Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Demokrasi Barat

Apa yang dimaksud dengan demokrasi, dalam bentuk apapun adalah sekularisme. Awalnya, pada abad kedelapan belas, tujuan Illuminati adalah memisahkan agama dari negara, untuk menggantikannya dengan aturan mereka sendiri. Melalui penyebaran propaganda pada abad kedelapan belas, mereka mendiskreditkan kekristenan sebagai sesuatu yang bertentangan dengan temuan ilmu pengetahuan, dan mendefinisikan Gereja Kristen sebagai sebuah organisasi yang penuh dengan korupsi dan keserakahan. Meskipun memang benar bahwa Gereja itu penuh dengan penyalahgunaan, masyarakat Barat diminta untuk memilah sebagaimana pepatah mengatakan:

"Don't empty (throw) baby out with the bathwater, maksudnya ambillah yang baik-baik dan buanglah yang jelek-jelek, karena hierarki eselon atas gereja yang berpikiran politik, maka yang melekat secara kotor itu merupakan penyalahgunaan, bukan ajaran moral atau ibadah umum.

Secara paradoks, sekularisme dari Illuminati tidaklah didasarkan kepada ajaran atheis, akan tetapi kepada ajaran-ajaran okult kuno. Tingkat atas Illuminati adalah Lucifer yang telah "membebaskan" manusia, dia yang menunjukkan kepada mereka prinsip bahwasanya tidak ada hakekat kebenaran. Sebaliknya, semua moralitas semata-mata hanya merupakan konvensi yang diciptakan oleh masyarakat manusia yang membosankan. Bagi mereka, yang ada hanyalah Hasrat, dan oleh karena itu,manusia yang sukses adalah mereka yang mampu mengatasi semua keprihatinan, tidak menghiraukan moralitas, suatu hal yang mencegahnya mencapai apa yang diinginkannya. Atau dengan kata lain, "tujuan menghalalkan cara". Program Illuminati dimulai yang pada abad kedelapan belas, telah mengecilkan arti semua agama sebagai takhayul, dan musuh dari "Kebebasan-Liberty", yaitu kebebasan untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan.

Untuk menanamkan kekaguman dalam pikiran masyarakat Barat yang mudah ditipu dengan prinsip tersebut, sejarah telah ditulis ulang untuk menampilkan negara-negara sekuler modern sebagai puncak keberhasilan yang telah diupayakannya selama berabad-abad dalam perjalanan menuju "Kebebasan-Liberty", yang ditegakkan sebagai karakteristik fundamental dalam mendefinisikan superioritas Dunia Barat atas Dunia Timur di mana "despotisme" seharusnya terus-menerus memerintah. Dalam sejarah ‘Barat', kita diajarkan dari Yunani sampai kepada Kekaisaran Romawi, Renaisans dan akhirnya Pencerahan, dengan para pemikir Eropa telah semakin menjauhkan diri dari "takhayul", atau agama. Puncak keberhasilan ini adalah Revolusi Perancis dan Amerika serta pelaksanaan sistem sekuler mereka yang dipandang sebagai kemenangan "Kebebasan-Liberty".

Pada kenyataannya revolusi-revolusi yang telah disebutkan di atas tidak lain merupakan kudeta yang dilakukan melalui intrik Illuminati. Dan prioritas pertama Illuminati setelah terjadinya revolusi, sebagaimana yang dikemukakan oleh anggota terkemukanya seperti Marquis de Condorcet di Perancis, Johann Fichte di Jerman, dan Thomas Jefferson di Amerika, adalah pembentukan wajib belajar. Orang pertama yang mengartikulasikan kebutuhan dalam menafsirkan sejarah sebagai kemajuan "Kebebasan" adalah profesor Georg Hegel, seorang Jerman dan anggota illuminati.4) Hegel, dengan berdasarkan pemahaman Kabbalah, mengemukakan bahwa sejarah adalah terbukanya sebuah ide, seperti Tuhan mengetahui dirinya sendiri. Bagi Hegel, manusia adalah tuhan, sebagaimana peradaban Barat mengatasi takhayul dan dengan semakin majunya pelaksanaan "Kebebasan."

Namun setelah Perang Dunia I mitologi peradaban Barat Hegel itu baru berdiri secara penuh. Untuk menyelubungi cita-cita strategi imperialnya yang besar, Amerika mempunyai alasan pembenaran untuk memasuki kancah peperangan dengan merepresentasikan dirinya beserta Kekuatan Sekutu sebagai sesama negara anggota dari sebuah peradaban "Barat", dengan memanfaatkan gagasan "Liberty" dan "Kebebasan". Dikenal sebagai Pendidikan Umum, atau Kebudayaan Barat. Penafsiran sejarah Hegel kemudian dipaksakan pada sistem universitas Amerika. Misi itu dapat dicapai berkat pengaruh dua organisasi Illuminati, dewan pengawas bertindak sebagai donatur dari sistem pendidikan, Dewan Pendidikan Umum (the General Board of Education - GBE) yang diberi hak khusus oleh John D. Rockefeller, dan Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching (CFAT).

Seperti diungkapkan oleh William H. McIlhany, dalam The Tax-Exempt Foundations, dari catatan hasil pertemuan mereka, yayasan-yayasan ini bertanya kepada mereka sendiri sebagai berikut: " dengan anggapan anda ingin mengubah kehidupan semua orang, apakah ada cara lain yang dikenal manusia yang lebih efektif selain daripada perang?" Mereka tidak bisa menemukan satupun jawabannya, sehingga membantu mempercepat memicu Perang Dunia I. Setelah Perang Besar, bagaimanapun diakui akan perlunya mempertahankan kendali "mesin diplomatik" Amerika Serikat yang telah mereka capai, yayasan-yayasan menetapkan bahwa "mereka harus mengontrol pendidikan" secara bersama-sama. Seperti dijelaskan William McIlhany, Yayasan Rockefeller dan Carnegie "memutuskan bahwa kunci untuk mengontrol pendidikan, mereka harus mengubah pelajaran sejarah Amerika. Kemudian mereka melakukan pendekatan kepada sejarawan Amerika yang paling menonjol pada waktu itu dengan ide agar mereka mengubah cara menyajikan pelajaran sejarah Amerika."5)

Melalui pengaruh mereka, seluruh sistem pendidikan Amerika dikoordinasikan untuk melayani perintah terpusat. Pengendalian sistem ini dibagi menjadi dua cabang, membagi pelajaran eksakta dan ilmu sosial. Ilmu murni atau ilmu-ilmu terapan untuk melayani tumbuhnya Military-Industrial-Complex, sedangkan ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi, sosiologi, dan antropologi, yang dirancang untuk mempelajari tingkah laku manusia, diarahkan untuk mencapai cara-cara dan sarana untuk mengontrol atau mengubah perilaku manusia. Terakhir, bidang yang tersisa seperti sejarah ilmu politik, adalah untuk menanamkan "penafsiran" sejarah sebagaimana mestinya.

Karena, menurut dewan direksi, "sejarah yang dipelajari atau diajarkan sebagaimana mestinya akan selalu mengingatkan setiap individu akan komunitas yang lebih besar ... kehidupan masyarakat umum dan cita-citanya yang dipandu dan dibangun melalui pengorbanan individu di masa lalu, dan hanya dengan pengorbanan tersebut generasi dewasa ini dapat melakukan perannya dalam kehidupan di dalam masyarakatnya, Negara, dan Bangsa." Dalam buku Universities and the Capitalist State,, Clyde Barrow berkomentar sbb:

Dengan skala penuh penulisan ulang sejarah di bawah pengawasan negara tidak hanya memfasilitasi pembenaran jangka pendek keikutsertaan Amerika dalam perang, akan tetapi juga membantu untuk melembagakan sesuatu yang jauh lebih luas dan lebih permanen lagi mengenai konsepsi ideologis Amerika Serikat dalam ilmu-ilmu sosial dan humanities.6)

Selama Perang Dunia I, rekomendasi pertama kepada para pendidik adalah memperingatkan mereka agar berhati-hati karena mengajarkan kebohongan atau menggunakan informasi palsu merupakan "pandangan keliru terhadap tugas seorang patriotik", yang mungkin dalam jangka panjang akan menjadi kontraproduktif. Rekomendasi ini terus berlanjut dengan memberikan saran terperinci tentang apa yang harus diajarkan, dan bagaimana mengajarkan sejarah yang "benar". Mereka mendesak para guru untuk menekankan perbedaan antara Jerman di satu pihak, dan Perancis, Inggris serta Amerika Serikat di pihak lainnya sebagai pihak-pihak yang bertentangan dalam perjuangan antara despotisme melawan demokrasi. Hal ini sebenarnya merupakan kelanjutan perjuangan revolusioner yang sama untuk Kebebasan -Liberty, yang telah dimulai oleh Amerika pada Revolusi Amerika. Jika Amerika sudah ditakdirkan untuk menyempurnakan demokrasi, saat ini merupakan tanggung jawab Amerika untuk membela demokrasi di mana pun ia terancam dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

Mitos peran Amerika ini dalam pelestarian "demokrasi" dan perjuangannya melawan "depostisme", sekali lagi memaksa ke arah meluasnya Perang Dunia III, atau yang disebut dengan Perang Melawan Teror - War on Terror. Pada akhirnya, menurut Francis Fukuyama, dengan mengacu kepada Hegel, kita berada di "Akhir Sejarah - End of History". Yaitu, kita telah mencapai puncak dari kemajuan intelektual manusia. Kita tidak bisa maju lebih jauh, dan "demokrasi liberal" gaya Barat merupakan produk akhir. Namun, salah satu benteng Abad Pertengahan mencegah langkah terakhir kita untuk maju ke depan: yaitu Islam "militan". Oleh karena itu, menurut Samuel Huntington, sebagaimana untuk pertama kalinya diterbitkan dalam majalah Foreign Affairs Dewan Hubungan Luar Negeri - the Council on Foreign Relations, sebuah kelompok rahasia garis depan dan elusif Illuminati, Barat menuju konfrontasi yang tak terhindarkan dengan Islam, atau Clash of Civilizations.
Tamat

Catatan kaki:

[4] Magee, Glenn Alexander. Hegel and the Hermetic Tradition.
[5] The Tax-Exempt Foundations, Westport, CT: Arlington House, 1980. p. 60-61.
[6] Barrow, Clyde W. Universities and the Capitalist State: Corporate Liberalism and the Reconstruction of American Higher Education. 1894-1928. Madison, Wisconsin: The University of Wisconsin Press, 1990. p. 144.

Oleh: David Livingstone (The Clash of Civilizations)
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info

Sumber: http://www.terrorism-illuminati.com/content/clash-civilizations
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments