Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Perang di Eropa
,
Perang Saudara
Upaya untuk mendiskreditkan Revolusi Oktober tidak pernah berhenti. Bahkan tidak ada sejengkalpun ruang kosong sebagai tempat untuk pemberhentian sejenak dari usaha pemalsuan catatan sejarah revolusi yang besar ini. Para penulis Barat, untuk meyakinkan publik dunia, telah membuat serangkaian catatan-catatan palsu mengenai Revolusi Oktober, membuat deskripsi yang memojokkan dan tidak faktual, yang mengatakan bahwa Revolusi Oktober tidak lebih dari sekedar kudeta – yaitu pengambil alihan kekuasaan oleh Partai Bolshevik dengan menggunakan metode persekongkolan.
Deskripsi itu salah besar. Revolusi Oktober adalah sebuah peristiwa yang megah dan mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya – hingga kini – dalam proses dialektika sejarah. Bolshevik mampu menyatukan kehendak jutaan massa tertindas menjadi satu kehendak bersama untuk menumbangkan rejim.
Hal lain yang mengemuka, sebagai upaya pemalsuan sejarah, dari para pencatat Barat, adalah bahwa Bolshevik mengambil kekuasaan dari Pemerintahan Sementara tanpa keterlibatan massa. Pemikiran ini muncul karena menganggap Bolshevik berdiri terlalu kuat di depan massa. Mereka ingin menggambarkan bahwa kemenangan Revolusi Oktober bukanlah kemenangan massa, tetapi kemenangan sebuah partai. Sekali lagi perlu dicatat, bahwa partai, sebagai instrumen penting dalam sebuah revolusi, tidak bisa berbuat apa-apa tanpa massa. Demikian pula sebaliknya, sebesar apapun kekuatan massa, tidak akan berarti apa-apa tanpa sebuah partai. Tidak ada roda yang berputar atau lampu yang bersinar tanpa memiliki energi penggerak. Analogi sederhananya bisa kita lihat pada uap, meskipun memiliki kekuatan yang kolosal, tetapi tanpa kotak piston, uap akan berhamburan tanpa arti ke udara. Tanpa Partai Bolshevik, tanpa kepemimpinan Lenin dan Trotsky, kaum pekerja Rusia tidak akan pernah bisa mengambil alih kekuasaan pada tahun 1917, segemuruh apapun heroisme mereka.
Bolshevik bukanlah partai yang dibuat secara mendadak dan asal-asalan, tetapi dipersiapkan dengan sistematis selama bertahun-tahun. Bolshevik juga bukan hanya sebuah nama organisasi, panji, koleksi individu-individu, atau sebuah aparatus. Bolshevik adalah partai revolusioner dengan platform politik, program, metode, ide, tradisi, dan aparatus yang jelas. Partai Bolshevik, dari sejak kelahirannya, telah mendasarkan diri pada teori dan program, yang merupakan ringkasan umum dari pengalaman historis kaum proletar. Tanpa bangunan dasar yang kuat seperti ini, Bolshevik tak lebih dari sekedar entitas superfisial, dan gerak massa tidak akan mencapai garis akhir dengan sorak kemenangan. Penggabungan spontanitas massa dengan organisasi, program, perspektif, strategi dan taktik adalah cara yang tepat – yang terkonfirmasikan dalam kemenangan Revolusi Oktober.
Rosa Luxemburg, seorang martir revolusioner dan fenomenal dari kelas pekerja, selalu menekankan inisiatif revolusioner dari massa sebagai kekuatan penggerak revolusi. Dalam hal ini Rosa sepenuhnya benar, bahwa revolusi bukan perebutan kekuasaan oleh minoritas tersembunyi, tetapi oleh massa secara terbuka. Namun hanya dengan spontanitas massa gerakan tidak akan bisa melangkah ke kemenangan mutlak. Sifat dari situasi revolusioner tidak bisa berlangsung lama. Dan masyarakat tidak bisa berada dalam keadaan penuh gejolak yang permanen, atau, kelas pekerja tidak akan tahan berada dalam aktivitas yang panas dingin terus menerus. Juga, massa tidak memiliki banyak waktu untuk bereksperimen atau mencoba-coba. Karena ini masalah hidup dan mati. Kesalahan akan dibayar dengan sangat mahal dan tragis, yakni kekalahan dan pembantaian.
Tahapan-tahapannya yang luar biasa di dalam Revolusi Oktober telah menunjukkan karakternya sebagai revolusi sosial yang sangat besar – dan ini sangat beralasan jika Revolusi Oktober merupakan sebuah revolusi popular yang otentik, yang menggerakkan puluhan juta massa.
Semua orang menyaksikan tingkat partisipasi yang luar biasa dari massa. Dalam kata-kata Marc Ferro: "Warga Rusia baru, yang telah menggulingkan rejim Tsar, berada dalam keadaan mobilisasi permanen." Seorang Menshevik terkemuka, Nikolai Sukhanov, mengingatkan bahwa "seluruh Rusia ..., dengan konstan, melakukan demonstrasi pada hari-hari itu. Seluruh propinsi selanjutnya menjadi terbiasa dengan demonstrasi jalanan."
Nadezhda Krupskaya, istri Lenin, juga mengatakan:
"Jalan-jalan di hari-hari itu menyajikan sebuah tontonan yang aneh: di mana-mana berdiri kerumunan orang, berdebat sengit dan membahas kejadian yang tengah terjadi. Pembicaraan ini nyaris tidak bisa diganggu ... Rumah di mana kami tinggal dibiarkan terbuka, dan bahkan di sini, jika anda membuka jendela di malam hari, Anda bisa mendengar percakapan sengit. Seorang prajurit akan duduk di sana, dan ia selalu dikerumuni oleh beberapa orang, biasanya beberapa tukang masak atau pembantu rumah tangga, atau beberapa orang muda. Pada tengah malam anda bisa menangkap pembicaraan yang terpotong-potong 'Bolshevik, Menshevik....' Pada jam pagi: 'Milyukov, Bolshevik ...' Pada jam lima pagi, di jalan-jalan yang sama, kerumunan orang yang membicarakan masalah politik dan lain-lain masih terlihat di sudut-sudut jalan. Malam senyap di Petrograd dengan perdebatan politiknya sepanjang malam selalu terkait dengan pikiranku hingga hari ini.”
Penggambaran yang sama juga disampaikan oleh John Reed:
"Kuliah-kuliah, debat-debat, pidato-pidato terjadi di bioskop-bioskop, rumah-rumah, sekolah-sekolah, klub-klub, ruang-ruang pertemuan buruh, markas-markas serikat buruh, di barak-barak ... Pertemuan-pertemuan juga terjadi di parit-parit perlindungan (tentara), di alun-alun desa, pabrik-pabrik ... Sebuah pemandangan yang mengagumkan untuk melihat Putilovsky Zavod (pabrik Putilov) yang menurunkan empat puluh ribu buruhnya untuk mendengarkan pidato-pidato politik – dari Sosial Demokrat, Sosialis Revolusioner, Anarkis, atau siapa pun mereka yang berbicara! Selama berbulan-bulan di Petrograd, dan di seluruh Rusia, di setiap sudut jalan terdapat mimbar bebas. Di rel-rel kereta api, jalan-jalan raya, di mana-mana, dibanjiri dengan perdebatan-perdebatan spontan."
Tidak ada jalan bagi siapapun untuk memahami apa yang terjadi pada tahun 1917 tanpa melihat peran mendasar dari massa. Hal yang sama juga terjadi pada Revolusi Perancis tahun 1789 - 1794, sebuah fakta dimana para sejarawan sering gagal untuk memahaminya. Tetapi, di sini, pada tahun 1917, untuk pertama kalinya dalam sejarah, kelas pekerja benar-benar berhasil merebut kekuasaan, atau paling tidak, awal dari sebuah transformasi menuju masyarakat sosialis. Peristiwa ini sangat berbahaya bagi kelanjutan kapitalisme. Itulah sebabnya mengapa musuh-musuh sosialisme terpaksa berbohong mengenai Revolusi Oktober dan gencar memfitnahnya. Mereka juga tidak bisa memaafkan Lenin dan kaum Bolshevik karena telah berhasil memimpin revolusi sosialis pertama dengan gemilang, yang membuktikan bahwa hal seperti ini adalah sesuatu yang mungkin, dan karenanya akan menunjukkan jalan bagi generasi mendatang bahwa sebuah revolusi bisa terjadi, dan hanya dengan cara ini kapitalisme bisa dihancurkan. Ini, selanjutnya, dipandang sebagai preseden buruk dan, tentu, sangat berbahaya. Dengan demikian, diperlukan cara-cara “akademik” untuk menjelaskan kepada publik dunia bahwa revolusi semacam ini sangat tidak relevan, memakan banyak korban, berdarah, dan tidak harus diulang kembali pada periode berikutnya.
