Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
VIVAnews - Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengakui bahwa publikasi laman WikiLeaks atas ratusan ribu dokumen, yang berkatagori rahasia dan terbatas, bisa mempersulit kerja para diplomat mereka di mancanegara. Pemerintah di negara-negara tempat para diplomat AS bertugas pun kemungkinan akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan mereka.
Demikian menurut juru bicara Deplu AS, PJ. Crowley. "Sejumlah negara, tergantung dari materi [WikiLeaks] yang mereka telah lihat dan telah baca, tengah bereaksi," kata Crowley di Washington DC seperti dikutip Voice of America, Kamis 2 Desember 2010.
"Kami mengantispasi bahwa, selama beberapa waktu, kalangan pejabat pemerintah yang biasanya berbicara terbuka kepada kami mungkin akan jadi lebih enggan [berkomunikasi]," lanjut Crowley.
Deplu AS hingga kini tidak bersedia menanggapi informasi-informasi yang dilepas WikiLeaks dan, kini, sejumlah media massa internasional - apakah dokumen-dokumen itu valid atau tidak. Namun, Crowley menyadari bahwa ada kalangan yang bereaksi negatif atas isi pesan-pesan itu.
"Ini memang menimbulkan efek," kata Crowley. "Asisten Menlu Bill Burns saat di Kongres mengatakan bahwa masalah ini akan membuat praktik diplomasi untuk sementara waktu akan kian sulit...Kalian tahu, kami tidak senang atas dimuatnya dokumen-dokumen itu dan saya tidak ragu bahwa sejumlah negara dan pemimpin yang melihat dokumen itu di luar konteks juga tidak senang," lanjut Crowley kepada para wartawan.
Sebelumnya, Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel menilai bahwa publikasi dari WikiLeaks itu bisa mengganggu diplomasi AS. "Harus diakui, ini adalah tindakan yang merugikan, terutama terhadap hubungan diplomasi baik yang dijalin AS dengan negara-negara lain,” ujar Marciel di Jakarta, Kamis 2 Desember 2010.
Namun, mengenai kemungkinan adanya bocoran kawat diplomatik yang menyangkut Indonesia, Marciel menyatakan tidak khawatir hal tersebut akan berdampak buruk terhadap hubungan kedua negara.
Rangkaian dokumen itu, menurut Wikileaks, mengungkapkan kontradiksi antara citra AS di mata publik dengan apa yang terjadi di belakang layar. "Ini menunjukkan bila rakyat suatu negara demokrasi ingin pemerintah merefleksikan harapan-harapan mereka, maka mereka harus melihat apa yang sebetulanya terjadi di balik layar," demikian maksud Wikileaks dalam mempublikasikan bocoran dokumen itu.
Menurut Wikileaks, pemerintah AS diketahui telah memberi peringatan kepada sejumlah pemerintah - termasuk yang paling korup sekalipun - di penjuru dunia mengenai potensi bocornya dokumen itu.
Demikian menurut juru bicara Deplu AS, PJ. Crowley. "Sejumlah negara, tergantung dari materi [WikiLeaks] yang mereka telah lihat dan telah baca, tengah bereaksi," kata Crowley di Washington DC seperti dikutip Voice of America, Kamis 2 Desember 2010.
"Kami mengantispasi bahwa, selama beberapa waktu, kalangan pejabat pemerintah yang biasanya berbicara terbuka kepada kami mungkin akan jadi lebih enggan [berkomunikasi]," lanjut Crowley.
Deplu AS hingga kini tidak bersedia menanggapi informasi-informasi yang dilepas WikiLeaks dan, kini, sejumlah media massa internasional - apakah dokumen-dokumen itu valid atau tidak. Namun, Crowley menyadari bahwa ada kalangan yang bereaksi negatif atas isi pesan-pesan itu.
"Ini memang menimbulkan efek," kata Crowley. "Asisten Menlu Bill Burns saat di Kongres mengatakan bahwa masalah ini akan membuat praktik diplomasi untuk sementara waktu akan kian sulit...Kalian tahu, kami tidak senang atas dimuatnya dokumen-dokumen itu dan saya tidak ragu bahwa sejumlah negara dan pemimpin yang melihat dokumen itu di luar konteks juga tidak senang," lanjut Crowley kepada para wartawan.
Sebelumnya, Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel menilai bahwa publikasi dari WikiLeaks itu bisa mengganggu diplomasi AS. "Harus diakui, ini adalah tindakan yang merugikan, terutama terhadap hubungan diplomasi baik yang dijalin AS dengan negara-negara lain,” ujar Marciel di Jakarta, Kamis 2 Desember 2010.
Namun, mengenai kemungkinan adanya bocoran kawat diplomatik yang menyangkut Indonesia, Marciel menyatakan tidak khawatir hal tersebut akan berdampak buruk terhadap hubungan kedua negara.
Rangkaian dokumen itu, menurut Wikileaks, mengungkapkan kontradiksi antara citra AS di mata publik dengan apa yang terjadi di belakang layar. "Ini menunjukkan bila rakyat suatu negara demokrasi ingin pemerintah merefleksikan harapan-harapan mereka, maka mereka harus melihat apa yang sebetulanya terjadi di balik layar," demikian maksud Wikileaks dalam mempublikasikan bocoran dokumen itu.
Menurut Wikileaks, pemerintah AS diketahui telah memberi peringatan kepada sejumlah pemerintah - termasuk yang paling korup sekalipun - di penjuru dunia mengenai potensi bocornya dokumen itu.
Artikel Lainnya:
No Response to "Deplu AS: Bocoran WikiLeaks Persulit Diplomat"
Posting Komentar