Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Pada masa sebuah pemogokan atau revolusi orang merasa seperti manusia dengan harkat-martabat dan hak-hak asasinya. Setelah hampir seumur hidup dipaksa bungkam, mereka mendapati bahwa mereka memiliki suara. Wawacara-wawancara dengan orang-orang di jalan-jalan adalah ekspresi yang indah tentang hal ini. Kaum miskin, orang-orang buta huruf berkata: kami akan bertarung, kami tidak akan meninggalkan jalan-jalan; kami menuntut hak-hak kami dan kami menuntut agar kami diperlakukan dengan hormat. Ini benar-benar suatu hal yang progresif. Inilah esensi sejati dari sebuah revolusi yang sejati.

Sudah jelas bahwa kaum Marxis selalu meletakkan tuntutan-tuntutan demokratik di bawah revolusi sosialis. Tapi praktiknya tuntutan-tuntutan revolusioner yang paling konsisten dan paling maju secara niscaya akan bermuara pada tampilnya kekuasaan buruh dan revolusi sosialis. Revolusi Rusia adalah contoh terbaiknya. Pada 1917 kaum Bolshevik merebut kekuasaan berdasarkan semboyan “Perdamaian, roti, dan tanah”, yang sama sekali tidak memiliki isi sosialis. Dalam teori, semua tuntutan ini dapat dicapai di bawah kapitalisme. Tapi praktiknya tuntutan-tuntutan itu hanya dapat dicapai dengan pemutusan dengan burjuasi dan dengan kekuasaan yang beralih ke tangan klas-pekerja.

Beberapa orang mengatakan bahwa ini tidak lain dari sebuah gerakan nasionalis burjuis, bukan revolusi yang sesungguhnya. Orang-orang ini hanya menyingkapkan ketidaktahuan mereka tentang pentingnya peran tuntutan-tuntutan demokratik dalam sebuah revolusi di bawah kondisi-kondisi ini. Pengalaman Revolusi Rusia sendiri memperlihatkan pentingnya pemanfaatan yang tepat (pemanfaatan yang revolusioner) dari tuntutan-tuntutan demokratik. Tuntutan untuk sebuah Majelis Konstituante memainkan suatu peran yang sangat penting dalam memobilisasi semua lapisan-lapisan populasi untuk berdiri belakang gerakan revolusioner.

Sementara berjuang demi tuntutan-tuntutan demokratik yang paling maju, kaum Marxis tidak memandang tuntutan-tuntutan ini sebagai tujuan pada dirinya sendiri, tetapi sebagai bagian dari perjuangan demi sebuah perubahan fundamental dalam masyarakat. Itulah yang membedakan cara-pandang Marxis dengan cara-pandang kaum demokrat burjuis-kecil yang vulgar.

Tugas jangka-pendek di Mesir adalah melakukan penggulingan atas Mubarak dan rezim buruknya. Tapi ini baru langkah pertama. Ini telah membuka bendungan-air dan memungkinkan rakyat revolusioner menerobos masuk. Dari hari ke hari mereka menemukan kekuatan mereka di jalan-jalan, pentingnya organisasi, dan mobilisasi massa. Itu sudah merupakan kemenangan yang menakjubkan. Setelah menjalani pengalaman tiga puluh tahun kediktatoran, mereka tidak akan mengizinkan imposisi kediktatoran baru, atau intrik apapun untuk menciptakan kembali rezim yang lama dengan nama yang baru. Tunisia adalah bukti yang memadai tentang hal ini.

Sekarang mereka telah mencicipi kekuatan mereka sendiri; massa-rakyat tidak akan puas dengan langkah-langkah yang tanggung. Mereka tahu bahwa yang telah mereka capai dimenangkan dengan tangan mereka sendiri. Perjuangan untuk demokrasi yang menyeluruh akan memungkinkan pembangunan serikat-serikat buruh dan partai-partai buruh yang sejati. Tapi ini juga akan mengedepankan pertanyaan tentang demokrasi ekonomik dan perjuangan melawan ketidaksetaraan.

Slogan-slogan dan taktik-taktik harus konkret. Mereka harus mencerminkan situasi yang riil dan keprihatinan-keprihatinan sejati massa-rakyat. Tugas-tugas obyektif dari Revolusi Rusia bersifat demokratik dan nasional: penggulingan tsar, demokrasi formal, kemerdekaan dari imperialisme, kebebasan pers, dsb. Kita menuntut demokrasi yang menyeluruh, penghapusan segera semua undang-undang yang reaksioner, dan pembentukan sebuah majelis konstituante.

Ya, kita harus menggulingkan rezim lama, bukan hanya Ben Ali dan Mubarak, tapi semua “Mubarak kecil” dan “Ben Ali kecil”. Harus terjadi pembersihan yang menyeluruh terhadap Negara. Dan tidak boleh ada satu sosok pun di dalam pemerintahan yang pernah memainkan peran dalam rezim yang lama. Mengapa rakyat yang revolusioner, yang telah berkorban segalanya dalam perjuangan, harus mengizinkan semua orang yang tidak berperan apa-apa dalam revolusi untuk duduk dalam kekuasaan, sekalipun dalam bentuk sebuah pemeritnahan sementara? Ambil sebuah sapu yang besar, dan sapu mereka semua! Itulah tuntutan pertama kita. Kita tidak bersedia menerima yang kurang dari hal ini.

Tapi ini pun tidak cukup. Selama beberapa dekade orang-orang ini telah merampok dan menjarah kekayaan masyarakat. Mereka hidup dalam kemewahan sementara rakyat semakin dimiskinkan. Sekararang kita harus mengambil kembali setiap sen yang telah mereka curi dari rakyat. Kita menuntut penyitaan segera atas kekayaan dan properti parasit-parasit ini, juga penyitaan properti kaum imperialis yang mendukung mereka.

Ini memperlihatkan bahwa tuntutan-tuntutan demokratik yang revolusioner harus secara langsung bermuara pada tuntutan-tuntutan sosialis. Siapapaun yang tidak sanggup mendayagunakan dengan tepat tuntutan-tuntutan demokratik dalam suatu cara yang revolusioner akan selama-lamanya terhukum sebagai pelaku peran sektarian yang impoten. Orang itu tidak akan pernah bisa menghubungkan diri dengan gerakan massa-rakyat sejati.

Namun, demokrasi mempunyai makna yang berbeda-beda bagi orang-orang yang berbeda. Kaum miskin Mesir tidak berjuang demi demokrasi demi menyediakan posisi-posisi kementerian bagi pengejar karir, tetapi sebagai sarana memecahkan persoalan-persoalan mereka yang paling mendesak: langkanya pekerjaan dan perumahan, biaya hidup yang tinggi. Persoalan-persoalan ekonomi dan sosial ini terlalu dalam untuk dipecahkan oleh pemerintahan burjuis manapun.

Demokrasi akan menjadi sebuah frase yang kosong bila menolak menyentuh kekayaan kotor para elit-penguasa. Sitalah properti klik-penguasa! Sitalah kaum imperialis yang menopang rezim yang lama dan mengeksploitasi rakyat Mesir! Pertarungan demi demokrasi, bila diteruskan sampai akhir, tak pelak lagi harus bermuara pada penyitaan para bankir dan kapitalis serta didirikannya sebuah pemerintahan buruh dan tani. Di bawah rezim Mubarak kaum kapitalis Mesir telah bermurah-hati kepada bisnis-bisnis asing dan membantu imperialisme dalam menjarah kekayaan negeri dan mengeksploitasi kaum buruh Mesir. Kita menuntut penyitaan properti kaum imperialis untuk kesejahteraan rakyat.

IMT mengatakan:

- Untuk penghapusan segera semua undang-undang reaksioner!
- Untuk kebebasan yang menyeluruh untuk berserikat dan hak berorganisasi dan melancarkan pemogokan!
- Untuk suatu majelis konstituante yang revolusioner!
- Untuk penyitaan semua uang yang dicuri oleh rezim yang lama!
- Untuk penyitaan properti kaum imperialis!

Slogan Majelis Konstituen

Bila ada sebuah partai di Mesir seperti Partai Bolshevik, pertanyaan tentang kekuasaan akan dikedepankan. Tapi dengan absennya suatu kepemimpinan yang memiliki rencana yang jelas, Revolusi mengalami segala macam perubahan. Saat ini gelombang revolusioner masih belum surut. Tapi massa-rakyat tidak bisa terus-menerus berada di dalam situasi bergejolak. Mereka harus bekerja dan memperoleh uang untuk makan. Suatu saat nanti lava revolusioner akan mendingin. Akhirnya revolusi akan terdorong menuju suatu bentuk demokrasi burjuis.

