Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Perang di Asia
,
Perang Saudara
Pertempuran berlangsung hingga fajar menyingsing, Zhang Ba dan Zhang Lian beserta sekelompok kecil pemberontak berhasil melarikan diri. Tetapi tiba-tiba di hadapan mereka muncul sekelompok tentara dengan bendera berwarna merah. Pemimpin mereka berukuran tubuh sedang, dengan mata yang kecil dan janggut yang panjang. Dia adalah Cao Cao dari Bei Juo, dia berpangkat jendral pasukan berkuda kerajaan. Ayahnya adalah Cao Song, tapi bukanlah benar-benar keturunan keluarga Cao. Cao Song terlahir dgn marga Xiaohou, tetapi dia telah diangkat anak oleh Kasim Cao Teng dan merubah marganya.
Sebagai seorang pemuda Cao Cao menggemari berburu, musik dan tarian. Dia sangat berbakat dan penuh dengan akal. Seorang pamannya sering melihat Cao Cao ini sangat labil, terkadang marah kepadanya dan melaporkan perilaku buruknya kepada orang tuanya. Ayahnya lalu memarahi Cao Cao.
Tetapi Cao Cao membalasnya. Suatu hari ketika Cao Cao melihat pamannya datang, maka dia tiba-tiba pura-pura terjatuh dan kesakitan. Sang Paman lalu lari dan mengatakan pada ayahnya yang akhirnya datang melihat, tetapi ketika ayahnya datang Cao Cao baik-baik saja.
"Tetapi pamanmu berkata bahwa kau terluka, apakah kamu baik-baik saja ?" Kata ayahnya.
"Aku tidak pernah mengalami luka apapun," kata Cao Cao. " Tetapi aku telah kehilangan kepercayaan pamanku dan dia hanya menipumu."
Setelah itu apapun yang pamannya katakan mengenai kesalahan Cao Cao, ayahnya tidak pernah mendengarkannya lagi. Akhirnya Cao Cao tumbuh dewasa dengan seenaknya dan tidak terkontrol.
Seorang pria pada saat itu bernama Qiao Xuan berkata pada Cao Cao, "Pemberontakan sudah di depan mata, dan hanya orang dengan kemampuan terhebat yang dapat membawa perdamaian kembali muncul, dan orang itu adalah kau."
Dan He Yong dari NanYang berkata kepadanya, "Dinasti Han sedang mengalami keruntuhan, orang yang dapat mengembalikan kedamaian adalah dia dan hanya dia."
Cao Cao pergi ke Runan untuk menanyakan mengenai masa depannya pada orang bernama Xu Shao.
"Orang seperti apakah aku ini ?" tanya Cao Cao.
Peramal itu tidak berkata apa, lagi dan lagi Cao Cao menanyakan hal itu.
Lalu Xu Shou menjawab, "Dalam masa damai kamu adalah orang berguna, dalam masa kekacauan kamu adalah pahlawan yang hebat."
Cao Cao sangat senang mendengar jawaban ini.
Cao Cao lulus dari akademi militer pada umur 20 tahun dan mendapatkan reputasi sebagai orang yang berintegritas. Dia memulai karir sebagai kepala komandan di sebuah distrik di ibukota. Di keempat gerbang ibu kota dia menaruh gada dengan berbagai bentuk dan dia akan menghukum orang yang melanggar hukum apapun pangkat orang itu. Seorang paman dari kasim Jian Shuo ditemukan membawa pedang dijalanan pada malam hari dan itu merupakan pelanggaran. Karena itu pula maka ia dihukum dengan dipukul menggunakan gada itu. Setelah itu tidak ada seorangpun yang berani melanggar aturan lagi. Nama Cao Cao akhirnya menjadi terkenal dan dia diangkat menjadi kepala pengadilan di Dun Qiu.
Ketika pemberontakan Jubah Kuning dimulai, Cao Cao berpangkat jendral dan kepadanya diberikan 5000 pasukan berkuda dan infantri untuk bertempur di Yingchuan. Dia kebetulan bertemu dengan sisa-sisa pemberontak. Ribuan tewas dan banyak sekali kuda, drum, senjata, bendera yang berhasil direbut berikut jumlah uang yang sangat besar. Tetapi Zhang Ba dan Zhang Liang berhasil melarikan diri. Dan setelah bertemu dengan Huangfu Song, Cao Cao mengejar sisa pemberontak yang melarikan diri.
Sementara itu Liu Bei dan saudaranya sedang berkuda menuju Yingchuan ketika mereka mendengar bunyi pertempuran dan melihat api diangkasa. Tetapi mereka terlambat datang ke pertempuran. Mereka melihat HuangFu Song dan Zhu Jun dan kepada mereka Liu Bei menjelaskan maksud kedatangannya.
"Kekuatan pemberontak telah hancur disini." kata dua jendral itu, "Tetapi mereka pasti akan pergi ke Guanzhong untuk bergabung dengan Zhang Jue. Kamu tidak dapat melakukan apapun disini, lebih baik kamu cepat kembali ke Guanzhong."
Liu Bei akhirnya memimpin pasukannya kembali ke Guanzhong, Di tengah perjalanan mereka melihat pasukan istana sedang mengawal tawanan dalam kereta. Ketika mereka mendekat, mereka melihat bahwa tahanan tersebut adalah Lu Zhi, jendral yang akan mereka tolong. Dengan cepat Liu Bei turun dari kudanya dan bertanya apa yang terjadi.
Lu Zhi Bercerita, "Aku telah mengepung tentara pemberontak dan dalam posisi siap menghancurkan mereka, ketika Zhang Yue menggunakan ilmu gaibnya dan menggagalkan seranganku. Kerajaan mengirimkan kasim Zhuo Feng untuk menyelidiki kekalahanku, pejabat itu menuntut sogokan. Aku beritahukan padanya berapa keras kita mencoba untuk mengalahkan musuh dan dalam situasi seperti ini bagaimana caranya aku dapat mencarikan upeti untuknya. Dia pergi dengan marah dan melaporkan pada istana bahwa aku menyembunyikan pampasan perang dan tidak membagikannya dan itu membuat pasukanku kehilangan semangat. Jadi aku digantikan oleh Dong Zhuo sementara aku harus pergi ke ibu kota untuk menjawab tuntutan pengadilan."
Cerita itu membuat Zhang Fei marah dan nyaris saja dia membunuh para pengawal-pengawal kerajaan itu. Tapi Liu Bei mencegahnya.
"Pemerintah akan mengurusnya dengan adil." kata Liu Bei, "Kau jangan bertindak gegabah."
Akhirnya tidak ada gunanya mengikuti jalan itu menuju Guanzhong, Guan Yu mengusulkan agar mereka kembali ke Zhuo. Dua hari kemudian gelegar peperangan kembali terdengar dibalik bukit. Dengan cepat mereka menuju atas bukit dan melihat tentara pemerintah mengalami kekalahan. Mereka melihat seluruh dataran telah dipenuhi tentara pemberontak jubah kuning dan di bendera mereka tertulis : ZHANG JUE, PENGUASA LANGIT.
"Kita akan menyerang Zhang Jue!" kata Liu Bei kepada saudaranya, dan mereka memacu kudanya untuk ikut bertempur.
Zhang Jue berhasil mengalahkan pasukan Dong Zhuo dan terus menekan. Dia sedang bersemangat untuk menghancurkan seluruh pasukan pemerintah ketika tentara Liu Bei tiba. Pasukannya kebingungan karena muncul pasukan yang tak dikenal di tengah-tengah mereka. Akhirnya pasukan Zhang Jue kacau dan mundur sejauh 15 km. Liu Bei berhasil menyelamatkan jendral pasukan pemerintah dan kembali ke perkemahan mereka.
"Apakah jabatanmu ?" tanya Dong Zhuo.
"Tidak ada." jawab Lie Bei.
Dong Zhuo memperlakukan mereka dengan tidak hormat. Liu Bei pergi dengan tenang, tetapi Zhang Fei marah besar.
"Kita baru saja menyelamatkan nyawanya dalam pertempuran yang sengit !!" teriak Zhang Fei, "Dan sekarang dia bersikap kasar pada kita! tidak ada apapun juga yang dapat meredam kemarahanku kecuali kematiannya!"
Zhang Fei berjalan menuju tenda Dong Zhuo dan di tangannya dia mengenggam sebilah pedang.
Bersambung...
Sumber:
Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para Pemimpin by Michael C. Tang
http://forum.detik.com/showthread.php?t=23593
Artikel Lainnya:
No Response to "Romance of Three Kingdoms: Sumpah Setia di Hadapan Pohon Persik, Penumpasan Pemberontakan Jubah Kuning (4)"
Posting Komentar