Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
VIVAnews - Laman WikiLeaks mengungkapkan bocoran ratusan ribu memo diplomatik dari berbagai kedutaan besar Amerika Serikat (AS) di mancanegara, termasuk dari Jakarta. Namun, Indonesia tidak perlu menunjukkan sikap yang reaktif atas muatan informasi itu, yang diklaim WikiLeaks banyak bersifat rahasia.
Demikian menurut seorang pengamat isu internasional, F.X. Baskara Wardaya. "Kita tidak perlu sampai reaktif dalam menyikapi bocoran dari WikiLeaks, yang disinyalir juga memuat memo dari Kedubes AS di Indonesia," kata Baskara saat dihubungi VIVAnews, Rabu 1 Desember 2010.
"Bila langsung reaktif, malah bisa menjadi bahan tertawaan karena valid tidaknya dokumen perlu dibuktikan," lanjut Baskara, pengajar sejarah di Universitas Sanata Darma dan Gajah Mada.
Wikileaks mengungkapkan bahwa satu set lengkap dokumen itu terdiri dari 251.287 memo diplomatik dan terdiri dari 261.276.536 kata. "Ini tujuh kali lebih banyak dari 'The Iraq War Logs,' yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya," tulis Wikileaks.
Satu set dokumen itu menghimpun laporan kawat diplomatik dari tanggal 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010. Kumpulan data berasal dari 274 Kedubes, konsulat, dan kantor misi diplomatik AS di mancanegara. Harian Inggris yang memuat secara khusus bocoran WikiLeaks, The Guardian, mendata bahwa 3.059 memo berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta.
Hingga kini belum semua bocoran memo dimuat, termasuk yang dari Jakarta. Baskara juga mengatakan saat ini sulit untuk mengakses dokumentasi memo-memo rahasia perwakilan AS di Indonesia langsung dari laman WikiLeaks.
Namun, menurut Baskara, belum tentu isi memo diplomatik yang bocor itu mengandung konotasi yang negatif atas Indonesia.
"Seberapa besar dampaknya bagi Indonesia itu tergantung pada siapa dan topik apa yang disinggung dalam pesan-pesan itu. Bisa saja melaporkan isu lain," kata Baskara, penulis buku "Membongkar Supersemar! Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno" (2007).
Menurut dia, bocoran WikiLeaks itu mengandung dua makna, baik yang positif maupun negatif. Pada sisi positif, publik punya hak untuk tahu. "Namun sisi negatifnya, bila bocoran informasi itu benar, maka akan merugikan isu maupun kesepakatan yang masih berlangsung antara Amerika Serikat dengan negara-negara lain," kata Baskara.
Yang jelas, menurut dia, gebrakan dari WikiLeaks itu jelas bakal mempengaruhi tatanan internasional. "Ini bisa mengubah situasi hubungan diplomatik AS dan negara-negara lain, salah satunya di Timur Tengah setelah bocoran WikiLeaks itu mengungkap sikap negara-negara Arab atas Iran," kata Baskara.
• VIVAnews
Demikian menurut seorang pengamat isu internasional, F.X. Baskara Wardaya. "Kita tidak perlu sampai reaktif dalam menyikapi bocoran dari WikiLeaks, yang disinyalir juga memuat memo dari Kedubes AS di Indonesia," kata Baskara saat dihubungi VIVAnews, Rabu 1 Desember 2010.
"Bila langsung reaktif, malah bisa menjadi bahan tertawaan karena valid tidaknya dokumen perlu dibuktikan," lanjut Baskara, pengajar sejarah di Universitas Sanata Darma dan Gajah Mada.
Wikileaks mengungkapkan bahwa satu set lengkap dokumen itu terdiri dari 251.287 memo diplomatik dan terdiri dari 261.276.536 kata. "Ini tujuh kali lebih banyak dari 'The Iraq War Logs,' yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya," tulis Wikileaks.
Satu set dokumen itu menghimpun laporan kawat diplomatik dari tanggal 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010. Kumpulan data berasal dari 274 Kedubes, konsulat, dan kantor misi diplomatik AS di mancanegara. Harian Inggris yang memuat secara khusus bocoran WikiLeaks, The Guardian, mendata bahwa 3.059 memo berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta.
Hingga kini belum semua bocoran memo dimuat, termasuk yang dari Jakarta. Baskara juga mengatakan saat ini sulit untuk mengakses dokumentasi memo-memo rahasia perwakilan AS di Indonesia langsung dari laman WikiLeaks.
Namun, menurut Baskara, belum tentu isi memo diplomatik yang bocor itu mengandung konotasi yang negatif atas Indonesia.
"Seberapa besar dampaknya bagi Indonesia itu tergantung pada siapa dan topik apa yang disinggung dalam pesan-pesan itu. Bisa saja melaporkan isu lain," kata Baskara, penulis buku "Membongkar Supersemar! Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno" (2007).
Menurut dia, bocoran WikiLeaks itu mengandung dua makna, baik yang positif maupun negatif. Pada sisi positif, publik punya hak untuk tahu. "Namun sisi negatifnya, bila bocoran informasi itu benar, maka akan merugikan isu maupun kesepakatan yang masih berlangsung antara Amerika Serikat dengan negara-negara lain," kata Baskara.
Yang jelas, menurut dia, gebrakan dari WikiLeaks itu jelas bakal mempengaruhi tatanan internasional. "Ini bisa mengubah situasi hubungan diplomatik AS dan negara-negara lain, salah satunya di Timur Tengah setelah bocoran WikiLeaks itu mengungkap sikap negara-negara Arab atas Iran," kata Baskara.
• VIVAnews
Artikel Lainnya:
No Response to "Indonesia Tidak Perlu Reaktif Atas Bocoran WikiLeaks"
Posting Komentar