Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: , ,
Personal marinir AS yang tewas dalam perang
di Korea pada tahun 1950 sedang ditandu rekannya
melintasi lahan persawahan di Korsel
Berhadapan Langsung

Dengan demikian Uni Soviet dan Amerika akan berhadapan langsung di Korea. Namun sayangnya, dalam menentukan pembagian Korea menjadi dua zona tersebut, Gedung Putih kurang memperhitungkan aspirasi rakyat Korea sendiri, atau pun potensi kekacauan internal Korea ketika itu. Padahal selama empat ribu tahun Korea sudah menjadi suatu masyarakat bangsa yang homogen, dengan bahasa, warisan budaya, dan kultur politik yang tunggal. Usaha kejam Jepang selama 40 tahun untuk menghancurkan pola tradisonal bangsa Korea pun terbukti gagal. Dalam hal ini pengetahuan Washington tentang Korea rupanya nihil atau amat minim.

Jika pun di Korea ada yang berubah akibat sistem kolonialisme Jepang yang keras, maka itu disebabkan oleh sistem desentralisasi pemerintahan, industrialisasi, sistem perdagangan dan sebagainya, yang mengakibatkan tercerabutnya penduduk pedesaan. Mereka pindah ke kota-kota, berubah dari petani menjadi buruh, tentara, penambang dan lainlainya. Tetapi meskipun mereka terekspos ke dunia luar, mereka tidaldah pernah terlepas dari akarakarnya.

Tatkala perang usai dan Jepang meninggakan Korea, maka terjadilah kevakuman yang diisi oeh pertarungan internal. Kaum kiri menuntut perubahan fundamental, berhadapan dengan para elit yang berusaha mempertahankan privilese yang mereka kenyam dalam pemerintahan Jepang. Dampaknya adalah semakin berkembangnya gerakan buruh, tani, dan politisi komunis. Kaum nasionalis yang berkoalisi dalam Republik Rakyat Korea (KPR), sebuah organisasi anti-Jepang, gagal menjembatani perbedaan antara mereka yang menganut garis kiri dengan yang kanan. Bahkan KPR sendiri semakin radikal, menuntut penyitaan tanah dan membagikannya kepada kaum tani. Begitu pula industri besar harus dinasionalisasi.

Suasana pertempuran pasukan AS-Korsel saat merebut
Seoul dari tangan pasukan Korut
Tetapi kabar AS juga akan masuk menduduki Korea, membesarkan hati berbagai keldmpok yang merasa terancam oleh gerakan kiri. Mereka lalu mendirikan Partai Demokratik Korea (KDP), yang segera menjadi tumpuan golongan kanan. KDP pun kini berhadapan langsung dengan KPR. Selain kedua faksi besar itu, juga bermunculan faksi-faksi moderat dan revolusioner lainnya, yang masing-masing memiliki aspirasi sendiri-sendiri, baik yang revolusioner maupun yang evolusioner. Tetapi semuanya satu pendapat, yakni kemerdekaan segera negerinya.

Berkembangnya kehendak segera memerdekakan diri itu membuktikan lagi kegagalan Jepang memadamkan nasionalisme bangsa Korea. Bahkan tahun 1919 sekelompok pelarian politik Korea berkumpul di Shanghai, China, membentuk Pemerintah Sementara Korea. Selain di China, berbagai kelompok nasionalis Korea juga bertumbuh di AS dan Soviet. Dua tokoh terkemuka dari gerakan perlawanan itu adalah Dr Syngman Rhee di AS dan Kim Sung-ju alias Kim Il-sung di Soviet. Rhee yang dilahirkan tahun 1875 sejak muda telah berjuang untuk bangsanya. Ia pernah dipenjara karena gerakanya. Bebas dari penjara tahun 1904 dia ke AS dan memperoleh gelar Ph.D. dalam hukum internasional dari Princeton (1910). Kembali ke Korea dia akan ditangkap Jepang karena kegiatannya, sehingga terpaksa lari kembali ke AS. Dia ke China dan diangkat sebagai pemimpin pemerintahan sementara Korea yang dibentuk di Shanghai tahun 1919. Dia dikenal sebagai nasionalis, konservatif, anti-komunis, percaya diri, dan juga ambisius.

Tatkala tentara Amerika mendarat di Korea bulan September 1945, maka seluruh negeri ketika itu telah bersepakat untuk mendapatkan kemerdekaan secepatnya. Syngman Rhee sebagai pejuang kemerdekaan paling senior pun telah bersiap pulang dari AS untuk mengambil alih tampuk pemerintahan Korea merdeka. Namun kenyataan di Korea tidaklah sesederhana itu. Sebab kelompok kiri, kaum komunis dan radikal lainnya telah bergerak, menginginkan kekuasaan pula.

Kegentingan Soviet -AS

Salah satu personel militer menangis dan berusaha
ditenangkan oleh seorang rekannya saat mengetahui
banyak rekannya yang gugur di Pertempuran
(Agustus 1950)
Mereka bergerak lebih cepat dan masuk hingga pedalaman. Karena Kim Il-sung yang pulang ke Korea bersama tentara Soviet yang masuk mendahului tentara Amerika, segera mengonsolidasikan kekuatan politiknya, terutama di utara garis lintang ke-38. Kim yang dilahirkan tahun 1910 adalah seorang pejuang kemerdekaan. Dia bergerilya melawan Jepang sampai kemudian terpaksa lari dan mengungsi ke Uni Soviet, masuk Tentara Merah. Dialah yang dielus-elus Soviet untuk memimpin Korea setelah merdeka. Tetapi seperti halnya AS, sebetulnya perhatian Soviet ke Korea juga tidak besar. Fokus perhatiannya adalah ke Eropa Timur yang betul-betul dijadikan tumpuan pengaruhnya pasca perang.

Karena itu Soviet lebih banyak menyerahkan proses politik di Korea bagian utara kepada orang Korea sendiri yang dipimpin oleh Kim II-sung. Hasilnya pun ternyata baik, karena mereka membentuk komite-komite rakyat sampai pelosok. Akibatnya partisipasi politik di wilayah utara lebih tinggi dari yang dijumpai di selatan. AS pada akhir 1945 pernah mengusulkan pembentukan komisi bersama dengan Soviet guna menyiapkan pemilihan pemerintahan sementara di Korea. Pemilihan ini akan diikti pembentukan perwalian oleh AS, Soviet, Inggris, dan China hingga lima tahun sebelum Korea dberi kemerdekaan dan kedaulatan sepenuhnya. Soviet menyetujui usulan tersebut.

Namun pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan, terutama sulitnya mempersatukan faksi-faksi politik Korea. Di kalangan kiri atau komunis sendiri, Kim Il-sung juga menghadapi saingan dari para kader komunis yang dibina di Yenan, China Berbagai demosntrasi menentang dewan perwalian negara asing muncul di mana-mana. Sementara itu hubungan AS dengan Soviet juga memburuk, yang antara lain dipicu penolakan Washington terhadap permintaan pinjaman dana satu miliar dolar AS oleh Moskwa. Stalin yang marah menegaskan, antara kapitalisme dengan komunisme memang tidak akan pernah kompatibel !
Bersambung...

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan (2)"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments