Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Perang di Asia
,
Perang Saudara
Dong Zhuo lahir di daerah barat laut Cina, tepatnya di Lintao di daerah lembah barat. Sebagai gubernur He Dong, Dong Zhuo sangat sombong dan berlebihan. Tetapi hari dimana dia memperlakukan Liu Bei dengan kasar dapat saja menjadi hari terakhirnya, jika saja Liu Bei dan Guan Yu tidak menahan Zhang Fei yang sedang marah.
"Ingat, dia adalah pejabat pemerintah yang diangkat Kerajaan,” kata Liu Bei. "Siapakah kita sehingga dapat memutuskan dan menghukum beliau ?"
"Sangat memuakkan untuk menerima perintah dari mem3kakkan seperti dia, aku lebih baik membunuhnya sekarang! Kau boleh tinggal di sini bila kau mau tapi aku lebih baik mencari tempat lain." kata Zhang Fei.
"Kita bertiga adalah satu dalam kematian dan dalam hidup, tidak ada perpisahan diantara kita, kita semua akan selalu bersama." Balas Liu Bei.
Akhirnya ketiga saudara itu berangkat dan pergi menemui Zhu Jun yang menerima mereka dengan baik dan berterima kasih atas bantuan yang mereka telah berikan ketika melawan Zhang Ba. Pada saat ini Cao Cao telah bergabung dengan Huangfu Song, dan mereka sedang berusaha menghancurkan pasukan Zhang Liang dalam pertempuran di Quyang.
Zhang Ba memimpin sekitar 80.000 pasukan. Pemberontak telah memposisikan pasukannya di belakang bukit. Penyerangan terhadap posisi pemberontak kemudian direncanakan dan Liu Bei yang akan memimpin pasukan utama. Salah seorang jenderal pasukan Zhang Ba dari pasukan pemberontak yang bernamaGao Seng menantang duel satu lawan satu. Zhang Fei langsung keluar dari barisan dan maju ke depan menghadapinya. Hanya dalam beberapa jurus saja, Zhang Fei berhasil melukai Gao Seng yang terpental dari kudanya. Melihat ini maka Liu Bei langsung memerintahkan pasukannya untuk menyerbu maju.
Lalu Zhang Ba yang duduk diatas kudanya, melepaskan ikat rambutnya, mengambil pedangnya dan merapalkan semacam doa. Tiba-tiba, angin mulai berhembus dengan kuatnya, petir menghiasi langit dan kilatan-kilatan cahaya dari langit menghantam bumi, bunyi gemuruh yang m3m3kakkan telinga membuat kuda-kuda ketakutan dan dari langit turun awan hitam yang menutupi medan peperangan. Ketakutan melanda pasukan kerajaan, Liu Bei memimpin pasukannya mundur, tetapi mereka dalam keadaan kacau sehingga banyak yang tewas karena terinjak-injak.
Zhu Jun dan Liu Bei pun membahas masalah ini.
"Zhang Ba menggunakan sihir,” kata Zhu Jun. "Esok, aku akan menyiapkan penangkal dengan menggunakan darah b4b1 dan kambing. Darah ini harus dipercikan kepada pasukan mereka dan kita akan dapat mematahkan sihir mereka."
Maka diputuskanlah demikian. Guan Yu dan Zhang Fei masing-masing membawa 1000 pasukan dan bersembunyi di tebing yang tinggi dan mereka membawa banyak darah b4b1 dan kambing. Keesokan harinya ketika pemberontak membunyikan genderang perangnya untuk menantang perang, Liu Bei maju menghadapi mereka. Pada saat yang sama, Zhang Ba kembali menggunakan sihirnya. Pasir beterbangan menutupi pandangan, kerikil berserakan menutupi jalan, awan gelap menutupi langit dan pasukan musuh muncul dari balik pasir itu. Liu Bei mundur seperti sebelumnya, dan pasukan pemberontak terus mengejarnya. Ketika pasukan pemberontak memasuki jalan dengan tebing tinggi, tiba dikejutkan oleh bunyi terompet dan genderang yang keras, dan dari tempat persembunyiannya, pasukan Guan Yu dan Zhang Fei memercikan darah b4b1 dan kambing. Tiba-tiba pasukan pemberontak yang muncul dari balik badai itu berjatuhan dan berubah menjadi lembaran kertas dan badai pun berhenti.
Zhang Ba yang melihat bahwa sihirnya telah dapat dihancurkan lalu memutuskan mundur. Ketika pasukannya sedang mundur, dari arah kiri dan kanannya muncul Guan Yu dan Zhang Fei dan dari belakang ada Liu Bei dan Zhu Jun. Pasukan pemberontak berhasil dihancurkan. Liu Bei dari kejauhan melihat panji-panji perang Zhang Ba sang penguasa bumi. Dengan cepat Liu Bei mengejarnya dan dengan panah berhasil melukai tangan kiri Zhang Ba. Walaupun terluka Zhang Ba masih dapat melarikan diri ke kota Yangcheng. Kota itu akhirnya dikepung oleh Zhu Jun.
Pengintai yang dikirim untuk mendapatkan kabar dari pasukan Huangfu Song melaporkan bahwa Jenderal Huangfu Song melakukan tugasnya dengan baik, Dong Zhuo yang telah sering kalah posisinya telah digantikan oleh Jenderal Huangfu Song. Zhang Jiao telah tewas di tangan pasukan Huangfu Song. Zhang Liang telah mengambil alih pasukan saudaranya itu menjadi satu dengan pasukannya tetapi tidak ada peluang untuk mengalahkan pasukan Huangfu Song yang telah menguasai tempat-tempat strategis dan telah menang dalam tujuh pertempuran berturut-turut. Zhang Liang telah tewas di Quyang. Selain itu peti mati Zhang Jiao telah berhasil direbut. Kepalanya telah dipenggal dan telah dikirim ke ibukota, Luoyang untuk diekspos. Pasukan pemberontak lainnya telah menyerah dan untuk semua hal ini Huangfu song telah diberikan penghargaan dengan jabatan Jenderal Pemimpin Pasukan Kereta Terbang dan Penguasa Daerah Jizhou.
Huangfu Song juga tidak melupakan teman. Titah pertama setelah dia mendapatkan kekuasaanya adalah untuk membersihkan nama Lu Zhi dan mengembalikan jabatannya yang diambil Dong Zhuo dan mengangkat Cao Cao sebagai gubernur Ji Nan.
Mendengar hal ini Zhu Jun menekan lebih keras dengan menyerang hebat kota Yangcheng dan kekalahan tentara pemberontak sudah semakin jelas. Lalu salah seorang bawahan Zhang Ba, Yan Zheng membunuh atasannya itu dan membawa kepalanya untuk diserahkan kepada pasukan kerajaan. Akhirnya seluruh pemberontak telah menyerah dan Zhu Jun melaporkan hal ini pada kerajaan.
Tetapi ada beberapa pemberontak Jubah Kuning yang masih memimpin perlawanan. Tiga pemberontak lain, Zhao Hong, Han Zhong dan Sun Zhong, mengumpulkan 30.000 pasukan dan memulai perampokan dan pembantaian. Mereka menyebut dirinya "Pembalas Dendam Bagi Zhang Jiao".
Kerajaan memerintahkan Zhu Jun untuk membawa pasukan veterannya untuk menghancurkan sisa-sisa perlawanan pemberontak ini. Dia segera langsung berangkat menuju kota Wan Cheng di mana para pemberontak itu bermarkas. Ketika Zhu Jun tiba, Han Zhong langsung maju melawan. Zhu Jun mengirim Liu Bei dan kedua saudaranya untuk menyerang sisi sebelah barat daya dari tembok kota. Han Zhong bertugas untuk mempertahankan kota berusaha mati-matian melawan Liu Bei. Sementara itu Zhu Jun sendiri memimpin 2000 pasukan berkuda untuk menyerang bagian lain dari kota itu. Pemberontak berpikir bahwa mereka tidak akan dapat mempertahankan kota itu mulai kehilangan semangat. Liu Bei terus menekan mereka dan akhirnya kota berhasil dimasuki. Para pemberontak masih dapat bertahan di pertahanan dalam kota. Tetapi keadaan mereka sudah sangat parah, kelaparan terjadi dan wabah penyakit menyebar. Utusan pemberontak datang kepada Zhu Jun untuk menyerah, tetapi Zhu Jun menolaknya.
Kata Liu Bei,"Dengan melihat pendiri dinasti Han Liu Bang, bukankah harusnya kita menerima mereka yang menyerah, kenapa anda menolaknya ?"
"Kondisinya sudah berbeda,” balas Zhu Jun. "Ketika masa itu kekacauan memang sedang terjadi dimana-mana, dan rakyat tidak mempunyai kaisar. Jadi setiap penyerahan diri dapat diterima dan dianjurkan. Sekarang kekaisaran telah ada dan mereka berani memberontak. Kalau kita menerima mereka maka nanti akan ada pemberontakan-pemberontakan lainnya dan ketika mereka kalah mereka hanya tinggal menyerah dan kita pasti akan menerimanya dan hal itu akan berakibat fatal."
Liu Bei berkata, "Jika tidak membiarkan pemberontak menyerah tidak apa, tetapi jika mereka melakukan tindakan nekat, maka kita akan berada dalam kesulitan karena jumlah mereka sangat banyak. Lebih baik kita serang dari satu sisi dan biarkan sisi yang lain terbuka sehingga mereka akan melarikan diri dan tercerai berai, setelah itu kita akan dengan mudah menangkap mereka."
Zhu Jun menilai saran ini sangat bagus dan mengikutinya. Seperti telah diduga, tentara pemberontak ini akhirnya terpencar-pencar. Pimpinan pemberontak, Han Zhong akhirnya terbunuh. Tetapi tiba-tiba pasukan yang dipimpin oleh Zhao Hong dan Sun Zhong mendekat dengan kekuatan besar. Dan karena itu pasukan kerajaan menghentikan pengejaran. Pasukan pemberontak yang baru itu akhirnya merebut kembali kota Wan Cheng.
Zhu Jun berkemah 3 mil dari kota dan bersiap-siap untuk menyerang. Dan pada saat itu tiba pasukan berkuda dari arah timur. Pemimpinnya adalah seorang jendral dengan muka dan badan yang kekar. Namanya adalah Sun Jian. Dia berasal dari Fu Chun di negara bagian Wu. Keturunan dari ahli strategi yang terkenal Sun Tzu.
Bersambung...
Sumber:
Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para Pemimpin by Michael C. Tang
http://forum.detik.com/showthread.php?t=23593
Artikel Lainnya:
No Response to "Romance of Three Kingdoms: Zhang Fei Memukul Petugas Kerajaan; He Jin Menyusun Rencana untuk Menyingkirkan 10 Kasim Istana (5)"
Posting Komentar