Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
VIVAnews - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mulai melakukan investigasi atas dimuatnya sejumlah informasi oleh laman WikiLeaks, yang diduga merupakan bocoran dokumen rahasia pemerintah Negeri Paman Sam. Bagi Washington, pembocoran maupun publikasi dokumen rahasia bisa mengundang bahaya dan mengancam keamanan.
Hillary Clinton saat diwawancara stasiun televisi Turki
(AP Photo/Osman Orsal, Pool)
Menurut harian USA Today, Jaksa Agung Eric Holder mengatakan pihak berwenang telah melakukan investigasi atas masalah itu. "Ini bukan untuk menakut-nakuti," kata Holder, Senin 29 November 2010. Menurut dia, siapapun yang melanggar hukum Amerika harus bertanggung jawab.
Namun, Holder menolak menjelaskan apakah WikiLeaks sudah menunjukkan indikasi melakukan perbuatan kriminal. Yang jelas, menurut dia, pengungkapkan dokumen yang bersifat sensitif ke media publik bisa mengancam keamanan diplomat dan pejabat AS.
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, pastinya, merasa prihatin atas pemuatan informasi yang bersifat sensitif ke ranah publik. "Pengungkapkan informasi ini tidak hanya menyerang kepentingan luar negeri Amerika, namun juga menyerang komunitas internasional, baik yang berbentuk aliansi dan kemitraan, percakapan dan negosiasi yang menegakkan keamanan global dan kemakmuran ekonomi," kata Clinton.
"Ini juga membuat hidup banyak orang dalam bahaya, mengancam keamanan nasional kita dan merendahkan upaya-upaya kita untuk bekerjasama dengan negara-negara lain dalam memecahkan masalah bersama," lanjut Clinton seperti yang dikutip kantor berita Associated Press.
Sementara itu Departemen Pertahanan menginstruksikan seluruh jajaran untuk memperketat keamanan internal, di antaranya melarang adanya perangkat flash-drive di dalam kantor karena bisa digunakan untuk menyalin data dari jaringan komputer.
WikiLeaks mulai mengunggah (upload) dokumentasi rahasia berupa bocoran komunikasi diplomatik pemerintah AS dengan pejabat negara-negara lain sejak Minggu, 28 November 2010.
Bocoran laporan itu membuat AS resah, namun pengelola laman itu tetap tidak peduli. Bagi mereka, pengungkapan itu menunjukkan bahwa sikap AS dan sekutu-sekutunya tidaklah seperti yang selalu muncul di publik.
Wikileaks mengungkapkan bahwa satu set lengkap dokumen itu terdiri dari 251.287 data dan terdiri dari 261.276.536 kata. "Ini tujuh kali lebih banyak dari 'The Iraq War Logs,' yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya," tulis Wikileaks.
Lima media massa utama internasional, Minggu 28 November 2010, juga mempublikasikan sejumlah bocoran informasi yang disebarkan laman WikiLeaks. Mereka yaitu New York Times (AS), Guardian (Inggris), Der Spiegel (Jerman), Le Monde (Prancis) and El Pais (Spanyol).
Namun, Mahmoud Ahmadinejad tidak percaya kalau rentetan informasi yang dipublikasikan WikiLeaks itu merupakan "bocoran." Presiden Iran itu malah menganggap Washington sengaja "melepas" informasi-informasi tersebut secara terorganisir. (umi)
• VIVAnews
Hillary Clinton saat diwawancara stasiun televisi Turki
(AP Photo/Osman Orsal, Pool)
Menurut harian USA Today, Jaksa Agung Eric Holder mengatakan pihak berwenang telah melakukan investigasi atas masalah itu. "Ini bukan untuk menakut-nakuti," kata Holder, Senin 29 November 2010. Menurut dia, siapapun yang melanggar hukum Amerika harus bertanggung jawab.
Namun, Holder menolak menjelaskan apakah WikiLeaks sudah menunjukkan indikasi melakukan perbuatan kriminal. Yang jelas, menurut dia, pengungkapkan dokumen yang bersifat sensitif ke media publik bisa mengancam keamanan diplomat dan pejabat AS.
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, pastinya, merasa prihatin atas pemuatan informasi yang bersifat sensitif ke ranah publik. "Pengungkapkan informasi ini tidak hanya menyerang kepentingan luar negeri Amerika, namun juga menyerang komunitas internasional, baik yang berbentuk aliansi dan kemitraan, percakapan dan negosiasi yang menegakkan keamanan global dan kemakmuran ekonomi," kata Clinton.
"Ini juga membuat hidup banyak orang dalam bahaya, mengancam keamanan nasional kita dan merendahkan upaya-upaya kita untuk bekerjasama dengan negara-negara lain dalam memecahkan masalah bersama," lanjut Clinton seperti yang dikutip kantor berita Associated Press.
Sementara itu Departemen Pertahanan menginstruksikan seluruh jajaran untuk memperketat keamanan internal, di antaranya melarang adanya perangkat flash-drive di dalam kantor karena bisa digunakan untuk menyalin data dari jaringan komputer.
WikiLeaks mulai mengunggah (upload) dokumentasi rahasia berupa bocoran komunikasi diplomatik pemerintah AS dengan pejabat negara-negara lain sejak Minggu, 28 November 2010.
Bocoran laporan itu membuat AS resah, namun pengelola laman itu tetap tidak peduli. Bagi mereka, pengungkapan itu menunjukkan bahwa sikap AS dan sekutu-sekutunya tidaklah seperti yang selalu muncul di publik.
Wikileaks mengungkapkan bahwa satu set lengkap dokumen itu terdiri dari 251.287 data dan terdiri dari 261.276.536 kata. "Ini tujuh kali lebih banyak dari 'The Iraq War Logs,' yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya," tulis Wikileaks.
Lima media massa utama internasional, Minggu 28 November 2010, juga mempublikasikan sejumlah bocoran informasi yang disebarkan laman WikiLeaks. Mereka yaitu New York Times (AS), Guardian (Inggris), Der Spiegel (Jerman), Le Monde (Prancis) and El Pais (Spanyol).
Namun, Mahmoud Ahmadinejad tidak percaya kalau rentetan informasi yang dipublikasikan WikiLeaks itu merupakan "bocoran." Presiden Iran itu malah menganggap Washington sengaja "melepas" informasi-informasi tersebut secara terorganisir. (umi)
• VIVAnews
Artikel Lainnya:
No Response to "AS Mulai Investigasi Bocoran WikiLeaks"
Posting Komentar