, bahwa rakyat telah memilih PKC, dan bahwa "tanpa PKC tidak akan ada Tiongkok baru".

Apakah, memilih Partai Komunis atas keinginan mereka sendiri? Atau Partai Komunis yang memaksakan keinginan egois dan pandangan mereka kepada rakyat Tionghoa? Kita hanya bisa temukan jawabannya dalam sejarah.

Sejak masa akhir Dinasti Qing sampai masa awal periode Republik (1911-1949), Tiongkok mengalami kejutan luar biasa dari luar dan usaha untuk reformasi internal secara besar-besaran. Masyarakat berada dalam gejolak yang memilukan. Banyak intelektual dan orang-orang dengan pemikiran yang bijaksana ingin menyelamatkan negara dan rakyat, tetapi di tengah-tengah krisis dan kekacauan nasional, kekhawatiran mereka tumbuh, pada awalnya dari kekecewaan yang kemudian menjadi ke-putus asa-an sepenuhnya. Seperti orang sakit yang sembarangan mencari dokter, mereka mencari solusi di luar Tiongkok. Ketika cara Inggris dan Perancis gagal, mereka berpaling pada metode Rusia. Karena ingin cepat berhasil, mereka tidak ragu-ragu untuk meramu obat yang paling keras untuk penyakitnya, dengan harapan Tiongkok bisa menjadi kuat dengan cepat.

Gerakan 4 Mei pada 1919 adalah cermin yang jelas dari ke-putus asa-an ini. Sebagian orang memilih tindakan anarkis, sebagian lain mengusulkan untuk membuang doktrin-doktrin Konghucu, dan yang lainnya lagi menyarankan untuk mengadopsi kebudayaan asing. Secara singkat, mereka menolak kebudayaan tradisional Tionghoa dan menentang doktrin Konghucu yang mengambil jalan tengah. Karena ingin mengambil jalan pintas, mereka menjalankan pemusnahan dari semua hal yang bersifat tradisional. Pada satu sisi kelompok radikal tidak mempunyai cara untuk menjalankan negara, pada sisi lain mereka percaya sepenuhnya pada pendapat mereka sendiri. Mereka merasa dunia tanpa harapan, dan percaya bahwa hanya dengan diri sendiri barulah mereka bisa menemukan cara yang benar bagi perkembangan masa depan Tiongkok. Mereka bernafsu untuk melakukan revolusi dan kekerasan.

Pengalaman yang berbeda menyebabkan perbedaan pada teori, prinsip dan jalur di antara beberapa kelompok. Akhirnya sekelompok orang bertemu dengan penghubung Partai Komunis dari Uni Soviet. Ide "menggunakan kekerasan untuk menduduki kekuasaan politik" dari teori Marxisme-Leninisme, menarik bagi pikiran resah mereka dan sesuai dengan keinginan mereka untuk menyelamatkan negara dan rakyat. Maka mereka memperkenalkan Komunisme, suatu konsep yang sangat asing ke negeri Tiongkok. Ada 13 orang wakil yang menghadiri kongres pertama PKC. Setelah itu, sebagian meninggal, sebagian melarikan diri, sebagian bekerja untuk kepentingan kubu Jepang dan menjadi pengkhianat, dan sebagian keluar dari PKC untuk bergabung dengan Kuomintang (Partai Nasional, yang selanjutnya kita sebut KMT). Pada 1949, ketika PKC berkuasa, hanya Mao Zedong (Mao Tse Tung) dan Dong Biwu yang masih tersisa dari 13 anggota Partai semula. Tidak jelas pada waktu itu apakah pendiri-pendiri PKC menyadari bahwa "dewa penyelamat" yang mereka perkenalkan dari Uni Soviet sebenarnya adalah makhluk jahat, dan obat yang mereka dapatkan untuk menguatkan negara sebenarnya adalah racun mematikan.

