Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Mengatasi Gerakan Dewan Garuda

Permasalahan ketimpangan Pusat - Daerah menuai protes sejumlah perwira di Sumatera dan terbentuklah Dewan Gajah di Sumatera Utara Dewan Banteng di Sumatera Tengah serta Dewan Garuda di Sumatera Bagian Selatan. Tahap awal yang terjadi adalah Dewan Garuda melatih kedisiplinan untuk membantu pembangunan dengan anggota pemuda dari PSI, MASYUMI dan sebagian dari mliter.

Gerakan ini ternyata tercium oleh MBAD atas laporan dari Lettu Sainan Sagiman yang kelanjutanya adalah pada April 1957 Asisten I MBAD Letkol. Achmad Sukendro mengeluarkan perintah kepada Komandan Resimen V Mayor Djuhartono untuk menangkap perwira TT. II/SRIWIJAYA termasuk Panglimanya Letkol Burlian.

Apa yang terjadi ternyata diluar kehendak MBAD, malahan Panglima TT. II/SRIWIJAYA memerintahkan menangkap Komandan Resimen V dengan menggerakan pasukan dari KMKB. Hal ini mengakibatkan Mayor Djuhartono membawa pasukanya ke Talang Betutu dalam rangka mengamankan diri. KKMB (Garnisun) segera memerintahkan Lettu. Sainan Sagiman, dan dibantu oleh skuadron-skuadron panser pimpinan Lettu. Faisol dan Satu Batalyon Penuh Infrantri pimpinan Kapten. Abdulla yang bersama-sama untuk memimpin pasukan serta meminta penyerahan diri Mayor Djuhartono dan pasukan yang ternyata ditanggapi dingin oleh Mayor Djuhartono.

Mayor Riacudu segera mengambil usulan untuk menempuh jalur diplomasi mengingat kawan dan lawan adalah sesama mantan pejuang kemerdekaan dengan usulan-usulan :

* Semua pasukan siap ditempat dan tidak boleh bergerak
* Tidak ada sebutir peluru ditembakkan
* KSAD dibenarkan mendarat di Talang Betutu

Peristiwa semakin rumit dengan mendaratnya tiga fligh Dakota yang membawa Pasukan RPKAD di talang betutu. Mengingat kondisi yang rumit Mayor Nawawi segera diperintahkan untuk membawa pasukan dalam jumlah besar mengepung Talang Betutu. Untunglah sebelum front terbuka, Ketengan mulai mencair ketika jalur diplomasi dari TT. II/SRIWIJAYA yang dipimpin oleh Mayor Kastubi mencapai kesepakatan dengan dihadiri oleh Kolonel A.Yani dan Kolonel Ibnu Sutowo sebagai utusan KSAD. Peristiwa ini sangat menggemparkan dan dikenal dengan peristiwa "Djuhartono".

Setelah dimutasikanya Djuhartono dan disetujuinya tidak ada released ke media massa tentang peristiwa ini, tiba-tiba terdengar issu bahwa akan adanya serangan dari pusat terhadap daerah dan penangkapan tokoh-tokoh pergerakan daerah dari kalangan mliter. Hal ini mengakibatkan ketersinggungan unsur TT. II/SRIWIJAYA dan mensiagakan seluruh kekuatan mliter yang ada.

Untunglah sebelum situasi bertambah panas Lettu Sainan Sagiman diperintahkan untuk mengkonsolidasi dan mengkoordinasikan dengan Panglima Sumatera Tengah Letkol A. Husain, Panglima Sumatera Utara Letkol. Djamin Ginting serta Panglima Aceh Letkol Syamaun Gaharu agar memberikan dukungan kepada TT. II/SRIWIJAYA meyakinkan MBAD masalah Sumatera Selatan dibawa ketingkat pusat dan tidak perlu dengan pengerahan kekuatan mliter. Usulan ini didukung secara penuh oleh ketiga panglima wilayah sumatera dengan tujuan mencegah pertempuran sesama kekuatan NKRI.

Penumpasan PRRI

Yon E berangkat ke Jambi dan Bengkulu dipimpin oleh kapten Win Tamawawi sukses menumpas gerombolan dan kehilangan satu orang anggota Serka Ito Tusnawan di front Muara Tebo yang berlangsung pada September 1958 s/d Mei 1959

Para Tokoh PRRI di Sumatera Barat
Sedangkan Yon A yang ikut melaksanakan operasi sadar yang dipimpin oleh Kolonel Ibnu Sutowo berhasil membersihkan pengaruh PRRI pada unsur perwira di wilayah TT.II/SRIWIJAYA. Hasil gemilang diperoleh oleh Yon C TT.II/SRIWIJAYA pimpinan Mayor Sai Sohar yang berhasil merampas 100 pucuk senjata dan menewaskan 250 orang musuh difront bengkulu, dengan kerugian gugur 10 orang personil.

Pada 8 Juli 1959 Ki-II Yon E (Bangka) dipimpin oleh Lettu Sukoco menumpas PRRI di Sekayu dan kemudian dibantu oleh pasukan Ki-I pimpinan Kapten Yusuf Rosadi. Sedangkan Yon B melaksanakan operasi di sektor IV/V dipimpin oleh Mayor Suratmi dan Kapten Pratelo.

Hasil gemilang diperoleh oleh Yon A (Yonif 141) yang berhasil menawan sejumlah besar pejuang yang menjadi pengikut Mayor Nawawi dkk yang terlibat dalam PRRI. Kemudian pada Oktober 1961 Yon C (Yon 144) bertugas menumpas PRRI diwilayah Air Hitam pendopo dengan pimpinan Kapten Z.A. Sikin dan Mayor Usman dengan keberhasilan menewaskan 28 orang musuh dan merebut 16 pucuk senjata. Operasi terus berlanjut terutama di sekayu oleh pasukan dari Yon D Ki-II dan Ki-III.

Untuk mencegah perluasan pengaruh gerakan dari Mayor Nawawi dkk dalam PRRI yang mengusung semangat ketidakpuasan atas timpangnya pembangunan antara Pusat - Daerah. KSAD memerintahkan dijalankanya Operasi Sadar dibawah pimpinan Kolonel Ibnu Sutowo dengan bantuan Kastaf TT II/SRIWIJAYA Letnal Kolonel Harun Sohar dan Komandan Resimen V. Letnan Kolonel Ryacudu.

Langkah awal yang dilakukan adalah membekukan kekuasaan Panglima TT. II/SRIWIJAYA Letkol Barlian dan diganti dengan Letkol Harun Sohar dan kemudian dibentuk komando-komando operasi dengan daerah :

Komando Resimen V sebagai ujung tombak dengan tiga sektor :

* Sektor I Berdiskolakasi di Sungai Penuh
* Sektor II Berdislokasi di Jambi
* Sektor III Berdislokasi di Curup

Dibantu oleh Resimen VI sebagai Cop-II untuk cadangan dan Komandan KMKB di Palembang sebagai Cop-III.

Pasukan Mayor Nawawi Cs terus diburu dan dikepung dari segala penjuru serta diputuskan kontaknya dengan Syafruddin Prawira Negara selaku presiden PRRI yang berkedudukan di Padang. Sayangnya pasukan Nawawi dalam jumlah yang tidak sedikit dan merupakan mantan pejuang kemerdekaan berhasil melewati kepungan untuk bergabung dengan pasukan Letkol Husain Cs di Padang

Namun Gerakan PRRI di wilayah Sumatera Bagian Selatan sendiri praktis beku dan dibuat tak berdaya oleh tindakan taktis dari Resimen V yang dilanjutkan dengan pengejaran dan pembersihan diwilayah Banyu Asin terhadap pasukan Mayor Nawawi Cs. Untuk operasi pengejaran dibentuklah gugus intelejen dibawah pimpinan Mayor Sainan Sagiman. Kondisi semakin sulit setelah pasukan dari Mayor A. Kori yang berkedudukan di sekayu bergabung dengan pasukan Mayor Nawawi Cs. Melihat akibat yang begitu luas pertempuran terbuka dalam jumlah besar antar sesama mantan pejuang kemerdekaan akhirnya MBAD mengutus Kolonel Sabirin Muchtar untuk mengusahakan Mayor Nawawi, Mayor A Kori, dan perwira lainya berikut pasukan mereka kembali kepangkuan Ibu pertiwi.

Untuk tugas ini diminta bantuan ulama sepuh Sumatera Selatan Kyai. Haji Kiagus Rasyid Siddiq yang sangat dihormati kedua pimpinan utama PRRI ini dibantu oleh Kyai Haji Kiagus Muhammad Zen. Akhirnya Mayor Nawawi dan lain-lain perwira yang ikut andil dalam gerakan PRRI beserta pasukan takluk dibawah jalur diplomasi dan bersedia menandatangani kembali kepangkuan NKRI dengan dihadiri oleh KSAD. Jendral Abdul Haris Nasution, Panglima TT. II/SRIWIJAYA Kolonel Harun Sohar, Gubernur Achmad Bastari, Sainan Sagiman, Wahab Sarobu dan Ulama serta tokoh masyarakat Sumatera Bagian Selatan.

Sumber: http://www.kodam-ii-sriwijaya.mil.id/index.php?module=content&id=72
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Pergolakan-pergolakan Internal di Sumatera"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments