Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
Pemerintahan Obama meyakinkan Israel bahwa proses konversi materi nuklir menjadi senjata setidaknya membutuhkan waktu satu tahun, demikian dilaporkan kantor berita New York Times.
Surat kabar itu mengutip keterangan dari para pejabat Gedung Putih yang mengaku yakin bahwa perkiraan itu memperkecil kemungkinan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran sepanjang tahun depan.
Israel yang banyak diyakini menyimpan senjata nuklir, mengisyaratkan kemungkinan serangan militer sebagai jalan terakhir untuk memusnahkan fasilitas yang memungkinkan Iran membuat bom.
Amerika Serikat, Uni Eropa dan Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi kepada Iran terkait program nuklir yang dicurigai Barat bertujuan untuk mengembangkan bom atom.
"Menurut perkiraan kami, mereka (Iran) memiliki waktu setahun," kata Gary Samore, penasihat utama Presiden Obama mengenai isu-isu nuklir, ia merujuk pada pertanyaan berapa lama waktu yang dibutuhkan Iran untuk mengubah sisa cadangan uraniumnya yang telah diperkaya dalam kadar rendah menjadi materi nuklir setingkat senjata.
Para pejabat AS dan Israel kini tahu bahwa Iran masih belum mendekati tahanan put dalam waktu sesegera mungkin, demikian dikutip New York Times dari para pejabat pemerintahan yang merahasiakan nama mereka.
Awal pekan ini, mantan utusan AS untuk PBB, John Bolton mengatakan kepada Fox Business Network bahwa kecil kemungkinan Israel menyerang reaktor nuklir Bushehr.
Ia menambahkan bahwa fasilitas nuklir yang dibangun Rusia dan akan segera dioperasikan tersebut merupakan sebuah langkah besar menuju ambisi senjata nuklir Iran.
Intelijen Israel menyatakan bahwa Iran bisa saja mengembangkan bom dalam waktu beberapa bulan, sementara intelijen AS sebelumnya yakin bahwa untuk melakukan itu dibutuhkan waktu lebih lama.
Minggu lalu, Rusia mengatakan bahwa pihaknya akan mulai mengisi bahan bakar nuklir ke dalam reaktor yang menggerakkan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Iran pada tanggal 21/07.
Langkah yang tak dapat ditarik kembali tersebut menandai mulai dioperasikannya reaktor Bushehr setelah sempat tertunda 40 tahun.
Pada 1995 Rusia menyetujui pembangunan reaktor Bushehr di sebuah lokasi proyek yang dimulai tahun 1970-an oleh perusahaan Jerman Siemens. Tapi, penundaan demi penundaan dialami proyek mahal tersebut. Para diplomat mengatakan bahwa Moskow menggunakan proyek itu untuk mendongkrak hubungan dengan Teheran.
Meski AS mengkritik rencana tersebut, kepala bidang nuklir Rusia mengatakan bahwa dibukanya pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Iran tersebut akan memperlihatkan bahwa Iran berkeinginan menggunakan energi nuklir secara damai di bawah pengawasan internasional.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Sergei Kriryenko mengatakan bahwa pembukaan reaktor nuklir Bushehr juga akan menunjukkan bahwa Rusia memenuhi kewajibannya.
Rusia menandatangani kontrak senilai $1 miliar untuk membangun pembangkit nuklir tersebut pada tahun 1995, namun penyelesaiannya selalu tertunda.
Menunda proyek tersebut terus membuat Rusia memiliki pengaruh demham Iran dalam upaya internasional untuk memaksa negara tersebut menghentikan pengayaan uranium, sebuah program yang diklaim Iran diperlukan untuk menghasilkan bahan bakar untuk jaringan reaktornya.
Agustus tahun lalu, Israel mendesak Rusia membatalkan penjualan peluru kendali kepada Iran.
"Presiden Medvedev berjanji akan mempertimbangkan kembali penjualan S-300s karena akan memengaruhi keseimbangan di Timur Tengah," ujar Presiden Shimon Peres.
Israel dan AS khawatir Iran akan menggunakan rudal itu untuk melindungi fasilitas nuklirnya – termasuk pabrik pengayaan uranium di Natanz atau reaktor nuklir pertama negara itu, yang sedang diselesaikan pengerjaannya oleh pekerja Rusia di Busherhr. Rudal itu akan membuat serangan militer ke fasilitas Iran semakin sulit. (dn/hz/sm)
Sumber: http://suaramedia.com
Artikel Lainnya:
No Response to "AS: Senjata Nuklir Iran Masih Setahun Lagi"
Posting Komentar