Pada bulan Februari (Revolusi Februari) massa menunjukkan bahwa dirinya tidak gampang untuk ditaklukkan. Dan sadar atau tidak, mereka segera merebut kekuasaan. Tetapi pada saat itu belum ada sebuah kekuatan dan partai revolusioner otoritatif di kepala mereka. Kekuasaan kemudian jatuh ke tangan demokrasi borjuis kecil dengan corat-coret – artifisial – berwarna sosialis. Kaum Sosialis Revolusioner dan Menshevik tidak merangkul kepercayaan dari massa, tetapi mengundang kaum borjuis liberal, yang pada akhirnya, membangun kekuasaan rapuh dengan berkompromi terhadap kepentingan borjuasi.
Hari-hari di bulan April, kemarahan dari resimen-resimen (markas-markas tentara) dan pabrik-pabrik kembali bangkit tanpa seruan dari pihak mana pun. Mereka keluar ke jalan-jalan di Petrograd untuk melawan kebijakan imperialis dari pemerintah yang dikendalikan oleh golongan penjilat (kompromis). Demonstrasi bersenjata ini menemui sukses yang gemilang. Miliukov, pemimpin Pemerintah Sementara Rusia, disingkirkan dari kursinya. Tetapi golongan kompromis kemudian masuk dan duduk di pemerintahan, yang secara superfisial, berkuasa penuh atas rakyat, namun dalam kenyataannya sebagai kebanggaan sementara kaum borjuis.
Pemerintahan koalisi, dengan tanpa menyelesaikan salah satu pun dari persoalan-persoalan yang telah menyebabkan revolusi, di bulan Juni, melanggar gencatan senjata yang telah disepakati dan melemparkan pasukan ke dalam sebuah pertempuran. Tindakan ini menandakan bahwa rejim Februari tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari massa dalam kebijakan-kebijakan kompromisnya, dan tentu, ini merupakan kekalahan telak. Periode untuk revolusi yang kedua terbuka lebar.
Pada awal bulan Juli, pemerintah, dengan semua yang dimiliki, dan kelas terpelajar di belakangnya, membelokkan setiap manifestasi revolusioner apapun sebagai pengkhianatan terhadap tanah air dan untuk memberi bantuan terhadap musuh. Bolshevik, karena alasan taktis, berusaha menahan para pekerja dan tentara yang sedang turun ke jalanan pada bulan Juli, yang lalu dikenal sebagai Hari-Hari Juli. Akan tetapi, massa tetap keluar dan tidak bisa ditahan. Gerakan ini ternyata tak bisa dikendalikan dan bersifat universal. Di sini, pemerintah samasekali tidak terlihat. Para pejabat penjilat bersembunyi ketakutan. Para pekerja dan tentara segera menguasai situasi di ibukota, meskipun dengan penyerangan yang terpotong-potong, yang disebabkan oleh ketidaksiapan massa dari daerah-daerah dan juga dari pasukan di garis depan.
Gerakan massa terpukul setelah kegagalan demonstrasi Hari-Hari Juli. Partai Bolshevik dilarang. Kantor-kantornya ditutup. Para pemimpinnya diburu. Semuanya tampak gelap.
Namun pada bulan Agustus, panglima Kornilov melancarkan kudeta militer untuk menggulingkan Pemerintahan Sementara dan menghancurkan revolusi Rusia. Di situasi genting ini, Bolshevik menjadi penggerak utama kelas pekerja dalam mempertahankan revolusi dari kudeta militer sementara para kompromis Menshevik bergetar ketakutan. Konter-revolusi Kornilov berhasil dipatahkan dan Bolshevik pun segera menjadi kekuatan politik yang besar
Dua gerakan ini, pada awal Juli dan akhir Agustus, saling berhubungan satu sama lain seperti sebuah teorema dan konversinya. Hari-hari di bulan Juli mendemonstrasikan kekuatan dari gerakan massa yang independen. Hari-hari di bulan Agustus menyingkap impotensi yang sempurna dari kelompok-kelompok yang berkuasa. Korelasi ini telah mensinyalir ketidakterelakkannya sebuah konflik baru. Pasukan dari daerah-daerah dan front-front merangsek ke ibukota. Inilah yang menentukan kemenangan Bolshevik.
"Siapa yang akan percaya," tulis Zalessky, salah seorang pejabat tinggi militer Rusia, ketika mengekspresikan kemarahannya mengenai hal ini, "dimana petugas kebersihan atau penjaga gedung pengadilan tiba-tiba menjadi Ketua Mahkamah Agung? Atau seorang perawat menjadi manajer rumahsakit; tukang cukur menjadi pejabat tinggi; kemarin letnan muda, sekarang menjadi panglima; kemarin pesuruh atau jongos, sekarang menjadi walikota; kemarin tukang minyak mesin kereta api,sekarang menjadi kepala divisi atau pengawas stasiun; kemarin tukang kunci pabrik, sekarang menjadi kepala pabrik?"
"Siapa yang akan percaya?" Tetapi mereka harus percaya. Tidak mungkin tidak percaya, ketika para letnan muda mendepak keluar para jenderal; ketika para walikota, yang berasal dari kalangan pekerja biasa, menurunkan resistensi dari para penguasa yang terdahulu; para tukang minyak kereta yang sekarang mengatur arus transportasi; dan para tukang kunci pabrik yang sekarang duduk di jajaran direksi dan menjalankan kembali industri.
Tugas utama dari sebuah rezim politik, menurut pepatah Inggris, mengulang tulisan Trotsky, adalah “put the right people in the right positions -- menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat.” Bagaimana dengan pengalaman tahun 1917 bila dilihat dari sudut pandang ini?
Selama dua bulan pertama tahun 1917 Rusia diperintah – berkat kemenangan suksesi monarki – oleh seseorang yang kurang diberkati oleh alam yang percaya pada mumi orang-orang kudus dan diserahkan kepada Rasputin. Selama delapan bulan berikutnya, kaum liberal dan demokrat berusaha, dari pucuk kekuasaannya, membuktikan kepada rakyat bahwa revolusi telah dicapai agar semua harus tetap seperti sebelumnya. Tidak heran jika rakyat Rusia kemudian mengabaikan negerinya, mengabaikan peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi sebagai hasil sukses dari kampanye kaum liberal, seperti mengabaikan gerak gelombang yang timbul tenggelam tanpa jejak. Selanjutnya, dimulai pada tanggal 25 Oktober, seorang tokoh terbesar dalam sejarah politik Rusia, Lenin, memimpin rakyat Rusia. Lenin dikelilingi oleh banyak kawan sekerja yang tahu apa yang diinginkan dan tahu bagaimana berjuang untuk mencapai tujuan revolusioner. Mana dari ketiga sistem ini, dalam fakta riil yang telah diberikan, terbukti mampu menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat?
Pendakian sejarah kemanusiaan, secara keseluruhan, dapat diringkas sebagai rangkaian kemenangan kesadaran atas kekuatan buta – di atas jagad raya, dalam masyarakat, dan pada manusia itu sendiri. Pemikiran kreatif dan kritis boleh bangga akan kemenangan terbesarnya hingga kini dalam melawan alam. Ilmu fisika dan kimia telah mencapai titik di mana manusia secara jelas akan menjadi tuan atas materi. Tetapi ketika masuk ke dalam relasi-relasi sosial, di sini, jelas, belum ada yang mewujud atau menjadi, tetapi masih dalam proses pembentukan, dengan pola seperti membentuknya pulau karang. Parlementerisme hanya menerangi permukaan masyarakat, dan bahkan dengan cahaya yang redup dan artifisial. Dibandingkan dengan monarki dan sistem peninggalan dari para kanibal dan penghuni gua, demokrasi tentu saja sebuah capaian besar, tetapi demokrasi menghadirkan sebuah permainan dengan kekuatan-kekuatan buta dalam relasi-relasi sosial dari orang-orang tertentu. Ini berlawanan dengan kesadaran yang paling dalam dari rakyat yang mengatakan bahwa revolusi pada bulan Oktober 1917 merupakan peristiwa yang pertamakali dimana mereka bisa mengangkat tangannya. Sistem Soviet telah membawa masuk semua rencana dan tujuan ke dalam basis masyarakat, yang selama ini hanya menjadi kumpulan kata suci dari rejim yang pernah berkuasa.
Para musuh Revolusi Oktober, musuh Bolshevisme, dengan riang gembira mengatakan bahwa lima belas tahun setelah revolusi negara Soviet masih, meskipun sedikit, seperti sebuah kerajaan dengan konsep kesejahteraan universal. Argumentasi seperti itu telah dibutakan oleh pemujaan yang berlebihan terhadap kekuatan gaib metode sosialis. Kapitalisme memerlukan waktu seratus tahun untuk membangun ilmu pengetahuan dan teknologi menuju puncak ketinggian yang kemudian menenggelamkan manusia ke dalam neraka perang dan krisis. Para musuh Revolusi Oktober hanya memberi waktu kepada sosialisme lima belas untuk untuk menciptakan surga di bumi. “Kami tidak mengambil kewajiban seperti itu atas diri kami,” kata Trotsky. “Kami tidak pernah menetapkan tanggal-tanggal tersebut. Sebuah proses transformasi yang sangat besar harus diukur dengan skala yang memadai.”
Tetapi, kata mereka, para musuh Bolshevisme, bukankah kemalangan telah melingkupi kehidupan rakyat Rusia, karena akibat dari kontak senjata dan pertumpahan darah dalam perang sipil ini? Bukankah konsekuensi dari sebuah revolusi, secara umum, membenarkan terjadinya jatuh korban?
Ini adalah pertanyaan teleologis, dan karena itu, sia-sia. Ini sama halnya ketika bertanya mengenai kesulitan-kesulitan dan kesedihan-kesedihan yang banyak dialami oleh banyak manusia: “Apakah artinya dilahirkan?” – sebuah refleksi melankolik, yang menghujat sebuah kelahiran, hadirnya sesuatu yang menggembirakan umat manusia – yakni revolusi. Di semua jaman, di mana kemalangan dan kesedihan hadir dengan tak terelakkan, hanya sebagian kecil saja dari populasi, meskipun sudah berada di titik nol, yang mencoba mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Dan demikianlah rakyat Rusia, mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan tak terelakkan ini dengan cara revolusi.
“Bukankah ini sesuatu yang aneh, mereka yang berbicara dengan marah mengenai korban revolusi sosial, terbukti sebagai orang yang sangat, jika tidak secara langsung bertanggung jawab atas korban perang dunia, mendukung dan mengagungkan para pembuat kebijakan perang dunia, atau setidaknya menerima keputusan politik itu,” tulis Trotsky. “Sekarang giliran kita untuk bertanya: Apakah perang membenarkan dirinya sendiri? Apa yang akan disampaikan kepada kita? Apa yang telah diajarkan?”
Mengenai kemenangan Bolshevik, “terdapat dua alasan mengapa peristiwa perebutan kekuasaan ini berlangsung begitu cepat – dalam hal teknik di satu sisi, dan dalam hal politik di sisi lain”, demikian tulis Alan Woods dalam bukunya, Bolshevism: the road to revolution. Pertama adalah persiapan teknis yang tepat yang dilakukan oleh Komite Revolusioner Militer di bawah kepemimpinan Trotsky. Prinsip utamanya, seperti yang biasa terjadi dalam pertarungan, adalah dengan memusatkan konsentrasi. Selanjutnya, pada saat kritis dan berada di titik yang menentukan, kekuatan besar dari sebuah gaya dihantamkan dengan sangat keras. Tetapi ini bukan pamungkas dari persoalan taktik dalam pemberontakan. Unsur-unsur lain, yang memberikan kejutan-kejutan dan manuver-manuver untuk melengahkan musuh, memainkan peran signifikan di sini. Ini seperti taktik dalam sebuah operasi militer, namun dengan teknik yang tak terduga. Setiap langkahnya nampak defensif, tetapi dalam kenyataannya, karakter pemberontakannya sangat ofensif – bergerak cepat, dan segera mengambil posisi baru setelah yang lainnya dilewati, yang membuat musuh tidak sadar dan lengah.
Tetapi sebab yang paling utama, mengapa pemberontakan itu diboyong dengan begitu cepat dan hampir tanpa rasa sakit, tulis Alan Woods, bukan sebab militer atau teknis, tapi yang mengatasi semua itu, yakni politik. Sembilan puluh persen karya besar perlawanan ini dicapai terlebih dahulu dengan memenangkan mayoritas yang jelas dalam kelas pekerja dan tentara. Pada momentum yang tepat, Pemerintahan Sementara, seperti rezim Tsar pada bulan Februari, tidak memiliki satupun kekuatan untuk mempertahankannya.
Perebutan kekuasaan oleh Bolshevik ini benar-benar berjalan begitu cepat, sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa sebuah peristiwa besar telah terjadi. Karena alasan ini, para komentator, pengamat, sejarawan bayaran – pendek kata, para musuh Revolusi Oktober – “menganggap” peristiwa ini sebagai kudeta.
Bersambung...
Sumber: http://militanindonesia.org
Artikel Lainnya:
No Response to "Revolusi Rusia: Kemenangan Bolshevisme"
Posting Komentar