Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Mengutip static.guim.co.uk, yang bersumber dari WikiLeaks, ada 3.059 dokumen yang disusun Kedutaan Besar AS di Jakarta, yang tentu saja berbicara tentang Indonesia.
Laman ini tidak menyebutkan secara persis isi dan klasifikasi dokumen mengenai Indonesia itu, namun daftar itu termasuk sebuah laporan resmi untuk Kongres AS mengenai Indonesia.
Laporan bertajuk "Congressional Research Service; Report RS21874" yang disusun Bruce Vaughn, analis soal Asia Tenggara dan Asia Selatan dari Divisi Hubungan Luar Negeri, Pertahanan dan Perdagangan ini, mengupas singkat hasil Pemilu 2004 di Indonesia.
Tidak ada yang istimewa dan mengejutkan dari laporan itu, karena memang klasifikasinya dokumen resmi biasa.
Lain halnya dengan dokumen yang berkaitan dengan Prancis, Spanyol, Turki, Kuwait, Yordania, Irak, dan Jepang.
Di Prancis, menurut laman itu, ada 1.582 dokumen sangat rahasia yang dibocorkan WikiLeaks termasuk mengenai Presiden Nicolas Sarkozy, 256 dokumen rahasia, dan 1.937 dokumen resmi biasa.
Untuk Spanyol, WikiLeaks membocorkan 898 dokumen sangat rahasia, 103 dokumen rahasia, dan 2.619 dokumen biasa.
Dokumen sangat rahasia mengenai pandangan, data dan informasi soal Turki menjadi yang terbanyak kedua dibocorkan, setelah Irak.
Mengenai Turki ini, WikiLeaks membocorkan 3.298 dokumen sangat rahasia termasuk mengenai PM Recep Tayyip Erdogan, 577 dokumen rahasia, dan 4.043 dokumen resmi biasa.
Di Irak, dokumen amat rahasia yang dibocorkan sebanyak 4.127, sedangkan yang berkategori rahasia berjumlah 1.158, dan 1.392 untuk dokumen biasa.
Dokumen yang dibocorkan rata-rata bertahun 2004, namun ada juga yang dimulai sejak 2002, seperti mengenai Yordania dan Kuwait.
Dari ratusan ribu dokumen yang dibocorkan itu, 97.080 diantaranya tergolong sangat rahasia (confidential), 75.792 dokumen biasa, 58.095 dokumen hanya untuk internal (official use only), 11.322 dokumen rahasia, 4.678 dokumen sangat rahasia yang tak boleh diakses non AS (Noforn), dan 4.330 dokumen rahasia Noforn.
Dari jumlah itu, 145.222 berkaitan dengan hubungan politik eksternal, 122.954 soal internal pemerintah, 49.016 tentang ekonomi, 28.760 mengenai teroris dan terorisme, 23.857 tentang perdagangan luar negeri, dan 23.054 dokumen tentang intelijen.
Masalah Timor Timur
CRS Report RS20332
East Timor Crisis: US Policy and Options
5 November 1999
*Pemerintahan Bill Clinton menekan RI agar menerima kehadiran pasukan perdamaian internasional di Timor Timur usai jajak pendapat 1999.
*Menghentikan kerja sama militer AS dan Indonesia dan mengancam sanksi lebih keras bila tak mau bekerja sama, mengendalikan milisi, dan memulangkan 200 ribu pengungsi Timor Timur.
*Mendukung keputusan IMF dan Bank Dunia menghentikan bantuan mereka untuk Indonesia.
* Bantuan yang dihapus untuk tahun 2000 antara lain bantuan ekonomi 75 juta dolar AS, Economic Support Funds 5 juta dolar AS dan IMET 400 ribu dolar
Tentang Pemilu 2004
CRS Report RS21874 Analyst in Southeast and South
Asian Affairs 20 Mei 2005
*SBY disebut the thinking general
*Bila Wiranto jadi presiden, hubungan RI dan AS akan sangat rumit karena Kongres AS menaruh perhatian besar pada isu pelanggaran HAM di Timor Timur.
*Suksesnya Pemilu 2004 meneguhkan dominasi partai sekuler, yaitu Golkar, PDIP, dan Partai Demokrat.
Pelatihan Kopassus
Dokumen Joint Combined Exchange Training (JCET) and Human Rights Background and Issues for Congress
26 Januari 1999
*Sejak 1992, Kongres AS memutus program Pelatihan dan Pendidikan Militer Internasional (IMET) untuk Indonesia setelah tragedi Santa Cruz.
* Namun, di bawah program JCET Dephan yang di setujui oleh Deplu, pasukan Baret Hijau AS melatih 60 anggota pasukan khusus TNI di Indonesia yang sebagian besar Kopassus. JCET berdalih pelatihan murni militer meskipun kurikulum latihan perang kota berjudul ‘crowd control’.
*April 1998, anggota Kongres AS menyurati Menteri Pertahanan Cohen Evans yang menyebut program JCET mengakali larangan Kongres. JCET dihentikan 8 Mei 1998.
*ada jaringan terkait terorisme yang dikeluarkan 4 hari sebelum peristiwa bom di Hotel JW Marriott pada 17 Juli 2009 lalu.
sumber(antaranews).
Laman ini tidak menyebutkan secara persis isi dan klasifikasi dokumen mengenai Indonesia itu, namun daftar itu termasuk sebuah laporan resmi untuk Kongres AS mengenai Indonesia.
Laporan bertajuk "Congressional Research Service; Report RS21874" yang disusun Bruce Vaughn, analis soal Asia Tenggara dan Asia Selatan dari Divisi Hubungan Luar Negeri, Pertahanan dan Perdagangan ini, mengupas singkat hasil Pemilu 2004 di Indonesia.
Tidak ada yang istimewa dan mengejutkan dari laporan itu, karena memang klasifikasinya dokumen resmi biasa.
Lain halnya dengan dokumen yang berkaitan dengan Prancis, Spanyol, Turki, Kuwait, Yordania, Irak, dan Jepang.
Di Prancis, menurut laman itu, ada 1.582 dokumen sangat rahasia yang dibocorkan WikiLeaks termasuk mengenai Presiden Nicolas Sarkozy, 256 dokumen rahasia, dan 1.937 dokumen resmi biasa.
Untuk Spanyol, WikiLeaks membocorkan 898 dokumen sangat rahasia, 103 dokumen rahasia, dan 2.619 dokumen biasa.
Dokumen sangat rahasia mengenai pandangan, data dan informasi soal Turki menjadi yang terbanyak kedua dibocorkan, setelah Irak.
Mengenai Turki ini, WikiLeaks membocorkan 3.298 dokumen sangat rahasia termasuk mengenai PM Recep Tayyip Erdogan, 577 dokumen rahasia, dan 4.043 dokumen resmi biasa.
Di Irak, dokumen amat rahasia yang dibocorkan sebanyak 4.127, sedangkan yang berkategori rahasia berjumlah 1.158, dan 1.392 untuk dokumen biasa.
Dokumen yang dibocorkan rata-rata bertahun 2004, namun ada juga yang dimulai sejak 2002, seperti mengenai Yordania dan Kuwait.
Dari ratusan ribu dokumen yang dibocorkan itu, 97.080 diantaranya tergolong sangat rahasia (confidential), 75.792 dokumen biasa, 58.095 dokumen hanya untuk internal (official use only), 11.322 dokumen rahasia, 4.678 dokumen sangat rahasia yang tak boleh diakses non AS (Noforn), dan 4.330 dokumen rahasia Noforn.
Dari jumlah itu, 145.222 berkaitan dengan hubungan politik eksternal, 122.954 soal internal pemerintah, 49.016 tentang ekonomi, 28.760 mengenai teroris dan terorisme, 23.857 tentang perdagangan luar negeri, dan 23.054 dokumen tentang intelijen.
Masalah Timor Timur
CRS Report RS20332
East Timor Crisis: US Policy and Options
5 November 1999
*Pemerintahan Bill Clinton menekan RI agar menerima kehadiran pasukan perdamaian internasional di Timor Timur usai jajak pendapat 1999.
*Menghentikan kerja sama militer AS dan Indonesia dan mengancam sanksi lebih keras bila tak mau bekerja sama, mengendalikan milisi, dan memulangkan 200 ribu pengungsi Timor Timur.
*Mendukung keputusan IMF dan Bank Dunia menghentikan bantuan mereka untuk Indonesia.
* Bantuan yang dihapus untuk tahun 2000 antara lain bantuan ekonomi 75 juta dolar AS, Economic Support Funds 5 juta dolar AS dan IMET 400 ribu dolar
Tentang Pemilu 2004
CRS Report RS21874 Analyst in Southeast and South
Asian Affairs 20 Mei 2005
*SBY disebut the thinking general
*Bila Wiranto jadi presiden, hubungan RI dan AS akan sangat rumit karena Kongres AS menaruh perhatian besar pada isu pelanggaran HAM di Timor Timur.
*Suksesnya Pemilu 2004 meneguhkan dominasi partai sekuler, yaitu Golkar, PDIP, dan Partai Demokrat.
Pelatihan Kopassus
Dokumen Joint Combined Exchange Training (JCET) and Human Rights Background and Issues for Congress
26 Januari 1999
*Sejak 1992, Kongres AS memutus program Pelatihan dan Pendidikan Militer Internasional (IMET) untuk Indonesia setelah tragedi Santa Cruz.
* Namun, di bawah program JCET Dephan yang di setujui oleh Deplu, pasukan Baret Hijau AS melatih 60 anggota pasukan khusus TNI di Indonesia yang sebagian besar Kopassus. JCET berdalih pelatihan murni militer meskipun kurikulum latihan perang kota berjudul ‘crowd control’.
*April 1998, anggota Kongres AS menyurati Menteri Pertahanan Cohen Evans yang menyebut program JCET mengakali larangan Kongres. JCET dihentikan 8 Mei 1998.
*ada jaringan terkait terorisme yang dikeluarkan 4 hari sebelum peristiwa bom di Hotel JW Marriott pada 17 Juli 2009 lalu.
sumber(antaranews).
Artikel Lainnya:
No Response to "3.059 Dokumen Tentang Indonesia Dibocorkan WikiLeaks"
Posting Komentar