Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Selama PD II Jerman memang banyak memiliki panglima perang berkualitas jempolon. Salah satunya adalah adalah Erwin Rommel. Kehebatan taktik perang pria asli Jerman ini membuat Jenderal yang disegani baik oleh Inggris maupun AS. Lahir di Heidenheim, sekitar Ulm Jerman, Erwin Rommel bukan keturunan militer. Ia berasal dari rakyat sipil kalangan menengah. Perjalanan militernya dimulai saat Rommel mendaftar sebagai kadet pada sekolah infanteri di Danzig (Danzig Infan School) pada tahun 1910.
Dua tahun kemudian Ia ditempatkan dalam unit operasional dengan pangkat letnan. Seperti umumnya perwira-perwira muda jaman itu, Letnan Erwin Rommel juga ikut terlibat dalam PD I. Antara tahun is ditempatkan di Perancis dan dianugerahi medali Iron Cross kelas satu. Prestasi yang lumayan menyolok justru diperlihatkan menjelang akhir PD I di Italia. Kala itu la berhasil memimpin kompinya merebut posisi yang diduduki musuh dan menawan personel plus 80 pucuk beragam persenjataan. Atas keberaniannya pemerintah Jerman kembali memberi bintang jasa yaitu Sebuah penghargaan tertinggi.
Masa damai antara PD I dan PD II digunakan Rommel untuk menulis buku tentang taktik pertempuran inf anteri. Buku ini diberi judul Infanterie Greift (Infantry Attack). Buku tersebut menarik perhatian Adolf Hitler yang mulai muncul sebagai penguasa barn Jerman dengan partai Nazinya. Lantaran dianggap cukup berbakat, sang Fuhrer kemudian merekrut Erwin Rommel sebagai komandan pengawal pribadinya. Posisi tadi tetap dipegang hingga Jerman rampung menggelar invasi ke Polandia, Kesuksesan operasi ke Polandia rupanya menarik hati Rommel untuk kembali ke medan tempur. la langsung meminta Hitler untuk menempatkan dirinya ke hesatuan operasional.
Ketika Jerman melancarkan serbuan ke Perancis (Mei 1940), Erwin Rommel resmi mengepalai Divisi Lapis baja ke-Tujuh (7 Panzer Division). Prestasi besar langsung ditunjukkan dalam penugasan pertama ini. Divisi yang dipimpinnya ikut ambil bagian dalam serbuan melalui Sungai Meuse. Pasukan Rommel menerobos hutan di kawasan Ardennes, dan akhirnya memotong kekuatan pasukan Inggris-Perancis di Selatan dan Utara sampai ke Somme. Dalam serbuan ini Rommel berhasil menawan 100.000 prajurit lawan plus 450 unit tank. Sementara ia sendiri menderita kerugian 2.500 prajurit gugur dan 42 tank hancur.
Rampung di Eropa, Hitler memutuskan menggeser Rommel ke Afrika Utara. Di sini ia ditugaskan mendukung pasukan Italia yang telah terdesak oleh Inggris. Di bawah benders Afrika Korps DAK, Rommel bertempur cuma dengan modal dua divisi. Toh kekuatan pas-pasan ia mampu memukul balik Inggris dalam tempo 30 hari. Bahkan lebih jauh lagi sanggup mengepung kekuatan lawan di sekitar Tobruk yang terletak 160 km di belakang garis pertempuran.
Tarik-ulur kekuatan antara Inggris yang kemudian belakangan dibantu AS pun terjadi. Begitu cerdik Rommel di lapangan, sampai-sampai Inggris mesti rela mengganti panglima. perangnya di front Afrika (Montgomery). Kiprah Rommel di Afrika berakhir Maret 1943 tatkala ia jatuh sakit setelah berhasil menyudutkan pasukan Montgomery di sekitar Medenine. Kondisi ini membuatnya mesti pulang ke Jerman.
Begitu sembuh Hitler langsung memberinya tugas sebagai komandan grup B AD Jerman (Army Group B). Jabatan ini berada di bawah otoritas salah satu jenderal besar Nazi, Von Rundstedt. Tanggung jawab Rommel adalah mengurus pertahanan di wilayah Perancis dalam menghadapi kemungkinan serbuan sekutu. Pada intinya Rommel diserahi tugas mengurus sistem pertahanan Nazi yang diberi label Atlantic Wall. Pada akhirnya Sekutu memang berhasil menggelar pendaratan di Pantai Normandin, Perancis, 6 Juni 1944. Enam minggu setelah pendaratan, 17 Juli 1944, tanpa disangka kendaraan yang ditumpangi Rommel mendapat serangan dari pesawat pemburu sekutu. Akibat serangan itu ia terluka cukup parah.
Ironisnya, dalam kondisi masih dalam taraf penyembuhan, Hitler malah menuduh Rommel terlibat dalam persekongkolan pembunuhan Hitler. Sang Fuhrer pun pada akhirnya menjatuhkan dua pilihan hukuman beret. Pertama, bunuh diri dan kedua, dipermalukan di depan publik. Rommel memilih jalan pertama. Tubuh jagoan perang ini terbujur kaku setelah racun sianida menjalar ke seluruh organnya. Sebagai imbalan, Hitler menobatkan Rommel sebagai pahlawan dan mendapat upacara penguburan seperti layaknya seorang pahlawan. Secara aktif sebenarnya Erwin Rommel tak pernah terlibat langsung dengan persekongkolan itu. Tapi ia memang sempat mendengar bakal terjadi upaya pembunuhan terhadap Hitler dan info itu tak pernah disampaikan ke Sang Fuhrer.
Rommel bukanlah seorang inovator seperti Guderian. Ia bukan pula jenderal yang pernah memimpin pasukan berskala besar macam Manstein. Tapi untuk urusan di lapangan, Rommel tergolong jempolan. Di Afrika Utara ia mampu memompa semangat tempur para prajuritnya melawan musuh yang jumlahnya lebih besar. Kunci kehebatan Erwin Rommel terletak pada kecepatannya bereaksi saat berhadapan dengan suatu masalah.
Lambang Kesatuan Lapis Baja Rommel di Afrika
Selama PD II Jerman memang banyak memiliki panglima perang berkualitas jempolon. Salah satunya adalah adalah Erwin Rommel. Kehebatan taktik perang pria asli Jerman ini membuat Jenderal yang disegani baik oleh Inggris maupun AS. Lahir di Heidenheim, sekitar Ulm Jerman, Erwin Rommel bukan keturunan militer. Ia berasal dari rakyat sipil kalangan menengah. Perjalanan militernya dimulai saat Rommel mendaftar sebagai kadet pada sekolah infanteri di Danzig (Danzig Infan School) pada tahun 1910.
Dua tahun kemudian Ia ditempatkan dalam unit operasional dengan pangkat letnan. Seperti umumnya perwira-perwira muda jaman itu, Letnan Erwin Rommel juga ikut terlibat dalam PD I. Antara tahun is ditempatkan di Perancis dan dianugerahi medali Iron Cross kelas satu. Prestasi yang lumayan menyolok justru diperlihatkan menjelang akhir PD I di Italia. Kala itu la berhasil memimpin kompinya merebut posisi yang diduduki musuh dan menawan personel plus 80 pucuk beragam persenjataan. Atas keberaniannya pemerintah Jerman kembali memberi bintang jasa yaitu Sebuah penghargaan tertinggi.
Masa damai antara PD I dan PD II digunakan Rommel untuk menulis buku tentang taktik pertempuran inf anteri. Buku ini diberi judul Infanterie Greift (Infantry Attack). Buku tersebut menarik perhatian Adolf Hitler yang mulai muncul sebagai penguasa barn Jerman dengan partai Nazinya. Lantaran dianggap cukup berbakat, sang Fuhrer kemudian merekrut Erwin Rommel sebagai komandan pengawal pribadinya. Posisi tadi tetap dipegang hingga Jerman rampung menggelar invasi ke Polandia, Kesuksesan operasi ke Polandia rupanya menarik hati Rommel untuk kembali ke medan tempur. la langsung meminta Hitler untuk menempatkan dirinya ke hesatuan operasional.
Ketika Jerman melancarkan serbuan ke Perancis (Mei 1940), Erwin Rommel resmi mengepalai Divisi Lapis baja ke-Tujuh (7 Panzer Division). Prestasi besar langsung ditunjukkan dalam penugasan pertama ini. Divisi yang dipimpinnya ikut ambil bagian dalam serbuan melalui Sungai Meuse. Pasukan Rommel menerobos hutan di kawasan Ardennes, dan akhirnya memotong kekuatan pasukan Inggris-Perancis di Selatan dan Utara sampai ke Somme. Dalam serbuan ini Rommel berhasil menawan 100.000 prajurit lawan plus 450 unit tank. Sementara ia sendiri menderita kerugian 2.500 prajurit gugur dan 42 tank hancur.
Rampung di Eropa, Hitler memutuskan menggeser Rommel ke Afrika Utara. Di sini ia ditugaskan mendukung pasukan Italia yang telah terdesak oleh Inggris. Di bawah benders Afrika Korps DAK, Rommel bertempur cuma dengan modal dua divisi. Toh kekuatan pas-pasan ia mampu memukul balik Inggris dalam tempo 30 hari. Bahkan lebih jauh lagi sanggup mengepung kekuatan lawan di sekitar Tobruk yang terletak 160 km di belakang garis pertempuran.
Tarik-ulur kekuatan antara Inggris yang kemudian belakangan dibantu AS pun terjadi. Begitu cerdik Rommel di lapangan, sampai-sampai Inggris mesti rela mengganti panglima. perangnya di front Afrika (Montgomery). Kiprah Rommel di Afrika berakhir Maret 1943 tatkala ia jatuh sakit setelah berhasil menyudutkan pasukan Montgomery di sekitar Medenine. Kondisi ini membuatnya mesti pulang ke Jerman.
Begitu sembuh Hitler langsung memberinya tugas sebagai komandan grup B AD Jerman (Army Group B). Jabatan ini berada di bawah otoritas salah satu jenderal besar Nazi, Von Rundstedt. Tanggung jawab Rommel adalah mengurus pertahanan di wilayah Perancis dalam menghadapi kemungkinan serbuan sekutu. Pada intinya Rommel diserahi tugas mengurus sistem pertahanan Nazi yang diberi label Atlantic Wall. Pada akhirnya Sekutu memang berhasil menggelar pendaratan di Pantai Normandin, Perancis, 6 Juni 1944. Enam minggu setelah pendaratan, 17 Juli 1944, tanpa disangka kendaraan yang ditumpangi Rommel mendapat serangan dari pesawat pemburu sekutu. Akibat serangan itu ia terluka cukup parah.
Ironisnya, dalam kondisi masih dalam taraf penyembuhan, Hitler malah menuduh Rommel terlibat dalam persekongkolan pembunuhan Hitler. Sang Fuhrer pun pada akhirnya menjatuhkan dua pilihan hukuman beret. Pertama, bunuh diri dan kedua, dipermalukan di depan publik. Rommel memilih jalan pertama. Tubuh jagoan perang ini terbujur kaku setelah racun sianida menjalar ke seluruh organnya. Sebagai imbalan, Hitler menobatkan Rommel sebagai pahlawan dan mendapat upacara penguburan seperti layaknya seorang pahlawan. Secara aktif sebenarnya Erwin Rommel tak pernah terlibat langsung dengan persekongkolan itu. Tapi ia memang sempat mendengar bakal terjadi upaya pembunuhan terhadap Hitler dan info itu tak pernah disampaikan ke Sang Fuhrer.
Rommel bukanlah seorang inovator seperti Guderian. Ia bukan pula jenderal yang pernah memimpin pasukan berskala besar macam Manstein. Tapi untuk urusan di lapangan, Rommel tergolong jempolan. Di Afrika Utara ia mampu memompa semangat tempur para prajuritnya melawan musuh yang jumlahnya lebih besar. Kunci kehebatan Erwin Rommel terletak pada kecepatannya bereaksi saat berhadapan dengan suatu masalah.
Lambang Kesatuan Lapis Baja Rommel di Afrika
Artikel Lainnya:
No Response to "Erwin Rommel: Momok Bagi Inggris Dan AS"
Posting Komentar