Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Seorang perwira tinggi Marinir TNI AL pernah mengatakan kepada COMMANDO, bahwa dari pengalaman pribadinya sniper yang terbaik itu adalah .308 alias 7,62mm. “Point fifty (.50) terlalu besar dan tidak efektif,” ujarnya. Pendapat ini tentu tidak salah. Karena dari pengalaman TNI, heavy sniper rifle .50 memang tergolong arsenal baru. Sepengetahuan redaksi, baru pada era 2000-an beberapa pasukan khusus TNI mulai mengadopsi senapan sniper berat.

Edisi War Machine Series Commando, 22 Nov 2008
Edisi War Machine Series Commando


Selain itu kontur permukaan Bumi di Indonesia yang tidak rata serta didominasi vegetasi, menjadi tidak efektif untuk penggelaran sniper berat. fika dicarikan benang merahnya dengan perkembangan di mancanegara, sebenarnya tidaklah telat telat amat bagi TNI mengakuisisi sniper berat. Pasalnya popularitas monster senyap satu ini baru mendunia pasta Perang Teluk I.


Adalah pasukan khusus AS Delta Force dan SAS Inggris yang dipercaya menggunakan M82A1 di Irak pada 1990. Tugas mereka sangat spesifik, yaitu disusupkan ke padang gurun Irak menggunakan helikopter untuk kemudian memburu rudal Scud (Scud hunting). Ketangguhan tembakan tunggal jarak jauh .50 lah yang jadi peneguh hati USSOCOM hingga akhirnya merestui mini perburuan ini. Ketika akhirnya AS kembali menginvasi Irak dan Afghanistan, M82A1 kembali menjadi primadona.

Satuan-satuan khusus dibekah senapan sniper berat untuk melumpuhkan target-target penting dan berbahaya dari jarak jauh tanpa musuh sempat menyadari atau membalas. Melihat sejarah kelahirannya, .50 memang awalnya disulap dari senapan antimaterial (antitank) kaliber besar antara 14,5mm hingga 20mm. Jerman yang seperti sudah ditakdirkan sebagai negara pelopor dalam teknologi kemiliteran kembali menjadi rujukkan awal. Pabrikan Mauser lalu menciptakan M1918 kaliber 13mm, senjata antitank khusus untuk melumpuhkan tank-tank Inggris generasi pertama yang memiliki lapisan baja tipis.

Sebaliknya jadi senjata makan tuan ketika senapan jenis ini jatuh ke tangan kelompok bersenjata. Di Afghanistan dan Irlandia Utara, diyakini masih beredar senapan sniper berat standar angkatan bersenjata saat ini yaitu Barrett M82A1. sejarah beredarnya senapan ini di Afghanistan talc lepas dari campur tangan badan intelijen AS CIA yang memasok 25 M82A1 kepada para pejuang Afghanistan. Sebaliknya di Irlandia Utara, pejuang IRA (Irish Republican Army) dengan mudahnya memperoleh M82A1 pada tahun 1986 di Chicago ketika senjata ini belum populer. Sang pengirim, Martin Quigley, memang akhirnya tertangkap oleh FBI. Namun segelintir M82A1 dan dua pucuk M90 sudah keburu lolos ke Irlandia. Inggris sampai harus mengirim SAS guna memburu tim pembunuh senyap IRA yang dijuluki Cullyhanna ini.

Hanya saja dengan bobotnya yang super berat untuk dijadikan senjata, individu, memang tidak mudah untuk menggelar sniper berat di medan operasi. Beratnya saja berkisar antara 13-17 kg. Sosoknya juga boron dengan panjang total bisa mencapai 1.700mm alias setinggi pria dewasa. “Idealnya memang untuk target yang sudah pasti,” ujar Letkol Mar Supriyono, Komandan Batalion IPAM 2, Marinir, Cilandak. Nah, di edisi ini Anda akan menemukan semua jawaban yang tersirat maupun tidak tersirat dari penjelasan di atas. Mulai dari sejarah kelahirannya, kisah-kisah dari medan operasi, cara-cara penggunaannya, metode-metode pelatihan, jenis-jenis amunisinya, ragam senapan sniper berat, serta info-info lainnya yang pasti menarik. seperti edisi pertama War Machine Series, kami berharap sajian kali ini bisa memuaskan keingintahuan Anda. Selamat menikmati.

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/ Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "0.50 CAL, Long Range Sniper Rifle"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments