Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , , ,
Khalifah Ottoman terakhir, Sultan Hamid II, yang digulingkan oleh sekelompok perwira militer yang dipimpin seorang opsir bernama Kemal Attaturk, dan mengubah Turki menjadi negara Republik sekuler, tahun 1924.

Imperium Ottoman berkuasa selama lebih dari 7 abad. Dengan pengaruhnya yang luas sampai ke jantung Eropa, Balkan, Asia Tengah, dan Asia, serta Timur Tengah. Kemudian dijuluki "Sick man in the Europe".

Sesudah berkuasa di Turki, Kemal Attaturk mengubah negeri itu seluruhnya. Hukum Islam dihapus, Agama Islam direduksi sampai ke titik terendah, nilai-nilai Islam dilarang dalam kehidupan masyarakat, para ulama diasingkan keluar negeri, bahasa Arab dilarang, adzan menggunakan bahasa Turki, simbol-simbol Islam disingkirkan.

Sejak Kemal Attaturk berkuasa terjadi proses sekulerisasi yang hebat dan luar biasa terhadap seluruh kehidupan rakyat Turki. Attaturk yang masih berdarah Yahudi itu, mengganti sistem dan nilai Islam dengan sistem dan nilai sekuler Eropa. Karena itu, sejak runtuhnya Khalifah Ottoman itu, berlangsung proses sekulerisasi yang sangat massif terhadap kehidupan rakyat Turki. Semua yang dilakukan Attaturk itu, bertujuan menghapus nilai-nilai Islam dan sistem Islam dalam kehidupan masyarakat dan rakyat Turki, sampai ke akar-akarnya.

Sekulerisme sudah menjadi sebuah "agama" baru di Turki sejak Kemal Attaturk berkuasa. Tidak boleh dan tidak ada apapun, selain nilai sekuler dalam kehidupan Turki. Sekulerisme menjadi "credo" (aqidah) di dalam kehidupan rakyat Turki, karena secara tegas masuk dalam konstitusi Turki. Hukum, tata nilai, dan segala bentuk aturan yang ada, tidak boleh berlawanan dengan prinsip sekulerisme.

Sekulerisme di Turki memiliki penjaga dan penjamin, yang akan melindungi nilai-nilai itu, khususnya dari setiap ancaman yang ingin menggantinya, yaitu militer. Militer Turki menjadi "garda" paling depan, dan akan bertindak terhadap apa saja, dan siapa saja yang akan mengganti prinsip sekulerisme dengan nilai lainnya. Dari manapun. Karena militer Turki dapat bertindak dengan dasar konstitusi yang ada. Inilah yang memperpanjang umur sekulerisme di Turki.

Maka, sejak lahirnya Republik Turki yang sekuler, yang ada hanyalah entitas politik sekuler, tidak ada yang lain. Semua partai yang berkuasa hanyalah partai-partai sekuler tidak ada yang lain. Partai-partai sekuler dengan dukungan dan penjagaan dari militer, yang akan selalu menjadi pembela dan penjaganya. Semua itu, berlangsung hingga menjelang akhir abad ke 20.

Satu-satunya gerakan yang menyalamatkan rakyat Turki dari kehancurannya, dan tetap melestarikan nilai-nilai dan prinsip Islam, tak lain, gerakan sufi, yang dipimpin seorang ulama sufi, Badi'uzzaman atau Said Nursi. Dengan sembunyi-sembunyi Said Nursi mengajarkan Islam kepada rakyat Turki. Badi'uzzaman alias Said Nursi, menjauhkan diri dari politik, dan tetap mangajarkan Islam dengan caranya.

Kemudian belakangan lahir Gerakan Milli Gurus, yang mirip dengan Gerakan Ikhwan di Mesir, dan berkembang pesat di Turki dan daratan Eropa. Mehmed Sabri yang merupakan keponakan Erbakan menjadi pemimpin Milli Gurus, dan kemudian Sabiha anak Mehmed Sabri menikah dengan seorang tokoh muda Ikhwan, Ibrahim Zayad, yang sekarang menjadi tokoh penting dalam Gerakan Islam di Eropa.

Milli Gurus mempunyai peranan yang sangat penting menghidupkan kembali Islam di Turki, bahkan di daratan Eropa. Kelompok Milli Gurus yang tidak lepas dari peranan Erbakan, kemudian melakukan re-Islamisasi kembali di Turki dan daratan Eropa. Sehingga, tidak menjadi sesuatu yang aneh, bila Turki dan Timur Tengah, sekarang kembali memiliki kedekatan, karena telah memiliki akar dan dasar, yang dibangun oleh entitas Gerakan Islam, di mana antara Ikhwan dan Milli Gurus memiliki kesamaan tujuan dan kemiripan dalam gerakan.

Erbakan kembali ke Turki tahun 1965, sesudah menyelesaikan Phd, di Aachen dibidang Tehnik, kemudian mengajar di Istambul University, di bidang teknik. Kemudian Erbakan menjadi deputi tahun 1969.

Erbakan yang jenius dan ahli membuat tank itu, justru menjadi pemikir dan aktivis, dan selanjutnya mendirikan partai politik. Mungkin Erbakanlah yang pertama kali membidani lahirnya gerakan politik Islam di Turki. Karena, sejak dibangku mahasiswa, ketika kuliah tehnik di Jerman, Erbakan sudah bergelut dengan para aktivitas Islam, dan mempelajari berbagai ideologi, dan pandangan politik, termasuk pemikirannya, yang banyak menyerap dari pemikiran dan ideologi Ikhwan, yang kemudian ditransformasikan melalui Gerakan Milli Gorus.

Pertama kali Erbakan mendirikan partai politik di tahun l978, ketika sudah merasa memiliki kemampuan, dan dukungan yang kuat. Tahun l980, mendirikan Partai Salvation (Partai Penyelamat), sesudah ikut pemilu, dan mendapat suara yang signifikan di parlemen, dibubarkan oleh militer. Sampai Jendral Kenan Evren melakukan kudeta, membubarkan Partai Salvation , dan memasukkan penjara Erbakan, di tahun 1980-1987.

Berikutnya, Erbakan mendirikan Partai Refah, di tahun 1990, dan kemudian mengikuti pemilu tahun 1994, dan memperoleh suara yang mayoritas tipis di parlemen, serta melakukan koalisi dengan Partai Republik, yang dipimpin Tansu Ciller, dan membentuk pemerintahan.

Waktu Erbakan menang pemilu tahun 1994 itu, pertama kali, ia melakukan perayaan besar-besaran di Istambul, memperingati jatuhnya Konstatinopel, dan dihadiri seluruh tokoh Gerakan Islam dari seluruh dunia. Acara itu yang berlangsung di sebuah stadion di Istambul, memvisiualkan kembali, bagaiaman Sultan Mohammad al-Fatih merebut Konstatinopel, yang menjadi pusat imperium Romawi.

Kalau membaca konsep Erbakan dalam membangun Turki menjadi sebuah imperium baru, sangat jelas, dan rinci. Erbakan ingin membuat mata uang sendiri bagi seluruh negara-negara Islam, membuat sistem ekonomi dan perdagangan, membuat sistem kerjasama bidang pertahanan, keamanan dan militer, membuat sistem kerjasama dibidang budaya dan sosial. Konsep itu ditulis dengan komprehensif dan lengkap. Mungkin Erbakan ingin mewujudkan sebuah kekuatan Islam dengan satu sistem, yang banyak ditunggu itu.

Bahkan, Erbakan yang baru berkuasa itu, mempunyai langkah yang sangat luar biasa, di mana ia menginginkan agar Turki keluar dari keanggaotaan Nato, thaun 1995. Sehingga, menciptakan kekawatiran dikalangan anggota Nato dan negara-negara sekutu di Eropa.

Tetapi, semuanya impian itu kandas, karena militer Turki membubarkan pemerintahannya, karena dituduh menyimpang dari prinsip-prinsip sekuler, tahun 1997. Bahkan Partai Refah dilarang, dan Erbakan tidak boleh melakukan aktivitas politik selama 5 tahun. Berakhirkah cita-cita politik Erbakan?

Salah seorang murid Erbakan, ketika berkuasa, yaitu Recep Tayyib Erdogan, kala itu diangkat menjadi walikota Istanbul.

Erdogan tahun 2000 mendirikan partai politik baru, yang diberi nama Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Kemudian ikut pemilu berturut-turut, tahun 2002, menang dengan dukungan suara 37 persen, tahun 2007 naik suaranya menjadi 46,5 persen, dan tahun 2011 menjadi 50,3 persen.

AKP menargetkan mayoritas mutlak, dan ingin mengganti konstitusi Turki, dan mengubah sistem sekuler, tetapi gagal.

Keberhasilan AKP tidak lain, karena langkah-langkah strategis yang dilakukan Erdogan, memperbaiki Turki secara ekonomi dan politik. Langkah yang dilakukannya sangat jelas. Berhasil mengatasi krisis ekonomi, dan sekarang di tengah-tengah krisis global, ekonomi Turki tetap tumbuh, dan inflasi hanya satu digit. Seluruh sektor ekonomi dan perdagangan mengalami kemajuan yang signifiqan. Turki menjadi kekuatan ekonomi keempat di Eropa.

Tetapi, catatan yang paling penting dari semua yang dilakukan Erdogan dan AKP, adalah memasukan militer Turki ke dalam kotak. Militer Turki tidak lagi dapat melakukan intervensi dibidang politik. Inilah pencapaian yang paling penting dalam sejarah politik Turki yang dilakukan oleh Erdogan.

Sekarang militer berada di bawah supremasi sipil. Tidak hanya itu, Erdogan menyeret puluhan jenderal yang akan melakukan kudeta, dan memenjarakannya. Perdana Menteri Turki Erdogan dan Presiden Abdullah Gul, memimpin militer Turki, dan menjadi Ketua Dewan Militer Tertinggi Turki. Berakhirlah supremasi militer Turki yang sudah berlangsung sejak zamannya Kemal Attaturk.

Erdogan dan AKP hanya memanfaatkan demokrasi, dan melakukan perubahan yang lebih luas. Bukan hanya perubahan dalam skala nasional Turki, tetapi yang diinginkan Erdogan perubahan kawasan, dan bahkan perubahan secara global. Karena itu, Turki terus memainkan perananannya secara regional dan global. Langkah-langkah yang dilakukan Erdogan difinitif dan tegas. Pembelaan terhadap dunia Islam dan negeri-negeri Muslim juga sangat tegas.

Tentu, Erdogan belum mampu atau tidak mampu membuat seruan tegaknya Khilafah, Daulah, atau Sistem Syari'ah. Tetapi, perubahan secara gradual terus berjalan, dan nampak sedikit demi sedikit. Termasuk pandangan-pandangannya yang selama ini menjadi sangat tabu, yaitu penggunaan kerudung alias jilbab di Turki. Isterinya Emina, terlibat aktif memperjuangkan agar perempuan Turki bebas menggunakan kerudung.

Kehidupan Islam di Turki terus nampak, dan berkembang dengan pesat. Tidak ada lagi ristriksi pembatasan terhadap rakyatnya. Termasuk bagi mereka yang ingin melaksanakan prinsip-prinsip Islam. Masjid Aya Shopia yang sudah lebih dari 600 tahun ditutup, sekarang dibuka kembali, dan digunakan shalat tarawih selama bulan Ramadhan.

Pernyataan Erdogan yang mengundang kritik, seruannya kepada Mesir dan Tunisia menjadi negara sekuler. Maksudnya, menurut Erdogan, "Negara sekuler tidak mesti rakyatnya harus menganut sistem sekulerisme. Saya misalnya, bukan penganut paham sekulerisme. Tetapi, saya adalah perdana negara sekuler", kata Erdogan.

Situasi mungkin akan sangat berbeda, jika Erdogan saat berkunjung ke Mesir dan Tunisia, menyerukan kepada Mesir dan Tunisia bersama dengan Turki, menegakkan kembali sistem Khilafah, Daulah dan Syari'ah Islam. Mungkin baru sebatas itu, yang dapat dilakukan oleh Erdogan dan Turki, yang mungkin dapat kita maafkan.

Kita menghormati kepada mereka yang penuh pengorbanan, khususnya para syuhada yang berjihad ingin menegakkan sistem Khilafah, Daulah dan Syari'ah, serta mereka yang terus istiqomah dengan jalannya masing-masing ingin mewujdukan cita-citanya itu. Semoga semuanya menjadi amal shalih.

Tetapi, langkah-langkah yang dilakukan Turki dan Erdogan, di tengah-tengah situasi yang sangat penuh dengan ancaman orang-orang kafir, kegagalan, perpecahan, dan kekecawaan, masih ada sosok pribadi, sebagai pemimpin yang dengan sungguh-sungguh melakukan pembelaan dengan cara yang dilakukannya itu.

Mungkin banyak diantara kita yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan Erdogan. Wallahu'alam.

Sumber: http://www.eramuslim.com
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

2 Response to Erdogan Menjadi Khalifah ?

7 Desember 2011 pukul 19.14

Ane berharap Pemimpin Turki Erdogan dan Pemimpin Iran Mahmoud Ahmadinejad dapat bersatu membangun kejayaan Islam, semoga!!

31 Mei 2016 pukul 17.00

mas romi : apa lu kata?????

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments