Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
Pada bulan ke-8 tahun 265, penguasa kerajaan Wei, Sima Zhao mendadak wafat karena sakit, dan digantikan oleh putranya yang bernama Sima Yan. Pada bulan ke-12, Sima Yan menganulir kekuasaan kaisar boneka, Wei Yuan Di, dan menobatkan dirinya sendiri sebagai kaisar Jin Wu Di dan nama negara pun ia ubah menjadi Jin dengan ibu kota Luo Yang.
Dan semenjak saat itu, situasi 3 kerajaan (Samkok) yang saling berperang kini hanya tersisa kerajaan Jin Barat dan Wu Timur yang saling berhadapan di utara dan selatan Tiongkok (sementara kerajaan Shu sudah runtuh terlebih dahulu. Secara geografis Jin menguasai wilayah utara sungai Yangtse dan sebagian wilayah barat Tiongkok, sedangkan Wu menguasai wilayah selatan sungai Yangtse dan sebagian wilayah timur Tiongkok).
Keunggulan pasukan Dong Wu terletak pada pasukan maritimnya yang tangguh, ditambah lagi dengan pertahanan alami sungai Yangtse, sehingga hal itu menjadi alasan mengapa klan Sima tidak berani gegabah. Mereka berkonsolidasi dulu secara internal, melakukan penghapusan hukum yang terlalu keras, mengurangi pajak pertanian dan masa bertugas wajib militer bagi rakyat jelata, memperbaiki dan membangun irigasi, guna memperkuat ekonomi dan infrastruktur dasar dalam negeri.
Terhadap pihak luar, mereka memperlakukan secara istimewa para tentara musuh yang menyerah dan mengutus duta perdamaian ke negeri Wu, untuk mengelabui pihak lawan agar tidak memobilisasi perangkat perangnya. Negeri Dong Wu yang tengah berada di bawah sorotan musuh besar, malah tidak peka terhadap situasi. Sun Hao yang menjadi raja Wu, gemar mengumbar nafsu birahi, mabuk-mabukan serta memerintah tanpa konsep, sehingga negeri Wu ibarat “Uang tabungan tidak sampai 1 tahun dan semua ternak di rumah mandul”. Dan pemerintahannya malah terlebih kacau lagi.
Pada 269, kaisar Jin Wu mengangkat Yang Hu sebagai gubernur militer provinsi Jing Zhou sekaligus sebagai jenderal besar yang mengotaki penyerangan ke Wu, dan bercokol di Xiang Yang (Xiang Fan - propinsi Hu Bei kini) yang strategis. Wei Ao mengepalai propinsi Qing Zhou dan bercokol di Lin Zi (Lin Zi Bei - kini propinsi Shandong). Sedangkan Sima Zhou mengepalai propinsi Xu Zhou dan bertahan di Xia Pi (kini tenggara kabupaten Pi propinsi Jiang Su), tempat-tempat strategis tersebut sebagai pangkalan untuk mempersiapkan invasi ke negeri Wu.
Pada 272, Sima Yan secara rahasia memerintahkan Wang Jun, seorang pejabat tinggi di Yi Zhou, untuk membangun kapal besar yang panjangnya 120 langkah yang dapat memuat sekitar 2.000 orang. Dilihat dari jauh, kapal tersebut bagaikan sebuah kota yang terbuat dari kayu yang mengapung di atas sungai, sehingga konon kuda pun dapat berlarian di atas kapal itu. Selain itu, Wang juga diam-diam ditugaskan untuk melatih sebuah divisi maritim yang kuat untuk menerapkan strategi “mengikuti arus”, dan Dong Wu sebagai musuh imajiner.
Lu Kang, jendral besar Dong Wu mendeteksi niat Jin untuk memusnahkan Wu, maka ia pun dengan berani mengestimasi pasukan Jin kemungkinan akan turun mengikuti arus dari arah hulu sungai Yangtse, sehingga ia berkali-kali memperingatkan Sun Hao junjungannya, dan mengajukan penambahan kekuatan pasukan di 2 tempat strategis. Akan tetapi Sun Hao memandang enteng kerajaan Jin dan sama sekali tidak mau berwaspada. Ia beranggapan Dong Wu dapat dengan tenang mengandalkan pertahanan alami sungai Yangtse.
Bahkan pejabat tinggi di Jiang Ping yakni Wu Yan setelah menemukan sisa material kayu dalam jumlah besar yang berasal dari pembangunan armada negeri Jin yang hanyut ke arah hilir sungai Yangtse, segera bergegas melapor kepada sang raja dengan harapan pasukan bala bantuan bisa segera dikirim ke Jian Ping untuk mencegah musuh melakukan serangan melalui sungai. Namun Sun Hao tetap tidak hirau. Dan tak lama kemudian, Lu Kang meninggal dengan perasaan cemas, sehingga semenjak saat itu di dalam negeri Wu tidak terdapat lagi jenderal besar yang cakap, yang mampu berkonfrontasi dengan pihak Jin.
Pada 279, Sima Yan memimpin pasukan besar mulai menginvasi Dong Wu. Pasukan yang berjumlah 200.000 tentara terbagi atas 6 jalur, melakukan penyerangan sesuai dengan rencana peperangan yang telah dibuat oleh Yang Hu semasa masih hidup dengan dipimpin oleh panglima Jia Cong dan wakilnya Yang Ji. Penyerbuan dari 6 arah itu, bertujuan agar dapat secepatnya memotong koneksitas pasukan Wu dan menghancurkannya.
Pada bulan pertama tahun 280, pasukan Jin telah tiba di sekitar wilayah sungai Heng dan mengancam Jian Ye, ibu kota Wu. Sun Hao kalang kabut dan memerintahkan perdana menteri Zhang Ti, jenderal Chen Ying, Sun Zhen dan lainnya, membawa 30.000 tentara untuk menyambut serangan tersebut. Pada akhirnya Dong Wu kalah besar, Zhang Ti, Chen Ying dan Sun Zhen tewas terbunuh, sehingga membuat gempar seluruh negeri Wu.
Pada bulan kedua, pasukan Jin merebut Dan Yang (bagian timur Zi, kini propinsi Hu Bei) dan mengancam celah Xi Ling. Pasukan Wu memasang perangkap rantai besi di dalam sungai yang dilengkapi dengan palu besi, dengan tujuan menghadang kemajuan pasukan Jin, namun dibiarkan tanpa penjagaan tentara. Pasukan Jin mampu mengatasinya dengan membuat puluhan rakit besar yang di atasnya terikat tegak orang-orangan dari rumput, dan pembukaan jalannya diarahkah oleh para tentara maritim. Palu-palu besi itu begitu terbentur dengan rakit langsung tersangkut dan hanyut terbawa rakit, kemudian mereka menggunakan api besar untuk melumerkan rantai besi dan ternyata dengan mudahnya dapat menghapus perangkap hambatan yang dipasang oleh Dong Wu. Penyerbuan pun tak dapat dibendung lagi.
Bulan ketiga, Wang Jun, jenderal Jin, memimpin pasukannya menyerbu San Shan. Sun Hao masih berupaya melawan, akan tetapi bala tentara Wu begitu melihat bendera musuh langsung menyerah dan kalah tanpa perlawanan. Sun Hao berpikir untuk mengirim lagi 20.000 pasukannya untuk melakukan perlawanan, namun hampir semuanya dari mereka melakukan desersi sebelum diberangkatkan ke medan laga. Dan sampai di sini, negeri Wu sudah tidak mempunyai lagi pasukan untuk bertahan.
Semua jalur pasukan Jin tiba di Jian Ye dan segera mengepungnya. Menurut ketentuan Sima Yan, saat itu pasukan Jin yang berada di bawah komando Wang Jun, seharusnya dialihkan di bawah komando Wang Hun. Akan tetapi berhubung pasukan Wang Hun belum lengkap, sementara Wang Jun juga harus menghentikan pergerakan pasukannya, sehingga Wang Jun akhirnya mengabaikan perintah dan pada tanggal 15 bulan ketiga, pasukannya mendobrak kota Jian Ye, yang akhirnya berhasil membuat Sun Hao menyerah. Dengan demikian musnah sudah negeri Dong Wu. Perang Jin yang menghancurkan Wu telah berhasil mempersatukan seluruh negeri, sekaligus telah mengakhiri situasi tercerai berainya negeri Tiongkok sejak masa 3 kerajaan (Samkok). (Shu Ping / The Epoch Times / whs)
Sumber: http://www.epochtimes.co.id
Artikel Lainnya:
1 Response to Perang yang Mengubah Sejarah Tiongkok: Kerajaan Jin Memusnahkan Wu
Artikel yang menarik... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi sebuah wawancara dengan Pu Yi, Kaisar terakhir Tiongkok, di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/09/wawancara-dengan-pu-yi.html
Posting Komentar