Dalam situasi ini tuntutan-tuntutan demokratik mempunyai nilai penting yang luar biasa. Dalam suatu situasi seperti Mesirnya Mubarak, tuntutan-tuntutan demokratik merupakan alat-pengungkit yang kuat untuk memobilisasi lapisan-lapisan terluas dari massa-rakyat untuk revolusi. Kita harus bertarung demi hak-hak demokratik yang maksimum – hak suara, hak untuk melakukan pemogokan, dsb – karena ini adalah kepentingan-kepentingan buruh untuk memiliki kesempatan yang sebebas mungkin untuk mengembangkan perjuangan klas. Bukanlah perkara sepele bagi seorang buruh untuk hidup di bawah sebuah rezim totaliter ketimbang memiliki hak-hak yang mendasar ini. Karena itu tuntutan-tuntutan demokratik harus menduduki suatu tempat kunci dalam program kita.

Beberapa orang dibingungkan oleh fakta bahwa sementara saat ini kita menganjurkan sebuah Majelis Konstituante bagi negeri-negeri ini, kita menentangnya dalam kasus-kasus Bolivia dan Argentina. Penjelasannya sebenarnya sangat sederhana. Slogan-slogan tidak eksis di luar waktu dan tempat. Slogan-slogan harus mencerminkan kondisi-kondisi konkret dari perjuangan klas pada suatu tahapan dari perkembangan suatu negeri.

Di Bolivia, semasa perlawanan-perlawanan revolusioner Oktober 2003 dan Mei-Juni 2005 slogan tentang sebuah majelis konstituante bersifat kontra-revolusioner. Mengapa? Pada waktu itu, kaum buruh Bolivia telah menggelar dua pemogokan umum dan dua pemberontakan. Mereka telah mendirikan badan-badan yang mirip dengan soviet (bahasa Rusia untuk dewan rakyat) dalam bentuk Dewan-dewan Komunitas (Neighbourhood Juntas), Majelis-majelis Rakyat (Popular Assemblies), dan cabildos abiertos (pertemuan-pertemuan massa).

Kaum buruh Bolivia seharusnya dapat merebut kekuasaan dengan mudah. Seharusnya memadai bagi para pemimpin COB (serikat-serikat buruh) untuk memproklamirkan diri mereka sebagai pemerintah. Dalam kondisi-kondisi konkret ini, memajukan slogan majelis konstituante adalah sebuah pengkhianatan. Ini mengalihkan perhatian kaum buruh dari tugas yang sentral – pengambilalihan kekuasaan, dan mengalihkannya ke saluran-saluran parlementer.

Watak kontra-revolusioner dari slogan ini dikukuhkan oleh fakta bahwa Bank Dunia dan AS mendanai Kantor untuk Prakarsa-prakarsa Transisi (Office for Transition Initiatives) yang mempromosikan gagasan tentang majelis konstituante. Kita dapat menambahkan rincian kecil bahwa pada saat ini Bolivia sudah merupakan sebuah demokrasi burjuis. Dalam kasus Argentina, slogannya dikibarkan oleh beberapa kelompok Kiri setelah perlawanan Argentinazo pada Desember 2001. Dalam konteks sebuah demokrasi burjuis yang sudah ada, slogan majelis konstituante adalah sama sekali salah dan ini sama dengan mengatakan: “Kami tidak menyukai parlemen burjuis yang kami miliki. Alih-alih kami menginginkan parlemen burjuis lainnya.”

Orang harus sama-sekali buta untuk tidak melihat bahwa kasus-kasus ini tidak ada kesamaannya sama sekali dengan situasi di Tunisia dan Mesir. Setelah dekade-dekade kediktatoran, tak pelak lagi akan ada ilusi-ilusi yang besar dalam demokrasi, bukan hanya di kalangan burjuis-kecil, tapi juga di kalangan massa-rakyat. Ini mengkondisikan sikap kita. Kita adalah untuk demokrasi, tapi harus demokrasi yang utuh, menyeluruh. Salah satu tuntutan demokratik adalah: “Kami memerlukan sebuah konstitusi (undang-undang dasar) yang baru, dan oleh karenanya kami butuh majelis konstituante, namun kami tidak mempercayai tentara Mesir untuk menyelanggarakan ini, dan karena itu perjuangan harus berlanjut di jalan-jalan.”

Tentu saja kaum Marxis tidak boleh memiliki sikap yang mekanis terhadap slogan-slogan demokratik, yang selalu subordinat terhadap kepentingan-kepentingan umum dari revolusi sosialis. Kita tidak memiliki sikap takhayul burjuis-kecil terhadap demokrasi-burjuis. Mendalamnya Revolusi akan menelanjangi keterbatasan-keterbatasan demokrasi burjuis. Melalui pengalaman kaum buruh akan tiba pada pemahaman tentang perlunya merebut kekuasaan ke dalam tangan mereka sendiri. Tapi guna memahami keterbatasan-keterbatasan demokrasi burjuis, kaum pekerja harus pertama-tama menempuh sekolah demokrasi. Ini mengandaikan sebuah pertarungan yang serius demi slogan-slogan demokratik yang paling maju.

Setelah dekade-dekade kekuasaan otoriter di Mesir, kita tidak bisa bersikap acuh tak acuh terhadap persoalan Konstitusi. Proposal yang baru-baru ini diajukan oleh Dewan Tentara adalah beberapa amandemen konstitusional, yang dikonsep oleh para pakar yang ditunjuk oleh Tentara, akan di-referendumkan. Ini sama sekali tidak demokratik. Konstitusi Mubarak tidak bisa diamendemen. Konstitusi itu harus dibuang dan sebuah Majelis Konstituante yang demokratik dan revolusioner harus berhimpun untuk mendiskusikan sebuah konstitusi atau undang-undang dasar yang sama sekali baru. Peran reaksioner para jenderal telah diperlihatkan dengan pembubaran kamp Tahrir Square yang dilakukan dengan kekerasan oleh tentara.

Setelah menggulingkan sebuah kediktatoran dengan perjuangan, rakyat revolusioner tidak bisa menyerahkan kekuasaan kepada jenderal-jenderal yang sama yang telah mendukung Mubarak sampai detik terakhir. Kaum buruh tidak dapat mempercayai pimpinan-pimpinan tentara atau dewan “pakar” apapun yang diangkat oleh mereka untuk menulis sebuah konstitusi yang benar-benar demokratik. Kita adalah untuk sebuah majelis konstituante: sebuah badan yang terpilih secara demokratik untuk mengerjakan konstitusi. Ini merupakan sebuah tuntutan demokratik yang elementer.

Tapi pertanyaannya masih sama: siapa yang akan menyelenggarakan Majelis Konstituante ini? Kita juga tidak bisa mempercayakan tugas ini kepada Angkatan Bersenjata Mesir. Karena itu, perjuangan harus berlanjut di jalan-jalan, di pabrik-pabrik, di kalangan kaum muda, di kalangan para pengangguran, sampai pertempuran untuk demokrasi dimenangkan sepenuhnya.

Situasi di Mesir serupa, bukan dengan Bolivia pada 2003 dan 2006 atau Argentina pada 2001, tapi dengan Rusia pada 1905 atau 1917. Kita harus mempergunakan slogan-slogan demokratik yang paling maju untuk mengedepankan pertanyaan sentral tentang kekuasaan kaum buruh. Kita berkata kepada kaum buruh dan kaum muda: "Saudara menginginkan demokrasi? Kami juga! Tapi jangan mempercayai Tentara atau El Baradei – mari kita bertempur untuk demokrasi yang sejati!" Di Mesir, Tunisia, dan Iran saat ini, slogan Majelis Konstituante benar-benar sangat relevan.

Kaum buruh Mesir telah menarik kesimpulan yang tepat. Secara mengejutkan ini terungkap dalam pernyataan kaum buruh besi dan baja di Helwan, yang, semasa perjuangan, memajukan tuntutan-tuntutan berikut:

1. Penurunan segera Mubarak dan semua figur rezim serta simbol-simbolnya;
2. Penyitaan kekayaan dan properti dari semua simbol rezim dan semua orang yang terbukti korup, demi kepentingan massa-rakyat;
3. Pengunduran diri semua buruh dengan segera dari serikat-serikat buruh yang dikontrol oleh atau berafiliasi dengan rezim dan mendeklarasikan serikat-serikat buruh independen mereka sendiri yang sekarang mempersiapkan konferensi umum mereka untuk memilih dan membentuk sindikat mereka;
4. Mengambil-kembali perusahaan-perusahaan sektor public yang telah dijual atau ditutup, serta deklarasi penasionalisasian perusahaan-perusahaan tersebut demi kepentingan rakyat dan pembentukan sebuah administrasi baru untuk menjalankannya, yang melibatkan kaum buruh dan para teknisi;
5. Pembentukan komite-komite untuk menyelia kaum buruh di semua tempat kerja dan memonitor produksi dan distribusi harga dan upah;
6. Seruan untuk membentuk sebuah majelis konstituante dari semua klas rakyat dan aliran untuk mengkonsep sebuah konstitusi baru dan pemilihan dewan-dewan rakyat tanpa menunggu negosiasi-negosiasi dengan rezim yang lama.”

Tuntutan-tuntutan ini benar-benar tepat. Mereka memperlihatkan suatu level kesadaran politik yang sangat tinggi dan sepenuhnya sesuai dengan program yang dimajukan oleh kaum Marxis. Program ini memasok Revolusi Mesir dengan segala yang dibutuhkannya untuk berhasil.

Serikat-serikat Buruh

Revolusi mengedepankan kebutuhan akan organisasi. Serikat-serikat buruh adalah bentuk organisasi yang paling mendasar bagi kaum buruh di semua negara pada segala waktu. Tanpa organisasi klas buruh akan selalu hanya menjadi bahan mentah yang dieksploitasi. Karena itu, tugas membangun dan memperkuat serikat-serikat buruh merupakan prioritas yang mendesak.

Di Mesir dan Tunisia serikat-serikat buruh secara erat terkait dengan rezim penindas lama. Pada dasarnya, mereka adalah bagian dari Negara. Lapisan-lapisan atas mereka korup dan dalam banyak kasus merupakan anggota-anggota dari partai penguasa. Peran utama mereka adalah mengawasi kaum buruh. Namun, di level anggota-biasa serikat-serikat buruh ini terdiri dari kaum buruh yang jujur dan militan.

Bahkan dalam demokrasi-demokrasi burjuis ada sebuah kecenderungan yang organik dari petinggi-petinggi serikat buruh untuk bercampur-baur dengan Negara. Tetapi sejarah memperlihatkan bahwa ketika klas buruh bergerak, bahkan serikat-serikat buruh yang paling korup dan terbirokratisasi bisa berada di bawah tekanan klas buruh dan mengalami transformasi dalam proses perjuangan. Entah para pemimpin lama akan berubah dan mulai mencerminkan tekanan kaum buruh, atau mereka akan disingkirkan dan digantikan oleh orang-orang yang siap menaruh diri mereka di pucuk pimpinan gerakan.

Di Tunisia para pemimpin UGTT (serikat buruh Tunisia) telah berkompromi dengan rezim Ben Ali. Para pemimpin lama telah siap berpartisipasi dalam pemerintahan sementara yang dibentuk oleh Gannouchi, tapi dipaksa mundur di bawah tekanan kaum buruh. Tapi pada level lokal dan regional, UGTT memainkan peran yang paling penting dalam Revolusi. Di beberapa daerah, seperti di Redeyef, UGTT benar-benar mengambilalih tatakelola masyarakat. Di daerah-daerah yang lain, serikat-serikat buruh lokal memainkan peran kunci dalam pengorganisasian gerakan revolusioner melalui komite-komite revolusioner. Ini memperlihatkan peran vital serikat-serikat buruh sebagai suatu kendaraan untuk revolusi.

Apa yang dibutuhkan adalah suatu pembersihan yang menyeluruh terhadap UGTT di semua level, dengan menyingkirkan semua birokrat yang bertali-temali dengan rezim yang lama, dimulai dari sekretaris jenderalnya Abdessalem Jerad, yang terang-terangan sedang memainkan peran yang mematahkan pemogokan. Struktur-struktur regional dan federasi-federasi nasional yang berada di bawah kepemimpinan para aktivis Kiri dan demokratik yang merepresentasikan suatu mayoritas keanggotaan UGTT harus segera menghimpun sebuah kongres nasional darurat. Suatu gerakan untuk mendemokratiskan serikat buruh dan membawanya sejalan dengan gerakan revolusioner akan mendapatkan dukungan yang massif di kalangan kaum buruh. Bila kaum buruh dan kaum muda mampu menyingkirkan Ben Ali dan kemudian Ghannouchi, seharusnya akan lebih mudah bagi mereka untuk menyingkirkan para pemimpin serikat buruh yang korup yang mendukung rejim ini.

Di Mesir para pemimpin serikat buruh yang korup tidak mampu mencegah gelombang pemogokan-pemogokan yang ternyata telah menjadi sebuah sekolah persiapan untuk Revolusi. Kaum buruh Mesir telah bergerak melawan para pemimpin yang korup dan sedang bertarung untuk menciptakan serikat-serikat buruh yang merupakan organisasi-organisasi klas yang benar-benar demokratik dan militan. Dalam melakukannya mereka telah memperlihatkan suatu naluri klas revolusioner yang tepat. Pertempuran demi demokrasi tidak terbatas pada arena politik. Pertarungan itu harus memasuki serikat-serikat buruh dan tempat-tempat kerja juga.

Perjuangan ini nampaknya bergerak dalam arah didirikannya sebuah Federasi Serikat-serikat Buruh Independen yang baru. Dalam kondisi-kondisi revolusioner seperti yang ada sekarang, federasi baru ini dapat menjadi organisasi utama dari kaum buruh Mesir. Namun, akan merupakan suatu kesalahan untuk meninggalkan sama sekali perjuangan di dalam serikat-serikat buruh resmi yang lama, yang masih mengklaim bahwa mereka merepresentasikan jutaan buruh. Dalam beberapa contoh, seluruh tempat-tempat kerja dan sektor-sektor akan diserikatburuhkan secara baru. Dalam beberapa kasus lain, serikat-serikat buruh yang demokratik dan militan akan muncul melalui kaum buruh yang mengambil kontrol atas struktur-struktur yang resmi.

Burjuasi dan kaum imperialis memahami nilai penting yang sentral dari serikat-serikat buruh. Mereka akan mengirim agen-agen bayaran mereka untuk merusak dan menyesatkan kaum buruh guna merintangi kaum buruh dari mencapai ide-ide revolusioner dan sosialis. CIA mempunyai hubungan dekat dengan para pemimpin AFL-CIO dan Sosdem (Sosial-Demokrasi) Eropa serta yang namanya badan-badan Serikat Buruh Internasional. Mereka akan berusaha membawa gerakan serikat buruh militan ke bawah kontrol mereka.

Kaum buruh harus hari-hati terhadap “teman-teman” yang datang untuk merusak mereka dan melemahkan Revolusi dari dalam. Mereka juga harus menyadari bahwa yang namanya LSM-LSM merupakan agen-agen samaran imperialisme. Peran LSM-LSM adalah untuk mengalihkan kaum buruh dari jalan revolusioner, menjerat mereka ke dalam ribuan tugas yang remeh-temeh, amal-amal, dsb; yang mengubah para eks revolusioner dan kaum buruh yang militan menjadi kacung bayaran, office boys, dan birokrat-birokrat. Ini adalah racun yang dapat merusak gerakan kaum buruh.

Tugas serikat-serikat buruh bukanlah untuk menopang kapitalisme, tetapi menggulingkannya. Tujuan pertama kita adalah berjuang demi perbaikan standar-standar hidup, upah-upah dan kondisi-kondisi kerja yang lebih baik. Kita harus berjuang untuk setiap perbaikan, betapapun kecilnya. Tapi kita harus mengerti bahwa mustahillah untuk memperoleh tuntutan-tuntutan utama kita sepanjang oligarki parasit masih menjadi pemilik tanah, bank-bank, dan industri-industri utama.

Dalam perjuangan melawan rezim yang lama, serikat-serikat buruh telah menghubungkan diri mereka dengan lapisan-lapisan masyarakat lainnya: para pengangguran, kaum perempuan, kaum muda, kaum tani, kaum intelektual. Klas buruh harus beraspirasi untuk menempatkan dirinya pada pucuk pimpinan Bangsa dan memimpin pertempuran melawan semua bentuk ketidakadilan dan penindasan.

Rakyat revolusioner sekarang sedang mendirikan komite-komite rakyat. Itu merupakan suatu langkah yang mutlak-perlu untuk memasok gerakan revolusioner dengan suatu bentuk yang terorganisir dan koheren. Namun, komite-komite yang luas itu tidak menggantikan serikat-serikat buruh, yang harus tetap merupakan bentuk organisasional gerakan kaum buruh.