Partai Komunis Rusia yang baru saja memenangkan revolusi, terobsesi untuk menggarap Tiongkok. Pada tahun 1920, Uni Soviet mendirikan Biro Timur Jauh di Siberia yaitu sebuah cabang dari Komunis Internasional (Internationale) Ketiga, atau Komintern (Comintern). Ia bertanggung jawab untuk mengatur pendirian Partai Komunis di Tiongkok dan negara lainnya. Begitu didirikan, wakil deputi biro Grigori Voitinsky tiba di Beijing dan menghubungi barisan depan komunis Li Dazhao. Li mengatur pertemuan Voitinsky dengan pemimpin komunis lainnya, Chen Dixiu di Shanghai. Pada bulan Agustus 1920, Voitinsky, Chen Dixiu, Li Hanjun, Shen Xuanlu, Yu Xiusong, Shi Cuntong dan lainnya memulai persiapan dari pendirian PKC.

Pada Juni 1921, Zhang Tailei tiba di Irkutsk - Siberia, untuk menyerahkan proposal pendirian PKC sebagai cabang dari Komintern kepada Biro Timur Jauh. Pada 23 Juli 1921, dengan bantuan Nikolsky dan Maring dari Biro Timur Jauh, maka secara resmi terbentuklah PKC.

Sejak itu gerakan Komunis diperkenalkan ke Tiongkok sebagai uji coba, dan sejak itu PKC memposisikan dirinya di atas segalanya, menaklukkan segalanya sehingga membawa bencana tanpa akhir bagi Tiongkok.

I. PKC Tumbuh Dengan Cara Menumpuk Kejahatan Secara Berkesinambungan

Bukan tugas yang mudah untuk memperkenalkan makhluk asing seperti Partai Komunis, sesuatu yang sama sekali tidak sejalan dengan tradisi Tionghoa, ke dalam negeri yang mempunyai sejarah peradaban 5000 tahun lebih. PKC dengan mempergunakan ideologi Keserasian Besar Komunisme membohongi rakyat dan kaum intelektual nasionalis, melangkah lebih jauh lagi memutar balik teori komunisme yang telah diselewengkan dengan parah oleh Lenin, menjadikannya sebagai dasar untuk menghancurkan segala nilai tradisi yang tidak menguntungkan kekuasaannya, membasmi segala tingkat sosial dan tokoh yang membahayakan kekuasaannya. PKC membawa pengaruh besar kepada penghancuran keyakinan beragama, terlebih lagi membawa konsekuensi atheisme komunis. PKC membawa pengingkaran komunisme akan sistem kepemilikan pribadi, juga membawa teori revolusi kekerasan Lenin. Bersamaan pula PKC meneruskan dan mengembangkan bagian paling jahat dari kaisar Tiongkok.

Sepanjang sejarah PKC, sejak berdirinya sampai memperoleh dan menjalankan kekuasaan, secara terus menerus ia bertambah jahat. Dalam perkembangannya PKC mengandalkan sembilan unsur dasar yang diberikan oleh hantu Komunis, yaitu jahat/ busuk, menipu, menghasut, penjahat masyarakat, memata-matai, merampok, berkelahi, memusnahkan, dan mengontrol. Dalam menghadapi krisis yang berkesinambungan, PKC terus menerus menjalankan dan memperkuat cara-cara serta melanjutkan peran dari karakter-karakter jahat ini.
Unsur Dasar Pertama: Sesat/ Jahat - Menjalankan Bentuk Kejahatan Dari Marxisme-Leninisme

Pada awalnya Komunis Tiongkok tertarik pada Marxisme karena berpijak dari "melancarkan revolusi dengan kekerasan untuk menghancurkan alat-alat negara lama dan mendirikan kekuasaan kaum proletar." Ini sesungguhnya adalah akar kejahatan dari Marxisme dan Leninisme. Teori materialisme dari Marxisme dibuat atas dasar konsep ekonomi yang sempit dari tenaga produksi, hubungan produksi dan nilai surplus. Pada masa awal ketika kapitalisme belum begitu berkembang, Marx membuat prediksi picik bahwa kapitalisme akan hancur dan kaum proletar akan menang, yang mana sekarang telah terbukti salah. Teori Marxis-Lenin akan revolusi sosial dengan kekerasan dan kekuasaan kaum proletar, merupakan promosi kekuasaan politik dan dominasi dari kaum proletar. Pernyataan Komunis berhubungan dengan basis filosofi dan sejarah dari Partai Komunis terhadap perjuangan dan konflik kelas. Kaum proletar melepaskan diri dari moral tradisional dan hubungan sosial demi mendapatkan kekuasaan. Dengan demikian, sejak awal kemunculannya, doktrin dari Komunis bertentangan dengan semua tradisi.

Sifat hakiki manusia secara universal menolak kekerasan dalam bentuk apapun. Kekerasan membuat orang menjadi brutal dan bersifat tiran. Oleh sebab itu di segala tempat dan sepanjang waktu, secara hakiki umat manusia menolak keberadaan dari teori kekerasan Partai Komunis. Teori yang belum pernah ada dalam sistem-sistem pengajaran, filosofi, atau tradisi. Sistem komunis yang bersifat menteror jatuh di muka bumi entah dari mana.

Dasar dari ideologi PKC adalah manusia bisa menguasai alam dan mengubah dunia. Partai Komunis menarik minat banyak orang dengan ide-idenya tentang "pembebasan bagi semua umat manusia" dan "Persatuan dunia". PKC menipu banyak orang, terutama mereka yang perduli dengan keadaan manusia dan ingin membuat sejarah dalam masyarakat. Sehingga orang-orang ini lupa akan keberadaan Tuhan di atas. Terinspirasi secara keliru dengan konsep indah "membangun surga dunia", mereka memandang hina tradisi dan memandang rendah nyawa orang lain, yang mana malah membuat rendah diri mereka sendiri.

Partai Komunis menyuguhkan mimpi "surga Komunis" sebagai sebuah kebenaran, dan memicu antusiasme orang-orang untuk memperjuangkannya: "Dengan alasan ciptakan guntur baru, ada dunia yang lebih baik dilahirkan"[1] PKC menggunakan ide yang absolut dan tak masuk akal, untuk memutuskan hubungan antara umat manusia dan surga, memutuskan hubungan garis yang menyatukan orang dengan nenek moyang dan tradisi nasional mereka. Dengan menyerukan kepada rakyat agar menyerahkan hidup mereka kepada komunis, PKC bertambah kuat untuk melakukan kejahatan.
Unsur Dasar Kedua: Menipu-Berbohong Supaya Mencampur adukkan Baik dan Jahat

Kejahatan harus berbohong. Untuk mengambil keuntungan, PKC menganugerahi kaum buruh dengan sebutan "Kelas yang paling progresif", "kelas yang tidak egois", "kelas paling depan" dan "pioner dari revolusi kaum proletar". Ketika Partai Komunis membutuhkan para petani, ia menjanjikan "lahan bagi petani". Mao menyanjung petani dengan mengatakan, "Tanpa petani yang miskin tidak akan ada revolusi, menyangkal peran mereka sama dengan menyangkal revolusi." [2] Ketika Partai Komunis membutuhkan bantuan dari kaum kapitalis, ia menyebut mereka "yang sejalan dalam revolusi kaum proletar" dan menjanjikan mereka "republik yang demokratis". Ketika Partai Komunis hampir dibasmi oleh KMT, mereka memohon dengan lantang, "Orang Tionghoa tidak bertempur dengan sesama orang Tionghoa." Tetapi apa yang terjadi? Begitu perang anti-Jepang berakhir, PKC menggunakan seluruh kekuatannya melawan KMT dan menumbangkan pemerintahannya. Begitu mulai berkuasa, PKC juga memusnahkan kaum kapitalis, dan pada akhirnya mengubah petani dan buruh menjadi kaum proletar yang miskin.

Konsep dari front persatuan adalah sebuah contoh kebohongan yang biasa dilakukan PKC. Agar bisa memenangkan perang saudara dengan KMT, PKC memulai dengan taktiknya mengadopsi "strategi front persatuan sementara" dengan musuh-musuhnya, termasuk para pemilik tanah (kaum feodal) dan petani kaya. Pada 20 Juli 1947, Mao Zedong mengumumkan bahwa "Kecuali bagi yang sungguh memberontak, kita harus memberikan perlakuan yang lebih baik kepada kelompok pemilik tanah...untuk mengurangi kondisi kekerasan." Tetapi setelah PKC mendapatkan kekuasaan, para pemilik tanah dan petani kaya tidak luput dari penghancuran.

Mengatakan suatu hal dan melakukan sebaliknya adalah hal yang wajar bagi PKC. Ketika PKC membutuhkan KMT, ia mengutarakan bahwa kedua pihak seharusnya "berjuang demi keberadaan bersama untuk jangka waktu panjang, menjalankan supervisi bersama, tulus satu sama lain, dan berbagi dalam kehormatan dan kegagalan". Tetapi setelah berhasil berkuasa pada 1949, PKC melenyapkan semua orang yang berbicara tentang demokrasi, menyebut mereka sebagai sayap kanan anti-partai. Semua orang yang tidak setuju atau menolak untuk mengikuti konsep, kata-kata, tindakan atau organisasi Partai dilenyapkan. Para pemimpin Marx, Lenin dan PKC menegaskan bahwa kekuatan politik Partai Komunis tidak akan berbagi dengan kelompok atau individu manapun. Sejak awal, Komunis dengan jelas membawa sifat kediktatoran. Dengan sewenang-wenang, PKC tidak pernah berada bersama kelompok atau partai politik lainnya dengan perilaku yang tulus. Bahkan pada masa yang disebut periode "santai", keberadaan PKC dengan kelompok lainnya hanyalah pura-pura semata.

Sejarah membuktikan bahwa kita jangan sampai mempercayai apa yang dijanjikan PKC, atau mempercayai bahwa apa yang dijanjikan akan dipenuhi. Percaya dengan kata-kata dari PKC bisa menyebabkan seseorang kehilangan nyawa.
Unsur Dasar Ketiga: Menghasut-Menyulut Kebencian dan Menghasut Pertikaian Massa

Penipuan digunakan untuk menghasut kebencian. Pertikaian harus disulut dari kebencian. Jika kebencian tidak ada, maka bisa dibuat.

Sistem kepala kelompok yang berurat berakar di daerah pedesaan Tiongkok menjadi halangan utama bagi pendirian kekuasaan politik Partai Komunis. Masyarakat pedesaan pada awalnya cukup harmonis, dan hubungan antara pemilik tanah dan penyewa tidak sepenuhnya bertentangan. Pemilik tanah mengatur dan menyewakan tanah pada petani, dan petani bertumpu pada tanah ini untuk kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, pemilik tanah memberikan sarana bagi petani untuk hidup, dengan timbal balik petani mendukung pemilik tanah.

Hubungan saling ketergantungan ini telah diputarbalikkan oleh PKC menjadi pertentangan dan pemisahan kelas secara ekstrim. Keharmonisan dibalikkan menjadi permusuhan, kebencian dan pertikaian; hal yang bisa diterima menjadi tidak dapat diterima, hal yang lancar dibuat menjadi kacau, dan republik dibuat menjadi otoriter. Partai Komunis mendorong rakyat untuk tidak mengakui kepemilikan tanah pribadi, membunuh demi keuntungan dan membunuh pemilik tanah, petani kaya dan keluarga mereka. Banyak petani yang tidak mau mengambil barang milik orang lain. Sebagian dari mereka mengembalikannya di malam hari apa yang telah mereka ambil di siang hari dari para pemilik tanah, tetapi mereka dikritik oleh tim kerja PKC untuk pedesaan dengan sebutan "kesadaran tingkat rendah".

Untuk menghasut kebencian kelompok, PKC menjadikan panggung pertunjukan Tiongkok menjadi alat propaganda. Sebuah cerita terkenal tentang penindasan kelompok, "Gadis Berambut Putih", yang mulanya adalah cerita mengenai seorang dewi dan tidak ada hubungannya dengan pertentangan kelas. Tetapi oleh seorang penulis dari militer, diubah menjadi sebuah drama, opera dan balet modern yang digunakan untuk menghasut kebencian antar kelompok. Ketika Jepang menjajah Tiongkok, PKC tidak melawan Jepang, malahan menyerang pemerintah KMT dengan tuduhan menjual negara tidak melawan Jepang, mengakibatkan krisis nasional dan menghasut rakyat untuk melawan pemerintahan KMT.

