Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Protes berlangsung di jalan-jalan Cairo. Mereka menyatakan 25 Januari, sebagasi hari 'Revolusi'. Mereka ingin menjatuhkan Hosni Mubarak yang sudah berkuasa lebih dari 30 tahun. Mubarak yang sudah 'gaek' itu, nampaknya tetap mendapatkan jaminan dan dukungan AS.


Menlu AS, Hillary Rodham Clinton, menyatakan, bahwa Mesir tetap stabil. Inilah bahasa yang diucapkan oleh orang kedua AS, yang nampaknya tetap mendukung Hosni Mubarak. Kejatuhan Mubarak akan menyebabkan terjadi 'tsunami' politik di seluruh Timur Tengah. Mubarak merupakan sekutu utama Israel dan AS. Selama beberapa dekade posisi Mesir, benar-benar menjadi 'penjaga' kepentingan Israel dan AS di Timur Tengah. Mesir menjadi alat Israel dan AS menghadapi kekuatan Islam, yang akan mengancam kepentingan kedua negara itu.

Mesir bukan Tunisia. Mesir memiliki jumlah penduduk 80 juta. Secara geopolitik sangat strategis. Negara yang terbesar penduduknya di Timur Tengah. Bila Mubarak runtuh, maka seluruh kawasan Timur Tengah akan berubah. Mesir menjadi taruhan bagi kepentingan Barat di kawasan itu.

Persoalannya siapa yang akan menggantikan Mubarak? Adakah rezim baru yang dapat menerima kepentingan Israel dan Barat? Ini persoalan kunci. Israel dan AS akan menjaga rezim yang sudah 'gaek' ini, sampai menemukan pengganti, yang diyakini dapat menjaga kepentingannya di kawasan itu. Israel dan Barat tidak akan pernah membiarkan Mesir jatuh ketangan kelompok Islamis. Setidaknya Israel dan AS akan mencari tokoh-tokoh dan kelompok yang moderat, dan dapat menerima kepentingan mereka.

Sebuah kekuatan oposisi terbesar di sepanjang sejarah politik Mesir adalah Ikhwanul Muslimin. Kelompok ini lahir tahun 1928, yang didirikan oleh Hasan al-Banna, dan sekarang telah berkembang di seluruh dunia.

Gerakan ini lekat dengan politik, dan terus berkembang sebagai sebuah gerakan. Tahun 2005 Ikhwan ikut pemilu melalui calon independen, dan mendapatkan suara 20 persen atau 88 kursi di parlemen. Tetapi, pemilu di tahun 2010 yang lalu, Ikhwan tidak mendapatkan satupun kursi, diberangus oleh Mubarak.

Mubarak tidak menginginkan kekuatan oposisi di Mesir ini terus berkembang. Mubarak hanya memberikan 3 persen kursi di parlemen Mesir, bagi kalangan oposisi. Ini sangat tidak mempunyai arti apa-apa. National Democratic Party (NDP), partainya Mubarak menang secara mutlak dalam pemilu parlemen yang lalu, dan menguasai parlemen seluruhnya. Kemenangan NDP sudah di plot, agar transisi kekuasaan yang akan dijalankan Mubarak bisa berjalan mulus. Oposisi harus di depak dari parlemen, agar perubahan politik dapat dijalankan sesuai dengan skenarionya.

Washington seperti yang diucapkan oleh Menlu Hillary, bahwa Mesir stabil selama 30 tahun. Tetapi, Mesir dibawah kendali rezim diktator, yang menolak demokrasi, dan menggunakan aparat militernya, seperti tentara, polisi, dan intelijen menghabisi lawan-lawan politiknya.

Mubarak yang sudah membuat sebuah imperium kekuasaan, parlemen hanyalah sebuah pajangan yang tidak memiliki fungsi apa-apa. Kondisi ini sudah lazim di seluruh duni Arab. Di mana kekuasaan itu, hanya mirip perusahaan pribadi. Partai pemerintah menjadi partai tunggal dan berkuasa mutlak. Kekuasan yudikatif menjadi alat kekuasaan untuk memberangus lawan-lawan politiknya. Jadi stabilitas politik yang diciptakan Mubarak hanyalah bayang-bayang, bukan yang sesungguhnya. Demokrasi yang sejati, adalah sebuah kekuasaan yang bersumber dari rakyat. Dengan jalan pemilihan yang jujur, bebas, dan tanpa intervensi. Di Mesir semua itu tidak ada.

AS dan Barat telah melakukan sikap 'double standard' dengan membiarkan rezim-rezim yang diktator, yang tidak memiliki legitimasi dari rakyatnya. Ini hanya akan menimbulkan ancaman stabilitas di kawasan yang sewaktu-waktu dapat meledak. Tidak ada jaminan yang pasti tentang situasi dan masa depan Mesir, yang sekarang menghadapi situasi yang mirip seperti Tunisia.

Penguasa Mesir sudah sangat terlambat merespon aspirasi rakyatnya yang sekarang berada di jalan-jalan menumpahkan kemarahannya. Gerakan yang sekarang ini terus membuncah di tengah situasi yang semakin tidak menentu, Mubarak nampaknya masih cukup percaya diri, dan membiarkan situasi yang ada, dan yakin masih dapat mengendalikan kekuasaannya.

Kejatuhan Mubarak dari kekuasaannya mempunyai efek domino, yang secara fundamental akan mengubah seluruh kepentingan Israel dan AS di Timur Tengah. Selama ini Mubarak menjadi pilar utama dalam politik 'contaiment' terhadap kekuatan Islam, yang ingin membangun kekuatan politik baru di Timur Tengah, dan ini menimbulkan kekawatiran yang sangat mendalam.

Selama ini Mesir telah digunakan secara efektif menghadapi Hamas di Gaza oleh Israel. Mubarak bersama dengan Raja Abdullah juga digunakan untuk menghadapi ancaman nuklir Iran. Mubarak juga digunakan oleh Israel dan AS menghadapi perubahan politik di Irak, dan Lebanon, yang sangat mengkawatirkan bagi Israel dan AS. Jatuhnya kabinet Hariri, dan sekarang digantikan seorang tokoh baru, yang lebih pro Hisbullah, sangat mengancam keamanan Israel. Sekarang Lebanon sudah berada di dalam cengkeraman Hisbullah.

Israel dan AS ingin mencari pengganti Mubarak yang dapat diajak dialog dan berunding, dan tidak membahayakan kepentingannya. Mohammad el- Baradei, yang pernah mengepalai TIM IAEA, sekarang diusung kalangan oposisi, yang mulai melakukan serangan terhadap Mubarak secara head to head. Mungkin el Baradei ini akan menjadi alternatif yang dapat di terima Barat, khususnya Israel dan AS.

Tentara mulai bersikap netral menghadapi situasi di Mesir, dan tidak ingin melakukan konfrontasi secara total dengan gerakan oposisi yang sekarang terus berlangsung di Mesi yang ingin menjatuhkan rezim diktator. Israel dan AS sudah melakukan langkah-langkah antisipasi dan skenario baru, ketika rezim Mubarak.

Perwira angkatan udara yang sudah berkuasa selama tiga dekade ini, mesikpun masih sangat percaya diri, tetapi telah ditinggalkan anaknya Gamal, yang lari bersama dengan keluarganya menuju London. Mubarak tak ada lagi pilihan, yang dapat menggantikan kekuasaan dari dinasti keturunannya. Ia menghadapi hari-hari kekuasaannya. (m/nk)

Sumber: http://www.eramuslim.com/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Washington Menjamin Hosni Mubarak ?"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments