Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
VIII. Tragedi Hippolytus
Seperti telah kita ketahui di kisah sebelumnya, Theseus memiliki seorang putra dari pernikahannya yang pertama dengan Antiope, yaitu Hippolytus. Setelah Antiope tewas dalam pertempuran dengan wanita-wanita Amazon, Theseus menikah lagi dengan Phaedra, putri Raja Minos.
Setelah pernikahan ayahnya yang kedua, Hippolytus meninggalkan Athena dan menetap di Peloponessos, tempat tinggal kakeknya, Pithias, Raja Troizenos. Pithias menurunkan takhtanya kepada Hippolytus yang mewarisi dua sifat ibunya: mencintai kuda dan memuja dewi Artemis.
Hippolytus mencurahkan hidupnya dengan menjadi pendeta kuil Artemis. Begitu besar rasa hormat serta pengabdiannya pada sang dewi, hingga sang dewi sendiripun turun dari Olympos untuk menemui dan bercakap-cakap dengannya. Hippolytus kadang menemani Artemis menunggang kuda di padang keramat Artemis atau sekedar minum berdua dari mata air sebening Kristal di hutan yang teduh. Dan Hippolytus adalah satu-satunya manusia biasa yang bisa bertemu dan berbicara dengan sang dewi.
Tetapi ada satu dewi Olympos lainnya yang merasa terhina oleh ketulusan Hippolytus kepada Artemis. Ia tidak ingin pemuda itu melewati kuilnya begitu saja tanpa berdoa atau meletakkan persembahan untuknya. Dewi itu adalah Aphrodite yang menunggu saat yang tepat untuk menghukum Hippolytus.
Pada suatu hari, Hippolytus pergi ke Athena untuk menghadiri upacara keagamaan. Aphrodite tahu, ia akan bertemu dengan ibu tirinya, Phaedra yang Aphrodite anggap tepat untuk menghancurkan hidup pemuda itu. Cukup sebatang anak panah dari putra Aphrodite, Eros, dan Phaedra segera melupakan cinta kepada suami dan anak-anaknya begitu melihat Hipploytus. Ia tergila-gila pada pemuda tampan itu dan hatinya berdebar setiap kali ia melihat Hippolytus.
Ketika Hippolytus harus kembali ke Troizenos, Phaedra tidak bisa makan dan tidur memikirkan dirinya hingga tubuhnya kurus dan mukanya pucat. Tak sanggup menahan perasaan cintanya, suatu hari Phaedra memberanikan diri pergi ke Troizenos unuk melihat wajah tampan Hippolytus lagi. Disana, dari dalam kuil Aphrodite, ia mengintip pemuda itu berlatih menunggang kuda tetapi tidak berani menampakkan dirinya dan diam-diam kembali ke Athena.
Beberapa hari kemudian keduanya bertemu kembali saat pesta besar diadakan di Athena. Selama pesta berlangsung jantung Phaedra berdetak keras karena pemuda itu berdiri dekat di sampingnya. Saat pesta selesai, Phaedra menemui Hippolytus untuk mencurahkan isi hatinya dan mengajaknya bersekongkol untuk menggulingkan Theseus dari takhta.
Bagaimana mungkin rencana keji Phaedra bisa diterima oleh pemuda suci seperti Hippolytus? Akankah pemuda itu tega mengkhianati ayahnya sendiri yang juga pahlawan rakyat Athena? Sanggupkah ia mengkhianati Artemis tempat ia mengabdikan seluruh hidup dan jiwanya?
Hippolytus berdiri terpaku di tempatnya dan melemparkan pandangan dingin ke arah Phaedra dan menolak mentah-mentah rencana keji ibu tirinya itu. Di dalam hatinya, Hippolytus berjanji kepada Zeus, apapun yang terjadi, ia tidak akan mengatakan rencana keji Phaedra kepada siapapun, biarlah ibu tirinya menyadari kesalahannya dan bertobat.
Sementara, karena merasa malu dan terhina, Phaedra langsung berlari menuju kamarnya. Tetapi Phaedra tidak berhenti sampai disitu; satu rencana jahatnya telah melahirkan perbuatan jahat lainnya yang tiga kali lebih mengerikan. Ia merobek-robek pakaiannya sendiri, menusukkan kuku-kukunya ke tubuhnya hingga berdarah-darah, mengusutkan dan menjambak-jambak rambutnya kemudian berlari keluar kamarnya.
Phaedra berteriak-teriak seperti orang gila kepada orang-orang sambil menangis, menuduh Hippolytus telah memperkosa dirinya. Ia juga menulis surat kepada Theseus, menuduh Hippolytus melakukan kejahatan dan pengkhianatan terhadap dirinya. Setelah menulis surat itu, Phaedra menggantung dirinya sendiri pada palang di atas pintu kamarnya.
Begitu Theseus melihat mayat istrinya dan membaca suratnya, tangannya bergetar. Ia tidak sanggup menahan kesedihan dan luapan amarahnya. Saat Hippolytus muncul di hadapannya, ia mengutuk anak kandungnya sendiri itu dan tidak sudi melihat mukanya lagi. Karena telah berjanji untuk tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya, Hippolytus menutup mulutnya rapat-rapat. Ia hanya mengatakan bahwa ia sama sekali tidak bersalah dan biarkan para dewa yang akan membuktikannya kelak.
Hippolytus dengan hati hancur meninggalkan Athena, memacu kereta kudanya menuju Peloponessos untuk menjaga sumpahnya untuk tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya. Sementara Theseus dalam puncak kekesalannya berdoa kepada ayahnya, Poseidon, dewa lautan yang perkasa, meminta agar Hippolytus tidak akan pernah sampai di Troizenos dengan selamat.
Tanpa sadar nasib yang telah menunggunya, Hippolytus terus memacu kuda-kudanya melewati tebing curam Skironia. Dengan lincah kereta kudanya menyusuri jalan sempit antara tebing pegunungan dan laut. Dadanya sesak oleh kesedihan dan air matanya membasahi matanya yang indah. Tiba-tiba, dari laut di samping jalan sempit itu muncul seeekor sapi besar yang dikirim oleh Poseidon. Sapi itu mendengus-dengus mengerikan dan dari lubang hidungnya mengeluarkan buih. Kuda-kuda Hippolytus meloncat kaget dan membuat kereta menjadi tak terkendali.
Hippolytus berhasil mengendalikan keretanya, tetapi sapi besar itu masih mengejarnya. Mereka hampir mencapai Isthmus, ketika sapi itu tambah mendekat dan membuat kuda-kudanya meloncat ke udara sehingga kereta yang dinaiki Hippolytus menghantam sebuah batu besar dan hancur berkeping-keping. Hippolytus terlempar dari kereta kudanya dan tubuhnya menghantam batuan terjal dengan keras sehingga terluka parah.
Hippolytus terseret oleh kuda yang ketakutan oleh Poseidon - courtesy of sir Lawrence alma Tadema
Sementara itu, Artemis yang mengetahui apa yang terjadi, menemui Theseus dan menceritakan kejadian sebenarnya. Mereka berdua segera pergi menyusul Hippolytus tetapi semuanya sudah terlambat. Mereka melihat Hippolytus telah tergeletak di tanah setelah keretanya menabrak bongkahan batu besar. Theseus duduk berlutut sambil menangisi putranya dan sebelum ajal menjemputnya Hippolytus sempat mengatakan bahwa ia mencintai dan memaafkan ayahnya.
Hippolytus dimakamkan di Trizenos dan di samping kuburannya, Theseus mendirikan sebuah kuil indah untuk menghormati putranya tersebut.
Bersambung...
Sumber: http://achilles79.multiply.com/
Artikel Lainnya:
No Response to "Theseus: Biografi Raja dan Pahlawan Athena bagian 8"
Posting Komentar