Menghasut massa untuk bertikai satu dengan yang lain adalah tipuan klasik dari PKC. PKC menciptakan tugas kelompok dengan rumus 95:5 yaitu: 95% dari populasi ditugaskan pada berbagai kelompok yang bisa dimenangkan, sementara 5% sisanya ditempatkan sebagai kelompok musuh. Orang yang berada dalam 95% aman, tetapi yang termasuk dalam 5% diperangi. Karena ketakutan dan ingin melindungi diri mereka sendiri, orang-orang berupaya untuk masuk ke dalam kelompok 95%. Ini menyebabkan banyak kasus di mana orang-orang saling mencederai satu sama lain, dari penghinaan sampai bentrokan fisik. PKC dalam banyak gerakan politiknya dengan menggunakan hasutan terus menerus menyempurnakan taktik ini.
Unsur Dasar Keempat: Berandalan-Perusuh dan Sampah Masyarakat Menempati Jabatan di PKC

Sampah masyarakat adalah biangnya kejahatan, maka kejahatan harus memanfaatkannya. Revolusi sosial yang dilancarkan komunis paling sering menggunakan para berandalan pemberontak dan sampah masyarakat. Contohnya dalam "Komune Paris", sebenarnya melibatkan pembunuhan, pembakaran, dan kekerasan yang dilakukan oleh sampah masyarakat. Bahkan Marx merendahkan "kaum proletar dungu". [3] Dalam "Manifesto Komunis" Marx berkata, "Kelompok yang berbahaya, sampah masyarakat, yang dengan pasif telah membuat busuk masyarakat dan dibuang oleh lapisan terendah dari masyarakat lama, dapat dimasukkan dan dipergunakan ke dalam gerakan revolusi kaum proletar. Tetapi karena kondisi kehidupannya, mereka mau dibeli dan bisa digunakan lebih lanjut sebagai alat suap dari pertikaian reaksioner." Di sisi lain, Marx dan Engels menganggap sifat alamiah petani yang mudah dipecah belah dan kedunguan mereka, maka tidak mempunyai kualifikasi untuk termasuk ke dalam kelompok kelas apa pun.

PKC mengembangkan lebih lanjut sisi gelap dari Teori Marxisme. Mao Zedong berkata, "Sampah masyarakat dan perusuh selalu ditampik oleh masyarakat, tetapi sesungguhnya mereka adalah yang paling pemberani, paling seksama dan teguh dalam revolusi di daerah pedesaan." Kaum proletar gelandangan telah memperkuat keganasan PKC. Telah membangun rejim pedesaan Soviet awal. Kata "revolusi" dalam bahasa Mandarin yang diartikan satu per satu adalah "memutus nyawa". Meskipun PKC bisa menerapkan "revolusi" dalam pengertian yang positif, tetap saja itu menakutkan dan menjadi bencana bagi orang baik, adalah mengambil "nyawa". Demikian juga, dalam beda pendapat mengenai istilah "kaum proletar gelandangan" selama masa Revolusi Kebudayaan, PKC merasa "gelandangan" terdengar tidak baik, maka PKC menggantinya dengan "kaum proletar" saja.

Perilaku lainnya dari berandalan adalah bertindak brutal. Ketika dikritik karena kediktatoran mereka, pejabat partai cenderung untuk merendahkan orang dan tanpa malu mengeluarkan pernyataan seperti, "Kamu benar, itulah yang kami lakukan. Pengalaman orang Tionghoa selama beberapa dekade terakhir mengharuskan kami untuk menjalankan kekuatan demokrasi dengan diktator. Kami menyebutnya 'kediktatoran demokrasi rakyat' ".
Bersambung...
Sumber: http://erabaru.net/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Awal Partai Komunis China (1)"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments