Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Perang di Indonesia
Oleh: Sri Purwati
Upaya Perundingan dan Pengakhiran Pertempuran
Sejak tanggal 4 Januari 1947 di Kota Palembang telah menerima kedatangan Kapten A.M. Thalib, utusan Panglima Divisi II Bambang Utoyo, yang mengabarkan tentang keinginan Mollinger untuk berunding. Ternyata Gubernur Muda telah menerima berita dari Jakarta lewat telegram yang diterima oleh pemancar darurat dibawah pimpinan Herry Salim, bahwa akan datang ke Palembang secepatnya Dokter Adnan Kapau Gani sebagai utusan pemerintah pusat untuk melakukan perundingan gencatan senjata dengan pihak Belanda.
Perundingan yang dilakukan oleh pihak RI dikarenakan ada kepentingan strategis dengan alasan, pertama, mencegah korban lebih banyak; kedua, kita perlu mengadakan konsolidasi kekuatan kembali; ketiga, dari segi politis akan membelikan gambaran kepada dunia internasional bahwa RI cinta perdamaian, sekaligus menegaskan bahwa pemerintah pusatnya dipatuhi oleh daerah-daerah.
Perhitungan yang melandasi untuk berunding dari pihak RI adalah berdasarkan :
Pertama, perjuangan kemerdekaan akan memakan waktu cukup lama, mungkin bertahun-tahun.
Kedua, hampir 60% pasukan RI di Sumatera Selatan berada di Kota Palembang, bila sampai bertempur habis-habisan akan memperlemah kekuatan pada masa selanjutnya.
Setelah itu, ditetapkan tiga orang delegasi yang akan melakukan penjajakan perundingan. Mereka adalah dr. M. Isa, Gubernur Muda Sumatera Selatan yang mewakili Pemerintahan Sipil; Mayor M. Rasyad Nawawi, Kepala Staf Divisi Garuda II yang mewakili pasukan-pasukan dari Komando Pertempuran dan Komisaris Besar Polisi Mursoda, yang mewakili Kepolisian (Parikesit, 1995 : 69).
Perundingan antara RI – Belanda dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 1947 di Rumah Sakit Charitas. Formasi delegasi pun ditambah dengan Kolonel Bambang Utoyo, Komandan Divisi Garuda II, yang ditunjuk sebagai Ketua dan Mayor Laut A.R. Saroingsong. Pertemuan dengan pihak Belanda sebenarnya telah mereka nanti-nantikan, sebab posisi Belanda benar-benar terjepit dan belum bisa mengadakan link up. Mereka masih terkurung dalam kubu per kubu yang terpisah satu sama lainnya
Dalam perundingan tersebut pihak Belanda menuntut Kota palembang dikosongkan dari seluruh Pasukan TRI. Namun hal itu ditolak oleh delegasi RI. Pihak RI bersedia menarik TRI dan Lasykar dari kota, tapi ALRI, Kepolisian dan Pemerintahan Sipil tetap berada di dalam kota. Dengan alasan bahwa ALRI tidak mempunyai hubungan dengan Angkatan Darat. Adapun maksud tersembunyi adalah pasukan ALRI yang tinggal di kota Palembang akan menjadi penghubung dan mata-mata, disamping polisi dan Pemerintahan Sipil, guna mengawasi kegiatan Belanda.
Akhirnya pertempuran Lima Hari Lima Malam diakhiri dengan gencatan senjata (cease fire) antara kedua belah pihak, dimana TRI/ lasykar harus keluar dari Kota Palembang sejauh 20 Kilometer kecuali Pemerintahan Sipil RI dan ALRI masih tetap berada di dalam kota. Sedangkan pos-pos Belanda hanya boleh sejauh 14 km dari pusat kota. Jalan raya di dalam kota dijaga pasukan Belanda dengan rentang wilayah 3 km ke kiri dan kanan jalan. Hasil perundingan ini selanjutnya segera disampaikan ke markas besar TRI di Yogyakarta.
Kesimpulan
Pertempuran Lima Hari Lima Malam merupakan upaya yang dilakukan oleh Pasukan TRI, lasykar dan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan di Kota Palembang. Dalam pertempuran itu, pihak lawan menguasai udara dan perairan (air and sea superioritary). Karena superioritas itulah mereka dapat bertahan dan disinilah pula terletak kelemahan kita serta tidak mempunyai perhubungan yang modern.
Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang merupakan pertempuran tiga matra dan perang terbesar dan terlengkap yang pertama kali kita alami. Namun pihak kita hingga akhir pertempuran masih dapat bertahan berkat semangat pengorbanan jiwa, jihad dan patriotisme yang besar dari para pejuang dan rakyat.
Tamat
Oleh: Sri Purwati
Sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=615743&page=28
Artikel Lainnya:
No Response to "Upaya Menghadapi Serangan Belanda pada Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang (3)"
Posting Komentar