Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Eropa
Setibanya di Troya
Di antara para prajurit yang bergabung dalam pasukan Yunani, yang terhebat adalah Achilles, pemimpin pasukan Mirmidon, Aias, pemimpin pasukan Salamis, Diomedes, pemimpin pasukan Argos, dan Odisseus, raja cerdas dari Ithaka.
Putra sulung raja Priamos, Hektor, adalah panglima perang pasukan Troya. Hektor adalah prajurit terbaik di Troya. Hektor tahu dia ditakdirkan untuk mati dalam perang, namun sebagai pewaris tahta dan putra tertua raja, dia tetap menjalankan tugasnya untuk mempertahankan Troya, meskipun perang ini dimulai oleh adiknya. Wakil Hektor sekaligus prajurit kedua terhebat di Troya adalah Aineias, putra Aphrodite dan Ankhises. Sementara di pihak sekutu Troya, jenderal yang terkenal adalah Sarpedon, pemimpin Likia dan putra Zeus dan Deïdameia, serta Glaukos, putra Hippolokhos.
Sebelum armada Yunani berlabuh di Troya, Menelaos dan Odisseus datang ke Troya dan meminta supaya Helena dikembalikan. Beberapa sesepuh Troya, termasuk Antenor dari Dardania mendukung supaya Helena dikembalikan supaya tidak terjadi perang. Namun Paris tidak mau mengembalikan Helena. Paris didukung oleh Antimkahos, sesepuh Troya lainnya. Antimakhos bahkan sempat berencana membunuh Menelaos dan Odisseus kalau saja tidak dihentikan oleh Antenor.
Menelaos kembali ke kapal dan memberitakan bahwa perang tidak terhindarkan. Kapal-kapal Yunani pun berlabuh di pantai Troya namun tak ada yang mau turun karena diramalkan bahwa prajurit yang pertama menginjakkan kaki di tanah Troya akan mati pertama kali.
Odisseus kembali menggunakan akalnya. Dia melompat dari kapal dan mendarat di pantai Troya. Melihat Odisseus melompat, Protesilaos, yang berpikir Odisseuslah yang akan terkena takdir itu, akhirnya turun dari kapal dan langsung menyerang pasukan Troya. Padahal Odisseus telah terlebih dahulu melemparkan perisainya ke tanah sehingga dia mendarat di atas perisai, dan Protesilaoslah yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah Troya. Maka Protesilaos pun mati oleh Hektor setelah sebelumnya sempat menghabisi beberapa prajurit Troya.
Pasukan Yunani dan Troya saling menyerang. Achilles juga maju ke medan tempur. Prajurit Troya pertama yang dihadapi Achilles adalah Kiknos, putra Poseidon. Achilles mencoba menusuk Kiknos dengan tombak dan pedangnya namun ternyata Kiknos kebal terhadap senjata, akhirnya Achilles menyerangnya dengan tangan kosong dan mencekiknya sampai mati.
Kematian Palamedes
Odisseus tidak pernah memaafkan Palamedes yang telah membongkar tipu dayanya dan membahayakan bayinya. Odisseus pun merancang sebuah rencana untuk menjatuhkan Palamedes. Odisseus, dengan bantuan Diomedes, membuat surat palsu yang seakan ditulis oleh raja Priamos untuk Palamedes. Odisseus juga secara diam-diam menaruh emas di tenda Palamedes. Akibatnya, Palamedes dituduh melakukan kerjasama dengan pihak Troya. Palamedes pun dihukum mati oleh pasukan Yunani.
Dalam versi lainnya, Odisseus dan Diomedes menenggelamkan Palamedes ketika dia sedang memancing.
Dengan bergabungnya Odisseus dan Achilles, maka lengkaplah pasukan Yunani. Seluruh pasukan berkumpul di Aulis, Boiotia, beserta ribuan kapal mereka. Para pemimpin Yunani lalu sepakat mengangkat Agamemnon sebagai pemimpin pasukan gabungan Yunani itu.
Agamemnon memberi korban untuk para dewa. Ketika mereka memberi korban Apollo, Kalkhas sang peramal memberitahu bahwa perang akan berlangsung selama sepuluh tahun, karena seekor ular memakan delapan bayi burung pipit dari sebuah sarang, namun ketika memakan bayi kesembilan, ular tersebut berubah menjadi batu.
Pasukan Yunani kemudian berlayar ke Troya. Mereka mendarat di Misia dan menyerang kota Teuthrania karena menyangka itu adalah Troya.
Telefos, putra Herakles dan Auge, adalah raja Teuthrania, dia dengan gigih mempertahankan kerajaannya dan membunuh banyak prajurit Yunani, termasuk raja muda Thersander dari Thebes. Achilles berhasil melukai Telefos dalam suatu baku hantam. Ketika pasukan Yunani sadar bahwa mereka tidak sedang menyerang Troya, mereka pun berlayar kembali untuk benar-benar menuju Troya. Namun perjalanan mereka dihadang badai sehingga mereka harus kembali ke Yunani dan berkumpul kembali ke Aulis.
Sementara itu, luka Telefos tidak bisa sepenuhnya sembuh. Telefos bertanya pada orakel Apollo dan Telefos diberitahu bahwa lukanya hanya bisa sembuh dengan tombak yang telah melukainya. Telefos lalu menyamar sebagai pengemis dan menculik Orestes, putra Agamemnon dan Klitaimnestra. Telefos mengancam akan membunuh Orestes kecuali Achilles bersedia menyembuhkannya, akan tetapi Achilles bukanlah seorang penyembuh dan tak tahu cara mengobati luka.
Pertama-tama, Agamemnon membuat kesepakatan dengan Telefos. Telefos akan memandu armada Yunani menuju Troya, dan tidak akan menolong mertuanya, raja Priamos, pada perang. Setelah itu, Kalkhas sang peramal memberitahu Achilles untuk menggores luka Telefos dengan ujung tombaknya. Seketika itu juga luka Telefos langsung sembuh
Namun ternyata armada Yunani tidak bisa meninggalkan pelabuhan dikarenakan adanya angin kencang yang bertiup selama berbulan-bulan. Kalkhas mengungkap bahwa badai yang membawa mereka kembali ke Yunani, dan angin yang memerangkap mereka di pelabuhan, terjadi karena dewi Artemis sedang marah. Kemarahan Artemis kemungkinan disebabkan Agamemnon tidak memberikan korban padanya ketika memberikan korban pada dewa-dewa lainnya, atau karena Agamemnon membunuh rusa di hutan suci, kemudian menyombong bahwa dia adalah pemburu yang lebih hebat dari Artemis.
Kalkhas sang peramal memberitahu Agamemnon bahwa kemarahan Artemis baru bisa reda hanya jika Agamemnon mau mengorbankan putrinya Ifigeneia pada Artemis.
Pada awalnya, Agamemnon menolak usulan itu. Para pemimpin Yunani lainnya terus memaksa Agamemnon, bahkan mengancam akan mencopotnya dari jabatan pemimpin pasukan gabungan Yunani. Akhirnya Agamemnon bersedia mengorbankan putrinya.
Ifigeneia tentu saja tidak akan mau datang ke Aulis jika tahu bahwa dia hendak dikorbankan. Odisseus pun mengusulkan sebuah ide. Mereka mengirim surat pada Ifigeneia yang memberitahu bahwa Ifigeneia akan dinikahkan dengan Achilles.
Ifigeneia tiba di Aulis beserta ibunya, Klitaimnestra, dan akhirnya mereka tahu bahwa surat itu hanyalah tipuan. Achilles sendiri marah pada Agamemnon ketika tahu bahwa namanya digunakan untuk menipu orang lain. Achilles berniat untuk melindungi Ifigeneia supaya tidak dikorbankan, namun Ifigeneia dengan rela menerima takdirnya dan bersedia untuk dikorbankan.
Di altar pengorbanan, ketika pendeta hendak mengorbankan Ifigeneia, tiba-tiba awan tebal menutupi altar. Ketika awan itu menghilang, Ifigeneia juga ikut hilang, dan altar itu kini ditempati oleh seekor rusa. Ternyata Artemis telah mengambil Ifigeneia dan menggantikannya dengan seekor rusa. Ifigeneia kemudian dibawa ke Aulis oleh Artemis dan menjadi pendeta bagi sang dewi, sampai kelak Ifigeneia akan diselamatkan oleh saudaranya Orestes setahun setelah perang.
Pengorbanan Ifigeneia
Menurut versi yang berbeda, Ifigeneia memang mati dalam pengorbanan tersebut. Sementara dalam versi lainnya, Ifigeneia diubah oleh Artemis menjadi dewi Hekate. Versi manapun yang benar, angin yang mengurung armada Yunani akhirnya hilang dan pasukan Yunani pun bisa berlayar ke Troya dengan dipandu oleh Telefos. Mereka berhenti sejenak di pulau Lemnos. Di sana, Filoktetes pergi berburu dan digigit oleh ular berbisa. Lukanya tidak mau sembuh dan semakin lama semakin parah. Akibatnya, Filoktetes pun ditinggalkan di pulau tersebut sementara prajurit Yunani lainnya melanjutkan perjalanan.
Kaki Filoktetes terluka setelah digigit ular berbisa.a
Armada Yunani berhenti lagi di pulau Tendos. Di sana, pasukan Yunani bertempur dengan pasukan yang dipimpin oleh raja Tenes, putra Apollo. Thetis pernah memperingatkan Achilles untuk tidak membunuh putra Apollo, namun karena sedang berada dalam pertempuran, Achilles lupa dan membunuh Tenes.
Setibanya di Troya
Di antara para prajurit yang bergabung dalam pasukan Yunani, yang terhebat adalah Achilles, pemimpin pasukan Mirmidon, Aias, pemimpin pasukan Salamis, Diomedes, pemimpin pasukan Argos, dan Odisseus, raja cerdas dari Ithaka.
Putra sulung raja Priamos, Hektor, adalah panglima perang pasukan Troya. Hektor adalah prajurit terbaik di Troya. Hektor tahu dia ditakdirkan untuk mati dalam perang, namun sebagai pewaris tahta dan putra tertua raja, dia tetap menjalankan tugasnya untuk mempertahankan Troya, meskipun perang ini dimulai oleh adiknya. Wakil Hektor sekaligus prajurit kedua terhebat di Troya adalah Aineias, putra Aphrodite dan Ankhises. Sementara di pihak sekutu Troya, jenderal yang terkenal adalah Sarpedon, pemimpin Likia dan putra Zeus dan Deïdameia, serta Glaukos, putra Hippolokhos.
Sebelum armada Yunani berlabuh di Troya, Menelaos dan Odisseus datang ke Troya dan meminta supaya Helena dikembalikan. Beberapa sesepuh Troya, termasuk Antenor dari Dardania mendukung supaya Helena dikembalikan supaya tidak terjadi perang. Namun Paris tidak mau mengembalikan Helena. Paris didukung oleh Antimkahos, sesepuh Troya lainnya. Antimakhos bahkan sempat berencana membunuh Menelaos dan Odisseus kalau saja tidak dihentikan oleh Antenor.
Menelaos kembali ke kapal dan memberitakan bahwa perang tidak terhindarkan. Kapal-kapal Yunani pun berlabuh di pantai Troya namun tak ada yang mau turun karena diramalkan bahwa prajurit yang pertama menginjakkan kaki di tanah Troya akan mati pertama kali.
Odisseus kembali menggunakan akalnya. Dia melompat dari kapal dan mendarat di pantai Troya. Melihat Odisseus melompat, Protesilaos, yang berpikir Odisseuslah yang akan terkena takdir itu, akhirnya turun dari kapal dan langsung menyerang pasukan Troya. Padahal Odisseus telah terlebih dahulu melemparkan perisainya ke tanah sehingga dia mendarat di atas perisai, dan Protesilaoslah yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah Troya. Maka Protesilaos pun mati oleh Hektor setelah sebelumnya sempat menghabisi beberapa prajurit Troya.
Pasukan Yunani dan Troya saling menyerang. Achilles juga maju ke medan tempur. Prajurit Troya pertama yang dihadapi Achilles adalah Kiknos, putra Poseidon. Achilles mencoba menusuk Kiknos dengan tombak dan pedangnya namun ternyata Kiknos kebal terhadap senjata, akhirnya Achilles menyerangnya dengan tangan kosong dan mencekiknya sampai mati.
Kematian Palamedes
Odisseus tidak pernah memaafkan Palamedes yang telah membongkar tipu dayanya dan membahayakan bayinya. Odisseus pun merancang sebuah rencana untuk menjatuhkan Palamedes. Odisseus, dengan bantuan Diomedes, membuat surat palsu yang seakan ditulis oleh raja Priamos untuk Palamedes. Odisseus juga secara diam-diam menaruh emas di tenda Palamedes. Akibatnya, Palamedes dituduh melakukan kerjasama dengan pihak Troya. Palamedes pun dihukum mati oleh pasukan Yunani.
Dalam versi lainnya, Odisseus dan Diomedes menenggelamkan Palamedes ketika dia sedang memancing.
Sumber: http://id.wikibooks.org/
Artikel Lainnya:
No Response to "Perang Troya: Pengorbanan Ifigeneia di Aulis"
Posting Komentar