Serikat-serikat buruh adalah sekolah revolusi yang akan memainkan suatu peran kunci dalam menggulingkan rezim lama dan mendirikan sebuah masyarakat baru, masyarakat sosialis, yang di dalamnya peran serikat-serikat buruh akan diperluas ribuan kali, dengan memainkan suatu peran utama dalam menjalankan industri-industri yang dinasionalisasikan, merencanakan produksi, dan mengelola masyarakat.

IMT menyatakan:

- Bangunlah serikat-serikat buruh dan ubah mereka menjadi organisasi-organisasi perjuangan yang sejati!
- Murnikan serikat-serikat buruh dari semua unsur yang korup dan kaum birokrat!
- Untuk serikat-serikat buruh demokratik: pemilihan-pemilihan di setiap level dan hak untuk me-recall semua pejabat!
- Lawan korupsi! Tidak boleh ada seorang pun pejabat serikat buruh yang menerima upah yang lebih tinggi daripada seorang buruh yang terampil!
- Tidak boleh ada kontrol negara atas serikat-serikat buruh! Serikat-serikat buruh harus ada di tangah kaum buruh!
- Untuk kontrol kaum buruh atas industri! Untuk penyitaan para bankir, tuan-tanah, dan kapitalis! Untuk sebuah rencana produksi sosialis dan demokratik!

Peran Kaum Muda

Karl Liebknecht, revolusioner besar Jerman dan seorang martir pernah berkata: “Kaum muda adalah lidah-api dari Revolusi Sosialis”. Kata-kata ini dapat dengan jelas ditampilkan dalam panji Revolusi Arab. Pada setiap tahap kaum muda telah memainkan peran kunci. Para demonstran yang tumpah ruah ke jalan-jalan di Tunisia dan Mesir terutama adalah kaum muda, yang menganggur dan tanpa masa depan apapun. Beberapa di antara mereka adalah para lulusan universitas, yang lainnya rakyat miskin dari kawasan-kawasan kumuh.

Di semua negeri di Timur Tengah dan Afrika Utara, mayoritas penduduk adalah kaum muda. Mereka sedang menderita dampak-dampak terburuk dari krisis kapitalisme. 70% dari kaum muda di bawah umur 25 di Tunisia adalah pengangguran. Jumlahnya 75% di Aljazair, dan 76% di Mesir. Situasi serupa juga terjadi di negeri-negeri lain.

Para lulusan universitas tidak mempunyai pekerjaan dan oleh karena itu tidak mempunyai prospek untuk menikah, tanpa rumah, dan tanpa masa depan. Fakta-fakta ini menunjukkan jalan buntu kapitalisme. Negeri-negeri ini butuh dokter, guru, insinyur, tapi tidak ada pekerjaan. Jutaan orang tak mampu mendapatkan pekerjaan, dan karena itu tidak bisa menikah dan membangun keluarga. Mereka dimotivasi oleh kepekaan yang mendalam terhadap ketidakadilan dan suatu kemarahan yang membara serta kebencian terhadap suatu sistem yang menyisihkan mereka dari suatu masa depan, serta suatu rezim yang korup yang telah memperkaya dirinya sendiri dengan mengorbankan rakyat.

Harapan satu-satunya yang dimiliki oleh kaum muda ini adalah bertarung demi suatu perubahan yang fundamental dalam masyarakat. Mereka telah mengesampingkan semua rasa takut dan bersiap untuk mengorbankan nyawa mereka dalam perjuangan demi kebebasan dan keadilan. Di Tunisia kaum muda revolusioner telah mengorganisir diri mereka dan menyerukan suatu penghimpunan massa di Tunis, yang berbaris di kantor perdana-menteri dan berkemah di depannya, di taman Kasbah. Gerakan-gerakan massa dari siswa-siswa sekolah mengedepankan tuntutan untuk sebuah majelis konstituante, dan mendemonstrasikan teriakan “turunkan pemerintah”. Mereka menjadi pemercik sebuah gerakan yang akhirnya menurunkan pemerintahan Ghannouchi pada akhir Februari. Di Mesir kita kembali melihat hal yang sama. Para demonstran yang menguasai jalanan terutama kaum muda Mesir, yang menganggur dan tanpa masa depan.

Sejarah sedang mengulangi dirinya sendiri. Pada 1917 kaum Menshevik menuduh kaum Bolshevik sebagai “segerombolan anak kecil” semata. Mereka tidak sepenuhnya salah. Usia rata-rata para aktivis Bolshevik sangatlah muda. Seksi pertama yang akan bergerak selalu kaum muda, yang bebas dari prasangka-prasangka, ketakutan, dan skeptisisme generasi yang lebih tua.

Kaum muda di setiap negeri terbuka terhadap ide-ide revolusioner. Kita harus pergi ke kaum muda! Bila kita pergi ke kaum muda dengan ide-ide Marxisme revolusioner dan internasionalisme proletarian, kita akan memperoleh tanggapan yang antusias.

IMT menyatakan:

- Pekerjaan bagi semua orang!
- Setiap orang muda harus beroleh jaminan atas kerja penuh-waktu atau pendidikan penuh-waktu yang gratis.
- Upah yang setara untuk pekerjaan dengan nilai yang setara!
- Akhiri penyiksaan yang dilakukan oleh polisi!
- Hak-hak demokratik sepenuhnya dan hak suara pada umur 16!

Peran Kaum Perempuan

Faktor yang menentukan adalah bahwa massa-rakyat telah memperoleh suatu rasa kekuatan kolektif mereka dan telah kehilangan rasa takut mereka. Dimulai dengan unsur-unsur yang paling muda, yang paling enerjik dan bertekad baja, semangat perlawanan telah menjalar ke lapisan-lapisan yang lebih tua, yang lebih berhati-hati dan lamban.

Salah satu aspek yang paling inspiratif dari Revolusi-revolusi di Tunisia dan Mesir adalah partisipasi aktif kaum perempuan. Sikap tunduk yang lama lenyap. Di Aleksandria para ibu rumah tangga setengah baya melemparkan belanga-belanga dan panci-panci ke polisi dari balkon-balkon rumah susun. Dalam demonstrasi-demonstrasi para mahasiswi bercelana jeans bertarung bersebelahan dengan kaum perempuan yang mengenakan hijab. Adalah kaum perempuan yang memainkan suatu peran kunci dalam pemogokan-pemogokan yang massif dari kaum buruh tekstil di Mahalla al Kubra beberapa tahun yang lalu, pemogokan-pemogokan yang mempersiapkan gejolak revolusioner saat ini.

Kaum perempuan telah tampil di garis depan di setiap revolusi dalam sejarah. Citra para perempuan Bahrain, yang berdemonstrasi tanpa kenal takut, beberapa dengan kerudung, beberapa yang lain tidak, adalah suatu gambaran yang inspiratif dari Revolusi yang sedang beraksi. Mereka sedang mengulangi pengalaman kaum perempuan Paris yang heroik pada Oktober 1789 dan di Petrograd pada Februari 1917.

Kebangkitan kaum perempuan adalah sebuah tanda yang pasti dari Revolusi. Masyarakat tidak bisa maju dan makmur selama kaum perempuan diperbudak. Bukanlah kebetulan bila kaum reaksioner di Mesir, yang menghasut-hasut terjadinya pembantaian berdasarkan agama, menyerang demonstrasi 8 Maret (Hari Perempuan Dunia) di Tahrir Square. Revolusi Arab akan merekrut pejuang-pejuangnya yang paling bertekad baja dan gagah berani dari kalangan perempuan, dan pembebasan sepenuhnya kaum perempuan adalah tugas pertama Revolusi. Tempat kaum perempuan bukanlah di dapur, melainkan di jalan-jalan, bertempur bersebelahan dengan para laki-laki. Mereka adalah unsur yang paling tidak kenal takut. Dan mereka memiliki hampir segalanya untuk diperjuangkan.

IMT menyatakan:

- Akhiri diskriminasi dan ketidaksetaraan!
- Pengakuan sepenuhnya terhadap kaum perempuan sebagai warganegara dan manusia yang setara!
- Kesetaraan sosial, politik, dan ekonomik sepenuhnya bagi kaum perempuan!
- Akhiri semua undang-undang yang diskriminatif!
- Organisir kaum buruh perempuan dalam serikat-serikat buruh yang bebas dan demokratik, yang independen terhadap negara!
- Upah yang setara untuk kerja dengan nilai yang setara!
Bersambung...

Oleh: Tendensi Marxis Internasional
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Revolusi Arab: Tuntutan-tuntutan Demokratik (2)"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments