Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Persiapan

Dalam usaha melindungi bongkar muat pasukan dan peralatan di Guadalkanal, armada Jepang sekali lagi berusaha membungkam Lanud Henderson. Kapal-kapal perang Laksamana Kondo dikirim lewat Selat Indispensable untuk melakukan bombardemen ke Guadalkanal pada malam 14-15 November. Armada Kondo terdiri dari Kirishima, kapal penjelajah berat Atago, Takao, kapal penjelajah ringan Nagara, dan Sendai beserta sembilan kapal perusak yang beberapa di antaranya (bersama Kirishima dan Nagara) selamat dari pertempuran dua hari sebelumnya. Kondo berada di kapal penjelajah Atago yang dijadikannya pusat komando. Mereka mendekati Guadalkanal sekitar tengah malam, dan Bulan berada dalam fase seperempat memungkinkan visibilitas sedang hingga sekitar 7 kilometere (3,8 nmi).

Laksamana William Halsey, Jr. hanya memiliki sedikit kapal yang tidak rusak. Ia memerintahkan kapal tempur baru Washington dan South Dakota dari unit pendukung Enterprise untuk bergabung dengan empat kapal perusak membentuk Gugus Tugas 64 di bawah komando Laksamana Willis A. Lee. Misi yang diberikan, membela Guadalcanal dan Lanud Henderson. Gugus Tugas 64 dibentuk secara asal-asalan, kedua kapal tempur baru saja ditugaskan bersama-sama selama beberapa hari, dan kapal perusak yang mengawal keduanya berasal dari 4 divisi yang berbeda. Keempat kapal perusak diikutsertakan karena memiliki bahan bakar yang paling banyak dibandingkan kapal-kapal perusak yang ada. Kapal-kapal Amerika Serikat tiba di Selat Ironbottom pada malam 14 November dan mulai berpatroli di sekitar Kepulauan Savo. Kapal-kapal perang Amerika Serikat berada dalam formasi lajur. Empat kapal perusak mengawal di depan, diikuti Washington, sementara South Dakota menjaga bagian belakang konvoi. Pukul 22.55 tanggal 14 November, radar di atas kapal South Dakota dan Washington mulai mendeteksi kedatangan armada Kondo yang berjarak sekitar 18,000 m (59.000 kaki) dari Kepulauan Savo.

Pertempuran

Kondo memecah kapal-kapal dalam armadanya menjadi beberapa kelompok. Salah satu kelompok yang terdiri dari Sendai, kapal perusak Shikinami, dan Uranami (ditandai huruf "C" pada peta) berada di bawah komando Shintaro Hashimoto, menyapu kawasan di sisi timur Kepulauan Savo. Sementara itu, kapal perusak Ayanami ("B" pada peta) menyapu sekitar sisi barat daya Kepulauan Savo, berlawanan dengan arah jarum jam untuk memeriksa kehadiran kapal-kapal Sekutu. Kapal-kapal Jepang menemukan armada Lee sekitar pukul 23.00 walaupun Kondo salah mengenali kapal tempur yang dikiranya kapal penjelajah. Kondo memerintahkan kelompok kapal-kapal yang dipimpin Sendai, dibantu Nagara dan empat kapal perusak ("D" pada peta) untuk mulai menembak dan menghancurkan kekuatan laut Amerika Serikat sebelum armada bombardemen Jepang yang terdiri dari Kirishima dan kapal-kapal penjelajah berat ("E" pada peta) memasuki Selat Ironbottom. Kapal-kapal perang Amerika Serikat ("A" pada peta) mendeteksi kehadiran kapal-kapal di bawah pimpinan Sendai, namun tidak mendeteksi adanya kelompok-kelompok kapal perang Jepang yang lain. Dengan bantuan radar pencari sasaran, dua kapal tempur Amerika Serikat pada pukul 23.17 mulai menembak ke arah kelompok kapal-kapal yang dipimpin oleh Sendai. Namun sekitar 5 menit kemudian, Laksamana Lee memerintahkan tembakan untuk dihentikan. Kapal-kapal perang Jepang yang tergabung dalam kelompok utara sudah menghilang dari jangkauan radar. Sendai, Uranami, dan Shikinami sama sekali tidak mengalami kerusakan dan memutar untuk keluar dari kawasan berbahaya.

Washington menembaki Kirishima selama pertempuran 15 November. 
Posisi moncong meriam yang rendah merupakan bukti pertempuran 
dilakukan dalam jarak relatif dekat.


Sementara itu, empat kapal perusak Amerika Serikat yang berada paling depan, bentrok dengan kelompok kapal-kapal yang berintikan Ayanami dan Nagara pada pukul 23.22. Nagara dan kapal perusak yang mengawalnya secara efektif membalas serangan dengan tembakan meriam dan torpedo yang akurat. Kapal perusak Walke dan Preston terkena dan tenggelam hanya dalam 10 menit membawa awak kapal yang tewas dalam jumlah besar. Sebagian dari lunas kapal perusak Benham hancur lebur dihantam torpedo dan harus mundur (karam pada hari berikutnya). Kapal perusak Gwin dihantam torpedo di kamar mesin hingga tidak mungkin ikut bertempur lagi. Namun demikian, kapal-kapal perusak Amerika Serikat sukses menjalankan misinya sebagai pengalih perhatian dari kapal-kapal tempur Amerika Serikat yang merupakan ancaman sebenarnya. Kekuatan armada Jepang dapat dilunakkan walaupun Amerika Serikat harus menderita kerugian besar. Lee memerintahkan penarikan mundur Benham dan Gwin pada pukul 23.48.


Sambil berlayar melewati kawasan yang dipenuhi kapal-kapal perusak Amerika Serikat yang sedang tenggelam atau rusak, Washington menembakkan meriam sekunder ke arah Ayanami dan tepat mengenai sasaran. Ayanami terbakar. South Dakota yang berlayar di belakang Washington tiba-tiba mengalami serangkaian kegagalan sistem listrik. Menurut laporan, kepala teknisi South Dakota mematikan pemutus kalang ketika sedang memperbaiki sistem listrik. Tindakan tersebut melanggar prosedur keselamatan karena rangkaian listrik di South Dakota berulang-ulang mengalami hubungan seri. Sistem radar, radio, dan sebagian besar meriam di South Dakota menjadi tidak dapat dioperasikan. Walaupun demikian, South Dakota terus membuntuti Washington menuju sisi barat Kepulauan Savo hingga pukul 23.35 ketika Washington berbelok ke arah kiri berlayar ke arah selatan di balik kapal-kapal perusak yang sedang terbakar. South Dakota mencoba mengikuti tetapi harus belok kanan untuk menghindari kapal perusak Benham yang sedang terbakar. Nyala api menerangi sosok South Dakota hingga dijadikan sasaran empuk kapal-kapal Jepang.

Dua kapal angkut Jepang mendarat di Guadalcanal dan terbakar pada 15 November 1942.

Setelah menerima laporan dari Ayanami dan kapal-kapal Jepang lainnya tentang hancurnya kapal-kapal perusak Amerika Serikat, Kondo memerintahkan armada bombardemen yang dipimpinnya untuk segera mendekati Guadalcanal. Kondo yakin kapal-kapal perang Amerika Serikat sudah dilumpuhkan. Dirinya tidak menyadari bahwa armadanya sedang berlayar untuk berhadapan dengan dua kapal tempur Amerika Serikat.

Bagaikan buta akibat radar yang tidak berfungsi dan sistem persenjataan primer dan sekunder yang mati, South Dakota diterangi lampu-lampu sorot Jepang. South Dakota dijadikan sasaran tembakan meriam dan torpedo dari sebagian kapal-kapal armada Jepang, termasuk dari Kirishima mulai pukul 00.00 tanggal 15 November. Walaupun sempat beberapa kali mengenai Kirishima, South Dakota dihantam 25 amunisi ukuran sedang dan satu amunisi ukuran besar. Walaupun beberapa di antaranya tidak meledak, serangan mengakibatkan lumpuhnya sistem komunikasi dan sistem kendali persenjataan yang tersisa. Sebagian dari dek atas South Dakota terbakar, dan para awak membawanya keluar dari arena pertempuran. Semua tembakan torpedo Jepang luput. Di kemudian hari Laksamana Lee menggambarkan dampak kumulatif kerusakan akibat tembakan yang mengenai South Dakota sebagai "membuat satu dari kapal tempur kita yang baru menjadi tuli, bodoh, buta, dan impoten." Korban di South Dakota, 39 awak tewas dan 59 terluka. South Dakota meninggalkan arena pertempuran pada pukul 00:17 tanpa meninggalkan pesan untuk Laksamana Lee, sambil diamati oleh Kondo dari kejauhan.

Kapal-kapal perang Jepang terus berkonsentrasi menembaki South Dakota dan tidak mendeteksi kedatangan Washington yang sedang mendekat dalam jarak 9,000 yard (8,2 km). Washington sudah sejak lama menemukan sasaran berukuran besar (Kirishima), tapi menahan diri untuk tidak mulai menembak karena ada kemungkinan kapal berukuran besar yang terlihat di radar adalah South Dakota. Manuver South Dakota tidak dapat dilacak oleh Washington karena kapal ini berada di daerah titik buta radar. Lee juga tidak berhasil melakukan kontak radio untuk mengetahui posisi South Dakota. Ketika kapal-kapal Jepang secara visual terlihat sedang menembaki South Dakota, maka jelas sudah pihak lawan dan kawan. Dari jarak dekat, Washington menembaki Kirishima dan segera mengenai sasaran. Setidaknya 9 tembakan meriam utama dan hampir 40 tembakan meriam sekunder menghantam Kirishima hingga rusak berat dan kebakaran terjadi di mana-mana. Bagian kapal yang berada di bawah air juga terkena hingga mengakibatkan bagian kemudi macet, dan Kirishima berputar-putar tanpa kendali ke arah lambung kiri.

Pada pukul 00.25, Kondo memerintahkan semua kapal-kapalnya untuk berkumpul dan menghancurkan kapal-kapal Amerika Serikat yang tersisa. Namun kapal-kapal Jepang masih tidak tahu lokasi Washington. Sementara itu, kapal-kapal Amerika Serikat lainnya sudah meninggalkan arena pertempuran. Washington dilayarkan dari arah barat laut menuju Kepulauan Russel untuk memancing kapal-kapal Jepang agar keluar dari Guadalkanal sehingga South Dakota yang rusak bisa diselamatkan. Washington akhirnya dipergoki kapal-kapal Jepang, namun berkat manuver yang lincah dari kapten Washington, semua serangan torpedo Jepang luput. Washington juga selamat dari kandas di laut dangkal. Pihak Jepang akhirnya yakin keadaan sudah aman bagi konvoi kapal angkut untuk melanjutkan pelayaran ke Guadalkanal (walaupun sepertinya mengabaikan ancaman serangan udara di pagi hari). Kondo memerintahkan kapal-kapalnya yang tersisa untuk memutuskan kontak dan mundur dari arena pertempuran sekitar pukul 01.04. Perintah ini dipatuhi sebagian besar kapal-kapal Jepang pada pukul 01.30.

Pascapertempuran

Kirishima dan Ayanami rusak parah hingga harus ditenggelamkan. Keduanya tenggelam pada pukul 03.25 tanggal 15 November. Uranami menolong awak yang selamat dari Ayanami. Kapal perusak Asagumo, Teruzuki, dan Samidare menolong sisa awak Kirishima. Dalam pertempuran ini, 242 pelaut Amerika dan 249 pelaut Jepang tewas. Pertempuran ini adalah salah satu dari hanya dua kali duel kapal tempur melawan kapal tempur dalam sejarah Perang Pasifik. Duel yang kedua terjadi di Selat Surigao selama Pertempuran Teluk Leyte.

Empat kapal angkut Jepang mendarat di pantai Tassafaronga, Guadalkanal pada pukul 04.00 tanggal 15 November. Tanaka dan kapal-kapal perusak yang mengawal segera berangkat, berlayar dengan kecepatan penuh di The Slot menuju perairan aman. Kapal-kapal angkut diserang mulai pukul 05.55 oleh pesawat-pesawat Amerika Serikat yang berpangkalan di Lanud Henderson dan dari tempat lainnya, dibantu tembakan artileri dari pasukan darat Amerika Serikat di Guadalkanal. Tidak lama kemudian, kapal perusak Meade tiba dan menembaki kapal-kapal angkut yang sedang mendarat di pantai serta kawasan sekitarnya. Serangan yang dilepaskan Meade mengakibatkan terbakarnya kapal-kapal angkut berikut peralatan yang belum sempat dibongkar. Hanya 2.000 hingga 3.000 prajurit Jepang yang diberangkatkan selamat tiba di Guadalkanal. Sebagian besar amunisi dan persediaan makanan mereka hancur.

Kegagalan Kondo menyelesaikan tugas menetralisasi Lanud Henderson serta mengamankan daerah pendaratan pasukan dan peralatan diterima Yamamoto dengan reaksi yang lebih lunak dibandingkan keputusan mundur dari arena pertempuran yang diambil oleh Abe. Hal ini mungkin disebabkan budaya kerja atau permainan politik di Angkatan Laut Kekaisaran. Kondo juga menjabat wakil komandan Armada Gabungan, anggota staf perwira berpangkat tinggi, sekaligus anggota faksi perwira elit kapal tempur Jepang. Sebaliknya, Abe hanyalah seorang perwira yang kariernya terus menanjak dari seorang spesialis kapal perusak. Laksamana Kondo tidak mendapat peringatan atau dialihkan tugasnya, melainkan diberi tugas sebagai komandan salah satu armada berukuran besar yang berpangkalan di Truk.

Arti Penting

Kegagalan pendaratan sebagian besar pasukan dan perlengkapan di Guadalkanal menghalangi kemampuan Jepang melakukan ofensif berikutnya untuk merebut Lanud Henderson. Angkatan Laut Jepang selanjutnya juga hanya bisa memasok kebutuhan pokok dan segelintir pasukan pengganti bagi tentara Jepang yang berada di Guadalkanal. Akibat ancaman terus menerus dari pesawat Sekutu yang berpangkalan di Lanud Henderson, dan kapal induk Amerika Serikat yang berdekatan, pihak Jepang hanya mengandalkan jalur transportasi Tokyo Ekspres untuk mengantarkan prajurit dan perbekalan bagi pasukan mereka di Guadalkanal. Pasokan perbekalan dan pasukan pengganti ternyata tidak cukup membantu pasukan Jepang yang sudah berada di Guadalkanal. Hingga 7 Desember 1942, pasukan Jepang di Guadalkanal kehilangan sekitar 50 prajurit per hari yang tewas akibat malnutrisi, penyakit, dan serangan udara dan darat Sekutu. Pada 12 Desember 1942, Angkatan Laut Jepang mengusulkan agar Guadalkanal ditinggalkan saja. Usulan ini awalnya mendapat tantangan dari pemimpin Angkatan Darat Jepang yang masih berharap Guadalkanal dapat direbut dari pihak Sekutu. Namun setelah mendapat persetujuan Kaisar Jepang, 31 Desember 1942, Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang setuju untuk mengevakuasi semua tentara Jepang dari Guadalkanal, dan membentuk garis pertahanan baru untuk Kepulauan Solomon di New Georgia.

Salah satu rongsokan dari 4 kapal 
angkut Jepang yang mendarat dan 
hancur di Guadalkanal, 15 November
1942. Foto diambil setahun sesudah 
kejadian.
 
Pertempuran Laut Guadalkanal merupakan usaha terbesar sekaligus terakhir dari Jepang untuk merebut Guadalkanal atau menguasai laut sekitarnya. Sebaliknya, Angkatan Laut Amerika Serikat dapat mengirimkan pasokan bagi militer Amerika Serikat yang berada di Guadalkanal, kapan saja bila diperlukan, termasuk pendaratan dua divisi yang masih segar pada akhir Desember 1942. Ketidakmampuan Jepang untuk menetralisasi Lanud Henderson berakibat fatal bagi tentara Jepang yang berusaha memerangi usaha penaklukan Guadalkanal oleh pihak Amerika Serikat. Perlawanan terakhir Jepang di Guadalkanal berakhir pada 9 Februari 1943 dengan Operasi Ke yang sukses mengevakuasi sebagian besar pasukan Jepang yang masih selamat. Dimulai dari kemenangan Amerika Serikat di Guadalkanal dan tempat-tempat lainnya, pihak Sekutu terus berusaha memerangi Jepang yang berpuncak pada kekalahan Jepang dan berakhirnya Perang Dunia II. Presiden Amerika Serikat Franklin Roosevelt setelah mengetahui hasil pertempuran berkomentar, "Kelihatannya titik balik dalam perang ini telah tercapai."

Sejarawan Eric Hammel merangkum arti penting Pertempuran Laut Guadalkanal:

Pada 12 November 1942, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memiliki kapal-kapal yang lebih baik dan strategi yang lebih bagus. Setelah 15 November 1942, para pemimpinnya kehilangan nyali dan kedalaman strategi untuk menghadapi Angkatan Laut Amerika Serikat yang makin kuat serta strategi dan senjata yang makin bagus. Setelah November 1942, pihak Jepang tidak pernah menjadi lebih baik sementara Angkatan Laut Amerika Serikat tidak pernah berhenti menjadi lebih baik.

Jenderal Alexander Vandegrift yang bertugas sebagai komandan pasukan di Guadalkanal mengenang para pelaut yang gugur:

Kami percaya pihak musuh secara tidak diragukan lagi telah kalah total. Kami berterima kasih kepada Laksamana Kinkaid untuk intervensinya kemarin. Kami berterima kasih kepada Lee atas usaha gigihnya tadi malam. Pesawat-pesawat yang kita miliki telah berjaya dalam usaha yang tidak kenal letih menyerang para musuh. Kami berterima kasih kepada para rekan-rekan atas usahanya, namun penghormatan yang terbesar kami berikan kepada Callaghan, Scott, dan anak buahnya yang dengan keberanian luar biasa menghalau serangan pertama musuh yang sepertinya tidak mungkin ditangkal, dan membuka jalan untuk kesuksesan berikutnya. Untuk mereka, kami awak Angkatan Udara Kaktus mengangkat helm kami yang compang-camping dengan rasa hormat yang paling dalam.

Sumber: http://id.wikipedia.org/
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Pertempuran Laut Guadalkanal II"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments