Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Coba Anda bayangkan Sembilan meriam utama 406mm (16 inci) ditembakan secara bergantian dan sebagian secara salvo. Bayangkan impak yang ditimbulkan dan gelegarnya. Peluru-peluru meriam sepelukan prig dewasa dengan bobot di atas satu ton itu bahkan mampu melesat sejauh 30 km, dan membelah serta meremukkan apa saja yang disentuhnya dalam sekejap. Itulah ilustrasi singkat battleship. Fenomena battleship adalah sejarah penuh kegagahan yang pernah bertengger di deretan paling atas dalam daftar mesin perang laut. Kemunculannya dan kemudian perkembangannya yang dramatis sejak kehadiran Gloire dari Perancis pada 1859, telah mengubah jalannya perang laut. Paling kentara tentu saja berubahnya formasi tempur laut sejak battleship mulai mengadopsi meriam-meriam besar berjarak tembak jauh.

Commando Megazine, War Machine Series, Battleships & Battlecruisers, July 2008
Commando Megazine, War Machine
Series, Battleships & Battlecruisers

Selain perkembangan persenjataan berikut kontrol penembakkannya (fire control), material dasar pembuat battleship pun terus ditingkatkan. Namun tidak selamanya negara pengguna seperti Jerman, Italia, Perancis, Inggris, Amerika Serikat maupun Jepang menerapkan pola gelar serupa. Ada yang sepenuhnya mengutamakan daya hantam, ada pula yang lebih condong mempertebal baja kapal yang berujung membengkaknya bobot kapal dan melorotnya kecepatan. Sebaliknya ada pula yang lebih mengutamakan kelincahan kapal bermanuver. Sampai akhir pengabdian battleship pada Perang Teluk I, persoalan pilihan performa ini tidak pernah selesai.

Perang Teluk I (1990-91) merupakan kali terakhir umat manusia menyaksikan aksi battleship. Memang dentuman meriam yang mampu merontokkan jantung seperti duel battleship di Midway sudah berkurang. Sebaliknya dua battleship kelas Iowa yang dikerahkan Amerika Serikat sudah dimodernisasi untuk mengusung rudal jelajah BGM-109 Tomahawk dan rudal antikapal Harpoon. Salah satu kapal, USS Missouri (satu lagi USS Wisconsin), nyaris tersengat rudal antikapal Silkworm yang dilepas Irak.

Battleship adalah monster laut, benar-benar monster laut sebelum era kapal induk mulai menguasai samudera. Hanya saja karena berbagai sebab yang komplek, kehadirannya di samudera lebih banyak menimbulkan musibah. Sejumlah kapal tempur ini terbukti tidak mampu membela dirinya ketika lusinan torpedo dan aksi harakiri (kamikaze) pilot-pilot Jepang menghujam jantung battleship. Tubuhnya jebol di banyak tempat, api membakar ruang mesin, dan ribuan personel mengawakinya terkubur di dasar samudera.

Lepas dari sejarah gemilang yang pernah dilakoninya dan usia pengabdiannya yang relatif singkat, kehadiran battleship pastilah tidak akan pernah terlupakan. Bails dari sisi peperangan maupun dari sisi teknologi galangan kapal saat itu yang mampu mewujudkan battleship. Kami yakin, diskusi Anda bersama sejawat pasti tidak akan pernah selesai.

Bangsa kita memang tidak pernah memiliki battleship, meski lautan kita pernah dijadikan ajang duel battleship Jepang dan Amerika Serikat. Namun dari segi sosok, mungkin para sesepuh TNI AL bisa berbagi cerita ketika mengoperasikan kapal penjelajah KRI Irian. Seiring kuatnya AURI di era itu, kehadiran KRI Irian akhirnya menjadi momok yang menakutkan bagi negara manapun di kawasan Asia Tenggara maupun Pasifik Barat yang ingin “main-main” dengan Indonesia. Selamat menikmati sajian pertama edisi special COMMANDO ini. Mudah dicerna serta penuh dengan foto-foto fantastik dan lusinan ilustrasi. Kami jamin Anda puas.

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/ Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "War Machine Series: Battleships & Battlecruisers"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments